Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan,


sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya,menggunakannya
dan memperhatikannya. Kita bergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-
tanah yang baik dan subur tergantung dari cara kita menggunakannya.
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi
yang sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting
karena tanah menyediakan unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan
udara bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis. Suatu tanah tersusun atas
partikel-partikel tanah itu sendiri. Perbandingan partikel-partikel tanah itu
disebut dengan tekstur tanah. Tekstur tanah lalu dibagi kembali menjadi 3,
yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur-tekstur tanah tersebut memiliki ciri-ciri yang
berbeda begitu juga dengan tingkat kesuburannya. Dengan mengetahui
telstur tanah, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya tanah memiliki
keragaman yang sangat penting bagi kehidupan saat ini dan masa yang akan
datang.
Ciri-ciri alam sering kurang dimengerti. Bagi kita tanah merupakan salah
satu ciri tersebut yang ditemukan di mana saja dan kelihatannya selalu dekat
dengan kita. Oleh karena hal itu maka kita tidak berusaha menjawab
pertanyaan apa itu tanah,bagaimana struktur dan teksturnya serta apa saja
komponen penyusunnya. Mungkin kita tidak menyadari bahwa sebetulnya
tanah di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Dan barangkali
sebagian besar dari kita tidak mengetahui, apa yang menyebabkan adanya
perbedaan tersebut.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 1


1.2. Tujuan Pratikum
Praktikum ini bertujuan agar kita mengetahui sifat-sifat dan karateristik
dari setiap lapisan tanah yang meliputi kedalaman lapisan, batasan lapisan,
topografi batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi dan karatan tanah
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan
bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di
lapangan.
1.3. Masalah
a. Belum diketahui sifat-sifat fisik maupun kimia dari suatu profil tanah
dalam praktikum ini
b. Belum diketahui jenis tanah dari suatu profil tanah yang dibuat dalam
praktikum ini

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 2


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah


Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu
dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah
dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007).
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan
dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-
lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat
ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau
debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat,
tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di
bagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-
hitaman (Kartasapoetra dkk, 1985).
Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni
lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil
tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan
paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat
perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya
menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen, 2010).

2.2. Faktor Pembentukan Tanah


Lapisan-lapisan pembentukan tanah ditentukan pada ketebalan solum
tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur ketebalannya mulai
dari lapisan batu-batuan sampai kepermukaan tanah. Setelah diketahui solum
tanah itu kemudian ditentukan pada ketebalan solum tanah itu kemudian
ditentukan tebalnya lapisan atas tanah dan lapisan bawahnya satu sama
lainnya akan menunjukkan perbedaan yang mencolok. Lapisan atas (top soil)

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 3


merupakan tanah yang relative subur dibandingkan subsoil karena banyak
mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah bagi
pertanian yang memungkinkan dapat terjadi keberhasilan usaha penanaman
diatasnya (Hanafiah, 2009).
Dalam faktor pembentukan tanah,dibedakan atas dua golongan yaitu
faktor pembentuk tanah secara pasif dan faktor pembentuk tanah secara
aktif. Faktor pembentuk tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang
menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang
meliputi bahan induk,topografi dan waktuatau umur. Sedangkan faktor
pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang
bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup (Hanafiah,2009).

2.2.1. Bahan Induk


Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai bahan induk. Sedikit
tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya.
Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain.
Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta
berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk
sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan,
komposisi mineral dari tanah, dan kesuburan kimia tanah. Konsolidasi dan
ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air(Pairunan,
1985).

2.2.2. Topografi
Topografi miring mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga
membatasi kedalaman solum tanah. Sebaliknya genangan air didataran,
dalam waktu lama atau sepanjang tahun, pengaruh ilklim nibsi tidak begitu
nampak dalam perkembangan tanah(Pairunan, 1985).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 4


2.2.3. Waktu
Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam
waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan
perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan
kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas,
hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang
tidak berubah dalam waktu yang lama(Pairunan, 1985).
2.2.4. Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca semua energi untuk membentuk tanah
datang dari matahari berupa penghancuran secara radio aktif yang
menghasilkan gaya dan panas. Enegi matahari menyebabka terjadinya
fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan gerakan angin menyebabkan
transfirasi dan evaforasi (keduanya disebut evafotranspirasi). Akibat langsung
dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan
secara tidak langsung berupa pemindahan panas. Komponen iklim yang
utama adalah curah hujan dan suhu (Pairunan, 1985).
2.2.5. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan
organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan
air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan
pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus
membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan
mineral.
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara,
meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil.
Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses
pembusukan bahan organik menjadi humus (Pairunan, 1985).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 5


2.3. Sifat-Sifat Tanah
2.3.1. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran
udara, air, dan zat terlarut dalam tanah. Tekstur tanah adalah kehalusan atau
kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan
berat antar fraksi tanah.
Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan fraksi debu dan
pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah
bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit dan lekat
sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung
juga disebut bertekstur berat (Notohadiprawiro, 1998).
2.3.2. Sifat Kimia Tanah
Sistem tanah tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase
padat merupakan campuran mineral dan bahan organik dan membentuk
jaringan kerangka tanah. Fase cairan yang juga disebut larutan tanah terdiri
atas air dan zat-zat terlarut. Zat terlerut ini kadang berupa garam bebas dan
seringkali ion dari garam-garam tersebut terikat pada lempung, bahan kolodial
lainnya/zat organik terlarut. Fase gas atau udara tanah merupakan campuran
dari beberapa gas. Kandungan dan komposisi udara tanah ditentukan oleh
hubungan air tanah tanaman (Tan, 1991).

2.4. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini berbagai macam,
karena banyak negara menggunkan sistem klasifikasi yang dikembangkan
sendiri oleh negara tersebut. Di Indonesia saja sekarang ini paling sedikit dikenal
tiga sistem klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan oleh Pusat
Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika Serikat). Ketiga
sistem klasifikasi tanah ini memiliki kekurangan dan kelebihan jika diaplikasikan
ke tanah-tanah di Indonesia, sehingga pada KONGRES X HITI (Desember 2011)

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 6


disepakati akan dibentuk Sistem Klasifikasi Tanah Nasional yang diharapkan
akan dapat mewakili sifat-sisat tanah yang tersebar di Indonesia.

2.4.1. Taksonomi Tanah (USDA)


Sistem klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh, Amerika Serikat
dengan nama Soil Taxsonomy (USDA, 1975, 1999) menggunakan enam kategori
yaitu Ordo, SubOrdo, Great group, Subgroup, Family, dan Seri. Sistem ini
merupakan sistem yang benar–benar baru baik mengenai cara–cara
penamaan (tata nama) maupun definisi–definisi mengenai horison–horison
penciri ataupun sifat–sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis–
jenis tanah.

2.4.2. Sistem FAO/UNESCO


Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta skala 1:5.000.000 oleh
FAO/UNESCO. Untuk ini telah dikembangkan suatu sistem klasifikasi dengan dua
kategori. Kategori yang pertama kurang lebih setara dengan kategori great
group, sedangkan kategori kedua mirip dengan subgroup dalam sistem
Taksonomi Tanah USDA. Kategori yang lebih tinggi dan lebih rendah dari kedua
kategori tersebut tidak dikembangkan.
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison–horison penciri, sebagian di
ambil dari kriteria–kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah USDA dan
sebagian dari sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO sendiri. Nama–nama tanah
yang diambil dari nama–nama klasik terutama nama–nama tanah Rusia yang
sudah terkenal, serta nama–nama tanah yang digunakan di Eropa Barat,
Kanada, Amerika Serikat, dan beberapa nama baru yang khusus
dikembangkan untuk tujuan ini (misalnya Luvisol dan Acrisol). Dari uraian diatas
tampak bahwa sistem ini merupakan kompromi dari berbagai sistem. Tujuannya
jelas agar dapat diterima oleh semua pihak. Walaupun demikian, sistem ini lebih
tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu sistem

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 7


klasifikasi tanah karena tidak disertaidengan pembagian kategori yang lebih
terperinci.

2.4.3. Sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor


Sistem klasifikasi tanah yang berasal dari Pusat Penelitian Tanah Bogor
dan telah banyak dikenal di Indonesia adalah sistem Dudal-Soepraptohardjo
(1957). Sistem ini mirip dengan sistem Amerika Serikat terdahulu (Baldwin, Kellog,
dan Throp, 1938; Thorp dan Smith, 1949) dengan beberapa modifikasi dan
tambahan. Dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem Amerika
Serikat yang baru (Soil Taxosonomy, USDA, 1975), sistem tersebut telah ppuka
mengalami penyempurnaan. Perubahan tersebut terutama menyangkut
definisi jenis–jenis tanah (great group) dan macam tanah (subgroup). Dengan
perubahan–perubahan definisi tersebut maka disamping nama–nama tanah
lama yang tetap dipertahankan dikemukakanlah nama–nama baru yang
kebanyakan mirip dengan nama–nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang sifat–
sifat pembedanya digunakan horison–horison penciri seperti yang
dikemukakan oleh USDA dalam Soil Taxosonomy (1975) ataupun oleh
FAO/UNESCO dalam Soil Map of the World (1974).

2.5. Horison Penciri


Horizon tanah adalah lapisan umumnya sejajar dengan permukaan
tanah, karakteristik fisik yang berbeda dari lapisan di atas dan di bawahnya.
Setiap jenis tanah biasanya memiliki tiga atau empat horison.
Horison didefinisikan dalam banyak kasus oleh ciri-ciri fisik yang jelas,
warna dan teksturnya. Ini dapat dijelaskan baik secara absolut (distribusi ukuran
partikel untuk tekstur) dan secara relatif terhadap materi sekitarnya, yaitu 'kasar'
atau ‘lebih berpasir' daripada horison di atas dan di bawahnya.
Diferensiasi regolith menjadi horison yang berbeda-beda sebagian besar
merupakan hasil dari pengaruh udara, air, radiasi matahari, dan bahan
tanaman, pada bidang singgung tanah-atmosfer. Pelapukan material regolith
terjadi pertama kali di permukaan tanah dan bekerja ke arah bawah, lapisan
LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 8
paling atas telah diubah paling banyak, sedangkan lapisan paling alam
biasnaya paling mirip dengan regolith asli (yaitu bahan induk tanah).
Penampang Vertikal tanah yang mengekspos satu set horison, dari permukaan
tanah hingga ke bahan induk tanah, disebut profil tanah.
Kebanyakan tanah, terutama di daerah beriklim sedang, sesuai dengan
pola umum yang sama dari horison, sering kali digambarkan sebagai tanah
'ideal' dalam diagram. Setiap horizon utama dilambangkan dengan huruf
kapital, yang kemudian dapat diikuti oleh beberapa pengubah alphanumerical
tentang fitur yang menonjol tertentu.
Urutan O-A-B-C-R biasa digunakan secara universal, beberapa variasi
ada di antara sistem klasifikasi di berbagai belahan dunia. Selain itu, definisi
yang tepat dari setiap horizon utama mungkin agak berbeda. Enam horizon
tanah umumnya ditetapkan dengan menggunakan huruf kapital O, A, E, B, C,
dan R.
Horison penciri (diagnostik) di permukaan tanah disebut epipedon (dari
epi Yunani ', "atas", dan pedon, "tanah"). Ada atau tidak adanya horison
penciri di permukaan tanah ini sangat membantu para ilmuwan tanah
menentukan klasifikasi tanah. Epipedon termasuk bagian atas tanah yang
berwarna gelap oleh bahan organik dan / atau horison eluvial. Hal ini juga
dapat mencakup horison B jika horison eluvial cukup berwarna gelap oleh
bahan organik tanah. Semua jenis tanah biasanya memiliki salah satu dari
epipedon. Delapan epipedon telah ditetapkan, tetapi hanya lima epipedon
yang terjadi secara alami di daerah yang luas. Lima epipedon yang terjadi
secara alamiah ini disebut epipedon mollik, epipedon umbrik, epipedon okhrik,
epipedon melanik, dan epipedon histik.
Banyak horison diagnostik bawah permukaan digunakan untuk
mengkarakterisasi tanah yang berbeda dalam Taksonomi Tanah . Setiap horizon
diagnostik menyediakan karakteristik yang membantu menempatkan tanah
dalam kelas yang tepat. Ada sekitar 20 horison diagnostik bawah-permukaan ,

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 9


yang meliputi horison argilik , horison natric , horison kandic , horison oxic,
horison spodic , dan horison albic . Horison argilik ( ditunjuk sebagai Bt ) ditandai
dengan akumulasi liat silikat yang telah pindah ke bawah dari horison di
atasnya atau telah terbentuk di tempat . Horison argilik sering mengandung liat
dengan lapisan mengkilap disebut " argillans " atau " selaput liat " , dan disertai
dengan kurang dari 15 % sodium-tukar pada kompleks koloid . Horison natrik (
disimbolkan sebagai Btn ) memiliki akumulasi liat silikat dengan selaput liat ,
tetapi tanah liat yang disertai dengan lebih dari 15 % sodium-tukar pada
kompleks koloid dan dengan unit struktur-tanahnya columnar atau prismatik .

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 10


III. METEDOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikun Klasifikasi Tanah dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 19 Januari 2017 pukul 09.00 WIT sampai selesai dan bertempat Negeri
Latuhalat di Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon Provinsi Maluku.

3.2. Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan yaitu : Pisau, meteran, Daftar Isian Profil
(DIP),buku munsen,Buku, Pena, Kamera
Adapun bahan yang digunakan yaitu :Kantong plastik gula, karet, dan
kertas label, kertas lakmus, H2O2, Aqua.

3.3. Tipe Pengamatan Yang Dipakai


3.3.1. Pembuatan Profil
Adapun prosedur kerja dalam pembuatan profil tanah, yaitu :
1. Lubang penampang harus besar
2. Ukuran penampang 1,5 m x 1 m penggalian sampai bahan induk dan
dalam pemeriksaan dipilih sisi lubang penampang yang mendapat
sinar matahari
3. Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang
pemeriksaan
4. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mendapat
gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman
5. Jika berair, air yang berada di penampang harus dikeluarkan terlebih
dahulu
6. Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
7.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 11


3.3.2. Sifat Tanah Yang Diamati
Sifat tanah yang diamati antara lain : kedalaman profil, warna tanah,
tekstur, struktur tanah, konsistensi, pori, kelembapan, batas lapisan, bahan
organik dan pH tanah.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu
dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil
dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu
dan liat, dengan cara sebagai berikut:

1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir (Sandy).

2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk
bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir Berlempung (Loam Sandy).

3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir (Sandy Loam).

4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung (Loam).

5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu (Silty Loam).

6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu (Silt).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 12


7. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).

8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir
(Sandy-Clay-Loam).

9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam)

10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir (Sandy-Clay).

11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu (Silty-Clay).

12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan
baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat (Clay).

3.3.3. Perbedaan Tekstur Tanah

1. Kemampuan Fisik

a. Pasir = Tidak dapat membentuk bola gulungan, rasa kasar, tidak melekat,
referansi air rendah, drainase cepat jika pasir basah dominan,
tergenang jika debu dominan.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 13


b. Debu =Membentuk bola yang teguh dapat sedikit digulung dengan
permukaan yang mengkilat. rasa licin sekali, agak melekat

c. Liat = Dapat membentuk bola yang baik, rasa berat, melekat sekali

2. Kemampuan Kimia

a. Pasir = Mineral yang paling umum kuarsa (S,O2), Sedikit pengaruhnya


terhadap sifat kimia.

b. Debu = Mineral kuarsa (S,O2), Ferlspar dan mika dapat melepaskan Ca, Mg
dan K akibat pelapukan.

c. Liat = Mineral sekunder hasil pelapukan kimia mineral primer atau sintesis
dan beberapa hasil pelapukan mineral primer

3. Kemampuan Biologi

a. Pasir = Ditentutak oleh komposisi bahan induk dan tingkat pelapukan

b. Debu = Ditentukan oleh komposisi mineral bahan induk dan tingkat


pelapukan (mineral primer)

c. Liat = Karena ukurannya kecil antara <0,002 mm maka liat ini ditentukan dari
hasil pelapukan batu yang berasal dari materi debu dengan
perbandingan yang kecil.

3.3.4. Faktor yang Mempengaruhi tekstur dan yang Dipengaruhi Tekstur.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu :

1. Klim
2. Bahan induk
3. Topografi
4. Waktu
5. Organisme

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 14


Faktor – Faktor yang dipengaruhi tekstur tanah yaitu :
1. Kemampuan tanah memegang dan menyimpan air
2. Aerasi, serta permeabilitas
3. Kapasitas tukar kation
4. Kesuburan tanah.
5. Infiltrasi
6. Laju pergerakan air (perkolasi)

3.3.5.Macam-macam struktur tanah

1. Struktur tanah berbutir (granular) :Agregat yang membulat, biasanya


diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A.

2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal.
Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya
membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya
dapat mencapai 10 cm.

3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu


vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara
deposisi (deposited).

4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu
horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6
sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B
tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat
disebut kolumner.

3.3.6. Komponen Tanah

4 komponen penyusun tanah :


1. Bahan Padatan berupa bahan mineral
2. Bahan Padatan berupa bahan organik
3. Air
4. Udara

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 15


Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan
5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.
Keempat penyusun saling keterkaitan sehingga sukar dipisahkan satu sama lain.
Susunan isi lapisan bawah dapat diduga akan berbeda dari lapisan olah.
Dibandingkan dengan lapisan olah, lapisan bawah mengandung lebih sedikit
bahan organik dan berpersentasi pori kecil lebih tinggi. Ini berarti mengandung
lebih banyak mineral dan air.

3.3.7. Pengukuran Tanah

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi
relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif suatu daerah. Pengukuran tanah adalah konsep umum yang
menjelaskan teori dan penerapan pengukuran bentang alam. Pengukuran
tanah adalah unsur kualitatif yang utuh dari survey.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 16


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Geografis dan Administratif Negeri Latuhalat


Negeri Latuhalat adalah salah satu Negeri yang terletak di Kecamatan
Nusaniwe Kota Ambon. Luas wilayahnya ± 16 Km2 . Secara geografis Negeri
Latuhalat ini berbatasan dengan

· Sebelah Utara : Teluk Ambon

· Sebelah Selatan : Laut Banda

· Sebelah Timur : Laut Banda

· Sebelah Barat : Negeri Nusaniwe

Topografi Negeri Latuhalat membentang dari dataran pegunungan


sampai ke pesisir pantai. Perumahan penduduk menyebar di dataran tinggi
dan pesisir pantai sedangkan pusat administrasi Negeri berada pada dataran
rendah (pesisir pantai ). Iklim di Negeri Latuhalat dipengaruhi oleh laut Banda
sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan cuaca. Perubahan cuaca itulah
yang mengakibatkan musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan
di bulan Juni sampai September sedangkan musim kemarau di bulan Oktober
sampai Pebruari dan bulan Maret sampai bulan Mei adalah musim pancaroba.

Kependudukan
Jumlah penduduk sebanyak 8.620 jiwa atau 1.949 KK yang terdiri dari laki-
laki 4.226 jiwa dan perempuan 4.394 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif
adalah 5.826 orang, jumlah penduduk yang belum sekolah sebanyak 1.127
orang, dan jumlah penduduk yang masih sekolah sebanyak 2.004 jiwa. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar adalah sebagai pegawai negeri
sebanyak 441 jiwa (25,40%).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 17


Perumahan
Perumahan penduduk umumnya sudah permanen.
Pendidikan
Fasilitas Pendidikan yang ada yaitu SLTA 1 buah, SLTP 1 buah, SD 4 buah, TK
2 buah, dan perpustakaan 1 buah.

Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Latuhalat yaitu 1 unit
Puskesmas, 1 unit Puskesmas Pembantu, 9 unit Posyandu
Keagamaan
Mayoritas penduduk beragama Kristen Protestan
Perekonomian
Mata pencarian Penduduknya Negeri Latuhalat yang dominan adalah
nelayan 722 orang. Dari data yang kami miliki untuk alat tangkap 24 unit
Purse Seine, 83 unit Pancing Tonda, 26 unit Gillnet dan 120 unit Pancing Ulur, 27
panah dan 14 tanggu. Armada/ sarana penangkapan Ikan, 20 unit Arumbae,
83 unit Long boat, 33 unit Perahu Ketinting dan 157 unit Perahu Tanpa Mesin.

Kegiatan sektor perikanan yang berkembang di Negeri Latuhalat adalah


perikanan tangkap dan pemasaran. Kegiatan pemasaran didominasi oleh
kaum perempuan (papalele/jibu-jibu) dengan komoditi utama adalah tuna,
tongkol dan cakalang (TTC). Kegiatan penangkapan berlangsung di sekitar
teluk ambon dan laut banda. Musim panen tangkapan terjadi pada bulan
panca roba yakni bulan September-Oktober dan April-Mei. Sedangkan musim
paceklik terjadi pada musim barat yakni Desember dan januari dan musim Timur
pada bulan Juli-Agustus.

Pemanfaatan wilayah perairan pantai lainnya dimanfaatkan untuk daerah


penangkapan ikan, pangkalan armada rakyat, serta jalur transportasi laut dan
pariwisata. Daerah pesisir memiliki potensi pariwisata yang besar khususnya
khususnya wisata bawah air (diving) dan wisata Pancing. Perairan pesisir pantai

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 18


Latuhalat juga dikenal memiliki caing laut (laur) yang hanya muncul sekali
dalam setahun pada bulan Maret.

Nelayan di Latuhalat dominan menangkap jenis ikan Tuna, Tongkol (Komu),


Layang (Momara) dan Kembung. Musim tangkapan ikan berlansung sepanjang
Tahun. Khusus untuk ikan Tuna dan Komu dapat ditangkap setiap bulannya.
Ikan komu banyak ditangkap pada bulan Juli-Agustus. Sedangkan ikan momar
banyak ditangkap pada bulan Agustus-Oktober.

Sosial Budaya
Prasarana air bersih yang ada terdiri dari sumur pompa 47 unit yang
melayani 857 KK, dan sumur gali 11 unit yang melayani 317 KK

Fisiografi.
Bentuk wilayah adalah kenampakan bentangan permukaan bumi pada
suatu kawasan yang luas. Hasil praktek di lapangan menunjukkan bahwa
bentuk wilayah daerah praktek dan sekitarnya terbagi atas tiga kategori yaitu
bentuk wilayah dataran (pada daerah pesisir pantai dan sebagian permukiman
penduduk) dengan ketinggian kurang dari 0 - 50 m dari permukaan laut (dpl),
bentuk wilayah perbukitan rendah dengan ketinggian 50 - 100 m dpl dan
bentuk wilayah pegunungan dengan ketinggian > 100 m. Bentuk wilayah
dataran didominasi oleh lereng 0-3%. Pada wilayah perbukitan rendah
kemiringan lereng berkisar dari 3-8% (landai), 8-15% (bergelombang), 15-30%
(berbukit) hingga >30% (terjal). Bentuk wilayah perbukitan masih didominasi oleh
lereng 30-45% bahkan >45%.

Geologi.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ambon dan Seram Bagian Barat dari
Pusat Kajian Geologi (P3G) Bandung (1980), maka Negeri Latuhalat Kecamatan
Nusaniwe tersusun dari : 1) Aluvium yang terdiri dari Kerikil, Kerakal, Lanau, Pasir,
Lempung dan Sisa Tumbuhan, 2) Batuan Gunung Api Ambon yang terdiri dari
Andesit, Dasit, Breksi dan Tuf, 3) Batu Gamping Koral yang terdiri dari Koloni

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 19


Koral, Ganggang dan Bryozoa. Khusus untuk lokasi Praktek, disominasi oleh
Satuan Geologi Batuan Gunung Api Ambon (Andesit, Dasit, Breksi dan Tuf).

Tanah.
Pengelompokkan tanah yang ditemukan di daerah praktek dilakukan
berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (PPT, 1983) dan padanannya
dengan Sistem Klasifikasi Taksonomi Tanah (USDA, 2003). Pengamatan
karakteristik tanah dilakukan melalui pengamatan profil tanah secara lengkap.
Jenis tanah yang ditemukan adalah Kambisol (Tropepts).

Tanah Kambisol (Tropepts) adalah tanah-tanah yang sedang


berkembang (belum memperlihatkan diferensiasi horison A, B dengan jelas),
dan tersebar di daerah landai hingga berbukit. Tanah ini berkembang pada
batuan batu pasir, batu lanau, dan batu lempung, dan mempunyai reaksi
tanah masam (dystropept) dengan tingkat kesuburan tanah rendah hingga
sedang. Reaksi tanah atau pH tanah agak masam yaitu 5 – 5,5, kandungan
bahan organik rendah – tinggi yang diuji secara langsung di lapangan dengan
menggunakan larutan H2O2, sehingga dapat diduga bahwa Kapasitas Tukar
Kation (KTK) dan basa-basa dapat tukar (kalsium, magnesium, natrium dan
kalium) juga rendah. Penggunaan lahan yang ditemukan pada lokasi praktek
adalah kebun campuran, tanaman umur panjang, semak belukar, kebun dan
ladang.

Iklim dan Hidrologi.


Pulau Ambon beriklim laut tropis dan beriklim musim karena pulau ini
dikelilingi oleh laut. Iklim pulau Ambon ini sangat dipengaruhi oleh lautan dan
memiliki iklim musim, yaitu musim barat dan musim timur. Musim barat
berlangsung dari bulan Desember sampai Maret, sedangkan musim timur
berawal pada bulan Mei hingga Oktober. Terdapat pula masa peralihan atau
pancaroba yang berlangsung diantara dua musim tersebut, yakni bulan April

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 20


terjadi peralihan musim barat ke musim timur dan bulan Nopember terjadi
peralihan musim timur ke musim barat.
Iklim pulau Ambon sangat dipengaruhi oleh angin monsun. Angin ini
berasal dari pemanasan yang terjadi pada massa daratan Asia dan Australia
selama musim panas, yang mempunyai efek menyerap massa udara yang
lebih rendah ke arah udara yang tekanannya lebih rendah yang disebut ”Inter-
tropical Zone of Convergence (ITZC)” Pada bulan Januari, ITZC berada di
hemisfer selatan dan di atas samudera Indonesia dan Australia. Pada bulan
Juli, ITZC bergerak ke utara melalui katulistiwa dan kemudian berada di atas
dataran Asia dan Pasifik Barat. Rotasi bumi menyebabkan angin bergerak terus
menerus dari daerah beriklim sedang ke daerah tropis, yang disebut angin
pasat. Angin ini mengembang dan menyusut bersamaan dengan pergerakan
ITZC dari hemisfer selatan ke arah hemisfer utara. Variasi dalam curah hujan
total yang terjadi di pulau Ambon, merupakan ciri antara daerah tropis lembab
dan daerah tropis yang bersifat musiman. Lama dan kekuatan angin pasat
kering yang datang dari arah tenggara pada pertengahan tahun merupakan
faktor iklim terpenting daerah Maluku dan Nusa Tenggara (Monk, et al., 2000).
Hidrologi yang dimaksudkan disini adalah karakteristik sungai dan faktor
pengelolaan lahan (vegetasi dan lahan) di hulu DAS yang berpengaruh
terhadap siklus air, termasuk pengaruhnya terhadap erosi, kualitas air, dan iklim
di daerah hulu dan hilir DAS. Keadaan hidrologi pulau Ambon sangat
ditentukan oleh dua hal, yaitu pola drainase dan daerah aliran sungai (DAS).
Pola drainase pulau Ambon bersifat dendritik dan cepat kenyang (jenuh).
Daerah Aliran Sungai (DAS) di pulau Ambon memiliki karakter khusus, yaitu terdiri
dari banyak sungai-sungai kecil dengan luas DAS yang sempit. Pola DAS yang
demikian merupakan karakteritik universal yang banyak dijumpai pada pulau-
pulau kecil, termasuk pulau Ambon. Dalam pengelolaan DAS pada pulau-
pulau kecil ini diperlukan kewaspadaan tinggi agar tidak mengakibatkan
kerusakan sistem hidrologi DAS yang berdampak pada bahaya banjir di musim

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 21


hujan, dan sumber daya air yang terbatas dimusim kemarau di wilayah DAS.
Kondisi hidrologi pulau Ambon sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi,
topografi dan pola penggunaan lahannya.

Gambar 1. Peta Lokasi Praktikum

4.2. Hasil Pengamatan


No. Borring/Profil : Profil Tanah P01
Lokasi : Areal Sekitar Mercusuar, Latuhalat Kota
Ambon
Titik Koordinat : 03°47’16,3“ LS dan 128°05’19,9“ BT
Bahan Induk : Batuan Gunung Api Ambon (Batuan Ambonit)
Klasifikasi Tanah
BPPPT, 2014 : ……………………………………
USDA, 2014 : ……………………………………

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 22


Bentuk Lahan : Perbukitan
Posisi Dalam Unit : Puncak Bukit (Plato)
Fisiografi
Lereng : 1%
Drainase : Baik
Ketinggian : 120 Meter
(dpml)
Penggunaan : Tegalan dan Kebun Campuran
Lahan
Vegetasi : Pisang (Musa paradisiaca), Nenas (Ananas
comosus Merr), Kelapa (Cocos nucifera),
Mangga (Mangifera indica), Rambutan
(Nephelium lapacium ), Singkong (Manihot
esculenta), Keladi (Colocasia esculentum),
Alang – alang (Imperata cylindrica), Sungga
sungga (Euphatorium ayapanaa cent),
Gamal (Gliricidia sepium), Kayu Raja
(Endospermum moluccanum), Pakuan
(Dryopteris filixmas) dan Rumput – rumputan
(Pennisetum purperium schamach).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 23


LAPISAN KEDALAMAN URAIAN
(Cm)

I 0 - 12 Coklat (7,5 YR 4/6) ; Lempung berpasir ;


Remah, sedang, lemah ; Agak lekat,
Agak plastis ; Pori makro banyak, mezo
sedang, mikro sedikit ; Perakaran halus
banyak, sedang sedikit ; BO sangat
banyak ; pH 5,5 ; Kapur tidak ada ; kabur,
rata ; beralih ke

II 12 - 20 Coklat (7,5 YR 4/6) ; Lempung liat berpasir


; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak
lekat, agak plastis ; Pori makro sedang,
mezo sedang, mikro sedikit ; Perakaran
halus banyak, sedang sedang, kasar
sedikit ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; Kapur
tidak ada ; jelas, rata ; beralih ke

III 20 – 32/43 Coklat kemerahan (5 YR 4/8) ; Lempung


liat berpasir ; Kubus menyudut, sedang,
lemah ; Agak lekat, Agak plastis ; Pori
makro sedang, mezo sedikit, mikro
banyak ; Perakaran halus sangat sedikit,
sedang sedang, kasar tidak ada ; BO
sangat banyak ; pH 5,5 ; Kapur tidak ada ;
jelas, berombak ; beralih ke

IV 32/43 - 60 Coklat terang kemerahan (5 YR 5/8) ;


Lempung liat berpasir ; Kubus menyudut,
sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis ;

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 24


Pori makro sangat sedikit, mezo sedang,
mikro banyak ; Perakaran sedang sangat
sedikit ; BO banyak ; pH 5,5 ; beralih ke

>60 Bahan Induk Sementara Melapuk.

Catatan Tambahan :
 Bahan Kasar : Banyak pada lapisan IV (32/43 - 60Cm) yaitu Bahan Induk
yang sementara melapuk.
 Kedalaman Air Tanah : > 60 Cm dibawah permukaan tanah.

No. Borring/Profil : Profil Tanah P02


Lokasi : Waemahu (Tanjung Nusaniwe)
Titik Koordinat : 03°47’30,4“ LS dan 128°05’24,6“ BT
Bahan Induk : Batuan Gunung Api Ambon (Batuan Ambonit)
Klasifikasi Tanah
BPPPT, 2014 : ……………………………………
USDA, 2014 : ……………………………………
Bentuk Lahan : Perbukitan
Posisi Dalam Unit : Tengah Lereng
Fisiografi

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 25


Lereng : 15 %
Drainase : Baik
Ketinggian : 48 Meter
(dpml)
Penggunaan : Kebun Campuran dan Permukiman
Lahan
Vegetasi : Kelapa (Cocos nucifera), Nenas (Ananas
comosus Merr), Pisang (Musa paradisiaca),
Mangga (Mangifera indica), Rambutan
(Nephelium lapacium), Jambu Mete
(Anacardium ocydentale), Cengkeh (Eugenia
aromatica), Gayang (Inocarpus fagiferus. F.
Osb), Jambu Hutan (Eugenia sp), Akasia
(Acacia spp), Lenggua (Pterocarpus indicus),
Gofasa (Vitex gofasus), Gadihu (Codiacum
spp), Kayu Waru (Hibiscus tiliaceus), Singkong
(Manihot esculenta), Keladi (Colocasia
esculentum), Alang – alang (Imperata
cylindrica), Sungga-sungga (Euphatorium
ayapanaa cent), Gamal (Gliricidia sepium),
Kayu Raja (Endospermum moluccanum),
Pakuan (Dryopteris filixmas) dan Rumput –
rumputan (Pennisetum purperium schamach).

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 26


LAPISAN KEDALAMAN URAIAN
(Cm)

I 0 – 10/28 Coklat gelap (10 YR 3/3) ; Lempung


berdebu ; Remah, sedang, lemah ; Agak
lekat, agak plastis ; Pori makro banyak,
mezo sedang, mikro sedikit ; Perakaran
halus banyak, sedang sedikit ; BO sangat
banyak ; pH 5,5 ; Kapur tidak ada ; Nyata,
berombak ; beralih ke

II 10/28 – 37/58 Coklat (7,5 YR 4/4) ; Lempung liat


berdebu ; Kubus menyudut, sedang,
lemah ; Agak lekat, agak plastis, Pori
makro sedang, mezo sedang, mikro
banyak ; Perakaran halus banyak, sedang
sedikit, kasar sangat sedikit ; BO sangat
banyak ; pH 5 ; Kapur tidak ada ; Jelas,
berombak ; beralih ke

III 37/58 – 71/77 Coklat terang (7,5 YR 5/6) ; Lempung liat


berdebu ; Kubus menyudut, sedang,
lemah ; Agak lekat, agak plastis, Pori
makro sedikit, mezo sedikit, mikro banyak ;
Perakaran halus sangat sedikit, sedang
sedang, kasar sangat sedikit ; BO sangat
banyak ; pH 5,5 ; Kapur tidak ada ; Jelas,
berombak ; beralih ke

IV 71/77 – Coklat kuat (75 YR 5/3) ; Lempung


115/126 berpasir ; Remah, sedang, lemah ; Agak

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 27


lekat, Agak plastis, Pori makro sedang,
mezo sedang, mikro sedang ; Perakaran
tidak ada ; BO banyak ; pH 5 ; Kapur tidak
ada ; Nyata, berombak ; beralih ke

V >115/126 Bahan Induk Sementara Melapuk.

Catatan Tambahan :
 Bahan Kasar : Banyak pada lapisan IV (71/77 – 115/126 Cm) yaitu Bahan
Induk yang sementara melapuk.
 Kedalaman Air Tanah : > 126 Cm dibawah permukaan tanah.

4.3. Hasil Uraian Profil Tanah


Pada profil P01 kedalaman 0 – 12, 12 – 20, 20 – 32/43, 32/43 – 60, >60
dapat diuaraikan bahwa termasuk dalam Epipedon Okrik, dikarenakan pada
kedalam ini mempunyai Value/Chroma semuanya > 3 ini sesuai dengan
Epipedon Oksik yang menjelaskan salah satunya uraiannya bahwa
Value/Chroma > 3. Pada profil P01 kedalaman 0 – 12, 12 -20, 20 – 32/43, 32/43 –
60, > 60 termasuk dalam Endopedon Oksik dikarenakan tidak mempunyai
kenaikan liat secara nayata dan KTK liat ≤ 16 %.
Dari hasil uaraian tersebut di atas maka pada Profil P01 termasuk tanah
Kambisol atau tanah yang baru berkembang
Pada profil P02 Kedalaman 0 – 10/28 dapat diuaraikan bahwa termasuk
dalam Epipedom Umbrik dikarenakan pada kedalaman ini Value/Chroma 3/3
ini sesuai dengan Epipedon umbrik yang value/chroma ≤ 3 dan KB ≤ 50 %, dan
termasuk dalam Endopedon Oksik karena KTK liat ≤ 16 %.
Pada profil P02 kedalaman 10/28 – 37/58, 37/58 – 71/77, 71/77 – 115/126,
>115/126 termasuk dalam Epipedon Okrik dikarenakan Value/Chroma >3.
Termasuk dalam Endopedon Oksik dikarenakan tidak mempunyai kenaikan liat
secara nayata dan KTK liat ≤ 16 %.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 28


Dari hasil uraian tersebut di atas maka pada Profil P01 termasuk tanah
Kambisol atau tanah yang baru berkembang

4.4. Jenis-jenis Tumbuhan Penyusun Vegetasi Hutan Pada Sekitar Lokasi Praktek

No Jenis Vegetasi Nama Ilmiah Famili


(Indonesia)
1. Akasia Acacia spp Mimosaceae
2. Akora Pauteria navicularis Sapotaceae
3. Alang-alang Imperata cylindrica Graminae
4. Ararut Marantha Arundinanceae Tidak diketahui
5. Arupa Ganua boerlageana Sapotaceae
6. Atong Hutan Heritiera littoralis Sterculiaceae
7. Bambu Bambusa spp Graminae
8. Belimbing Hutan Averrhoa spp Okatidaceae
9. Bicang Hutan Mangifera futida Anacardiaceae
10. Bintanggur Hutan Calophyllum soulastri Brum F. Guttiferae
11. Beringin Ficus spp Moraceae
12. Bicang Mangifera futida Anacardiaceae
13. Bintanggur Calophyllum inophyllum Guttiferae
14. Biroro Melastoma polyanthum Bl Melastomataceae
15. Buah Kira-kira Cylocarpus sp Tidak diketahui
16. Cabai Capsicum anuum Tidak diketahui
17. Cengkih Eugenia aromatica Myrtaceae
18. Cokelat Theobroma cacao. Linn Sterculiaceae
19. Damar Agathis alba. Fuxw Araucariaceae
20. Durian Durio Zibethinus. Murr Bombaceae
21. Ganemo Gnetum Gnemon Gnetaceae

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 29


22. Ganemo Hutan Gnetum indicum Gnetaceae
23. Gayang Inocarpus fagiferus. F. osb Papylionaceae
24. Gomu Arthocarpus glaucus . BL Moraceae
25. Gondal Ficus variegata Moraceae
26. Jambu Eugenia sp Myrtaceae
27. Jambu Hutan Eugenia sp Myrtaceae
28. Jambu Monyet Anacardium ocydentale Anacardiaceae
29. Jati Tectona grandis Tidak diketahui
30. Kakusang Lansium domesticum Meliaceae
31. Kasuari Casuarina rumphiana Casuarinaceae
32. Kayu Raja Endospermum moluccanum Euphorbiaceae
33. Kayu Siki Palaqium javance Sapotaceae
34. Kayu Sirih Piper ningrum L Piperaceae
35. Kedondong Spondias duclis Anarcardiaceae
Hutan
36. Keladi Colocasia esculentum Aracaceae
37. Kelapa Cocus nucifera Palmae
38. Kelor Moringa oleifera Moringaceae
39. Kenanga Kanangium oduratum Annonaceae
40. Kenari Canarium commune Burseraceae
41. Kenari Hutan Canarium sp Burseraceae
42. Kersen Prunus spee Rosaceae
43. Ketapang Terminalia catappa Combrataceae
44. Lahusur Garcinia cornea. Murr Guttiferae
45. Langsat Lansium domesticum Meliaceae
46. Lenggua Pterocarpus indicus Papylionaceae
47. Mahauling Platea exelsa. BL Icacinaceae
48. Mahoni Swithenia mahagoni Meliaceae

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 30


49. Mamina Pimeleodendron Euphorbiaceae
amboinicum
50. Mangga Mangifera indica Anacardiaceae
51. Mangga Brabu Cerbera manghas Apochynaceae
52. Manggis Hutan Garcinia sp Guttiferae
53. Marong Hibiscus suratensis Malvaceae
54. Matoa Pometia pinnata Sapindaceae
55. Mayang Arenga pinnata Palmae
56. Nangka Arthocarpus integra Moraceae
57. Nenas Ananas comosus Merr Bromeliaceae
58. Obat Sageru Garcinia cylindocarpa Guttiferae
59. Paku Kawat Lycopodium cernuum Lycopodiaceae
60. Pala Myristica fragrans Myristicaceae
61. Pala Hutan Myristica sp Myristicaceae
62. Pepaya Carica papaya Caricaceae
63. Petai Parkia speciosa Leguminosae
64. Pohon Api-api Avicenia marina Tidak diketahui
65. Pisang Musa paradisiaca Musaceae
66. Pule Alstonia scholaris Apocynaceae
67. Rambutan Nephelium lapacium Sapindaceae
68. Rutu-rutu Selaginela plana Selaginelaceae
69. Salawaku Albizia falcata Back Mimosaceae
70. Sagu Tuni Metroxylon rumphii Mart Palmae
71. Sagu Ihur Metroxylon sylvestre Mart Palmae
72. Sagu Makanaru Metroxylon longispinum Mart Palmae
73. Salak Zalacca edulis Reinn Palmae
74. Siripopar Ficus septic Moraceae
75. Sirsak Anona muricata Anonaceae

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 31


76. Sukun Arthocarpus comunis Moraceae
77. Titi Gmelina moluccana Verbenaceae
78. Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 32


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Lapisan I mempunyai kedalam 0-12 cm Coklat, Lempung berpasir ; Remah,


sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis ; Pori makro banyak, mezo sedang,
mikro sedikit ; Perakaran halus banyak, sedang sedikit ; BO sangat banyak ;
pH 5,5 ; Kapur tidak ada ; kabur, rata
2 Lapisan II memmpunyai kedalan 12 - 20 Coklat; Lempung liat berpasir ; Kubus

menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, agak plastis ; Pori makro sedang,

mezo sedang, mikro sedikit ; Perakaran halus banyak, sedang sedang, kasar

sedikit ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; Kapur tidak ada ; jelas, rata

3. Lapisan III mempunyai kedalaman 20 – 32/42 Coklat kemerahan; Lempung


liat berpasir ; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak plastis ;
Pori makro sedang, mezo sedikit, mikro banyak ; Perakaran halus sangat
sedikit, sedang sedang, kasar tidak ada ; BO sangat banyak ; pH 5,5 ; Kapur
tidak ada ; jelas, berombak.

4. Lapisan IV mempunyai kedalaman 32 – 43/60 Coklat terang kemerahan

Lempung liat berpasir ; Kubus menyudut, sedang, lemah ; Agak lekat, Agak

plastis ; Pori makro sangat sedikit, mezo sedang, mikro banyak ; Perakaran

sedang sangat sedikit ; BO banyak ; pH 5,55.

Berdasarkan hasil pengamatan jenis tanah yang ditemukan adalah

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 33


5.2. Saran

Dari hasil kesimpulan diatas maka disarankan

1. Tanah yang terdapat pada daerah Latuhalat sekitar mercusuar dapat di

tanami tanaman pangan, horti dan perkebunan

2. Pengelolaan lahan harus sesuai dengan karateristik dan sifat-sifat dan stuktur

tanah agar hasil yang maksimal dapat diperoleh.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 34


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Ilmu Tanah. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-


tanahindonesia. Diakses tanggal 27/01/2018 pukul 18.00 WITA
Buckman,Harry O.1982.Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara: Jakarta
Hakim. N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung :
Lampung.
Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo
Persada: Jakarta
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.Kartasapoetra,
dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Rineka Cipta.
Kartasapoetra, dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Rineka
Cipta.
Munir, 1996. Faktor Pembentuk Tanah.http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/
geografi-tanah-indonesia. Diakses tanggal 27/01/2018 pukul 19.00 WITA
Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama
Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
Pasaribu.2007. Profil Tanah.http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-
Oxisol. Diakses tanggal 27/01/2018 pukul 20.00 WITA
Soepardi, 1979. Ilmu Tanah. http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-
Oxisol. Diakses tanggal 27/01/2018 pukul 20.00 WITA
Tim Asisten dan Dosen. 2008. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Makassar. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 35


DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTEK

LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 36


LAPORAN PRATIKUM KLASIFIKASI TANAH 37

Anda mungkin juga menyukai