Anda di halaman 1dari 9

ENDAPAN NIKEL SULFIDA

DI INDONESIA

Anggota Kelompok :
• Ahmad Muzakky (111.170.013)
• Fahmi Ferdiansyah (111.170.095)
PENDAHULUAN
Sebagai bahan paduan logam, nikel menempati
urutan kedua setelah mangan. Keberadaannya dalam
inti bumi kira-kira 3%, sedangkan di dalam kerak
bumi sebesar 0,003%. Terdapat tiga sumber primer
utama nikel yang berasal dari tambang, yaitu dari bijih
sulfida magmatik, bijih oksida lateritik dan sea
nodule. Sekitar 60% produksi nikel saat ini berasal
dari bijih sulfida yang merupakan ± 30% dari total
cadangan nikel dunia dan sisanya dari bijih nikel
laterit.
PENDAHULUAN
Tipe bijih sulfida ditemukan di belahan bumi
subtropis sedangkan bijih oksida atau bijih laterit
banyak ditemukan di belahan bumi tropis. Sebagai
negara tropis, Indonesia memiliki cadangan nikel
dalam bentuk bijih laterit terbesar ketiga didunia
setelah Kaledonia Baru dan Filipina
PEMBENTUKAN
Pembentukan endapan Ni sulfida non
konvensional berkaitan dengan proses serpentinisasi
batuan ultramafik. Mineral-mineral bijih sebagai host
logam Ni terbentuk akibat pelepasan unsur Ni dan Fe
dari struktur silikat terutama olivin. Dengan adanya
suplai sulfur dari fluida hydrothermal memungkinkan
terbentuknya fasa sulfida atau paduan logam dalam
kondisi reduksi.
ENDAPAN NIKEL SULFIDA DI INDONESIA

Di Indonesia, indikasi adanya endapan Ni sulfida


non konvensional diketahui terletak di daerah Latao,
Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara. Endapan
ini pertama kali dilaporkan oleh Rafianto dkk, (2012)
dan menemukan bahwa mineral-mineral sulfida yang
diidentifikasi meliputi pentlandite, millerite,
chalcopyrite, dan pyrite
ENDAPAN NIKEL SULFIDA DI INDONESIA
Dalam mendukung upaya pemerintah untuk shifting
ekspor komoditas tambang Indonesia dari bahan mentah
menjadi bahan olahan, serta melihat kondisi pasar nikel
global yang sangat kondusif, maka dirancanglah pabrik
nikel sulfida kapasitas 20.000 ton/tahun dengan bahan baku
bijih laterit dari Sorowako sebanyak 79,09 kg/kg produk,
H2SO4 96% w/w dari PT. Pupuk Kaltim sebanyak 3,15
kg/kg produk, dan H2S dari PT. Gas Depo Industry
sebanyak 0,90 kg/kg produk. Selain memproduksi nikel
sulfida, pabrik ini juga menghasilkan produk samping
berupa konsentrat Fe sebanyak 770.025,58 ton/tahun.
Pabrik mulai didirikan di Sorowako, Sulawesi Selatan pada
tahun 2016 dan mulai beroperasi pada tahun 2017.
• Kenampakan lapangan singkapan batuan ultramafik daearah
Latao. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan batuan warna
coklat hingga kelabu dalam keadaan segar dengan ukuran
kristal sedang hingga halus. Kecenderungan ukuran kristal
menjadi halus disebabkan oleh alterasi mineral primer
terutama olivin menjadi serpentin. Kristal piroksin dengan
ukuran relatif kasar (>0,2 cm) masih dijumpai meskipun
sebagian juga telah berubah menjadi serpentin. Beberapa
sampel menunjukkan kehadiran urat-urat serpentin berwarna
kehijauan, kelabu dan setempat berwarna putih/terang yang
relatif sejajar satu sama lain. Sementara warna kelabu/gelap
mengindikasikan kehadiran mineral magnetit halus yang
terdisseminasi dan sulit diidentifikasi secara megaskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Sufriadin. 2017. Karakteristik Mineral Bijih Pada Batuan Ultramafik Di
Daerah Latao, Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara.
Makassar : Universitas Hassanudin.

Nugroho Sunu Pratama. 2015. Prarancangan Pabrik Nikel Sulfida dari Bijih
Laterit dengan Proses Hydrometallurgy Kapasitas 20.000 Ton/Tahun.
Surakarta : UNS-F. Teknik Jur. Teknik Kimia-I0511026-2015

Anda mungkin juga menyukai