Anda di halaman 1dari 2

PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LITRIK TENAGA PASANG SURUT

Energi pasang surut (Tidal Energy) merupakan energi yang terbarukan. Prinsip kerja nya sama
dengan pembangkit listrik tenaga air, dimana air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan
mengahasilkan energi listrik. Energi diperoleh dari pemanfaatan variasi permukaan laut
terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi bumi dengan
menangkap energi yang terkandung dalam perpindahan massa air akibat pasang surut.

Gambar 1
Pada gambar 1, terlihat bahwa arah ombak masuk ke dalam muara sungai ketika terjadi pasang
naik air laut. Dalam proses ini air pasang akan ditampung ke dam sehinggal pada saat air surut
air pada dam dapat dialirkan untuk memutar turbine.

Gambar 2. Proses Surut


Ketika surut, air mengalir keluar dari dam menuju laut sambil memutar turbin seperti yang
terlihat pada gambar 2 di atas. Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap
harinya, dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar.
Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu siklus bisa
diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun relatif lebih dapat
diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak.
a. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
1. Prinsip Kerja Pembangkit Litrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs)
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika
pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika
air surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar
bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan
perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya
ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini. Beberapa pembangkit listrik telah
beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik di Prancis sudah
beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.
Pemutaran turbin dilakukan dengan memanfaatkan aliran air ketika masuk ke
dalam dam dan ketika keluar dari dan menuju laut. Kendala utama penerapan
teknologi PLPS ini ada dua. Pertama, pemerintah belum pernah memanfaatkan energi
pasang surut untuk menghasilkan listrik, sehingga tenaga ahli Indonesia yang telah
menguasai teknolgi pembangkit listrik tenaga air belum pernah merancang dan
menerapkan atau membangun secara langsung dari awal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan para ahli Indonesia untuk penerapan
teknologi ini adalah efisiensi propeler ketika air masuk dan air keluar. Kalau di PLTA
arah air penggerak turbin hanya satu arah, sedangkan pada pembangkit listrik pasang
surut ini dari dua arah. Selain itu, yang patut menjadi perhatian, adalah material yang
digunakan. Untuk air laut diperlukan material khusus disesuaikan dengan kadar garam
dan kecepatan airnya.
Kapasitas listrik yang dihasilkan PLPS sebaiknya untuk kapasitas besar, di atas
50 Mega Watt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini banyak
berada wilayah timur Indonesia, mulai dari Ambon hingga ke Papua. Di wilayah ini
kebutuhan listrik masih kecil dan membutuhkan power cable bawah laut yang sangat
panjang untuk bisa membawa listrik ke pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik
dalam jumlah besar.
Di negara lain, beberapa pembangkit listrik sudah beroperasi menggunakan ide ini.
Salah satu PLPS terbesar di dunia terdapat di muara sungai Rance di sebelah utara
Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada 1966, dengan kapasitas 240 Mega Watt.
PLPS La Rance didesain dengan teknologi canggih dan beroperasi secara
otomatis, sehingga hanya membutuhkan dua orang saja untuk pengoÂperÂasian pada
akhir pekan dan malam hari. Sementara PLPS terbesar kedua di dunia terletak
di Annapolis, Nova Scotia, Kanada dengan kapasitas yang mencapai 160 Mega Watt.

Anda mungkin juga menyukai