Anda di halaman 1dari 11

STUDI ANALISIS NILAI SEBARAN KADAR OKSIGEN TERLARUT DALAM

ALIRAN (DO) PADA HULU DAN HILIR BANGUNAN BENDUNG DI DAERAH


IRIGASI TUMPANG KABUPATEN MALANG

Ulill Allbab1, Very Dermawan2, Donny Harisuseno2


1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1
ulillallbab17@gmail.com

ABSTRAK
Aliran pada bendung mempunyai kecepatan tinggi dan dapat bersentuhan langsung dengan udara.
Proses olakan air akan meningkatkan kandungan oksigen dalam air (dissolved oxygen), dikarenakan adanya
peningkatan kontak air dengan udara, sehingga mendukung aliran air untuk memperbaiki kualitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai oksigen terlarut dalam aliran akibat adanya
bangunan bendung.
Lokasi penelitian dilakukan pada 4 bendung di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang yaitu:
Bendung Cokro, Bendung Kenongo, Bendung Kontrolilan, dan Bendung di Saluran Sekunder DI Tumpang.
Metode dalam penelitian ini menggunakan data primer pengukuran di lapangan, kemudian dikembangkan
dan dibandingkan dengan pemodelan program HEC-RAS 4.1.0. dan menggunakan perhitungan analitis
Metode Streeter-Phelps. Parameter yang digunakan yaitu: temperature (suhu), DO (Dissolved Oxygen), BOD
(Biochemical Oxygen Demand), Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3).
Berdasarkan hasil pengukuran kadar oksigen terlarut di lapangan terjadi penurunan pada Bendung
Cokro 1,945%, Bendung Kenongo 12,225%, Bendung Sal. Sekunder DI Tumpang 7,262%, dan hanya terjadi
kenaikan pada Bendung Kontrolilan 3,242%. Hasil pemodelan menggunakan HEC-RAS 4.1.0. secara
keseluruhan kadar okssigen terlarut pada Bendung Cokro mengalami penurunan sebesar 4,091%, pada
Bendung Kenongo sebesar 10,091% dan Bendung Sal. Sekunder DI Tumpang sebesar 3,697%, sedangkan
pada Bendung Kontrolilan mengalami kenaikan sebesar 3,013%. Hasil pemodelan secara keseluruhan
menggunakan perhitungan analitis Metode Streeter-Phelps pada hulu bendung didapat rata-rata kadar
oksigen terlarut pada Bendung Cokro sebesar 8,308 mg/l, pada Bendung Kenongo sebesar 9,700 mg/l, pada
Bendung Kontrolilan sebesar 7,035 mg/l, dan Bendung Sal. Sekunder DI Tumpang sebesar 7,606 mg/l.

Kata Kunci: bendung, DO (Dissolved Oxygen), HEC-RAS 4.1.0, Metode Streeter-Phelps, sebaran.

ABSTRACT
Flow at high speed and the weir have direct contact with the air. Water turbulence proces will increase
the oxygen content in the water (dissolved oxygen), due to the increase of water contact with the air, thus
supporting self purification to improve water quality. This study aimed to determine changes in the value of
dissolved oxygen in streams as a result of weir.
This study was done on 4 weirs in Subdistrict Tumpang, District Malang, namely: Cokro Weir, Kenong
Weir, Kontrolilan Weir, and Weir in the secondary channels DI Tumpang. Measurements of water quality
parameter was conducted, then developed and compared with the modeling program HEC-RAS 4.1.0. and
using analytical calculation Streeter-Phelps method. Parameters used were: temperature, DO (Dissolved
Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), nitrite (NO2) and nitrate (NO3).
The result of measurement showed that concentration of dissolved oxygen were decreased in the Cokro
Weir 1.945%, Kenongo Weir 12.225%, Weir in the secondary channels DI Tumpang 7.262%, and only an
increase in the Kontrolilan Weir 3.242%. Results of modeling using HEC-RAS 4.1.0. overall concentration of
dissolved oxygen the Cokro Weir decreased by 4.091%, the Kenongo Weir at 10.091% and Weir in the
secondary channels DI Tumpang at 3.697%, while the Kontrolilan Weir increased by 3,013%. Modeling
results overall use analytical calculations Streeter-phelps method on the upstream weir obtained an average
concentration of dissolved oxygen in the Cokro Weir at 8.308 mg/l, the Kenongo Weir at 9.700 mg/l, the
Kontrolilan Weir at 7.035 mg/l, and Weir in the secondary channels DI Tumpang at 7.606 mg/l.

Keywords: weir, DO (Dissolved Oxygen), HEC-RAS 4.1.0, Streeter-Phelps Method, distribution.


1. PENDAHULUAN akan mengakibatkan kualitas air pada
Bangunan-bangunan hidrolik banyak saluran irigasi dan sungai akan menurun,
dibangun guna menunjang bidang per- sehingga mengganggu ekosistem yang
tanian terutama sebagai sarana dan pra- ada. Adanya proses olakan air dan
sarana irigasi teknis. Bangunan hidrolik loncatan hidrolik pada bangunan bendung
tersebut antara lain adalah: bendungan, diharapkan akan dapat meningkatkan
waduk, bendung, terjunan, pintu air, kandungan oksigen terlarut dalam air
bangunan bagi, bangunan sadap, dan (dissolved oxygen).
bangunan pelengkap lainnya. Pada suatu Tujuan dari penelitian ini adalah
bangunan hidrolik aliran mempunyai ke- untuk mengetahui perubahan nilai kadar
cepatan tinggi dan dapat bersentuhan oksigen terlarut akibat adanya bangunan
langsung dengan atmosfir. Proses ini bendung serta mengetahui nilai kadar
udara dapat masuk dari atmosfir kedalam oksigen terlarut dalam aliran berdasar-
aliran dan bercampur dengan aliran kan pengukuran langsung di lapangan,
tersebut. pemodelan program HEC-RAS 4.1.0, dan
Seperti pada pelimpah bendungan pehitungan analitis dengan menggunakan
dan bendung, pada salah satu bagiannya Metode Streeter-Phelps. Sedangkan
mempunyai saluran curam yang biasa untuk manfaat dari penelitian ini diarah-
disebut saluran luncur (chuteway). Pada kan untuk mengetahui sebaran oksigen
daerah chuteway ini, aliran mempunyai terlarut dalam aliran dan perubahan
kecepatan yang tinggi dan aliran ber- oksigen terlarut akibat adanya bangunan
sentuhan langsung dengan atmosfir se- bendung di saluran irigasi, sehingga dapat
hingga udara dapat masuk dari atmosfir memberikan gambaran tentang manfaat
ke dalam aliran tersebut. Proses pe- dari bangunan bendung dalam bidang
masukan udara pada permukaan air bebas lingkungan terutama peningkatan kadar
yang terjadi jika aliran mempunyai ke- oksigen terlarut dan sebaran oksigen
cepatan tinggi, dinamakan dengan aerasi terlarut dalam aliran.
atau pengudaraan alamiah (self aeration)
(Raju, 1986). 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Gulliver dan Rindels, Parameter Kualitas Air
1993) pengudaraan alamiah pada struktur Untuk mengetahui apakah suatu air
hidraulik penting untuk perbaikan tercemar atau tidak, diperlukan pengujian
kandungan oksigen pada sungai, waduk, untuk menentukan sifat-sifat air sehingga
dan aliran lain yang menggunakan dapat diketahui apakah terjadi pe-
struktur hidraulik. Chanson (1994) juga nyimpangan dari batasan-batasan yang
mengatakan bahwa pada pelimpah ber- sudah ditentukan. Kualitas air dapat di-
terap terjadi proses turbulensi yang ukur berdasarkan banyak parameter,
mengakibatkan meningkatnya transfer antara lain:
oksigen ke dalam air sehingga kadar DO a. Parameter Fisika
(dissolved oxygen) meningkat. Adanya 1. Kecerahan
proses olakan air akan meningkatkan 2. Suhu
kandungan oksigen dalam air (dissolved 3. Kekeruhan
oxygen) hal ini dikarenakan adanya 4. Residu terlarut atau TDS (Total
Dissolved Solid)
peningkatan kontak air dengan udara se-
5. Zat Padat Tersuspensi atau TSS
hingga mendukung proses mandiri aliran
(Total Suspendid Solid)
air memperbaiki kualitasnya.
b. Parameter Kimia
Salah satu masalah yang dihadapi
1. pH (Power of Hydrogen atau
pada suatu Daerah Irigasi adalah pen-
Poisson Hard)
cemaran air. Pencemaran air tersebut
2. Oksigen terlarut (Dissolved tinggi juga mengakibatkan proses peng-
Oxygen) karatan semakin cepat karena oksigen
3. BOD (Biology Oxygen Demand) akan mengikat hidrogen yang melapisi
4. COD (Chemical Oxygen Demand) permukaan logam (Fardiaz, 1992).
5. Nitrat (NO3) Pemasukan Udara dan Konsentrasi
6. Nitrit (NO2) Udara Dalam Aliran
Aerasi Alami Dalam Aliran Besarnya konsentrasi udara dalam
Aerasi adalah pengaliran udara ke aliran atau areasi alamiah alirah telah
dalam air untuk meningkatkan kandungan diteliti oleh beberapa ahli dengan me-
oksigen dengan memancarkan air atau masukkan variabel yang mempengaruhi-
melewatkan gelembung udara ke dalam nya, antara lain faktor kemiringan, faktor
air sehingga oksigen terlarut di dalam air debit, faktor kekasaran, dan bilangan
semakin tinggi. Prinsip aerasi pada dasar- Froude. Penyelidikan lapangan dan
nya mencampurkan air dengan udara atau laboratorium menetapkan pemasukan
bahan lain sehingga air yang beroksigen udara pada kemiringan curam, pertama
rendah kontak dengan oksigen atau udara. terjadi pada titik tempat tebal lapisan
Tujuan utama proses aerasi adalah me- batas sama dengan kedalaman aliran di
larutkan oksigen ke dalam air untuk titik tersebut (Raju, 1986:250).
meningkatkan kadar oksigen terlarut
dalam air dan melepaskan kandungan Tepi lapisan
gas-gas yang terlarut dalam air, serta batasU
1 Aliran sebagian
membantu pengadukan air. H
X Aliran sepenuhnya
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) C

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)


merupakan kebutuhan dasar tanaman dan Letak titik h
hewan dalam air. Oksigen terlarut dapat Gambar 1. Daerah Aliran Yang Berbeda
berasal dari proses fotosintetis tanaman Pada Pelimpah
air dan udara yang masuk ke dalam air Sumber: Raju (1986: 249)
dengan kecepatan terbatas serta dinyata-
kan dalam satuan ppm (part per million). Masuknya udara ke dalam aliran
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = yang diawali dari titik C, menyebabkan
DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup kedalaman air di hilir titik tersebut akan
untuk pernapasan, proses metabolisme bertambah. Gangadharaiah, dkk. (1970)
atau energi untuk pertumbuhan dan merumuskan besarnya konsentrasi udara
pembiakan (Salmin, 2005). dalam aliran dipengaruhi oleh variabel
Konsentrasi oksigen terlarut dalam kekasaran dasar dan bilangan Froude
keadaan jenuh bervariasi tergantung dari (Raju, 1986:250):
suhu dan tekanan atmosfer. Pada suhu ⁄
20oC dengan tekanan 1 atmosfer, ⁄
konsentrasi oksigen terlarut dalam
keadaan jenuh adalah 9,2 ppm, sedang- Dengan:
kan pada suhu 50 oC dengan tekanan Ca = konsentrasi udara teoritis rata-rata
atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya n = koefisien kekasaran pelimpah
hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi suhu air, Fc = bilangan Froude di penampang C
semakin rendah tingkat kejenuhan.
Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan mengakibatkan ikan-ikan
dan binatang air lainnya yang mem-
butuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya
konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu
apabila kapasitas tampungan sungai tidak
mencukupi, serta kondisi kualitas air
sungai. Menu utama untuk menjalankan
proses analisis kualitas air yaitu: data
masukan kualitas air (Water Quality data
Window), analisa kualitas air (Running
Water Quality), hasil kualitas air.
Metode Streeter-phelps
Metode Streeter-Phelps merupakan
metode penetapan daya tampung beban
pencemaran air pada sumber air dengan
menggunakan model matematik yang
Gambar 2. Contoh kejadian aerasi dikembangkan oleh Streeter-Phelps.
alamiah pada bangunan Penerapan model matematika Steeter-
hidrolik Phelps mengacu Keputusan Menteri
Sumber: Gulliver dan Rindels (1993:328)
Negara Lingkungan Hidup Nomor 110
tahun 2003, salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui nilai defisit
oksigen serta menggambarkan pola sebar-
an konsentrasi oksigen terlarut di perairan
adalah model Streeter-Phelps. Persamaan
model Streeter-Phelps dapat dilihat
sebagai berikut: (Davis dan Cornwell,
1991).
( ) ( )

Gambar 3. Aerasi alamiah aliran di Dengan:


pelimpah D = defisit oksigen pada badan air
Sumber: Chanson (1993)
setelah digunakan untuk penguraian
Analisa Kualitas Air HEC-RAS 4.1.0 bahan organik (mg/l)
Program HEC-RAS 4.1.0. merupa- La = konsentrasi BOD pada badan air
kan program aplikasi untuk memodelkan (mg/l)
aliran di sungai, River Analysis System kd = konstanta laju penguraian bahan
(RAS) yang dikeluarkan oleh U.S. Army organik oleh mikroorganisme
Corps of Engineers (USACE). Program (l/hari)
HEC-RAS sendiri dikembangkan oleh Da = defisit oksigen pada badan air
The Hydrologic Engineer Centre (HEC), (mg/l)
yang merupakan bagian dari oleh U.S. kr = konstanta laju reaerasi pada badan
Army Corps of Engineers. air (l/hari)
Pada software HEC-RAS 4.1.0. ini, x = jarak titik pengamatan terhadap
dapat ditelusuri kondisi air sungai dalam titik sebelumnya (km)
pengaruh hidrologi dan hidrolikanya, v = kecepatan pengaliran air (m/hari)
serta penanganan sungai lebih lanjut Nilai Kr dapat diperkirakan dengan
sesuai kebutuhan misalnya untuk masalah metode yang dianjurkan oleh O’Connor
kualitas air. Program HEC-RAS 4.1.0 ini dan Dobbins (1958) dalam Davis dan
dapat digunakan untuk analisa kualitas Cornwell (1991).
air. Dari hasil analisa tersebut dapat di-
( )
ketahui ketinggian muka air dan limpasan
Dengan V adalah kecepatan rata-rata modelan menggunakan HEC-RAS 4.1.0.
aliran air di saluran (m/dt) dan R adalah dengan data pengukuran lapangan guna
kedalaman rata-rata saluran (m). Untuk mengetahui hasil pemodelan dapat
suhu air yang berbeda digunakan hubung- dikatakan baik, memuaskan, atau kurang
an yang ditemukan oleh Chuchill: baik. Metode statistik yang digunakan
adalah dengan menghitung efisiensi
( ) ( ) ( )
Nash-Sutcliffe (ENS). Persamaan untuk
ENS terdapat pada persamaan berikut:
Sedangkan nilai Kd perkiraan dengan
metode dalam hydroscience (1971) ∑ ( )
sebagai berikut: ∑ ( ̅̅̅̅)
( ) ( )
Dengan:
Dengan H merupakan kedalaman air = koefisien Nash-sutcliffe
di dalam saluran (m). Kemudian untuk = nilai simulasi model (nilai
suhu air yang berbeda digunakan rumus pemodelan)
yang ditemukan oleh Churcill dalam = nilai observasi (nilai hasil
Davis dan Cornwell (1991) sebagai pengukuran)
berikut: ̅̅̅̅ = rata-rata nilai observasi (nilai hasil
pengukuran)
( ) ( ) ( )
n = jumlah data
Kesalahan Relatif Hasil simulasi dikatakan baik jika
Kesalahan relatif adalah suatu tingkat , memuaskan jika
kesalahan pada suatu pengujian yang , kurang baik jika nilai
berulang, dengan hasil pengujian pada .
tiap nomor pengujian tidak mungkin
selalu berada pada garis lurus atau nilai 3. METODOLOGI PENELITIAN
Deskripsi Daerah Studi
tetap. Pasti ada suatu penyimpangan
Lokasi penelitian dilaksanakan di
hasil, persamaan untuk kesalahan relatif
daerah Kecamatan Tumpang, Kabupaten
adalah sebagai berikut:
Malang yang mempuyai sistem irigasi
Kesalahan Relatif (KR) |
( )
|
teknis berupa bangunan bendung.
Penelitian ini dilakukan terhadap 4
bangunan bendung yaitu: Bendung
Dengan:
KR = Kesalahan relatif Cokro, Bendung Kenongo, Bendung
= Data Lapangan Kontrolilan, dan Bendung di Saluran
= Data Pemodelan Sekunder Daerah Irigasi Tumpang.
Tabel 1. Lokasi studi
Uji Nash-Sutcliffe
Nash-Sutcliffe (1970) dalam
Ilhamsyah (2012) menyatakan, kalibrasi
dan pengujian model bertujuan agar
output model hasilnya mendekati dengan
output dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
yang diuji. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil prediksi Sumber: www.earth.google.com diakses pada
dengan hasil observasi dengan meng- tanggal 7 April 2015
gunakan kriteria statistik. Penelitian ini
dilakukan verifikasi terhadap hasil pe-
Gambar 4. Peta lokasi penelitian
Sumber: Peta Bakosurtanal dan Google Earth diakses pada tanggal 7 April 2015
Data-data yang diperlukan Pengukuran di lapangan
Secara umum data yang diperlukan Pengukuran dan pengambilan data
dalam penelitian ini adalah sebagai dilakukan pada bulan September-
berikut: November 2014 disesuaikan dengan
1. Data Kualitas Air kondisi lapangan yang ada. Dalam pe-
Data kualitas air ini mengenai nentuan section dilakukan pengukuran
kandungan yang terdapat dalam air penampang dan dimensi bangunan
dan diperoleh dari pengambilan bendung terlebih dahulu, pengukuran
sampel serta pengukuran langsung di digunakan untuk menentukan jumlah
lapangan. Parameter yang digunakan section. Berikut adalah tahapan dari
yaitu: temperatur (suhu), DO, BOD, proses pengukuran dan pengambilan data
(Nitrit (NO2), dan Nitrat (NO3). di lapangan:
2. Data Pengukuran Penampang 1. Melakukan survey lapangan pada
Memanjang Dan Melintang daerah irigasi teknis untuk me-
Data penampang memanjang dan nentukan bangunan bendung yang di-
melintang dilakukan pengukuran teliti dan studi literatur.
secara langsung di lapangan yang di- 2. Membuat sketsa bangunan bendung
gunakan untuk analisa pengaliran dan guna menentukan section untuk setiap
kualitas air dengan menggunakan bangunan bendung dengan section di
program HEC-RAS 4.1.0. hulu dibagi menjadi 3-4 section serta
3. Data sekunder di hilir dibagi menjadi 6-10 section.
Data sekunder ini mengenai data 3. Melakukan pengukuran kadar DO dan
klimatologi dan data kualitas air suhu di lapangan dengan alat ukur DO
sebagai input program HEC-RAS meter, pengukuran kecepatan dan
4.1.0. (Algae, Organic Nitrogen, kedalaman aliran untuk setiap section,
Organic Phosphorus, Orthophosphate, pengukuran profil bangunan bendung
Ammonium Nitrogen)
(penampang aliran) untuk tiap section Perhitungan konsentrasi udara dalam
pada setiap lokasi bangunan bendung, aliran
kemudian melakukan pengambilan Perhitungan konsentrasi udara dalam
sampel air pada hulu dan hilir bendung aliran pada penelitian ini berguna untuk
guna memperoleh BOD, (Nitrit (NO2), mengetahui nilai konsentrasi udara setiap
dan Nitrat (NO3). section, kemudian dihitung rata-rata
Untuk lebih jelas mengenai peng- untuk mendapatkan nilai konsentrasi
ukuran di lapangan dapat dilihat pada udara keseluruhan pada setiap lokasi
Gambar 5. Sketsa pengambilan data pada penelitian.
Bendung Kontrolilan. Perhitungan Metode Streeter-phelps
Pemodelan HEC-RAS 4.1.0. Penelitian ini menggunakan per-
Pada penelitian ini dari hasil pe- hitungan analitis Metode Streeter-phelps
ngumpulan data primer maupun data guna mengetahui DO pemodelan dan
sekunder kemudian memasukkan data ke dilakukan hanya pada hulu bendung.
dalam program HEC-RAS 4.1.0. untuk Kemudian melakukan analisis dan
setiap bangunan bendung selanjutnya me- pembahasan untuk kesesuaian antara
lakukan proses running. Selanjutnya hasil pengukuran DO di lapangan dengan
dihitung juga kesalahan relatif (KR) dari DO pemodelan menggunakan Metode
data hasil pengukuran di lapangan dengan Streeter-phelps.
hasil pemodelan program HEC-RAS Uji Nash-Sutcliffe
4.1.0. guna mengetahui berapa besar pe- Melakukan Uji Nash-Sutcliffe pada
nyimpangannya. penelitian ini digunakan untuk me-
Perhitungan kesalahan relatif ngetahui keseluruhan setiap lokasi
Perhitungan kesalahan relatif pada penelitian output pemodelan hasilnya
penelitian ini dilakukan guna mengetahui mendekati dengan data lapangan.
penyimpangan pemodelan menggunakan
HEC-RAS 4.1.0. dengan data pegukuran
lapangan.

Gambar 5. Sketsa pengambilan data Bendung Kontrolilan


Sumber: Hasil pengukuran dan analisa
Mulai Tabel 2. Hasil kadar DO pegukuran di
lapangan
Data Sekunder
Survey Saluran Irigasi input Hec-Ras Data
Studi Literatur
Teknis Dan Non Teknis 4.1.0 untuk Klimatologi
kualitas air

Bangunan Hidrolik
Terpilih Berupa
Bendung
Sumber: Hasil Perhitungan dan pengukuran
Berdasarkan Tabel 2. hasil DO peng-
Pengukuran Profil
Bangunan dan Hidrolika
Pengambilan Sampel Air
(BOD, COD, NO2, dan
Pengukuran DO atau Kadar
Oksigen Terlarut Dalam
ukuran lapangan dan pengamatan per
Aliran NO3) Aliran (Dissolved Oxygen)
section untuk parameter DO mengalami
fluktuasi, ada yang kenaikan dan pe-
Input Data ke dalam Hec-Ras
nurunan. Berdasarkan hasil rekapitulasi
4.1.0 pengukuran lapangan terjadi kenaikan
DO (Dissolved Oxygen) pada Bendung
Running Kualitas Air Kontrolilan dengan hasil kadar DO di
dengan Hec-Ras 4.1.0
hulu sebesar 7,034 mg/l dan mengalami
peningkatan di hilir sebesar 7,262 mg/l,
Analisis hasil running Kualitas Air dengan
Hec-Ras 4.1.0 pada setiap bangunan yang sedangkan pada lokasi yang lain terjadi
diteliti
penurunan kadar DO.
Perhitungan Analitis DO
Hasil pemodelan HEC-RAS 4.1.0.
Verifikasi dan perhitungan penyimpangan (KR)
(Dissolved Oxygen) Metode
Streeter-Phelps
hasil running Hec-Ras 4.1.0 dengan data di lapangan Pada penelitian ini dari hasil pe-
ngumpulan data primer maupun data
sekunder kemudian dimasukkan data ke
Apakah mendekati
dalam program HEC-RAS 4.1.0. sesuai
TIDAK
hasil pengukuran data
primer di lapangan?
dengan input yang ada untuk setiap
bangunan bendung selanjutnya me-
lakukan proses running dan dihitung juga
YA
kesalahan relatif (KR).
Hasil analisa dan pembahasan Berdasarkan Tabel 3. Hasil Kadar
DO pemodelan HEC-RAS 4.1.0. terjadi
Kesimpulan dan saran
fluktuasi DO. Hasil pemodelan HEC-
RAS 4.1.0. menunjukkan kenaikan DO
hanya pada Bendung Kontrolilan dengan
Selesai
hasil kadar DO di hulu sebesar 7,055
Gambar 6. Diagram Alir Penelitian mg/l dan dan mengalami peningkatan di
hilir sebesar 7,268 mg/l, sedangkan pada
4. HASIL DAN PEMBAHASAN lokasi penelitian yang lain terjadi pe-
Hasil pengukuran lapangan nurunan kadar DO.
Hasil pengukuran kedalaman air, Tabel 3. Hasil kadar DO pemodelan
kecepatan aliran, suhu, dan DO dicatat HEC-RAS 4.1.0.
dan kemudian dirata-rata untuk setiap
section yang diukur. Pengambilan
sampel air untuk menguji BOD, COD,
NO2, NO3 dianalisa di laboratorium Air
dan Tanah Jurusan Pengairan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya. Berikut
Sumber: Hasil Perhitungan dan pemodelan
adalah hasil rata-rata kadar DO untuk
hulu dan hilir:
Hasil perhitungan konsentrasi udara pada Bendung Kenongo dan terkecil pada
dalam aliran Bendung Kontrolilan.
Gangadharaiah, dkk. (1970) dalam Tabel 4. Keseluruhan rata-rata DO di
(Raju, 1986:250) merumuskan berdasar- Hulu Metode Streeter-phelps
kan perhitungan teoritis nilai konsentrasi
udara dalam aliran atau areasi alamiah
aliran faktor kedalaman, kecepatan,
bilangan Froude serta kekasaran
pelimpah mempengaruhi nilai konsentrasi
udara pada bangunan bendung yang Sumber: Hasil Perhitungan dan pemodelan
diteliti. Nilai konsentrasi udara dalam Hasil perhitungan kesalahan relatif
aliran rata-rata pada Bendung Cokro (KR)
sebesar 0,00208, pada Bendung Kenongo Setiap section bendung pada hasil
sebesar 0,00075, Bendung Kontrolilan pemodelan HEC-RAS 4.1.0. dihitung
sebesar 0,03046, dan pada Bendung Sal. nilai KR antara hasil pemodelan dengan
Sekunder DI Tumpang sebesar 0,09027. data pengukuran lapangan. Nilai KR
Hasil perhitungan analitis Metode keseluruhan hasil pemodelan HEC-RAS
Streeter-phelps 4.1.0. terhadap data lapangan untuk
Perhitungan analitis menggunakan lokasi penelitian sebesar 1,283%.
Metode Streeter-Phelps faktor hidrolika Setiap lokasi penelittian kemudian
yang mempengaruhi terhadap kadar dihitung rata-rata KR secara keseluruhan
oksigen terlarut adalah jarak, kedalaman, antara perhitungan pemodelan Metode
dan kecepatan pada setiap section. Streeter-phelps dengan data pengukuran
Perhitungan Metode Streeter-Phelps ini lapangan pada bagian hulu bendung.
digunakan hanya pada hulu bendung saja. Sedangkan nilai (KR) keseluruhan lokasi
Hasil perhitungan Metode Streeter- penelitian hasil pengukuran lapangan
Phelps kadar DO menunjukkan adanya dengan pe-modelan Metode Streeter-
fluktuasi dengan penurunan dan pe- Phelps sebesar 0,457%. Untuk lebih jelas
ningkatan kadar DO pada setiap section. mengenai perhitungan kesalahan relatif
Berikut adalah hasil keseluruhan rata-rata (KR) dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai
DO di hulu berdasarkan Metode Streeter- kesalahan relatif (KR) pada setiap lokasi
phelps: penelitian. Sedangkan untuk persentasi
Nilai keseluruhan rata-rata kadar DO kenaikan dan penurunan nilai kadar DO
didapat dengan merata-rata nilai kadar dpat dilihat pada Tabel 6. Persentasi
DO setiap section pada hulu bendung. kenaikan dan penurunan nilai kadar DO
Berdasarkan Tabel 4. Dapat dilihat bahwa pada setiap lokasi penelitian.
keseluruhan rata-rata kadar DO terbesar

Tabel 5. Nilai Kesalahan Relatif (KR) Keseluruhan pada Setiap Lokasi Penelitian
Nilai Rerata KR (%)
No. Nama Bangunan Hulu dan hilir lapangan Hulu lapangan dengan
dengan HEC-RAS 4.1.0. Streeter-Phelps
1 Bendung Cokro 1.053 0.390
2 Bendung Kenongo 2.246 1.337
3 Bendung Kontrolilan 1.246 0.026
4 Bendung Sal. Sekunder DI Tumpang 0.588 0.075
Nilai KR (%) Keseluruhan Lokasi Studi 1.283 0.457
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 6. Persentasi Kenaikan dan Penurunan Nilai kadar DO pada Setiap Lokasi Penelitian
Nilai DO (%)
No. Nama Bangunan Keterangan
Lapangan HEC-RAS
1 Bendung Cokro 1.945 4.091 Penurunan
2 Bendung Kenongo 12.225 10.091 Penurunan
3 Bendung Kontrolilan 3.242 3.013 Kenaikan
4 Bendung Sal. Sekunder DI Tumpang 4.087 3.697 Penurunan
Sumber: Hasil Perhitungan
Hasil Uji Nash-Sutcliffe Bendung Kenongo sebesar 12,225%,
Pada hasil pemodelan ini dilakukan dan Bendung Sal. Sekunder DI
verifikasi dengan membandingkan antara Tumpang sebesar 4,087%, sedang-
hasil pemodelan HEC-RAS 4.1.0 dengan kan hanya pada Bendung Kontrolilan
nilai hasil pengukuran di lapangan meng- yang mengalami kenaikan sebesar
gunakan Metode Nash-Sutcliffe. Hasil 3,242%.
simulasi dikatakan baik jika , 2. Kadar DO hasil pemodelan HEC-
memuaskan jika , kurang RAS 4.1.0, pada Bendung Cokro
baik jika nilai (Nash-sutcliffe, mengalami penurunan sebesar
1970 dalam Ilmansyah, 2012). Berikut 4,091%, pada Bendung Kenongo
adalah hasil rekapitulasi nilai Nash- sebesar 10,091% dan pada Bendung
sutcliffe pada setiap lokasi penelitian: Sal. Sekunder DI Tumpang sebesar
Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai 3,697%, sedangkan terjadi kenaikan
koefisien Nash-Sutcliffe pada setiap kadar DO hanya pada Bendung
lokasi penelitian menunjukkan bahwa Kontrolilan sebesar 3,013%.
hasil Uji Metode Nash-Sutcliffe untuk 3. Berdasarkan hasil perhitungan pe-
hasil pemodelan menggunakan HEC- nyimpangan pemodelan HEC-RAS
RAS 4.1.0 dapat dikatakan baik dikarena- 4.1.0 dengan data pengukuran di
kan . lapangan didapat nilai rerata KR
Tabel 7. Rekapitulasi Uji Nash-sutcliffe Bendung Cokro sebesar 1,053%,
pada setiap lokasi studi nilai rerata KR Bendung Kenongo
sebesar 2,246%, nilai rerata KR
Bendung Kontrolilan sebesar
1,246%, dan nilai rerata KR Bendung
Sal. Sekunder DI Tumpang sebesar
0,588%. Berdasarkan hasil rekapi-
Sumber: Hasil Perhitungan
tulasi nilai koefisien Nash-Sutcliffe
menunjukkan bahwa nilai rata-rata
5. KESIMPULAN DAN SARAN keseluruhan pada lokasi
penelitian sebesar 99,802 sehingga
Kesimpulan
Uji Nash-Sutcliffe untuk hasil
Berdasarkan hasil pembahasan dan
pemodelan HEC-RAS 4.1.0 dapat di-
analisa yang telah dijelaskan dapat di-
katakan baik dikarenakan .
ambil kesimpulan sebagai berikut:
4. Dapat disimpulkan bahwa pe-
1. Dari hasil pengukuran kadar DO di
modelan kadar DO menggunakan
lapangan didapat hasil yang fluktuasi
program HEC-RAS 4.1.0 dapat
dengan kenaikan dan penurunan
digunakan pada keempat lokasi
kadar DO. Keseluruhan rata-rata
penelitian serta keandalan program
kadar DO pengukuran di lapangan
HEC-RAS 4.1.0. dapat digunakan
pada Bendung Cokro mengalami
sebagai aplikasi bantuan untuk me-
penurunan sebesar 1,945%, pada
ngetahui sebaran kadar DO pada
setiap section bangunan bendung Chanson, H. (1993-b). Stepped Spillway
yang diteliti. Sedangkan perhitungan Flows and Air Entrainment.
analitis Metode Streeter-Phelps Canadian Journal of Civil
hanya dapat digunakan untuk meng- Engineering Vol. 20, No.3, 422-435.
hitung DO pemodelan pada hulu Chanson, H. (1994). Energy Dissipation
bendung saja, dikarenakan Metode on Stepped Spillway. Journal of
Streeter-Phelps ini tidak sesuai untuk Hydraulic Engineering, 80-82.
menghitung DO pemodelan apabila Davis, Mackenzie L and David A.
melewati suatu bangunan hidrolik. Cornwell. 1991. Introduction to
5. Secara keseluruhan rata-rata kadar environmental engineering. USA:
DO terjadi peningkatan hanya pada Station, Auburn Univercity, Alabama.
Bendung Kontrolilan, sedangkan Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara.
yang terjadi pada Bendung Kenongo, Yogyakarta: Kanisius.
Bendung Cokro, dan Bendung Sal. Gulliver, J. S. & Rindels, A. J. 1993.
Sekunder DI Tumpang mengalami Measurement of Air-Water Oxygen
penurunan. Sehingga dapat disimpul- Transfer at Hydraulic Structures,
kan bahwa bangunan bendung dapat Journal of Hydraulic Engineering
mempengaruhi adanya penurunan 119, 327-349.
dan peningkatan kadar DO. Fluktuasi Ilmansyah, Yopi. 2012. Analisa dampak
kadar DO ini cenderung mengikuti
ENSO terhadap debit aliran DAS
perubahan suhu air yang terjadi di
Cisangkuy Jawa Barat menggunakan
bangunan bendung, dimana apabila
model Rainfall-Runoff. Jurnal Depik,
terjadi peningkatan suhu maka nilai
1(3): 165-174 ISSN 2089-7790.
DO akan berkurang dan sebaliknya
Raju, K.G.R. 1986. Aliran Melalui
apabila terjadi penurunan suhu maka
nilai DO akan meningkat. Saluran Terbuka, terjemahan Yan
Saran Piter Pangaribuan. Jakarta: Erlangga.
1. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO)
selanjutnya mengenai perubahan dan Kebutuhan Oksigen Biologi
kadar DO akibat adanya bangunan (BOD) sebagai Salah Satu Indikator
hidrolik selain bangunan bendung. untuk Menentukan Kualitas
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan Perairan. Oseana. Vol. XXX,
dengan pengukuran sampel se- Nomor 3. Hal 21-26.
baiknya dilakukan secara time series
untuk setiap lokasi penelitian.
3. Perlu diperhatikan ketersediaan alat
dan waktu pengukuran pada peng-
ambilan data di lapangan, sehingga
hasil pengukuran dan analisa mem-
berikan hasil fluktuasi kadar DO
yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. User’s M u l HE -RAS
4.1. California: U.S. Army Corps of
Engineers.
Chanson, H. (1993-a). Self-aerated Flows
on Chutes and Spillways. Journal of
Hydraulic Engineering 119, 220-243.

Anda mungkin juga menyukai