Anda di halaman 1dari 10

A.

GEOLOGI REGIONAL MALUKU BARAT DAYA

1. Geomorfologi

Pulau Moa, pulau Wetar, Pulau Romang dan Pulau Babar terletak pada

Busur Banda Dalam yang bergunungapi. Busur ini merupakan rangkaian

pulau yang terbentang mengelilingi luat Banda mulai dari Pulau Ambalau

melalui Pulau Ambon, Pulau Banda, Pulau Serua, Pulau Wetar sampai

Pulau Flores dan diapit oleh dua lautan yang cukup dalam yaitu laut

Banda dan laut Arafura dengan kedalaman mencapai 7000 meter.

Busur Banda Dalam yang bergunungapi terlentang hampir sejajar dengan

Busur banda Luar dari mulai Pulau Buru, Kepulauan Tanimbar, Pulau

Timor sampai Pulau Sumba.

Berdasarkan Studi kesebandingan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Indonesia, morfologi pulau-pulau di kepuluan Leti, babar dan

Damer dibentuk akibat tumbukan lempeng eurasia dengan hindia

Australia yang berpengaruh terhadap proses vulkanisme sehingga

banyak di dominasi oleh material – material vulkanik dan sedimen

permukaan non – klastik berupa batugamping.

2. Stratigrafi

Secara keseluruhan batuan yang tersingkap di Kabupaten Maluku Barat

Daya terdiri dari Batuan Ultrabasa, batuan Sedimen karbonat, batuan

Malihan yang didalamnya terdapat Batuan bancuh/melange serta

didominasi oleh batuan gunungapi.


Berdasarkan penelitian Pusat Pengembangan dan Penelitian Sumber

Daya Geologi, Susunan stratigrafi batuan dari muda ke tua di Maluku

Barat daya adalah sebagai berikut :

- Alluvium (Qa) : pada satuan ini terdapat metrial pasir, kerikil, dan

kerakal mengandung pecahan ganggang, coral dan molusca dan

endapan pantai.

- Batugamping Koral (Qgp) : Batugamping terumbu, kompak, setempat

mengandung kuarsa dan membentuk undak-undak; sisipan tufa

gampingan berbatuapung mudah diremas, tebal 2 meter.

Terendapkan dalam lingkungan laut dangkal.

- Batugamping Klastik (Tmgp) : Batugamping klastika berlapis tipis,


kompak. Umur lebih muda dari Miosen awal dan diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal.

- Batugamping Berlapis (TRgp) : Batugamping klastika, hablur, kompak,


berlapis baik, di Pulau Leti ditemukan sebagai bongkahan berukuran
1-2 meter dalam bancuh. Berdasarkan kesamaan sifat fisik satuan ini
sama dengan formasi Aitutu di Timor (Audley Charles, 1968). Satuan
ini di duga berumus Trias.

- Batugamping Merah (TTRgp) : Batugamping klastika, setempat


bersisipan tipis serpih dan batupasir, kompak, hablur, mengandung
barik-barik kalsit. Setempat mengandung struktur seret. Satuan ini
disetarakan dengan formasi Maubessi di Timor (Audley Charles,
1968) yang berumur Permo-Trias.

- Serpih (Ps) : Serpih dengan sisipan batupasir, berlapis baik, kompak,


sebagian batugamping; tipe endapan flysch, mengandung fosil amonit
jenis Agaticheras menunjukan umur Perem awal; terendapkan dalam
lingkungan laut dangkal.

- Breksi Gunungapi (Qv) : breksi vulkanik bersusunan andesit sampai

basalt, tuf, bersisipan napal tufan mengandung fosil Globorotalia

trucatulinoides D’Orbigny, menunjukan umur Plisosten , terendapkan

dalam lingkungan darat hingga laut dangkal, tebal diperkirakan lebih

dari 300 meter.

- Lava (Tv) : lava bersusunan andesit sampai basalt; berdasarkan

pentarikhan radiometrik menunjukan umur Pliosen (Bowin,drr, 1981 ;

About dan Chamalaun, 1981).

- Batuan Ultrabasa (pTof) : Wherlit, serpentinit dan dunit ; terubah

kuat.

- Batuan Malihan/Metamorf (pPm) : sekis bersisipan genes, filit dan

batu gamping metamorf/amlih, dapat disetarakan dengan kompleks

Mutis di Timor (Rosidi, 1997) yang berumur pra-Perm)

- Satuan Bancuh/Melange : Satuan ini terdiri dari bermacam bongkah

batuan beku, batuan sediment dan batuan metamorf/malihan, yang

ditentukan dengan umur bongkah batuan termuda yaitu Miosen

Tengah sampai Pliosen Awal.

3. Struktur Geologi

Pulau-pulau Leti, Moa dan Lakor terletak pada jalur busur luar banda

tak bergunungapi dan pulau-pulau Romang, Damar, Teon, Nila dan Serua

berada pada jalur busur dalam Banda.

Struktur geologi yang terdapat di lembar ini dari sasar, kekar dan

perdaunan. Pada Busur dam Banda, sesar normal dan sesar miring
terjadi pada kala Plistosen. Pada Busur luar Banda, sesar terdiri dari

sesar mendatar mengiri dan sesar normal. Sesar tersebut diduga

terjadi sebelum tersier dan kemudian diaktifkan kembali pada tersier.

Lipatan hanya dijumpai bersifat lokal dan lipatan seret. Tektonika

pertama pada lembar ini mungkin terjadi pada Kapur hingga Eosen,

ketika lempeng samudra Hindia bertumbukan dengan busur kepulauan

‘Paleo Timur”. Tektonika berain terjadi pada kala Miosen. Kejadian ini

menyebabkan teraktifkan kembali struktur tua yakni dengan terjadinya

pengangkatan dan awal terbentukknya batuan bancuh (melange).

Tektonika ini menerus hingga awal Pliosen Awal. Pada Pliosen Awal,

gunungapi Romang terjadi di jalur Busur dalam Banda dan berhenti pada

3 juta tahun yang lalu. Gunungapi yang lainnya masih bekerja hingga

sekarang.

B. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

• Geologi Regional Pulau Wetar

Wetar merupakan pulau dibagian selatan Busur Banda, terutama

terdiri dari batuan vulkanik submarine dengan batuan tertua yang

tersingkap berupa intrusi subvulkanik dan aliran lava. Lava bantal

basaltik - andesitik dan interkalasi batuan sedimen vulkaniklastik

beralih kearah atas menjadi batuan vulkanik lava, tufa dan breksi yang

lebih felsik dan batuan sedimen serta aliran lumpur menutupi runtuhan.

• Stratigrafi Regional
Stratigrafi Pulau Wetar terutama terdiri dari batuan vulkanik

submarin. Ringkasan stratigrafi Pulau Wetar adalah sebagai berikut :

(lihat tabel 1)

Tabel 1. Stratigrafi Regional

Burhan dkk (1997) menjelaskan bahwa geologi regional daerah

penyelidikan secara stratigrafi terdiri dari Aluvium (Qal),

Batugamping Koral (Ql), Batuan Gunungapi Tua (QTv), Formasi Alor

(Tmpa), Formasi Naumatang (Tmn), Batuan Terobosan (Tm), Batuan

Gunungapi Riolit Sakir (Tmvs), Formasi Tihu (Tmt). Secara struktur


geologi daerah penelitian termasuk dalam busur Banda bergunungapi.

Gunungapi yang aktif tidak dijumpai di pulau ini.

• Struktur Regional

Struktur geologi yang terdapat di daerah ini berupa sesar dan lipatan

yang sangat lemah. Selain itu dari analisa potret udara dan citra ERTS

tampak adanya kelurusan yang mungkin berupa sesar. Sesar di daerah

ini memiliki dua arah utama, yaitu timurlaut-baratdaya dan hampir

timur-barat atau sejajar pulau. Sesar-sesar tersebut berupa sesar

geser mengiri dan sesar turun. Di Danau Tihu dijumpai dua buah sesar

turun yang mengapit danau itu. Sesar tersebut diduga merupakan

suatu sistem terban yang mungkin terjadi pada pasca-Miosen Akhir

yang kemudian membentuk Danau Tihu. Struktur geologi yang terdapat

di daerah ini berupa lipatan, pelurusan sesar dengan arah umum

struktur Timurlaut-baratdaya, dan sebagian berarah baratlaut-

tenggara.

Kelurusan yang bisa diamati dengan jelas pada Citra SLAR dan

Landsat, umumnya mempunyai arah baratlaut-tenggara dan timurlaut-

baratdaya. Kelurusan ini terjadi pada batuan berumur Miosen Akhir-

Pliosen Awal. Kemungkinan besar beberapa kelurusan tersebut

merupakan sesar, namun di lapangan tidak ada tanda yang jelas.

Sebuah terban berarah timurlaut-baratdaya memisahkan Tanjung

Kebola dengan daratan Alor. Lipatan cukup kuat yang dapat diamati

terdapat pada batuan berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal dengan

sudut kemiringan mencapai 35º, yaitu pada tuf Formasi Laka dengan

arah jurus barat-timur. Berdasarkan data di atas, proses pelipatan

diduga terjadi pada Kala Plio-Plistosen.


Sesar yang teramati adalah sesar turun, berarah barat-timur dan

timurlaut-baratdaya, terdapat pada batuan berumur Miosen Akhir-

Pliosen Awal sampai batuan termuda, karena itu kemungkinan besar

penyesaran ini masih berlangsung hingga sekarang.

• Sejarah Geologi

Sejarah geologi Lembar Wetar diawali oleh penerobosan batuan

bersusunan granodiorit pada kala Miosen Awal, yang kemudian

terangkat ke permukaan. Pada awal Miosen Tengah di daerah ini

terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan bersusunan dasit

(Formasi Tanahau). Retas dasit ada yang menerobos granodiorit. Masa

itu daerah Lembar Wetar masih dalam lingkungan darat.

Selanjutnya terjadi pengangkatan yang disertai penerobosan diorit,

granit, granodiorit dan dasit pada Miosen Tengah. Pada awal Miosen

Atas terjadi lagi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan

bersusunan dasit dan membentuk Formasi Naumatang, serta batuan

bersusunan andesit sampai basal yang dinamakan Formasi Alor.

Kegiatan gunungapi yang terjadi pada Miosen Awal-awal Miosen Tengah

telah menghasilkan Formasi Tihu dan batuan gunungapi berkomposisi

riolit.

Pada Pliosen Akhir-Pliosen Awal kegiatan gunungapi bersusunan andesit

(QTv). Pada kala Plistosen Akhir seluruh daerah sudah terangkat dan

merupakan daratan, pensesaran terjadi lagi pada batuan yang telah


terbentuk. Pengangkatan tersebut berlangsung hingga kini. Di

beberapa tempat terbentuk batugamping koral dan endapan danau.

Pada kala Plio-Plistosen terjadi lagi pengangkatan dan diikuti dengan

kegiatan gunungapi di pantai selatan bagian barat Pulau Wetar. Batuan

yang dihasilkan dinamakan Batuan Gunungapi Tua. Ketika itu Pulau

Wetar merupakan daratan.

Pengangkatan terjadi lagi pada akhir Plistosen dan kemudian

diendapkan batugamping dan breksi koral. Pengangkatan tersebut

masih berlangsung hingga sekarang.

Gambar 3.1. Peta Geologi Regional pulau Wetar

Keterangan :

Qal ALUVIUM : Kerakal, kerikil, pasir, lanau; berupa endapan sungai dan
pantai. Sebarannya sempit di sekitar muara Meta Sakir dan muara Meta
Arwala di bagian timur lembar.
Ql BATUGAMPING KORAL : Batugamping koral dan breksi koral. Umur
batuan ini diduga Holosen dan menindih takselaras Baruan Gunungapi Tua.
Satuan ini tersebar di pinggir pantai P. Wetar. Di Tg. Nila dan Tg. Eden
dijumpai undak-undak yang menunjukan bahwa batuan ini telah mengalami
pengangkatan dan mencapai julang lebih kurang 500 m di atas muka laut.

QTv BATUAN GUNUNGAPI TUA : Lava, breksi dan tuf barbatuapung. Lava,
kelabu muda sampai kelabu tua bersusun endesit, bertekstur porfir,
terkekarkan. Sebaran satuan batuan ini terbatas di pantai selatan bagian
barat Lembar. Tebal diperkirakan 350 m. (Y. Noya drr, 1986). Satuan ini
menindih takselaras Formasi Alor. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya
umur satuan ini diduga Plio-Plistosen.

Tmpa FORMASI ALOR : Lava dan breksi bersusun andesit sampai basal,
bersisipan batupasir dan tuf. Umur Formasi Alor diduga Miosen Akhir-
Plistosen Awal. Bagian bawah menjemari dengan Formasi Naumatang.
Lokasi tipe formasi ini terletak di P. Alor (Noya drr, 1986).

Tmn FORMASI NAUMATANG : Lava dasit, breksi, aglomerat bersusun


dasit, disisipi batupasir tufan, tuf dan batupasir gampingan. Fosil yang
dijumpai dalam sisipan batupasir gampingan antara lain : Globigerinoides
sp., Pulleniatina sp., dan Textularia sp. yang menunjukkan umur tidak lebih
tua dari Miosen Akhir (Budiman, 1976, hubungan tertulis). Satuan batuan
ini tersebar di bagian tengah Lembar, memanjang dari barat ke timur.
Satuan ini menindih takselaras Formasi Tihu, Batuan Gunungapi Riolit dan
Batuan Beku Terobosan serta menjemari dengan bagian bawah Formasi
Alor. Tersingkap baik di Meta Naumatang.

BATUAN TEROBOSAN : Diorit (di), granodiorit (gd), granit (gr) dan


Tm dasit (da). Batuan teobosan ini menerobos Formasi Tihu dan Batuan
(di,gd,gr,da) Gunungapi Riolit. Umurnya berdasarkan pentarikhan radiometri diorit
adalah 12,6 ± 1,3 jt atau Miosen Tengah (Abbott & Chamalaun, 1981).

Tmvs BATUAN GUNUNGAPI RIOLIT SAKIR : Lava riolit.


Satuan in tersebar di bagian barat Pegunungan Lalaitu di hulu Meta
Vanula. Satuan ini diterobos oleh retas dasit yang berumur Miosen Tengah
dan menindih selaras Formasi Tihu. Umurnya ini diduga awal Miosen
Tengah atau akhir Miosen Awal. Singkapan yang baik terdapat di hulu
Mata Sakir.
Tmt FORMASI TIHU : Breksi, Lava dan tuf bersusunan andesit basal.
Satuan batuan ini tersebar di bagian selatan Lembar di Pegunungan
Lalaitu; dapat disetarakan dengan formasi Kiro di Lembar Ende yang
berumur Miosen Awal, 19 ± 2 jt (Nishimura drr, 1981, dalam Suwarna drr,
1985). Penamaan Formasi Tihu didasarkan pada singkapan terbaik yang
dijumpai di sekitar danau Tihu.

Mineralisasi Emas dan perak didaerah penyelidikan berada dalam lapisan


(stratiform) pasir barit, lempung atau lanau yang diinteroretasikan timbul
dari proses eskalasi Submarine. Dibawah lapisan ini terdapat tubuh
Sulfida Pirit masif yang mengandung tembaga di dalam batuan Breksi
Vulkanik. Tembaga terutama terdapat sebagai matriks kalkosit dengan
kalkopirit dan dikelilingi oleh kovelit, bornit, Enargit, dan tenantit dengan
sedikit Galena dan Sphalerit. Di kedalaman, unit-unit Pirit beralih menjadi
urat–urat belalit (Stockwork) pirit silikaan di dalam batuan Lava dan
Breksi Andesitik.

Anda mungkin juga menyukai