A. PENDAHULUAN
Di era tiga Dimensi (3D) saat ini dapat ditemukan disegala bidang, tidak
terkecuali bidang oftalmologi khusunya peralatan diagnostic retina. Salah satu alat yang
sering digunakan dalam mendiagnosis keadaaan retina pasien adalah Optical Coherence
Tomography (OCT).1
Optical coherence tomography (OCT) merupakan alat diagnostik dengan teknik
pencitraan yang dapat menguraikan jaringan lapis demi lapis tanpa efek samping yang
merugikan. Optical berasal dari bahasa Yunani yang berarti penglihatan. Coherence
berarti dua gelombang yang memiliki panjang dan fase yang sama sedangkan
tomography berarti bagian.2
Jenis OCT yang pertama kali adalah Time Domain OCT ( Stratus Domain ) yang
diperkenalkan oleh dr. David Huang dan Prof Fujimoto pada tahun 1991. Alat ini hanya
memiliki gambaran 2 dimensi sedangkan generasi selanjutnya adalah Fourier domain
OCT ( Spectral Domain ) yang diperkenalkan 5 tahun berikutnya memiliki gambaran 3
dimensi.1,2,3
OCT merupakan alat noninvasive, imaging noncontact yang menghasilkan
gambar dengan resolusi tinggi, imaging tomografi dari struktur okular dalam bentuk
cross-sectional dengan mengukur sinar yang mengalami backscattered atau
backreflected. Teknik ini dapat menghasilkan gambar 2 dimensi, gambar dengan false
color dari masing- masing lapisan struktur, OCT analog dengan Ultrasonic-B scan dan
radar imaging, perbedaannya hanyalah bahwa OCT menggunakan prinsip low-coherence
interferometry, mengukur sinar optik bukan pantulan gelombang suara maupun radio.
Resolusi gambar yang dihasilkan bisa mencapai 1-15 µm, gambar OCT mengalami
pembesaran lebih dari gambar ultrasound konvensional. Kelebihan dari OCT ini
memberikan informasi yang lebih detail yang dapat diaplikasi di klinik maupun
penelitian.1,2,3,4
Teknik imaging menyediakan gambar tomografik dan gambar cross-sectional
dari struktur intraokular sehingga dapat memberikan informasi yang kuat untuk keperluan
1
diagnostik dan sebagai pelengkap informasi yang sudah didapatkan dari foto fundus dan
fluorescein angiografi.3
B. IMAGING TOMOGRAFI
b.1. Gambar tomografi dengan scan aksial
Tomografik atau gambaran struktur secara cross sectional, dapat dicapai dengan
melakukan pengukuran aksial (longitudinal) dari sinar yang mengalami backreflected dan
backscattered pada posisi transversa yang berbeda. Pengukuran 200 aksial dapat
dilakukan. Sinyal backscattered memiliki jangkauan ± maksimal sinyal -50 dB sampai -
100 dB batas sensitifitas. Agar visualisasi gambar dapat dinilai maka gambar OCT
diproses oleh komputer dan disajikan dalam bentuk dua dimensi yang berwarna hitam
putih ataupun gambar dengan warna ‘palsu’ (false color)3,6 .
b.2. Gambar OCT dalam Grey Scale dan False Color
Intensitas dari sinyal optik yang mengalami backscatter disajikan dalam skala
logaritma. Warna putih mewakili refleksi atau backscatter tertinggi dari sinyal optik,
sedangkan abu-abu gelap dan hitam mewakili refleksi yang terlemah. Jangkauan gambar
dalam gray-scale sangat terbatas. Sebagian besar komputer menyediakan hanya 8 atau
256 level abu- bau. Struktur bola mata sangat sulit dibedakan dengan menggunakan level
warna abu-abu, jadi gambar OCT dengan gray-scale tidak memberikan informasi yang
akurat.
2
Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas gambar maka gambar dapat
disajikan dalam bentuk ‘false color’, gambar ini memperjelas perbedaan dari masing-
masing struktur dalam gambar OCT. Refleksi atau backscattering tertinggi diwakili oleh
warna merah dan putih, sedangkan warna biru dan hitam mewakili backscattering
terendah. Dengan demikian setiap jaringan yang memiliki refleksi optikal yang berbeda
atau sifat scattering yang berbeda akan disajikan dalam warna yang berbeda. 5,6
3
a. b.
Gambar 3. Gambar (a) Menunjukkan OCT dari fovea yang belum diproses. Gambar (b).
Menunjukkan gambar OCT yang telah mengalami proses untuk mengoreksi gambar
sebelumnya yang kabur akibat terjadi gerakan bola mata selama proses pengambilan
gambar 12
Pergerakan dominan pada gambar yang kabur terjadi pada arah aksial (longitudinal)
karena struktur retina pada arah tersebut memiliki skala mikron. Gambar tomografik
dibuat dengan pengukuran aksial (longitudinal) pada posisi transversa yang berbeda
dalam mata. 7,8
4
intensitas pantulan/reflectivity. Pola interferensi gelombang yang dihasilkan oleh
superposisi gelombang dari cermin rujukan dan gelombang cahaya dari retina akan
diterjemahkan oleh komputer menjadi suatu pencitraan dengan simbol warna. Warna
merah dan putih untuk jaringan yang mudah memantulkan cahaya (high reflectivity)
seperti serabut saraf retina, Retinal Pigmen Epitelium (RPE) dan choriocapiller. Warna
biru dan hijau untuk yang kurang memantulkan cahaya (low reflectivity) seperti
fotoreseptor retina dan warna hitam untuk jaringan yang sangat kurang memantulkan
cahaya ( very low reflectivity) seperti jaringan koroid.3
Gambar 4 . Diagram skematik dari sistem OCT untuk pemeriksaan mata 6,7,8,9
5
Gambar 5. Gambar skematik sistem OCT yang digunakan dalam pemeriksaan segmen
anterior mata 7,8,10
Penggunaan OCT untuk pemeriksaan kornea dan segmen anterior pertama kali
diperkenalkan oleh Joseph Izatt di laboratorium professor fujimoto pada tahun 1994.
Tetapi beberapa tahun setelah diperkenalkan ternyata OCT komersial yang tersedia hanya
untuk pencitraan retina. Karena sistem pada OCT yang tersedia berdasarkan kamera
fundus, maka hal tersebut tidak memungkinkan pemeriksaan rutin segmen anterior bola
mata. Oleh karena itu hanya sedikit studi eksperimen pengukuran OCT segmen anterior
yang telah dilakukan. Dengan alasan tersebut banyak peneliti memodifikasi OCT retina
untuk pemeriksaan kornea dan segmen anterior.7
Sistem OCT retina yang tersedia hanya 100 sampai 400 axial- scan (A-scan)
perdetik. Pada kecepatan rendah ini, gambaran OCT dari segmen anterior menghasilkan
artefak yang menjadikan kualitas gambar rendah. Selain itu lapangan pandang yang
sempit juga merupakan masalah. Karena itu alat ini hanya dapat menilai kornea sentral
dan ketebalan flap LASIK saja. Selanjutnya OCT kemudian di sesuaikan dengan slitlamp
sehingga lebih nyaman dan lebih cepat dalam pemeriksaan rutin segmen anterior. Untuk
mengatasi masalah ini, maka dibuat OCT segmen anterior teknologi terbaru dengan
kecepatan dan kemampuan penetrasi yang sesuai untuk biometri yang akurat.7,8
Terdapat tiga unsur penting dari teknologi terbaru dalam pemeriksaan segmen anterior
bola mata, antara lain :
1. Panjang gelombang yang lebih besar
6
2. Pencitraan telecentric transverse
3. Memiliki kecepatan tinggi scanning axial dengan pola rapid scanning optical
delay (RSOD) 9
OCT segmen anterior menggunakan panjang gelombang 1310 nm berbeda
dengan OCT retina yang menggunakan 830 nm. Kedua panjang gelombang berasal dari
sinar semikonduktor (superluminesen dioda) yang dapat menyediakan cahaya terang,
kualitas gambar OCT sangat bagus. Sinar dengan panjang gelombang 1310 nm di
absorpsi kuat oleh air.7
OCT dengan panjang gelombang 1310 nm mencapai retina kurang dari 7%
sedangkan panjang gelombang 830 nm yang mencapai retina sekitar 93 %. Hal ini berarti
level gelombang cahaya yang sangat tinggi yaitu pada 1310 nm merupakan level yang
aman. Batas kekuatan paparan sinar yang mengenai mata ditentukan oleh American
National Standard Institute (ANSI) yaitu 15mV untuk panjang gelombang 1310 nm, dan
0.7 mV untuk panjang gelombang 830 nm. Keuntungan tambahan dari panjang
gelombang yang lebih besar adalah mengurangi scattering pada limbus, sklera, dan
iris.7,8,9
Sinar dengan panjang gelombang 1310 nm seharusnya berpenetrasi enam kali
lebih dalam daripada sinar dengan panjang gelombang 830 nm pada jaringan yang
memiliki kemampuan scattering sinar yang tinggi seperti sklera. Panjang gelombang
yang lebih besar memungkinkan penetrasi yang lebih dalam pada limbus untuk
visualisasi yang lebih baik dari skleral spur dan angle recess, hal ini penting dalam
menegakkan diagnosis glaukoma sudut sempit dan biometri bilik mata depan. Resolusi
tinggi yang dimiliki OCT memungkinkan penilaian dan visualisasi struktur- struktur
anatomi yang paling kecil sekalipun. Sebagai catatan bahwa karakteristik refleksi cahaya
dari struktur- struktur di bola mata berhubungan dengan sudut pantulan dari cahaya OCT
bila mengenai bola mata.7
7
Gambar 6. Menunjukkan perbandingan transmisi cahaya pada okular pada
panjang gelombang 830 nm dengan 1310 nm 9
8
cornea, dan media aqueous. Distorsi ini dapat dihilangkan dengan memproses gambar
dengan komputer menggunakan prinsip Fermat.7,9
Indeks udara ( 1.000 ), kornea ( 1.389 ± 0.004 ) dan humor aqueous (1.343 ±
0.001 ), indeks tiap struktur sangat penting dalam proses dewarping. Teori dewarping
sendiri membutuhkan pengetahuan tentang 3 dimensi dari seluruh permukaan transisi
index. Pada prinsipnya, jika yang diperiksa adalah kornea ( misalnya untuk mengukur
ketebalan kornea), maka indeks kornea harus digunakan dalam proses dewarping. Jika
pemeriksaan melibatkan dimensi bilik mata depan ( kedalaman, lebar, sudut dari bilik
mata depan ), maka indeks aqueous harus di gunakan.3,6,7,9
Batas dari suatu jaringan pada gambar OCT dapat dengan mudah dikenali
tergantung pada perbedaan antara kekuatan sinyal yang direfleksikan ataupun yang
mengalami bakcscattered. Seperti yang di tunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 1. Karakteristik model pantulan struktur pada sudut insiden perpendikular dan
oblik. 9
Perbedaan ini bervariasi sesuai dengan sudut yang terbentuk antara sinar OCT
dan jaringan yang dikenai. Sebagai contoh gambaran OCT kornea pasca LASIK,
memperlihatkan gambaran kornea sentral dengan perifer yang sangat berbeda.
9
Gambar 8. Gambar OCT pasca LASIK 9
Gambar diatas menunjukkan, pada bagian sentral, tampak dominasi refleksi
spekular yang sangat kuat yang berasal dari udara-air mata, bagian atas dan bawah
memberikan gambaran putih dan membentuk garis vertikal dari puncak hingga dasar dari
gambar yang berasal dari flare. Sedikit bergeser dari sentral, stroma kornea memberikan
refleksi yang kuat, menjadikan flap LASIK sangat susah dikenali. Lapisan epitel tampak
relatif lebih gelap dibandingkan dengan lapisan stroma. Lebih jauh dari bagian sentral,
refleksi yang berasal dari stroma melemah dan flap LASIK dan lapisan epitel tampak
lebih terang. Variasi kontras dari sentral ke perifer disebabkan oleh variasi sudut insiden.
Hal ini dapat dimengerti dengan menganalisa hubungan antara struktur dan distribusi dari
cahaya yang disebarkan kembali 7,9
10
spekular ini sangat kuat pada puncak ( teori insiden perpendikular) tetapi menurun
dengan cepat ketika sudut yang terbentuk jauh dari sentral beberapa derajat. Stroma
kornea adalah kumpulan serabut- serabut kolagen yang bentuknya silinder. Reflektor
yang berbentuk silinder akan menyebarkan kembali cahaya dalam bentuk seperti kipas,
dengan dimensi yang sempit. Karena serabut kolagen yang tersusun di stroma tersusun
menjadi lamella- lamella, penyebaran cahaya secara bersamaan agak menyerupai cermin.
Sedangkan kolagen yang terdapat di sklera tidak tersusun dengan baik, karena itu proses
backscatteringnya kurang bisa dipahami arahnya. Kornea lebih transparan daripada
sklera dan backscatter lebih kurang karena disebabkan jarak yang teratur antar lamella.12
Pigmen epitel iris dan epitel kornea bentuknya mirip kumpulan partikel-partikel
kecil, sehingga backscatter nya membentuk sudut yang jaraknya sangat besar sehingga
dengan demikian level kekuatan sinyalnya pada gambaran OCT selalu sama tanpa
dipengaruhi oleh sudut insiden. Granula pigmen, sel nukleus dan lainnya yang berskala
kecil merupakan titik pusat penyebaran cahaya yang berfluktuasi dalam refraktif
indeksnya. Beberapa struktur bekerja bersamaan dalam proses backscatter. Contohnya
pada interface kornea-aqueous antara lain transisi spekular indeks, selain itu backscatter
dari sel- sel endotel ( partikel ) dan membran descemet’s ( serabut kolagen bentuk
6,8
silinder ).
11
Gambar 10 . Menunjukkan gambar OCT kornea sehat, tampak perbedaan
pantulan sinar antara epitel, stroma dan endotel kornea
F.2. Iris
Secara anatomi, iris dapat dibagi menjadi lima lapisan, yaitu : Lapisan
superfisial, stroma, muskulus iris, dan lapisan epitel pigmen anterior dan posterior.
Pigmentasi iris tergantung pada struktur jaringan stroma, epitel pigmen, dan kandungan
pigmen yang terdapat pada granula melanin dalam melanosit stroma, dan lapisan
superfisial. Gambar OCT sangat dipengaruhi oleh warna iris. OCT bisa menggambarkan
iris menjadi tiga lapisan yang berbeda, lapisan superfisial dapat terlihat pada gambar
OCT ditentukan oleh derajat pigmentasinya, memiliki kemampuan reflektif yang tinggi
pada iris berpigmen dan hampir tidak terlihat pada iris berwarna biru. Penampakan kripte
iris pada gambar sangat tergantung pada pigmentasi lapisan superfisial. Lapisan stroma
merupakan zona iris yang memiliki kemampuan reflektif yang sedang. Otot sphincter
terlihat daerah dekat margin pupil. Otot dilatator tidak terlihat sebagai daerah yang
berbeda pada OCT. Sinyal tertinggi berasal dari pigmen iris bagian posterior. Walaupun
sangat tergantung pada pigmentasi dan ketebalan dari lapisan anterior yang berada
diatasnya, yang akan menyebabkan attenuasi dari sinyal. 6,7,8,9
12
Gambar 11. Gambar OCT Horizontal menunjukkan kripte iris. 9
Jika terjadi perubahan pada konfigurasi iris seperti pada pasien sinekia anterior,
dimana terjadi inkarserata iris dengan kornea, pada kasus ini OCT dapat memberikan
informasi tambahan dengan memvisualisasikan lapisan iris secara terpisah, yang tidak
dapat diidentifikasi dengan hanya menggunakan slitlamp, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut :
Gambar 12. OCT pasien pasca trauma okuli perforans dengan sinekia anteriordan
lapisan iris yang terpisah 8
OCT juga dapat digunakan untuk melihat adanya tumor pada iris seperti pada
Melanoma iris, OCT juga dapat menilai ketebalan, luas, dan jarak tumor dengan sudut,
menggunakan kaliper komputer. Pertumbuhan yang sangat cepat menandakan keganasan
suatu tumor. Sedangkan nevus iris dibedakan dengan iris normal dengan melihat adanya
peningkatan pigmnetasi dan ketebalan dari lapisan superfisial. Dapat dilihat pada gambar
OCT dengan gray scale dan false color scale. 7,8,9
13
Gambar 13. Gray scale. Menunjukkan penebalan stroma iris anterior 9
Gambar 14. False color scale. Gambar OCT dengan resolusi tinggi menunjukkan
peningkatan pigmentasi (warna merah) dan penebalan bagian anterior iris.
Kaliper menunjukkan jarak antara tepi tumor denga angle recess 8,9,10
14
Gambar 15. Menunjukkan gambar OCT sudut bilik mata depan normal 7,8
Gambar 16. Sudut sempit bilik mata depan 8 Gambar 17. Setelah dilakukan
YAG iridotomi 8
Dengan menggunakan OCT-slitlamp, sudut bilik mata dapat divisualisasikan
tanpa meggunakan lensa gonioskopi dan menghasilkan gambar cross sectional dengan
resolusi tinggi. Sistem pada OCT ini merupakan alat yang sangat ideal untuk morfometri
sudut bilik mata secara in vivo, hasil yang didapatkan sangat mirip dengan pemeriksaan
histologi tetapi tanpa memberikan membuat suatu perubahan pada struktur aslinya.
Gambar OCT dapat di buat pada posisi yang diinginkan, dan sangat memungkinkan
untuk menilai sudut pada posisi arah jam 3, 6, 9, dan 12. 9
15
Sebagai tambahan, sudut bilik mata depan dapat digambar pada resolusi rendah
maupun tinggi dengan OCT komersil yang dirancang khusus dengan hasil yang lebih
baik untuk pemeriksaan segmen anterior salah satunya yaitu : Visante (Carl Zeiss
Meditec Inc, Dublin, Calif). Pada pencitraan dengan resolusi rendah dapat menunjukkan
seluruh bagian bilik mata depan (BMD), dapat digunakan untuk menilai kedalaman
BMD, luas sudut-ke sudut, profil iris, dan ketebalan iris. Dengan melakukan pencitraan
ini, maka memungkinkan dokter untuk mendapatkan pengetahuan tentang keadaan mata
pasien dengan sehingga memudahkan menentukan etiologi pada pasien dengan sudut
sempit . Skleral spur juga terlihat pada scan dengan resolusi rendah. 9,10
Gambar 18. Pencitraan sudut dengan resolusi rendah, ACD: Anterior chamber depth,
AAW : Angle to angle width, PD : Diameter pupil, IP : Iris profile, SS :
Scleral spur 10
Sedangkan pencitraan dengan resolusi tinggi sangat dibutuhkan dalam penilaian
objektif dari sudut. Dengan pencitraan dengan resolusi tinggi, maka struktur sudut dapat
dilihat lebih jelas. Identifikasi skleral spur juga dapat dilakukan dengan pencitraan
resolusi tinggi, selain itu bagian- bagian penting lain yang dapat diidentifikasi seperti,
adanya peripheral anterior synechiae (PAS) ataupun untuk identifikasi badan siliar. 9
16
Gambar 19. Pencitraan sudut dengan resolusi tinggi. SS : scleral spur, CB : ciliary
body. Sudut tertutup. Pasien dengan sindrom iris plateau 9
Gambar 20. Gambar slit lamp katarak hipermatur10 Gambar 21. Gambar OCT
katarak hipermatur 10
Gambar 22 . Pembesaran gambar OCT dapat memperlihatkan celah berisi air (water cleft)
pada katarak hipermatur 10
17
menggunakan lensa yang akan mengirimkan gambar retina ke plane yang merupakan
salah satu alat dari OCT ini, kemudian plane memantulkan bayangan kembali retina
untuk memungkinkan operator melihat bagian retina yang diinginkan. Pengukuran sinar
OCT dilakukan dengan merangkai jalur optik didalamnya menggunakan cermin reflektif
parsial atau beamsplitter. Pembesaran gambar retina diatur oleh kekuatan refraksi dari
lensa dan pembesaran dari okular sendiri. Posisi transversa dari sinar OCT dikontrol oleh
cermin scanning mekanik yang terdapat pada OCT, dengan pembesaran yang terendah
dengan lapangan pandang hanya sekitar 30°. Gambar fundus dapat dilihat langsung atau
melalui kamera video. Ketika sinar di scan, maka akan menghasilkan pola scan pada
retina yang nantinya dapat dilihat oleh operator. Alat untuk membesarkan gambar yang
terdapat pada OCT dapat diatur sesuai dengan pemeriksaan yang diinginkan. 12
Gambar 23.. Diagram skematik menunjukkan optik imaging yang digunakan untuk
segmen posterior 12,13
18
H. GAMBARAN OCT RETINA NORMAL
H.1. Papillomacular Axis
Gambar 24. Daerah yang luas yang diperlihatkan pada tomogram OCT dari retina
normal termasuk makula dan daerah peripapil.9
Anatomi struktur- struktur dalam skala besar seperti fovea, diskus optik, dan
retina sangat jelas dan mudah diidentifikasi dengan melihat karakteristik morfologinya.
Batas vitreoretinal membentuk demarkasi oleh karena adanya perbedaan antara vitreus
yang non reflektif dan permukaan kornea bersifat backscattering. Fovea berada pada
bagian kiri seperti yang terlihat di tomogram merupakan daerah tipis pada retina
ditunjukkan pada gambar 24. Diskus optik tampak di daerah kanan tomogram,
memperlihatkan bentuk papil nervus optik dan cupping normal. 8,9
Pada tomogram, lapisan berwarna merah memiliki kekuatan refleksi yang
tinggi, menunjukkan tepi posterior retina dan struktur ini adalah epitel pigmen retina
(RPE) and koriokapillaris. Lapisan posterior berakhir pada margin diskus optik
bersamaan dengan berakhirnya sirkulasi koroidal pada lamina cribosa. Dibawah
koriokapilaris,kemudian koroid dan sklera memiliki scattering relatif lemah, disebabkan
karena menurunnya sinyal setelah melewati lapisan neurosensori retina, RPE, dan
koriokapilaris. Lapisan gelap mengindikasikan kemampuan reflektif yang minimal,
tampak pada anterior lapisan koriokapilaris, lapisan tersebut adalah segmen luar
fotoreseptor retina. Batas bagian dalam retina menunjukkan backscattering yang sangat
terang, Lapisan berwarna merah merupakan lapisan serabut saraf (NFL). Seperti yang
terlihat di tomogram, NFL semakin tebal dari makula menuju diskus optik, menunjukkan
anatomi yang normal pada daerah tersebut. 11
19
H.2.Fovea
RPE pada daerah fovea memiliki lebih banyak pigmen dibandingkan daerah
lainnya, oleh karena itu, daerah ini tampak berbeda dengan koriokapilaris. Lapisan
fleksiform luar dan dalam, (IPL, OPL), sama dengan NFL memiliki kemampuan
backscattering sedang,karena strukturnya terdiri dari jaringan fibrous menyebabkan sinar
yang mengenainya berbentuk perpendikular. Pembuluh darah retina diidentifikasi karena
kemampuan backscatter yang meningkat dan pembentukan bayangan dari refleksi yang
berasal dari RPE dan koriokapilaris. Pembuluh darah koroid yang terbesar juga tampak
pada gambar dan memiliki reflektif yang minimal serta luman yang gelap10
20
potongan.8 Permukaan retina anterior dan posterior ditandai dengan backscattering di
NFL dan daerah vitreoretinal dan backscattering yang tinggi ditunjukkan dengan lapisan
merah pada daerah RPE dan koriokapilaris
Rentetan tomogram menunjukkan perkembangan dan resolusi dari cekungan
fovea, yang memiliki kedalaman maksimum pada fovea sentralis.
21
Gambar 27. Menunjukkan
gambar OCT potongan radial melalui diskus optik dan daerah peripapil. Kontur diskus,
termasuk cupping sangat jelas terlihat. 11
22
Gambar 28. Tomogram OCT sirkular
peripapil11
23
yang penting dalam menilai terjadinya perubahan pada ketebalan retina adalah pada
fovea, udem pada daerah ini akan menyebabkan gangguan yang bermakna pada visus.
OCT juga dapat digunakan untuk melihat adanya udem makula pada pasien retinopati
diabetik atau untuk screening pasien pasca bedah katarak terhadap kemungkinan
mengalami cystoid macular edema. Udem retina dibedakan dengan traksi pada retina
dengan mengidentifikasi terbentuknya ruang kistik atau celah pada retina yang
mengindikasikan terjadinya cystoid macular edema, atau dengan mengamati adanya
hyaloid posterior atau membran epiretinal yang kemungkinan menjadi penyebab
terjadinya traksi retina. Penurunan ketebalan retina disebabkan karena atrofi atau
sikatriks yang lokasinya bisa fokal ataupun difus juga dapat terlihat pada gambar OCT.1,10
24
kemampuan tinggi dalam menyebarkan cahaya. Penurunan atau disebut hypo-reflectivity
disebabkan karena adanya udem retina, dimana akumulasi cairan mengakibatkan
penurunan densitas penyebaran cahaya. Perubahan pada struktur sel seperti
hipopigmentasi dari RPE juga mengakibatkan penurunan pemantulan cahaya. Penurunan
backscattering pada kasus tersebut harus dibedakan dengan perubahan sinar insiden yang
disebabkan oleh katarak yang padat, media yang buram, astigmatisma, IOL yang letaknya
tidak sentral, kesalahan operator mengoperasikan OCT. 11
J.3. Lepasnya lapisan Neurosensory Retina dan Retinal Pigment Epithelium (RPE)
OCT dapat digunakan untuk mengevaluasi lepasnya lapisan neurosensori retina
dan RPE. Lepasnya lapisan neurosensori menanmpakkan retina sedikit terangkat,
membentuk ruang antara retina dan RPE. Sedangkan Serous detachments RPE memiliki
penampakan yang sangat berbeda, disini RPE tampak terangkat lebih tinggi dari
neurosensory detachment. Peningkatan kekuatan reflektif dari fotoreseptor pada
neurosensory detachment, memberikan kemiripan dengan kekuatan reflektif yang sama
pada RPE, perbedaan antara neurosensory dan pigment epithelial detachment dapat
dinilai dengan melihat kekuatan pantulan dibawah kumpulan cairan serous dan
mengevaluasi sudut detachment. Hemorrhagic detachments dari RPE memiliki
karakteristik yang sama dengan serous RPE detachment, kecuali bahwa sinyal optik yang
mengalami backscatter sesuai dengan darah tampak tepat dibawah RPE yang terpisah.
Backscattering darah pada tingkatan sedang disebabkan attenuasi sinar insiden melintasi
RPE yang terlepas. Penetrasi optikal melalui darah dan RPE yang terlepas biasanya
kurang dari 100 µm1,11
25
Gambar 31. Tomogram OCT pada kasus neurosensory retinal detachment11
J.4. Fovea
Perubahan yang terjadi pada morfologi fovea akan tampak pada OCT dan
mengindikasikan suatu penyakit. Kehilangan fotoreseptor fovea dapat dinilai dengan
OCT, seperti halnya yang terjadi pada kasus macular holes full thickness. Fibrosi di
sentral, atau lesi makula lainnya. Kontur fovea yang menjadi flat sering dihubungkan
dengan kejadian impending macular hole, udem fovea.8,9,11
26
Gambar 33. Ketiga gambar ini membandingan antara idiopathic full-thickness macular
hole.
(A). Macular pseudohole akibat epiretinal membran. (B) lamellar atau parsial hole.
(C) Fullthickness hole11
27
Gambar 34. Tomogram OCT pada Neovaskularisasi koroid11
J.6. Vitreous dan Vitreoretinal interface
Banyak jenis penyakit pada retina dan vitreus mempengaruhi vitreoretinal
interface. Vitreus normal secara optik sangat transparan, membentuk batas yang kontras
antara vitreus dan retina. Sinyal akan mengalami backscatter pada vitreus dengan infiltrat
hasil inflamasi, kondensasi vitreus, atau darah. Membran hyaloid posterior normalnya
tidak bisa dibedakan dengan permukaan retina pada gambar OCT, tetapi terlihat jelas
pada kasus posterior vitreous detachment.11
J.7. Lapisan Serabut Saraf (NFL)
Gangguan yang menyebabkan perubahan pada ketebalan NFL menjadi petunjuk
penting pada penyakit neurodegeneratif seperti glaukoma. NFL pada gambar OCT
tampak sebagai lapisan yang memiliki backscattering yang tinggi dilapisan superfisial
retina dibandingkan lapisan retina yang lebih dalam. Logaritma komputer dapat
digunakan untuk mengevaluasi ketebalan retina dan NFL. Investigative Ophthalmology
and Visual Science menyatakan bahwa pencitraan dengan OCT Cirrus jauh lebih baik
dibandingkan dengan OCT Stratus terutama pada kasus glaukoma untuk menilai RNFL.
10,11
28
Gambar 35. Tomogram sirkular potongan silindris sekeliling diskus optik 11
Tomogram linear melalui diskus optik sangat penting dalam menilai cup disc ratio
(CDR). Titik dimana koriokapilaris berakhir pada lamina kribrosa digunakan untuk
menentukan batas diskus, dijelaskan pada gambar berikut :
29
Gambar 37. Pencitraan retina
Pada Prinsipnya perbedaan 3D OCT dan 2D OCT adalah cara mengemisi sinar
untuk mendeteksi lapisan-lapisan dalam retina. Pada 2D OCT terdapat reference arm
yang bergerak terus mendeteksi lapisan retina sedangkan pada 3D OCT tidak ada
melainkan spectrum.
30
Pada Piranti lunak Cirrus 3D OCT menyediakan tiga pilihan utama untuk macula
yaitu 3D Volume Rendeling, Custom 5 line Raster Scan dan High Definition Cross Scan,
karena itu biasa dikatakan Cirrus OCT lebih efisisien.
31
Gambar 41. High Definition Cross Scan
Kesimpulan akhir, sebenarnya 2D OCT sudah cukup bagus untuk berbagai kasus
retina. Generasi 3D OCT memiliki fitur yang lebih sedikit namun mampu membuat
pemeriksaan menjadi lebih efisien.
32
PENUTUP
33
DAFTAR PUSTAKA
34
14. Vuong N Laurel, Duker S Jay. 2008. The Use of Optical Coherence Tomography in
the Management of AMD. J Medscape Ophthalmology. 29;1-4
35