Anda di halaman 1dari 26

“Penulisan Sebab Kematian

Berdasarkan ICD-10”

KELOMPOK VI
Anggota

 Baiq Diana Mustika Wati H1A014011


 Erly Tibyan Wahyuly H1A014022
 Meilisva Audila Anggraini H1A014044
 Noviyanti H1A014059
 Siti Intan Fandini H1A014073
 Varian Asman H1A014078
 Wilham Riyadi H1A014080
 Yanuary Fahrizal H1A014082
 Yusril Rahmi Sukmawati H1A014083
Pendahuluan

Saat ini International Classification of Disease 10th


Revision (ICD-10) merupakan sistem klasifikasi
penyakit telah digunakan secara global termasuk di
Indonesia. Sebelum menjadi aplikasi, ICD merupakan
permulaan dari metode klasifikasi yang dikembangkan
oleh Bossier de Lacroix pada abad ke-18 yang ditulis
dalam bukunya yang berjudul Nosologia Methodica.
Selanjutnya, pada abad ke-19 dikembangkan oleh
beberapa tokoh lainnya. ICD-10 yang kita kenal
sekarang disepakati pada konferensi kesehatan
internasional di New York dan menjadi revisi ke-10
pada tahun 1989 (WHO, 2009).
 ICD-10 adalah aplikasi analisa mengenai sehat atau
hidup seseorang, suatu penyakit di berbagai tempat,
dan juga sebab kematian seseorang. Aplikasi ini
dibuat sebagai standarisasi dan patokan agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam diagnosa penyakit
dan terutama sebab kematian (WHO, 2009)
OVERVIEW STRUKTUR ICD-10

 Volume 1: Tabular List


Volume ini tersusun atas daftar tabel yang berisikan
indeks yang sistematis dari subkategori dengan
empat karakter, daftar tabel dengan tiga karakter,
morfologi neoplasma, daftar tabulasi khusus untuk
mortalitas dan morbiditas, definisi, dan peraturan
nomenklatur.
 Volume 2: Instruction Manual
Pada volume 2 tersusun atas instruksi manual yang
menjelaskan penggunaan daftar tabel dan alphabetic
index ICD-10. Volume ini berisi pengenalan umum
untuk ICD, aturan pengkodean untuk mortalitas dan
morbiditas, banyak contoh encoding dan gambaran
tentang sejarah klasifikasi.
 Volume 3: Index and Guide
Volume ini terdiri atas alphabetical index dimana
terdiri atas diagnosis yang dikodekan dan deskripsi
lainnya. Bagian I berisi alphabetical index dari
penyakit dan cedera. Bagian II berisi alphabetical
index penyebab eksternal dari cedera. Bagian III
berisi tabel obat dan bahan kimia dengan encoding
keracunan dan efek yang tidak diinginkan dari zat-
zat ini. Selain itu, Volume 3 juga berisi pengenalan
tentang struktur dan penggunaan alpabetical index.
PENGGUNAAN ICD-10 DALAM PENULISAN SEBAB
KEMATIAN

 Identifikasi Sebab Kematian pada Sertifikat


Kematian
WHO mendefinisikan sebab kematian dalam ICD-10
volume 2, yaitu segala penyakit, kondisi sakit atau
luka-luka yang menghasilkan atau berkontribusi
pada kematian atau keadaan kekerasan yang
menghasilkan luka-luka. Berdasarkan ICD-10, sebab
kematian dibedakan menjadi sebab langsung
(immediate cause of death) dan sebab dasar
(underlying cause of death)
 Sebab langsung adalah penyakit terakhir, luka-luka atau
komplikasi yang secara langsung menyebabkan kematian.
Cara kematian (misalnya, henti jantung dan henti napas)
tidak ditulis sebagai sebab langsung karena tidak
memiliki hubungan khusus dengan perjalanan penyakit dan
hanya membuktikan fakta kematian.
 Sebab dasar adalah penyakit atau luka-luka yang mengawali
rangkaian kejadian yang secara langsung menimbulkan
kematian atau kejadian kecelakaan atau kekerasan yang
menimbulkan luka-luka fatal.
 Kondisi-kondisi yang memiliki hubungan kausa
dapat digolongkan dalam sebab antara. Pengetahuan
tentang sebab kematian ini digunakan untuk melengkapi
sertifikat kematian yang terdiri atas bagian I, II, dan kolom
keterangan waktu.

 Bagian I digunakan untuk mencatat rangkaian kejadian
yang secara langsung menimbulkan kematian, yaitu
sebab langsung dan sebab dasar
 Rangkaian logis pada bagian I dapat diurutkan sebagai
berikut:
 baris (a) meliputi penyakit atau kondisi yang secara langsung
menyebabkan kematian;
 baris (b) meliputi penyakit atau kondisi lain (jika ada) yang
menyebabkan (a);
 baris (c) meliputi penyakit atau kondisi lain (jika ada) yang
menyebabkan (b);
 baris (d) meliputi penyakit atau kondisi lain (jika ada) yang
menyebabkan (c).
 Bagian II mencatat semua penyakit atau kondisi
yang terjadi pada waktu kematian dan dapat
berkontribusi pada kematian, tetapi tidak
menimbulkan sebab dasar kematian I atau tidak
termasuk dalam rangkaian kejadian pada bagian I,
dapat ditulis pada baris II. Jika dua atau lebih
rangkaian kondisi yang mungkin menyebabkan
kematian atau kedua kondisi tersebut terjadi
bersamaan, maka kondisi yang memiliki dampak
paling besar dicantumkan pada bagian I sedangkan
kondisi dari rangkain lain dicantumkan pada bagian
II.
 Durasi
Durasi penyakit atau kondisi tertentu adalah interval
antara onset setiap kondisi yang dicatat dalam
sertifikat sampai dengan waktu kematian; jarak
interval ini ditulis dalam kolom paling kanan. Satuan
waktu yang dapat dicatat dalam masing-masing
diagnosa dapat berupa tahun, bulan, hari, jam,
menit, atau tidak diketahui.
Contoh kasus

 Seorang laki-laki berusia 50 tahun mengeluh


merasakan nyeri hebat di bagian dadanya. ECG
memperlihatkan gambaran infark miokardium yang
luas pada dinding inferior. Ia mengalami fibrilasi
ventrikel sehari setelah onset nyeri dada dan
kemudian meninggal. Ia memiliki riwayat penyakit
jantung iskemik selama 3 tahun dan diabetes melitus
dengan yang tidak tergantung insulin selama 2
tahun.
 Memilih Sebab Kematian
Kematian terjadi oleh satu atau lebih sebab kematian
yang memiliki hubungan kausa. Akan tetapi, hanya
satu sebab kematian yang diubah menjadi kode
mortalitas. Oleh karena itu, WHO merumuskan alur
pemikiran logis untuk memilih sebab kematian
(underlying cause of death) yang terdiri atas prinsip
umum, aturan 1-3, dan aturan modifikasi
(Kemenkes, 2014).
 Prinsip Umum
Jika lebih dari satu kondisi dicantumkan pada
sertifikat, kemudian kondisi atau keadaan tunggal
dapat dicantumkan pada baris terakhir, hanya jika
kondisi tersebut menyebabkan terjadinya semua
kondisi di atasnya.
Contoh 1: I (a) Abscess of lung
I (b) Lobar pneumonia
Pilih lobar pneumonia (JI8.1) sebagai sebab dasar
abses paru.
 Aturan 1
Jika prinsip umum tidak dapat digunakan dan ada
rangkaian laporan terakhir pada kondisi yang pertama
dicantum pada sertifikat, maka menggunakan sebab
mula (originating cause) dari rangkaian tersebut. Jika
ada lebih dari satu rangkaian terakhir dari kondisi yang
disebutkan pertama, maka menggunakan sebab mula
dari rangkaian yang disebutkan pertama. Dengan kata
lain, aturan 1 digunakan jika ada rangkaian laporan,
tetapi sebab pada baris terakhir bagian I tidak
menjelaskan semua penyakit yang disebutkan di atasnya.
 Contoh 2:
I (a) Bronchopneumonia
I (b) Cerebral infarction and hypertensive
heart disease
Pilih cerebral infarction (I63.9). Ada dua rangkaian
kejadian pada kondisi yang pertama kali
dicantumkan pada sertifikat: bronchopneumonia
disebabkan cerebral infarction dan
bronchopneumonia disebabkan hypertensive heart
disease. Sebab mula dari rangkaian yang disebutkan
pertama yang dipilih.
 Aturan 2
Jika tidak ada rangkaian laporan terakhir pada kondisi
yang pertama dicantumkan pada sertifikat, maka
menggunakan kondisi yang pertama disebutkan.
Contoh 4:
I (a) Pernicious anaemia and gangrene of foot
I (b) Atherosclerosis
Pilih pernicious anaemia (D51.0). Tidak terdapat
rangkaian laporan terakhir pada kondisi yang
dicantumkan pertama.
 Aturan 3
Jika kondisi dipilih menurut prinsip umum atau
aturan 1 atau aturan 2 yang sudah jelas merupakan
akibat langsung dari kondisi lain yang dilaporkan,
dapat ditemukan pada bagian I atau II, maka
menggunakan kondisi primer. Hal ini berarti dalam
beberapa kasus terdapat kondisi yang dilaporkan
pada bagian I atau II yang tidak dipilih
menggunakan prinsip umum, aturan 1 atau 2, tetapi
dapat menyebabkan kondisi lain pada sertifikat.
Dalam kasus ini aturan 3 digunakan.
 Contoh 5:
I (a) Cerebral toxoplasmosis and herpes zoster
I (b) Burkitt’s lymphoma, HIV disease
Pilih HIV disease (B22.7) yang menyebabkan
penyakit multipel pada banyak tempat.
 Aturan modifikasi
Dalam beberapa kasus, sebab kematian tidak
ditentukan menggunakan prinsip umum atau aturan
1-3, maka dipilih menggunakan aturan modifikasi.
Modifikasi bertujuan untuk meningkatkan realibitas
dan akurasi data mortalitas. Aturan modifikasi
antara lain: (1) senility and other ill-defined
condition; (2) trivial condition; (3) linkage; (4)
specificity; (5) early and late stages of disease; serta
(6) sequelae.
Kesimpulan

ICD-10 merupakan klasifikasi diagnostik standar internasional


untuk kepentingan administrasi dan klinis. ICD-10 terdiri atas 3
volume, yakni: volume 1 berisi daftar tabel; volume 2 berisi
petunjuk penggunaan; dan volume 3 berisi indeks alfabet. ICD-
10 volume 2 di dalamnya terdapat pedoman pengisian sertifikat
kematian, alur pemikiran logis untuk menentukan sebab
kematian dasar, dan selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk
kode. Sebab kematian yang secara langsung menyebabkan
kematian dicantumkan pada bagian I dan sebab kematian lain
yang juga berkontibusi dicantumkan pada bagian II. Sebab
kematian dasar sangat penting ditentukan sebagai pusat coding
dengan berpedoman pada prinsip umum, aturan 1-3 dan aturan
modifikasi seperti yang dirumuskan dalam ICD 10 volume 2.
Daftar Pustaka

 Kemenkes RI, 2014. Modul Materi Inti 6 Pencatatan dan Pelaporan Manual dan
Elektronik, [pdf] Available at: http://puskeshaji.depkes.go.id/ [Accessed 23
December 2015].
 Pieters, D., et al., 2009. Cause of Death Certification: A Guide for completing the
Death Notification Form (DNF)-B1-1663, [pdf] Available at:
http://www.mrc.ac.za/bod/codcapril09.pdf [Accessed 23 December 2015].
 Thomas, J., 2009. Medical records and issues in negligence. Indian Journal of
Urology; 25(3):384-388, [pdf] Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2779965/ [Accessed 23 December
2015].
 World Health Organization, 2009. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems 10th Revision, [pdf] Available at:
http://www.who.int/classifications/icd/ICD10Volume2_en_2010.pdf?ua=1
[Accessed 23 December 2015].
 World Health Organization, (n.d.). Applying ICD-10 to Verbal Autopsy, [pdf]
Available at:
http://www.who.int/healthinfo/statistics/verbal_autopsy_standards3.pdf
[Accessed 23 December 2015].

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai