Banyak kasus yang dapat berkontribusi dalam suatu kematian. Dalam hal ini seluruh
kasus harus terdokumentasi dalam sertifikat kematian. Kasus yang telah terdokumentasi
dengan lengkap merupakan sumber data dalam menentukan satu penyebab kematian.
Penyebab tunggal tersebut merupakan penyebab dasar kematian (Underlaying cause of
Death (UCoD). Penyebab dasar kematian tersebut memiliki banyak fungsi salah satunya
sebagai landasan menyusun program preventif primer, untuk memperbaiki status
kesehatan masyarakat.
Bagian I dari sertifikat kematian terdiri dari 3-4 baris tergantung pada kebiasan setempat
untuk mencatat urutan dari kejadian menuju kematian. Jika terdapat dua atau lebih
penyebab kematian maka urutan waktu harus dicatat oleh pembuat sertifikat. Setiap
kejadian dalam urutan harus dicatat di baris yang terpisah.
1. Penyebab langsung kematian dituliskan pada baris pertama;
2. Penyebab dasar kematian dituliskan pada baris terbawah;
3. Penyebab antara dituliska pada baris yang terletak antara baris pertama dan baris
terbawah;
Dengan demikian sertifikat yang lengkap berisi informasi tentang:
I. (a) Penyebab langsung
(b) Penyebab antara dari (a)
(c) Penyebab antara dari (b)
(d) Penyebab dasar dari (c)
II. Penyebab lain yang berkontribusi
Meskipun bukan standar internasional, tabel tersebut dipakai oleh banyak negara
untuk melakukan proses pengkodean penyebab kematian. Indonesia sendiri telah
mengembangkan pencatatan sertifikat kematian menggunakan alat bantu tabel tersebut
untuk beberapa wilayah sentinel. Pengembangan pelaporan tersebut dikembangkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
1. Struktur ACME Decision Table
ACME Decision Table terdiri dari Tabel A hingga Tabel E. Berikut ini penjelasan
mengenai fungsi dari masing-masing tabel tersebut:
a. Tabel A
Merupakan daftar kode ICD -10 yang valid untuk penggunaan dalam pengodean
penyebab dasar dan multiple (langsung dan antara)
b. Tabel B
Merupakan daftar kode yang valid untuk penggunaan dalam pengkodean penyebab
multiple, tetapi tidak untuk pengkodean penyebab dasar.
c. Tabel C
Merupakan daftar kode ICD-10 yang tidak valid baik bagi pengkodean penyebab dasar
maupun multiple
d. Tabel D
Digunakan untuk menentukan hubungan kausal kondisi-kondisi yang dituliskan
pada sertifikat kematian. “Address code” dicantumkan pada bagian atas daftar kode dan
rentang kode (subaddress) yang mempunyai hubungan kausal yang valid dicantumkan
di bawah address code. Address code adalah kode yang dirinci pada baris a, b dan c dari
bagian pertama. Kode subaddress mengidentifikasi kondisi-kondisi yang dapat
menimbulkan atau menyebabkan kondisi pada address code. Kondisi-kondisi yang kode-
kodenya tidak tercantum, tidak bisa menyebabkan kondisi yang ada pada “address code”.
Dengan kata lain, kode-kode tersebut bukan merupakan urutan yang bisa diterima. Tabel
D digunakan untuk menentukan hubungan kausal ketika menerapkan Prinsip Umum,
Rule 1 dan 2. Pada tabel D ini terdapat beberapa simbol terkait hubungan antara dua
kondisi.
Tanda “M” merupakan simbol yang menunjukkan adanya hubungan ambivalen
atau masih diragukan. Apabila menemukan kode ini maka diperlukan konfirmasi
diagnosis untuk menentukan penyebab kematian.
e. Tabel E
Tabel E merupakan tabel modifikasi dan dipakai untuk aplikasi Rule 3 , Rule Modifikasi
A, Rule Modifikasi C dan Rule Modifikasi D, Rule Modifikasi E dan Rule Modifikasi F. Di
dalam tabel D terdapat beberapa simbol antara lain:
1.) Simbol “M” menunjukkan hubungan ambivalen
2.) Simbol “#” menunjukkan perlunya pertimbangan khusus dalam penerapakan modifikasi
Rule C Linkage.
Selain adanya simbol tersebut di Tabel E juga terdapat akronim yaitu:
1.) DS (Direct Sequale)
2.) DSC (Direct Sequale Combine)
3.) IDDC (Ill Defined Direct Combine)
4.) SENMC (Senelity with Mention of Combine)
5.) SENDC (Senility Due To Combine)
6.) LMP (Linkage Mention Due to Preferred)
7.) LMC (Linkage With Mention Due To Combine)
8.) LDP (Linkage in Due To Position)
9.) LDC (Linkage in The Due to Position Combine)
10.) SMP (Selected Modification Preferred)
11.) SMC (Selected Modification Combine)
12.) SDC (Selected in the Due Position Combine)
f. Tabel F
Tabel F Menerangkan entri paling ambivalen “M” yang ditemukan dalam tabel D dan E.
Tabel F memberikan pedoman lebih lanjut dalam memilih penyebab dasar kematian yang
paling sesuai. Jika kondisi yang ditempatkan dalam tabel F dapat dipenuhi, kode atau
kode kombinasi ini dipilih sebagai penyebab dasar kematian.
g. Tabel G
Tabel G memuat daftar kode yang diciptakan untuk membantu perangkat lunak dalam
MMDS membedakan antara kondisi tertentu yang dikode ke dalam kategori yang sama.
h. Tabel H
Tabel H berisi daftar kode yang dianggap remeh (tidak berarti) ketika menentukan
penyebab dasar kematian. Jika penyebab dasar yang dipilih ada dalam daftar tersebut,
maka rule Modifikasi B diterapkan untuk menentukan rangkaian langkah yang sesuai
lebih lanjut.
Isian penyebab kematian terdiri dari bagian a hingga e. Pengisian penyebab kematian
tersebut mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Pada bagian a dan b harus diisikan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi dari bayi atau
janin;
2. Bagian a diisi dengan kondisi yang tunggal dan terpenting, apabila terdapat kondisi lain
pada bayi atau janin maka diisikan pada bagian b;
3. Kondisi tunggal terpenting adalah keadaan patologis yang menurut pendapat pembuat
sertifikat memberikan kontribusi terbesar terhadap kematian bayi atau janin;
4. Modus kematian seperti heart failure, asfiksia atau anoxia tidak boleh diisikan pada
bagian a kecuali modus tersebut hanya diketahui sebagai satu-satunya kondsi bayi atau
janin;
5. Prematuritas juga tidak dapat diisikan pada bagian a;
6. Bagian c dan d harus diisikan semua penyakit atai kondisi dari ibu, yang menurut
pendapat pembuat sertifikat mempunyai pengaruh yang merugikan (adverse effect)
terhadap bayi atau janin;
7. Kondisi terpenting diisikan pada bagian c dan kondisi lain diisikan pada bagian d;
8. Bagian e digunakan untuk laporan keadaan lain yang berhubungan erat dengan
kematian tetapi tidak dapat menggambarkan suatu penyakit atau kondisi bayi atau ibu
sebagai contoh: melahirkan tanpa penolong.
Beberapa aturan terkait pengisian dan pemberian kode penyebab kematian
perinatal yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
a. Kematian perinatal yang dimungkinkan terjadi karena kondisi ibu yang berdampak pada
janin diisikan pada bagian (c) dan (d) dengan kode pada kategori P00-P04. Kategori kode
tersebut tidak dapat digunakan pada bagian (a) dan (b);
b. Kematian perinatal yang diakibatkan oleh keadaan janin/bayi diisikan pada bagian (a).
Kode yang biasa muncul adalah antara kategori P05-P96 (perinatal conditiona) atau Q00-
Q99(congenital anomalies);
c. Hanya diperbolehkan mengisi satu kode untuk bagian (a) atau (c); Namun untuk bagian
(b) dan (d) diperbolehkan mengisi lebih dari satu;
d. Bagian (e) merupakan keterngan kematian perinatal. Apabila dibutuhkan bagian ini
dapat di isi dengan kategori kode Bab XX dan XXI;
e. Rule seleksi untuk kematian umum (7 hari ke atas) tidak diterapkan pada sertifikat
kematian perinatal;
f. Apabila aturan tersebut di atas tidak terpenuhi maka diperlukan adanya perbaikan.
Apabila tidak memungkinkan maka digunakan Rule P1 hingga Rule P4
Contoh soal
KODE ICD-
NO DIAGNOSIS UCOD TERPILIH 10 RULE
(UCOD)
1 I a) Shock traumatic
Fracture tibia & fibula
kanan dan traumatic Pejalan kaki
amputation lengan tertabrak KA V05.99 GP
b) kanan Kalijaga
Pejalan kaki tertabrak
c) KA Kalijaga
5 I a) Sepsis
b) Chronic Renal Failure
Diabetes Mellitus E14.9 GP
C) Diabetes Mellitus
d) -
6 I a) Septicaemia
b) Bronchopneumonia
M8010/3
c) Deep vein thrombosis Ca Colon Rule 1
C18.9
d) -
II Carcinoma Colon
8 I a) Uremia
b) Acute Renal Failure
c) - Klebsiella B96.1 Rule 1
Klebsiella, urinary tract
d) infection, anemia
9 I a) Sepsis
b) Typhoid Fever
c) - Typhoid Fever A01.0 GP
d) -
II Carcinoma Nasofaring
10 I a) Cerebral hemorrhage
Cerebral
b) Acute Abdominal Pain I61.9 Rule 2
Hemorrhage
c) Influenza
http://medreces.blogspot.com/2016/10/koding-
mortalitas_77.html