Anda di halaman 1dari 75

PENGENALAN

ICD-10

1
TUJUAN DAN KEGUNAAN ICD - 10

2
INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF DISEASES AND
HEALTH RELATED PROBLEMS 10TH REVISION
(ICD-10, WHO)

 DASAR HUKUM :
 Sejak tahun 1996-1997-1998 ICD-10th rev. diharuskan digunakan di
Indonesia oleh Depkes R.I. untuk menggantikan ICD-9th rev.
(yang telah digunakan sebelumnya) bagi kepentingan pelaporan
Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia yang merupakan revisi
dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit di Indonesia.

 Beda dengan ICD-9 yang terdiri hanya dari 2 Volume, ICD-10 terdiri
dari 3 volume: Volume 1, 2 dan 3.

 ICD-10 Volume 1 adalah daftar tabulasi lengkap penyakit, dan


ICD-10 Volume 3 adalah daftar indeks alfabetis. sedangkan
ICD-10 Volume 2 adalah buku khusus yang merupakan manual
pedoman cara coding (pengkodean) dengan menggunakan ICD-10,
yang pada ICD-9 digabung di Volume 1.
3
STRUKTURE ICD - 10

BAGAIMANA CARA
MENGGUNAKAN ICD ???
• VOL 1 : Tabular List
• Inclusion & Exclusion Terms
• Glossary description
• Morphology of neoplasm
• VOL 2 : Instruction Manual
• Description, use the ICD,
Rules&guidelines,
• Statistical presentation
• VOL 3 : Alphabetical Index
• Section 1
• Section 2
• Section 3
4
KETENTUAN UMUM INDEX Index alphabet terdiri
dari 3 bagian utama

• Section 1
merupakan index Penyakit , Syndrome , Kondisi phatological
,Injuries , Symptom, masalah dan penyebab / alasan terjadinya
pasien kontak dengan rumah sakit
• Section 2
merupakan index sebab luar dan cidera
• Section 3
merupakan index obat dan bahan kimia lainnya yang dapat
menimbulkan keracunan dan akibat merugikan lainnya

5
PENGKLASIFIKASIAN PENYAKIT
VOLUME 1

22 Chapter
• Chapter I-XVII mencakup Penyakit dan kondisi kesakitan
lainnya
• Chapter XVIII mencakup Symptoms,signs,abnormal clinical
dan hasil pemeriksaan laboratorium
• Chapter XIX mencakup Perlukaan , keracunan dan
keadaan lainnya yang merupakan akibat dari sebab luar
perlukaan
• Chapter XX mencakup sebab luar dari morbiditas dan
mortalitas
• Chapter XXI mencakup faktor - faktor yang mempegaruhi
kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan
• Chapter XXII mencakup untuk tujuan khusus

6
kadang untuk nomor kode tertentu ada
tambahan nomor sebagai digit ke-5 (dicacat
pada kolom tersendiri) 7
Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z (kecuali U)
(alfabet) Judul Bab
(A-B) Penyakit Infeksi dan Parasitik tertentu
(C-D) Neoplasma
(D) Penyakit Darah dan Organ Pembentuk Darah dan
gangguan yang melibatkan Mekanisme Imunitas
(E) Penyakit Endokrin, Nutrisional dan Metabolik
(F) Gangguan Mental dan Prilaku
(G) Penyakit Sistem Saraf
(H) Penyakit Mata dan Adneksa Mata
(H) Penyakit Telinga dan Prosesus Mastoid
(I) Penyakit Sistem Sirkulasi
(J) Penyakit Sistem Respirasi
(K) Penyakit Sitsem Digestif
(L) Penyakit Kulit & Jaringan Bawah Kulit
(M) Penyakit Otot-Kerangka Tulang & Jaringan Ikat

8
Bab-Bab di Volume 1 ICD-10
A-Z (kecuali U)

(alfabet) Judul Bab


(N) Penyakit Sistem Genitourinaria
(O) Kehamilan, persalinan-kelahiran dan nifas
(P) Kondisi-kondisi tertentu dimulai dalam periode
perinatal
(Q) Malformasi, deformasi dan abnormalitas
kromosomal yang kongenital
(R) Simtoma, tanda-tanda dan temuan klinis, laboratoris
yang abnormal, NEC (Not elserwhere classified)
(tidak terklasifikasi di bab/bagian lain)
(S-T) Cedera, keracunan dan konsekuensi-konsekuensi
lain akibat sebab luar
(V-W-X-Y) Sebab-sebab luar Mortalitas dan Morbiditas
(Z) Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan
dan kontak dengan fasiltas pelayanan kesehatan
9
Buku Volume 2 ICD-10

merupakan buku yang penting dalam


pelaksanaan kodifikasi dengan menggunakan
ICD-10 karena “INSTRUCTION
MANUAL” yang berisikan :
• Pedoman Recording and Coding
• Aspek praktis penggunaan ICD-10
• Outline dari latar belakang Klasifikasi
• Instruksi - Instruksi praktis kodifikasi Morbidity dan Mortalitiy
• Pedoman /pentunjuk untuk Presentasi dan interpretasi data

10
Volume 3 Buku ICD-10

Volume 3 merupakan Tabel


Daftar Index Alphabet dari Buku Volume I
Terdiri dari 3 section:
• Section 1
merupakan index Penyakit , Syndrome , Kondisi
phatological ,Injuries , Symptom, masalah dan penyebab /
alasan terjadinya pasien kontak dengan rumah sakit
• Section 2
merupakan index sebab luar dan cidera
• Section 3
merupakan index obat dan bahan kimia lainnya yang dapat
menimbulkan keracunan dan akibat merugikan lainnya

11
STRUKTUR VOL 3

• Untuk menghindari repetisi


(pengulangan) yang tidak perlu Index
disusun sebagai berikut :
1. Lead term yang ditempatkan pada
ujung paling Kiri, umumnya merupakan
nama penyakit atau kondisi pathologic
2. Modifier/qualifiers ditempatkan dibawah
agak kekanan dari lead term umumnya
merupakan letak anatomi atau
menggambarkan suatu keadaan
12
Lead term

Modifier/qu
alifiers

13
LEAD-TERMS
SALAH SATU KATA PANDUAN UNTUK MENCARI NOMOR KODE DI
VOLUME 3
• Apabila istilah diagnosis terdiri dari satu kata, gunakanlah kata
tersebut untuk mencari nomor ke indeks alfabetis Volume 3.
• ubah dulu istilah terkait dalam bahasa Inggeris ICD-10 Volume 3 (Ejaan
Inggris-Amerika) (Buku Volume 1 menggunakan ejaan bahasa Inggris-
Inggris).Apabila istilah diagnosis tertulis dalam bahasa Indonesia
• Apabila istilah diagnosis lebih dari satu kata, pilih satu kata untuk
dijadikan “leadterm”.
• Pilih “lead-term” suatu kata benda (noun) yang menunjukkan istilah
diagnostik, simtom, atau masalah kesehatan lain namun jangan kata
keterangan (adjektif atau adverbia), dan sebaiknya bukan kata noun
anatomik.**
• Apabila istilah diagnosis mengandung 2 (dua) istilah diagnosis
penyakit, maka kedua-duanya dapat dijadikan lead-term, sekaligus
untuk mengontrol kepastian nomor kode yang akan dipilih.

14
TATA CARA MENENTUKAN KODE ICD 10

15
TATA CARA MENENTUKAN KODE ICD 10

16
KONVENSI DAN TANDA BACA
Parentheses ( )
• Melampirkan kata tambahan yang mengikuti istilah diagnostik tanpa
• Menyertakan kode rujukan yang dimaksud olehMempengaruhi
nomor kode
• Menyertakan kode dalam kategori 3 karakter yang ada
dalamTiap-tiap exclusion
• Menyertakan kode sangkur dalam kategori bintang atau
sebaliknyaBlok
Square brackets [ ]
• Menyertakan sinonim, kata-kata alternatif atau penjelasan
• Merujuk ke catatan sebelumnya
• Merujuk ke kelompok karakter ke empat

17
KONVENSI DAN TANDA BACA

TITIK DUA (:) / COLON


• Digunakan untuk :
1. Menyertakan sinonim, kata-kata alternati fatau penjelasan
2. Merujuk kecatatan sebelumnya
3. Merujuk kekelompok karakter ke empat

Titik dua

Untuk mencantumkan istilah “Inclusion”


&”Exclusion”

Sebagai penjelasan

18
KONVENSI DAN TANDA BACA

COLON uraian

Diagnosis appendicitis diklasifikasikan


di situ hanya bila didapatkan kata
“chronic” atau “recurrent”

19
KONVENSI DAN TANDA BACA
Brace }
Pada daftar inclusion dan exclusion term untuk menunjukkan kata
yang mendahului atau sesudahnya bukan istilah yang lengkap
NOS
“Tidak dispesifikasikan” “Tidak dikualifikasikan” atau Tidak diberikan
keterangan apa 2
NEC
Bisa juga terdapat pada bagian lain. dicari dalam index Sesuatu
yang ditentukan itu berbeda, kondisinya diklasifikasikan ditempat
lain. Apabila digunakan pada tiga karakter, merupakan peringatan,
bahwa beberapa jenis tertentu yang tercantum pada pokok
bahasan tersebut Tidak diklasifikasikan di manapun
“And” pada judul
Dapat diartikan sebagai dan/atau
.- (point dash)
Dibeberapa tempat, kategori keempat digantikan dengan strip
Menunjukkan bahwa ada karakter keempat
20
KONVENSI PADA VOLUME 3
Cross-references
Petunjuk silang digunakan untuk menghindari duplikasi istilah yang
tidak perlu dalam indeks . Kata " see " membutuhkan coder untuk
merujuk pada istilah lain ; Kata “see also" mengarahkan coder untuk
merujuk ke index lain
Inflammation
- bone - see Osteomyelitis
Ini berarti bahwa inflamasi tulang sama dengan
sebutan Osteomyelitis

21
KONVENSI PADA VOLUME 3

Dual coding untuk Kondisi Tertentu


• Kode primer untuk penyebab penyakit (underlying disease) diberi
tanda dagger (†) Sistem dagger dan asterisk memberikan pilihan
alternatif untuk presentasi statistik dengan prinsip bahwa tanda
dagger pada ICD merupakan kode primer dan harus selalu
digunakan
• Kode tambahan untuk manifestasi diberi tanda asterisk(*)Kode
asterisk adalah kode tambahan bila metode alternatif presentasi
juga dibutuhkan Kode asterisk tampak pada kategori 3 karakter,
ada kategori yang terpisah untuk kondisi yang sama dan terjadi
penyakit tertentu tidak dispesifikasikan sbg penyebab
penyakit(underlying cause)†*

22
• Dagger (†) dan Asterisk (*)
Jika diagnosis utama yang ditegakkan dokter dalam ICD 10
menggunakan kode dagger dan asterisk maka yang dikode sebagai
diagnosis utama adalah kode dagger, sedangkan kode asterisk
sebagai diagnosis sekunder. Namun jika diagnosis sekunder yang
ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan
asterisk, maka kode tersebut menjadi diagnosis sekunder. Tanda
dagger (†) dan asterisk (*) tidak diinput di dalam aplikasi INA-CBG.
Sesuai PMK 76 tahun 2016
Contoh 1:
Diagnosis Utama : Pneumonia measles
Diagnosis Sekunder : -
Dikode measles complicated by pneumonia (B05.2†) sebagai
diagnosis utama dan pneumonia in viral disease classified
elsewhere (J17.1*) sebagai diagnosis sekunder.

23
Contoh 2 :
Diagnosis Utama : DM Type II
Diagnosis Sekunder : Arthitis pada penyakit Lyme
Dikode DM Type II (E11.9) sebagai diagnosis utama, Lyme
disease (A69.2†) sebagai diagnosis sekunder dan arthitis in
Lyme disease (M01.2*) sebagai diagnosis sekunder

Contoh 3 :
Diagnosis Utama : Anemia
Diagnosis Sekunder : Ca Mammae
Dikode Ca Mammae (C50.9†) sebagai diagnosis utama dan
anemia (D63.0*) sebagai diagnosis sekunder.

Contoh 4 :
Diagnosis Utama : Anemia
Diagnosis Sekunder : Kronik Renal Failure
Dikode Kronik Renal Failure (N18.9†) sebagai diagnosis utama,
anemia (D63.8*) sebagai diagnosis
24
DUAL CODING LAINNYA
• Jika dalam ICD 10 terdapat catatan “Use additional code, if
desired, to identify specified condition”maka kode tersebut
dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien
Contoh :
Dx utama: Hypertensi
Dx sekunder: CAD
Dikode: I10 + I25.1

25
26
Pengkodean Kondisi Multiple

• Jika kondisi multiple dicatat di dalam kategori berjudul “Multiple ...”,


dan tidak satu pun kondisi yang menonjol, kode untuk kategori
“Multiple ...”, harus dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan
setiap kondisi lain menjadi kode diagnosis sekunder.
• Pengkodean seperti ini digunakan terutama pada kondisi yang
berhubungan dengan penyakit HIV, cedera dan sekuele.
Contoh 1 :
Diagnosis Utama : HIV disease resulting in multiple infections
Diagnosis Sekunder : HIV disease resulting in candidiasis
HIV disease resulting in other viral infections
Dikode HIV disease resulting in multiple infections (B20.7)
sebagai diagnosis utama, HIV disease resulting in candidiasis
(B20.4) dan HIV disease resulting in other viral infections
(B20.3) sebagai diagnosis sekunder.

27
Pengkodean Kondisi Multiple

Contoh 2 :
Diagnosis Utama : Multiple fraktur of femur
Diagnosis Sekunder : Frakture of shaft of femur
Frakture of lower of end of femur
Dikode multiple fraktur of femur (S72.7) sebagai
diagnosis utama, fraktur of shaft of femur (S72.3)
dan Frakture of lower of end of femur (S72.4)
sebagai diagnosis sekunder.

28
Pengkodean Kondisi Multiple

KODING UNTUK KASUS DM


• Jika DM dengan komplikasi sebagai Dx utama dan koding
didapatkan bertanda Dagger dan Asterisk, maka aturan koding
menyatakan kode Dagger yang menjadi Kode utama dan Asterisk
menjadi sebagai kode sekunder

• Jika DM dengan komplikasi sebagai Dx sekunder dan koding


didapatkan bertanda Dagger dan Asterisk, maka kedua kode
tersebeut diinput sebagai dx sekunder

• Jika DM dengan multiple komplikasi, maka aturan kodingnya adalah


kode multiple sebagai kode pertama kemudian dirinci spesifik
komplikasinya

29
Pengkodean Kondisi Multiple

Jika DM sebagai Dx Utama

Contoh : • E14 Diabetes mellitus


Dx Utama: DM yang tidak dijelaskan
Dikode: E14.9 Termasuk: Diabetes
DM yang tidak NOS
spesifik
.9 Tanpa komplikasi

30
Pengkodean Kondisi Multiple

DM type II

E10. Insulin-dependent diabetes


mellitus (IDDM)
Termasuk: Diabetes (mellitus):
Dx Utama: DM brittle, juvenile-onset, ketosis-
Type II prone, type I
Dikode: E11.9
Kasus DM Type II E11Non-insulin-dependent diabetes
yang tidak spesifik mellitus (NIDDM)
Termasuk:Diabetes(mellitus)(nonob
ese)(obese): adult-onset,
nonketotic, stable, type II
Diabetes non-insulin-dependent
pada remaja
31
Kombinasi beberapa diagnosis dengan satu kode

• ICD menyediakan kategori tertentu tempat dua kondisi,


atau sebuah kondisi dan sebuah proses sekunder yang
berhubungan, diwakili oleh satu kode. Kategori
kombinasi itu hendaknya digunakan sebagai kondisi
utama tempat informasi yang sesuai dapat dicatat.
• Indeks alfabetis(Vol. 3) menunjukkan tempat kombinasi
seperti ini disediakan, yaitu di bawah indentasi“with”
yang berada tepat setelah istilah utama.
• Dua kondisi atau lebih yang dicatat pada kondisi utama
bisa dihubungkan kalau satu kondisi dianggap sebagai
pengubah sifat kondisi yang lain.

32
Hypertension, hypertensive (accelerated)
(benign) (essential)
(idiopathic) (malignant) (primary)
(systemic) I10
-with
Hypertensi --heart involvement (conditions in I51.4–
I51.9 due to hypertension)
+ (see also Hypertension, heart) I11.9
--kidney involvement (see also
RF Hypertension, kidney) I12.9
--renal sclerosis (conditions in N26.-)
+ (see also Hypertension, kidney) I12.9
---with
CHF ----failure (conditions in N18.-, N19.-)
I12.0
----heart involvement (conditions in
I51.4–I51.9) —see Hypertension,
cardiorenal
-benign, intracranial G93.2
-cardiorenal (disease) I13.9
--with
---renal failure I13.1
----and heart failure (congestive) I13.2

33
Koding CHF dengan komplikasi

34
35
Kriteria : Includes = Termasuk

Contoh : I12 Hypertensive renal disease


DU : CRF Includes: any condition in N00–N07,N18.-, N19 or
N26 due to hypertension
DS : Hipertensi arteriosclerosis of kidney
P : USG Abd arteriosclerotic nephritis (chronic)(interstitial)
Dikode = I12.0 hypertensive nephropathy
DU : ARF Nephrosclerosis
Excludes: secondary hypertension ( I15.-)
DS : Hipertensi I12.0 Hypertensive renal disease with renal failure
P : USG Abd Hypertensive renal failure
Dikode = I12.9 Hypertensive renal disease withoutrenal failure
N17.0+I10 Hypertensive renal disease NOS

36
Kriteria : Excludes

Hypertensive diseases (I10-I15)


Excludes: complicating pregnancy, childbirth and the
puerperium ( O10-O11 , O13-O16 )
involving coronary vessels ( I20-I25 )
neonatal hypertension ( P29.2 )
pulmonary hypertension ( I27.0 )

I10 Essential (primary) hypertension


High blood pressure
Hypertension
(arterial)(benign)(essential)(malignant)(primary)(systemic)
Excludes: involving vessels of:
· brain ( I60-I69 )
· eye ( H35.0 )

37
Contoh : Kasus CHF + Acute lung oedema = I50.1
Kode cukup I50.1

Kode cukup I50.1 38


39
Dx. Bronchitis

Hati –hati menetapkan


koding diagnosa
Bronchiti, sebelum
menetapkan kode ini
perhatikan umur pasien

40
41
RUNTUNAN
TINDAKAN
MENCARI
KODE ICD-10

42
RUNTUNAN TINDAKAN CARA MENGGUNAKAN ICD-10
UNTUK MENCARI KODE YANG DIPERLUKAN

PENGKODEAN SECARA UMUM

1. Baca dan pelajari isi buku manual/pedoman Coding


ICD-10, Volume 2 (perhatikan makna dari berbagai
tanda baca yang mempunyai arti khusus pada ICD-10,
(.-) (:) ( ), [ ], { kata and, with, or dan sebagainya.

2. Pilih kata/istilah yang akan digunakan sebagai ‘Lead-


term’ untuk memandu ‘coder’ mencari istilah yang
sama beserta nomor kode yang mengikuti di
belakangnya, pada Volume 3 ICD-10.

43
3. Perhatikan perintah yang ada di dalam kurung ( ),
di belakang istilah diagnosis yang ditemukan, dan
juga perintah yang dilengkapi dengan kata (see,
see also …) dan jalankan perintah yang dimaksud.

4. Perhatikan ada atau tidak Note: … di atas atau di


bawah istilah berikut kode yang akan dipilih. Ada
kemungkinan ada perintah untuk menambah digit di
belakang digit ke-3, ke-4 atau membatasi cara
penerapan kode yang akan dipilih.

44
RUNTUNAN TINDAKAN CARA MENGGUNAKAN ICD-10
UNTUK MENCARI KODE YANG DIPERLUKAN (Lanjutan)

5. Kontrol kode yang dipilih dengan yang tertera di Volume 1.


Perhatikan:

1. penjelasan pada Note: … di bawah Bab atau di


bawah kategori, sub-kategori yang umumnya
mengatur batasan pemanfaatan kode yang terkait;

2. includes dan excludes yang ada di bawah Bab,


Kategori atau Subkategori yang membatasi jenis
yang termasuk dan atau tidak termasuk.

3. adanya kalimat dalam kurung [ ] atau ( ), jalankan


perintah yang tersebut di dalam kurung, yang
umumnya akan lebih merinci informasi yang akan
dihasilkan.

45
RUNTUNAN TINDAKAN CARA MENGGUNAKAN ICD-10
UNTUK MENCARI KODE YANG DIPERLUKAN (Lanjutan)
6. Apabila semuanya sudah cocok dan tidak melanggar aturan
yang ditetapkan. Pilih code tersebut sebagai code diganoses
atau masalah terkait kesehatan tersebut sebagai masukan ke
sistem perekaman dan informasi yang dikembangkan.

7. Simpan code yang telah dipilih dalam format kartu indeks


istilah diagnosis terkait secara manual ataupun komputer.

8. Code data diagnoses: Kebidanan, metode persalinan dan


nifas serta bayi neonatal/perinatal, sebab luar cedera,
neoplasma, memerlukan desain format perekaman code
khusus.

9. Yang tidak kalah penting adalah:


* rubahlah dulu ejaan istilah dalam bahasa Indonesia ke
ejaan bahasa Inggeris sebelum mencarinya di Volume 3.
* Adakan analisis kualitatif dan kuantitatif Rekam Medis
sebelum proses coding dimulai.
46
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR
URUTAN TINDAKAN
• Tentukan Lead-term yang Anda pilih untuk panduan
mencari di halaman urut abjad pada ICD-10 vol 3.
• Bila Lead-term yang anda pilih tereja dalam Bahasa
Indonesia, maka ubahlah menjadi ejaan bahasa Inggeris
istilah diagnosis terkait, → telusuri di indeks abjad vol. 3
• Pilih istilah yang dimaksud beserta nomor ICD-nya serta
perhatikan:
- adanya kata-kata dalam kurang yang mengikutinya.
- adanya perintah lain yang menyertainya, ump. Perintah
→ (see also S…) atau
see – Meningitis
atau – see condition, dll) dan kemungkinan Note:
- … yang ada.
47
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR (Lanjutan-1)

• Jalankan perintah yang ada, karena ada


kemungkinan akan mempengaruhi pilihan code
Anda.

• Tentukan code yang Anda anggap tepat dan telusuri


nomor tersebut di halaman ICD-10 vol 1.

• Baca semua keterangan, excludes, includes, Note


atau keterangan dalam (see page, … atau see also
dsb) atau keterangan: Use additional cause code
dsb. Yang mungkin ada di atas atau di bawah judul
Blok atau di bawah judul kategori terkait.

48
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR (Lanjutan-2)

• Jalankan perintah yang ada.

• Ada kemungkinan ada perubahan nomor code pada


digit-ke 4, atau tambahan digit ke 5 atau tambahan
additional code, external code atau M-code dsb.

• Cek kembali istilah diagnoses terkait dengan yang


ada tertulis di RM pasien, sama/tidak dengan yang
Anda maksud.

Contoh: Anemia ternyata setelah dicek: Anemia


bumil.
Demam tifus tidak sama dengan typhoid fever
49
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR (Lanjutan-3)

• Analisis kembali apakah code yang Anda pilih


adalah kondisi utama atau komplikasi? Atau
simtoma? Atau comorbidity atau diagnose
sekunder/suplementer atau lain-lain?

• Berapa istilah diagnoses yang harus Anda beri code


ICD-10? (perhatikan peraturan setempat, peraturan
RL Depkes, BKKBN. SIMPUS, SLTP, BL1, peraturan
ASKES atau asurani-asuransi lain?

Peraturan Program registrasi kanker atau registrasi


infeksi menular atau penyakit lain, peraturan kete-
rangan visum ataupun surat kematian dsb.
50
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR (Lanjutan-4)

• Perhatikan persyaratan dual-klasifikasi († & *) dll.

• Perhatikan peraturan penulisan additional code.

• Perhatikan cara penulisan digit ke-5 yang ada.

• Perhatikan konvensi dan tanda baca ICD yang


berlaku.

• Perhatikan peraturan batas waktu penyelesaian


coding diagnoses setempat

51
CARA MENCARI CODE ICD-10 yang BENAR (Lanjutan-5)

• Perhatikan penyelesaian proses pencatatan/


pendokumentasian/penyimpanan/ retireval data
diagnoses (Indeks penyakit, tindakan dan indeks
dokter).

• Perhatikan peraturan penyelesaian RL tentang


pelaporan data diagnoses, LB1 (khusus untuk
Puskesma)

• Apakah rumah sakit diikutsertakan program


registrasi kanker (YKI), dan keperluan lain-lain ?

52
CODE untuk PASIEN OBSTETRIC

KHUSUS UNTUK BUMIL


• Code diagnosis prenatal care
• Code status kesehatan bumil saat in-partu
• Perhatikan penyakit-penyakit yang menyertai
kehamilan atau penyulit
(1) kehamilan (Pregnancy),
(2) Persalinan (Delivery, labour, labor) (3)Nifas
(Puerperium)

53
CODE untuk PASIEN OBSTETRIC (Lanjutan)

• Partus, minimum codes yang diperlukan:


- Status ibu saat melahirakn, penyakit-2 kondisi
yang mungkin mempengaruhi atau sebagai
penyulit kala-kala persalinan.
- Metode persalinan tunggal/multipel
Partus spontan atau dengan pertolongan:
vakum, forcep, seksio, induksi dsb.
- Outcome of delivery (tunggal/multipel)
• Masalah/gangguan post partus/ puerperium.

54
CODE untuk BAYI PERINATAL
KHUSUS UNTUK BAYI PERINATAL:

• Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki code diagnosis


penyakit (P) → hanya perlu code bahwa ia lahir hidup di lokasi
persalinan, tunggal atau multiple. → telusuri di bawah Infant(s)
(Infancy),
Infant(s) — see also Infancy
- liveborn (singleton) Z38.2
- - born
- - - in hospital Z38.0
- - - outside hospital Z38.1
- - multiple NEC Z38.8
- - - born
- - - - in hospital Z38.6
- - - - outside hospital Z38.7
- - twin Z38.5
- - - born
- - - - in hospital Z38.3
- - - - outside hospital Z38.4 55
CODE untuk BAYI PERINATAL
• Apabila lahir ada masalah/gangguan.cari code sesuai istilah
diagnoses terkait (P)
Premature — see also condition
- birth NEC P07.3
Weight
- 1000–2499 grams at birth (low) P07.1
- 999 grams or less at birth (extremely low) P07.0

• Apabila lahir mati, telusuri melalui Death.


Cara penulisan sertifkat kematian → pelajari di ICD vol 2 (Perintal
Death)
Death
- fetus, fetal (cause not stated) (intrauterine) P95 (IUFD)

56
CODE untuk BAYI PERINATAL (Lanjutan)

Catat juga status ibu yang berpengaruh atas


kematian janin/bayi

• Apabila ada kelainan bawaan atau cacat bawaan → cari


di congenital (Q)

• Perhatikan apa batas definisi masa perinatal ICD, WHO


dengan definisi Spesialis Anak setempat berbeda/tidak?
→ perlu ada pengertian dan diketahui bersama

57
Contoh Lead Term
ICD-10 VOLUME 3

58
CONTOH “LEAD TERMS”
PEMANFAATAN VOLUME 3, ICD-10
SEKSI 1

1. Penyakit → Disease
rincian pembagian sesuai ANATOMICAL BASED.

2. Komplikas → Complication (hanya untuk panduan


komplikasi MEDICAL PROCEDURES

3. Kehamilan → Pregnancy
Ini adalah kata panduan untuk mencari diagnoses
status KEHAMILAN dan komplikasinya.

4. Persalinan → Labour, labor


Semua gangguan proses persalinan dapat ditelusuri
lewat istilah ini (contoh: persalinan macet, persalinan
tidak maju, hipertoni, atoni uteri dst.)
59
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 1 (Lanjutan-1)

5. Kelahiran → Delivery
Kelahiran bisa tunggal (single delivery) bisa ganda
(multiple delivery) bisa normal, spontan, dengan
pertolongan, tindakan forsep, vakum atau seksio dan
bisa terkomplikasi (= metode persalinan) (methode of
delivery)

6. Keadaan bayi yang lahir → outcome of delivery

Hanya untuk bayi lahir sehat, tunggal atau mutiple.


Apabila bayi lahir sakit maka telusuri dari istilah medis
sakitnya → umumnya akan ditemukan kode perinatal
(alfabet P).

60
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 1 (Lanjutan-1)

7. Nifas → Puerperal (periode masa ibu melahirkan sampai


dengan 40 hari)
Perhatikan additional code yang harus menyertai kode
penyakit-2 yang menyertai status kesehatan ibu pada
masa nifasnya.

8. Gangguan bumil yang berpengaruh pada janin →


cari melalui Maternal condition affecting fetus or newborn,

9. Cedera → cari melalui INJURY


Harus dilengkapi informasi apa terbuka (open) atau tertutup
(closed)
Indeks urut abjad berdasrakan site lokasi cedera di
tubuh/organ tubuh.

61
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-2)

10. Luka bakar → cari di BURN)


Apakah luka bakar akibat api, listrik, petir, zat
kimia, uap air dan gas panas.

11. Tumor → telusuri melalui NEOPLASM.


Apabila ganas → CARCINOMA atau SARCOMA
Menemukannya bisa lewat Tumor → see also
Neoplasms.
Istilah carcinoma/sacoma tidak bisa untuk
menelusuri nama organ yang terkena, hanya bisa
untuk menemukan jenis sel atau sarcomanya
Site lokasi harus lewat Neoplasms, malignant primary,
secondary, in situ, benign atau uncertain or unknown
behaviour

12, Disease, condition, infection sulit untuk dijadikan lead


terms.

62
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-1)
1. Model penyebab luar cedera → cari di sebutan model terkait.
Contoh di antaranya:
Jatuh → Fall, falling from, falling on dst.
Terpukul → Strike, contact with dst.
Tertembak → memerlukan sebutan alat penembaknya
(pistol, senapan, meriam dst) (diperlukan
keterangan situasi apakah sedang perang, legal dst.)

2. Kecelakaan lalu lintas (apapun bentuknya, jalan, udara. Air


dst.) → cari di Accident (to) –
Perhatikan ada tabel rincian untuk kecelakaan lalu
lintas (jenis korban dan jenis penabrak)

3. Gigitan → Bite
Causa kebakaran → Burn

63
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-2)
4. Terjebak → Caught
Tercekik → Choked
Runtuh → Collaps
Tabrakan → Collision
Terjepit,tergencet → Crushed
Terpotong → Cut, cutting
Komplikasi tindakan medis → Complication

5. Pelepasan (peluru) → Discharge


Tenggelam → Drowning
Bencana alam → cari melalui bentuk
bencananya
(earthquake, flood, storm, tidal wave
dst.)

6. Tertimbun → earth falling (on)


7. Ledakan → explosion
8. Terpajan → exposure (to)
64
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-3)

7. Gagal → failure
Benda asing (masuk tubuh) → foreign body, object or
material)
Kebakaran hutan → forrest fire
Kausa fraktur → fracture
Membeku → freezing, frostbite, frozen

8. Luka tembak → wound, gunshot; gunshot wound

9. Gantung diri, tergantung → hanging (accidental)


Suhu panas → heat, hot
Ketinggian → high

10. Sengatan → ignition (accidental)


65
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-4)

10. Insiden tindakan medis → Incident, adverse


Terhisap → Inhalation
Tertelan/termakan → Ingestion
Cedera → Injury
Keracunan → Intoxication

11. Loncat → Jumped, jumping


Terjebak di antara → Jammed

12. Tertendang → Kicked by


Terbunuh → Killed, killing
Terpukul → Knock down (accidentally)

66
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-5)
13. Kurang → lack of
Legal → legal
Angkat barang berat → lifting
Petir → lightning
Kehilangan kontrol → loss of control
Berbaring di depan kereta api → lying before train
Nyasar di laut → loss at sea.

14. Misadventure khusus untuk pasien akibat tindakan medis.


Mabuk gunung → mountain sickness

15. Bising suara → noise


Tidak terdaftar → Non-administration

16. Tersumbat → obstruction


Berlebihan → over- …
67
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-6)

17. Keracunan → poisoning


Terdorong → pushed
Tusuk → puncture
Tertusuk → piercing. Tindik telinga → ear piercing
Tekanan → pressure

18. Radiasi → radiation


Lari → run, running away, running off

19. Terkelupas → scald


Mau sendiri → self harm, self inflicted
Sisa → sequelae
Syok → shock
Tembak → shooting
Tenggelam → sinking
68
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-7)

Terpleset → slipping
Kelaparan → starvation
Tersengat → sting
Tercekik → strangulation
Membentur → striking against
Diserang (pukul) → struck by
Sufokasi → suffocation
Bunuh diri → suicide
Tersengat matahari → sunstroke
Tertelan → swallowed, swallowing
Tertusuk (benda tajam) → stab, stabbing
Terinjak → stepped, on
Menginjak → stepping on
Tersengat sinar matahari → sun stroke
Tertelan → swallowed, swallowing
Tertutup rapat oleh → shut in (accidental)
69
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 2 (Lanjutan-8)

20. Terlempar ke, dari → thrown from, off


Terjebak → trapped
Tersandung → tripping
Tertimpa pohon → tree falling on, hitting

21. Korban → victum


Gunung meletus → volcanic eruption
Vibrasi (causing injury) → vibration

22. Perang → war operation


Tersapu → washed
Luka, terluka → wound, wounded
Cairan infuse salah → wrong fluid in infusion
Hampa udara → weightlessness (in spacecraft,
real or simulation) 70
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 3 (Lanjutan-1)

Pada seksi 3 ini daftar alfabetik nama obat atau zat kimia
penyebab keracunan (Poisoning) berdasarkan nama
generiknya.
Apabila nama generic obat/zat kimia tidak diketahui, maka
dipandu untuk mencari melalui khaziat obat/zat kimia terkait.

Contoh: Baygon
Ini nama pabrik, maka tidak bisa ditemukan di Seksi 3 ICD
10. Nomor kode yang dapat diberikan kepadanya adalah
nomor kode sifat kegunaannya yakni: Insecticide,
unspecified.
Apabila komposisi dari baygon diketahui, maka bisa dicari
nomor kode yang sesuai, apakah baygon itu terdiri dari
zat carbamate, mixed, organochlorine atau
organophosphorus (Silahkan baca di label baygon)
71
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 3 (Lanjutan-2)

Baygon sebagai insecticide NEC T60.9


Baygon sebagai insecticide mixed T60.9
Lain dengan DDT yang merupakan singkatan dari nama
generiknya.
DDT (dust) T60.1
Begitu juga untuk endrin
Endrin T60.1

Valium → tidak ada di Seksi 3, namun diazepam adalah T42.4


Paracetamol → T39.1
Sedang nama Panadol tidak ditemukan di Vol.3
Aspirine (aluminum( (soluble) → T39.0
Namun bodrex/bodrexin tidak ditemukan di Vol. 3

72
CONTOH “LEAD TERMS”
SEKSI 3 (Lanjutan-2)

Pengaruh obat pembuat cedera dirinci dalam tabel 5 lajur,


volume 3.
Contoh: Poisoning Adverse
___________________________________ effect in
Intentional Undeter. therapeutic
Substance Chap. XIX Accidental self harm intent. use
(halaman 635)
Antifungal
- antibiotic (systemic) T36.7 X44.- X64.- Y14.- Y40.7
- anti-infective NEC T37.9 X44.- X64.- Y14.- Y41.9
- disinfectant (local) T49.0 X44.- X64.- Y14.- Y56.0
- Nonmedicinal (spray) T60.3 X48.- X68.- Y18.- -
Barbiturat NEC T42.3 X41.- X61.- Y11.- Y47.0
- With tranguilizer T42,3 X41.- X61.- Y11.- Y47.0
BCG (vaccine) T50.9 X44.- X64.- Y14.- Y58.0

73
Lanjutan

1. Appendicitis (55 – 56) K37


Pasien diobervasi di ICU kemudian cito-operasi.
Rawat 5 hari, dipulangkan dalam keadaan sembuh.
Apa bisa kita beri kode K37?

3. Asphyxia, asphyxiation (61 – 62) R09.0


Hasil allo-anamnese tertulis: Sesak akibat tenggelam
di danau saat bermain dengan temannya, Usia 6
tahun.
Apa cukup dipilihkan coder No. Kode R09.0 ?
Ternyata → (55) - drowning T75.1
(581) – (618) ? Apa kodenya cocok untuk kasus ini.
74
Buku adalah
jendela ilmu
pengetahuan

75

Anda mungkin juga menyukai