Laporan Praktek Latuhalat Ongki
Laporan Praktek Latuhalat Ongki
PENDAHULUAN
2.2.2. Topografi
Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga
membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran,
dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu
nampak dalam perkembangan tanah(Pairunan, 1985).
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini berbagai macam,
karena banyak negara menggunkan sistem klasifikasi yang dikembangkan
sendiri oleh negara tersebut. Di Indonesia saja sekarang ini paling sedikit dikenal
tiga sistem klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan oleh Pusat
Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika Serikat). Ketiga
sistem klasifikasi tanah ini memiliki kekurangan dan kelebihan jika diaplikasikan
ke tanah-tanah di Indonesia, sehingga pada KONGRES X HITI (Desember 2011)
1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir (Sandy).
2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk
bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir Berlempung (Loam Sandy).
3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir (Sandy Loam).
4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung (Loam).
5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu (Silty Loam).
6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu (Silt).
8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir
(Sandy-Clay-Loam).
9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam)
10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir (Sandy-Clay).
11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu (Silty-Clay).
12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan
baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat (Clay).
1. Kemampuan Fisik
a. Pasir = Tidak dapat membentuk bola gulungan, rasa kasar, tidak melekat,
referansi air rendah, drainase cepat jika pasir basah dominan,
tergenang jika debu dominan.
c. Liat = Dapat membentuk bola yang baik, rasa berat, melekat sekali
2. Kemampuan Kimia
b. Debu = Mineral kuarsa (S,O2), Ferlspar dan mika dapat melepaskan Ca, Mg
dan K akibat pelapukan.
c. Liat = Mineral sekunder hasil pelapukan kimia mineral primer atau sintesis
dan beberapa hasil pelapukan mineral primer
3. Kemampuan Biologi
c. Liat = Karena ukurannya kecil antara <0,002 mm maka liat ini ditentukan dari
hasil pelapukan batu yang berasal dari materi debu dengan
perbandingan yang kecil.
1. Klim
2. Bahan induk
3. Topografi
4. Waktu
5. Organisme
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.
Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya
membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya
dapat mencapai 10 cm.
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6
sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B
tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat
disebut kolumner.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif suatu daerah. Pengukuran tanah adalah konsep umum yang
menjelaskan teori dan penerapan pengukuran bentang alam. Pengukuran
tanah adalah unsur kualitatif yang utuh dari survey.
Kependudukan
Jumlah penduduk sebanyak 8.620 jiwa atau 1.949 KK yang terdiri dari laki-
laki 4.226 jiwa dan perempuan 4.394 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif
adalah 5.826 orang, jumlah penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.127
orang, dan jumlah penduduk yang masih sekolah sebanyak 2.004 jiwa. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar adalah sebagai pegawai negeri
sebanyak 441 jiwa (25,40%).
Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Latuhalat yaitu 1 unit
Puskesmas, 1 unit Puskesmas Pembantu, 9 unit Posyandu
Keagamaan
Mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan
Perekonomian
Mata pencarian Penduduknya Negeri Latuhalat yang dominan adalah
nelayan 722 orang. Dari data yang kami miliki untuk alat tangkap 24 unit
Purse Seine, 83 unit Pancing Tonda, 26 unit Gillnet dan 120 unit Pancing Ulur, 27
panah dan 14 tanggu. Armada/ sarana penangkapan Ikan, 20 unit Arumbae,
83 unit Long boat, 33 unit Perahu Ketinting dan 157 unit Perahu Tanpa Mesin.
Sosial Budaya
Prasarana air bersih yang ada terdiri dari sumur pompa 47 unit yang
melayani 857 KK, dan sumur gali 11 unit yang melayani 317 KK
Fisiografi.
Bentuk wilayah adalah kenampakan bentangan permukaan bumi pada
suatu kawasan yang luas. Hasil praktek di lapangan menunjukkan bahwa
bentuk wilayah daerah praktek dan sekitarnya terbagi atas tiga kategori yaitu
bentuk wilayah dataran (pada daerah pesisir pantai dan sebagian permukiman
penduduk) dengan ketinggian kurang dari 0 - 50 m dari permukaan laut (dpl),
bentuk wilayah perbukitan rendah dengan ketinggian 50 - 100 m dpl dan
bentuk wilayah pegunungan dengan ketinggian > 100 m. Bentuk wilayah
dataran didominasi oleh lereng 0-3%. Pada wilayah perbukitan rendah
kemiringan lereng berkisar dari 3-8% (landai), 8-15% (bergelombang), 15-30%
(berbukit) hingga >30% (terjal). Bentuk wilayah perbukitan masih didominasi oleh
lereng 30-45% bahkan >45%.
Geologi.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ambon dan Seram Bagian Barat dari
Pusat Kajian Geologi (P3G) Bandung (1980), maka Negeri Latuhalat Kecamatan
Nusaniwe tersusun dari : 1) Aluvium yang terdiri dari Kerikil, Kerakal, Lanau, Pasir,
Lempung dan Sisa Tumbuhan, 2) Batuan Gunung Api Ambon yang terdiri dari
Andesit, Dasit, Breksi dan Tuf, 3) Batu Gamping Koral yang terdiri dari Koloni
Tanah.
Pengelompokkan tanah yang ditemukan di daerah praktek dilakukan
berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (PPT, 1983) dan padanannya
dengan Sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah (USDA, 2003). Pengamatan
karakteristik tanah dilakukan melalui pengamatan profil tanah secara lengkap.
Jenis tanah yang ditemukan adalah Kambisol (Tropepts).
Catatan Tambahan :
Bahan Kasar : Banyak pada lapisan IV (32/43 - 60Cm) yaitu Bahan Induk
yang sementara melapuk.
Kedalaman Air Tanah : > 60 Cm dibawah permukaan tanah.
Catatan Tambahan :
Bahan Kasar : Banyak pada lapisan IV (71/77 – 115/126 Cm) yaitu Bahan
Induk yang sementara melapuk.
Kedalaman Air Tanah : > 126 Cm dibawah permukaan tanah.
4.4. Jenis-jenis Tumbuhan Penyusun Vegetasi Hutan Pada Sekitar Lokasi Praktek
5.1. Kesimpulan
bahwa :
menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, agak plastis ; Pori makro sedang,
mezo sedang, mikro sedikit ; Perakaran halus banyak, sedang sedang, kasar
Lempung liat berpasir ; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak
plastis ; Pori makro sangat sedikit, mezo sedang, mikro banyak ; Perakaran
2. Pengelolaan lahan harus sesuai dengan karateristik dan sifat-sifat dan stuktur