Anda di halaman 1dari 17

GEOTECHNICAL INVESTIGATION

PEMBANGUNAN JEMBATAN KILANGAN SINGKIL ACEH

1. Pendahuluan

Penyelidikan geoteknik adalah salah satu kegiatan dalam bidang geoteknik yang dilakukan
untuk memperoleh sifat dan karakteristik tanah untuk kepentingan rekayasa (engineering).
Ada dua jenis penyelidikan geoteknik yang dilakukan yaitu (1) penyelidikan lapangan (in
situ test) dan (2) penyelidikan laboratorium (laboratory test). Penyelidikan lapangan
umumnya terdiri machine boring, SPT (Standard Penetration Test), CPT (Cone Penetration
Test), DCP (Dynamic Cone Penetration), Pressuremeter Test (PMT), Dilatometer Test
(DMT), Field Permeability Test, dll.

Sedangkan penyelidikan laboratorium terdiri dari index properties (water content, spesific
gravity, atterberg limit,sieve analysis, unit weight), engineering properties (direct shear test,
consolidation test, triaxial test, permeability test, compaction test, CBR test).

Pemilihan jenis pengujian yang dilakukan sangat tergantung kepada jenis konstruksi yang
akan dikerjakan pada lokasi. Jenis penyelidikan akan berbeda untuk bangunan tinggi,
galian dalam (deep excavation), timbunan (fill), terowongan (tunelling), jalan raya
(highway), bendungan , dermaga dll.

Penyelidikan geoteknik yang dilakukan adalah penyelidikan lapagan (in situ test) yang
terdiri dari Boring Machine, Standard Penetration Test (SPT) dan Pengujian Laboratorium
yang terdiri dari moisture content, specific gravity, atterberg limit, unit weight, grain size
analisys, consolidation dan direct shear.

2. Tujuan Penyelidikan Geoteknik

Tujuan penyelidikan geoteknik yang dilakukan, adalah:


a. Mengetahui stratigrafi atau sistem pelapisan tanah di lokasi. Stratigrafi tanah dapat
diperoleh berdasarkan hasil boring di lapangan hingga kedalaman tanah keras dengan
nilai N SPT>50 untuk tanah pasir dan N SPT > 30 untuk tanah lempung.
b. Mengetahui kedalaman muka air tanah (ground water level) di lokasi. Hal ini dapat
diperoleh dari hasil boring.
c. Mengambil sampel tanah (undisturbed sample) dari lokasi untuk diuji di laboratorium.
Hal ini dapat diperoleh melalui boring .
d. Menentukan sifat fisis dan mekanis lapisan tanah berdasarkan hasil uji laboratorium
terhadap sampel tanah yang terganggu (disturbed soil) dan sampel tanah tidak
terganggu (undisturbed soil).Mengetahui kekuatan tanah pada setiap kedalaman
tertentu. Hal ini dapat diperoleh dari hasil Standard Penetration Test (SPT) yang
dinyatakan dengan jumlah pukulan per 30 cm penetrasi.

Dari hasil penyelidikan tanah tersebut di atas dapat dilakukan:


a. Menentukan daya dukung pondasi dangkal (shallow fondation) dan pondasi dalam
(deep fondation) berdasarkan parameter kuat geser tanah atau in situ test.
b. Mengevaluasi besarnya penurunan tanah akibat beban kerja baik penurunan segera
(immidiately settlement), penurunan konsolidasi (consolidation settlement) dan
penurunan setempat (differential settlemen) berdasarkan parameter konsolidasi atau in
situ test.
1
3. Jenis In Situ Test

Jenis pengujian yang dilakukan adalah penyelidikan lapangan (in situ test), yang terdiri dari
machine boring dengan Standard Penetration test SPT dilakukan setiap interval 2.0 m dan
UDS interval 5.0 m sebanyak 2 (dua) titik. Standard Penetration Test berdasarkan ASTM D
1586-84.

4. Boring dan Standard Penetration Test (SPT)


Pada bagian ini akan dijelaskan hasil in situ test di lapangan mulai dari machine boring
dan standard penetration test.

Dari hasil boring BH-01 muka air tanah ditemukan pada kedalaman 0.40 – 0.60 m.
Sedangkan sistem pelapisan tanah yang dideskripsikan secara visual di lapangan di peroleh
seperti Tabel 1 & 2.

Tabel 1 Sistem pelapisan tanah berdasarkan deskripsi visual BH-01


Kedalaman (m) Deskripsi
Jenis tanah Relative
Density/Consistency
0.00 – 1.00 Pasir berlempung Lepas
1.00 – 13.50 Pasir bercampur kayu lapuk Lepas - sedang
13.50 – 17.00 Lempung berpasir Sedang
17.00 – 25.00 Lempung Sedang – lunak -
sedang
25.00 – 37.00 Lempung berpasir Sedang – kaku -
sedang
37.00 – 41.50 Lempung Kaku
41.50 – 48.50 Pasir Sangat padat
Tabel 2 Sistem pelapisan tanah berdasarkan deskripsi visual BH-02
Kedalaman (m) Deskripsi
Jenis tanah Relative
Density/Consistency
0.00 – 0.70 Pasir berlempung Sedang
0.70 – 3.50 Lempung berpasir Lepas
3.50 – 10.00 Pasir bercampur kayu lapuk Sedang – kaku
10.00 – 17.50 Pasir berlempung Sedang – padat
17.50 – 21.00 Lempung berpasir
21.00 – 29.00 Lempung
29.00 – 33.00 Pasir berlempung
33.00 – 39.00 Lempung
39.00 – 41.00 Lempung
41.00 – 43.50
43.50 – 48.50 Pasir berlempung
Hasil SPT pada setiap kedalaman berdasarkan BH-01 & BH-02 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai N-SPT pada setiap kedalaman untuk BH-01 & BH-02.
N-SPT N-SPT
Kedalaman (pukulan/ 30 (pukulan/ 30
(m) cm) cm)
BH - 01 BH - 01
2
0 0 0
2 10 6
4 18 16
6 8 19
8 8 21
10 14 5
12 23 10
14 6 5
16 7 4
18 5 6
20 5 7
22 4 3
24 5 4
26 8 5
28 6 7
30 9 11
32 8 6
34 8 6
36 8 9
38 9 8
40 10 9
42 20 15
44 51 54
46 58 60
48 57 60

3
Gambar 1. N-SPT terhadap kedalaman untuk BH-01 & BH-02

Gambar 1 menunjukkan nilai N-SPT terhadap kedalaman untuk boring BH-01 & BH-02
relatif sama. Dengan menganggap untuk tanah keras nilai SPT lebih besar atau sama
dengan 50 pukulan/ 30 cm, maka untuk titik boring BH-01 kedalaman tanah keras
ditemukan pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 51 pukulan/ 30 cm dan untuk BH-02
kedalaman tanah keras ditemukan pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 54 pukulan/30
cm.

5. Daya Dukung Pondasi

Ada dua jenis pondasi yang biasa digunakan sebagai pondasi bangunan, yaitu pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation) Pondasi dangkal terdiri
dari pondasi setempat (spread footing) dan pondasi menerus (continuous footing). Pondasi
dalam terdiri dari pondasi tiang kayu, pondasi tiang beton, pondasi tiang komposit,
berdasarkan jenis materialnya. Berdasarkan metode instalasinya pondasi tiang bor (drilled
shaft pile), pondasi tiang pancang (driven pile). Berdasarkan proses pembuatan tiangnya,
pondasi tiang pracetak (precast pile), pondasi tiang cetak di tempat (cast in place pile).

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sistem pondasi yaitu (i) daya
dukung pondasi harus lebih besar dari beban yang bekerja pada pondasi (ii) besarnya
penurunan pondasi harus lebih kecil dari penurunan yang diijinkan.

4
5.1. DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL

DAYA DUKUNG TERZAGHI (1943).


Asumsi yang digunakan pada formula daya dukung Terzaghi adalah
1. Kedalaman pondasi lebih kecil dibandingkan lebar pondasi (D/B1, di mana D =
kedalaman pondasi, B = lebar pondasi)
2. Tidak terjadi keruntuhan akibat geser
3. Tanah di bawah dasar pondasi adalah homogen
4. Tejadi keruntuhan umum
5. Tidak terjadi konsolidasi
6. Pondasi sangat kaku
Formula daya dukung pondasi dangkal dari Terzaghi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Daya Dukung Terzaghi
TIPE PONDASI DANGKAL FORMULA
Pondasi Menerus q u  cN c  DN q  0.5BN 

Pondasi Bujursangkar q u  1.3cN c  DN q  0.4 BN 

Pondasi Lingkaran q u  1.3cN c  DN q  0.3BN 

Faktor daya dukung didefinisikan sebagai berikut :


 a2 
N c  cot    1 ` (4.1)

 2 cos 2 45   / 2  
a2
Nq  (4.2)
2 cos  45   / 2
2

 K py 
tan   1
1
N  2 2 (4.3)
 cos  

di mana
ae
 3
4
 /2  tan 

Coduto (1994) mengembangkan suatu persamaan untuk menentukan besarnya N yang berbeda
sekitar 10 % terhadap kurva yang dikembangkan oleh Terzaghi, di mana nilai tersebut didekati

Nilai Nc, Nq dan N adalah factor daya dukung, factor-faktor daya dukung ini sebanding
dengan sudut geser tanah dan dapt ditabelkan sebagai berikut:
 Nc Nq  Nc’ Nq’ 
0o 5.71 1.00 0.00 3.81 1.00 0.00
15o 7.32 1.64 0.00 4.48 1.39 0.00
10o 9.64 2.70 1.20 5.34 1.94 0.00
15o 12.80 4.44 2.40 6.46 2.73 1.20
20o 17.70 7.43 4.60 7.90 3.88 2.00
25o 25.10 12.70 9.20 9.86 5.60 3.30
30o 37.20 22.50 20.00 12.70 8.32 5.40
35o 57.80 41.40 44.00 16.80 12.80 9.60
40o 95.60 81.20 114.00 23.20 20.80 19.10
45o 172.00 17.00 320.00 34.10 35.10 27.00

5
5.1.1. Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Berdasarkan Hasil Sondir

 Berdasarkan Formula L. Herminier


Berdasarkan hasil sondir dapat dihitung daya dukung ijin pondasi dangkal dengan
menggunakan formula L. Herminier, sebagai berikut:
CR
Qu  (4.4)
15
Qu
Qi  (4.5)
FK
Dimana :
Qu = daya dukung ultimate tanah ( ton/m2)
Qi = daya dukng ijin tanah (ton/m2)
CR = perlawanan ujung konus ( cone resistant)
15 = factor reduksi
FK = factor keamanan ( diambil 2)

 Berdasarkan Formula Schmertmann


Daya dukung dikorelasikan dengan tahanan ujung konus qc untuk fondasi dangkal dengan
D/B  1,5 (Schmertmann 1978), dengan penjelasan sebagai berikut.
a) Daya dukung batas tanah nonkohesif dihitung dengan rumus:
Untuk lajur qu = 28 – 0,0052 (300 – qc )1,5 (4.6)
Untuk persegi qu = 48 – 0,0090 (300 – qc )1,5 (4.7)
dengan qu dan qc dalam satuan tsf atau kg/cm2 .
b) Daya dukung batas tanah kohesif dapat dihitung dengan rumus:
Untuk lajur qu = 2 + 0,28 qc (4.8)
Untuk persegi qu = 5 + 0,34 qc (4.9)
dengan satuan dalam tsf atau kg/cm2 .

5.1.2. Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal Berdasarkan SPT

SPT dapat digunakan langsung untuk menghitung daya dukung izin tanah pada besaran
penurunan khusus berdasarkan pada korelasi sebelumnya.
a) Fondasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan modifikasi Meyerhof (Meyerhof
1956, Meyerhof 1974) untuk meningkatkan daya dukung sampai 50 % (Bowles, 1988).
B  4 ft (1,2 m), qa, 1 = ( Nn / F1 ) Kd (4.10)
B > 4 ft (1,2 m), qa, 1 = (Nn/F2) [ (B+F3)/B]2 (4.11)
dengan: qa, 1 adalah daya dukung izin untuk penurunan sebesar 1 inci (ksf; 1 ksf = 0,4882
ton/m2), Kd = 1 + 0,33 (D/B) £ 1,33, Nn adalah tahanan penetrasi standar terkoreksi
sampai n% x tenaga.

Persamaan (40b) dapat digunakan untuk fondasi sampai selebar 4,5 m (15 ft).
1) Faktor F bergantung pada besarnya tenaga pukulan. Nilai n kira-kira sebesar 55 % untuk
tahanan penetrasi tidak terkoreksi dan F1 = 2,5; F2 = 4; dan F3 = 1. Faktor F terkoreksi
sampai n = 70 % x tenaga adalah F1 = 2; F2 = 3,2; dan F3 = 1.
2) Gambar-gambar pada EM 1110-1-1904 memberikan grafik-grafik untuk menentukan qa
pada penurunan sebesar 1 inci dari data uji SPT dengan menggunakan pendekatan
modifikasi Terzaghi dan Peck.

b) Daya dukung bentuk tikar (mats) dapat dihitung dengan rumus


qa, 1 = ( Nn / F2 ) Kd (4.12)

6
dengan: qa,1 adalah daya dukung izin untuk batasan penurunan sampai 1 inci. Daya
dukung izin untuk setiap penurunan qa kemungkinan dapat berbanding linier dengan
penurunan izin sebesar 1 inci, yang diperoleh dari persamaan (40) dengan anggapan
penurunan bervariasi sesuai dengan tekanan.
qa = r qa, 1 (4.13)
dengan: r adalah penurunan (m),
qa, 1 adalah daya dukung izin untuk penurunan sebesar 1 inci (t/m2).

5.2. Daya Dukung Pondasi Tiang

5.2.1. Teori Analisis Pondasi Tiang Berdasarkan Hasil Sondir


Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Metode Schmertmann-Nottingham

Schertmann-Nottingham (1975) menganjurkan perhitungan daya dukung ujung pondasi


tiang menurut cara Bagemann, yaitu diambil nilai rata-rata perlawanan ujung sondir 8D di
atas ujung tiang dan 0.4D-0.7D di bawah ujung tiang.D adalah diameter tiang.

Daya dukung ujung Tiang


Formula yang digunakan adalah:

q q
Q p  c1 c2 A p (4.14)
2
di mana:
Qp : daya dukung ujung tiang
qc1 : nilai rata-rata qc 0.7D – 4.0D di bawah ujung tiang
qc2 : nilai rata-rata qc 8D di atas ujung tiang
Ap : Luas proyeksi penampang tiang

Bila zona lembek di bawah tiang masih berada pada kedalaman 4D-10D, maka perlu
dilakukan reduksi terhadap nilai rata-rata tersebut.Pada umumnya nilai perlawanan ujung
diambil tidak lebih dari 150 kg/cm2 untuk tanah pasir dan 100 kg/cm 2 untuk tanah pasir
kelanauan.

Daya dukung selimut tiang


Formula yang digunakan adalah:

 8D z L 
Q s  K s, c   fsAs   fsAs  (4.15)
z  0 8D z  8D 

Qs : daya dukung selimut tiang


K : nilai koreksi fess untuk tanah pasir (Ks) dan untuk tanah
lempung (Kc)
z : kedalaman di mana fess diambil
d : diameter tiang
fs : gesekan selimut sondir
As : luas bidang kontak setiap interval kedalaman fs.
L : panjang total tiang yang terbenam.

Apabila tanah trediri dari berbagai lapisan pasir dan lempung, Schmertmann menganjurkan
untuk menghitung daya dukung setiap lapisan secara terpisah.Namun demikian perlu
7
diingat bahwa nilai Ks,c pada persamaan (2) di atas dihitung berdasarkan total dihitung dari
permukaan tanah.

Nilai fs dibatasi hingga 1.2 kg/cm2 untuk tanah pasir dan 1.0 kg/cm2 untuk pasir kelanauan.
Hal penting diperhatikan di dalam menggunakan metode ini adalah masalah klsifikasi
tanah. Karena pengujian lapangan hanya menggunakan sondir maka klasifikasi tanah pada
setiap kedalaman dilakukan dengan menggunakan korelasi. Grafik yang dapat digunakan
dalam hal ini adalah Begemann, Schertmann, Ribertson & Campanella.
Besarnya nilai keamanan yang digunakan dalam analisis sangat tergantung kepada metode
instalasi tiang dan juga tingkat keandalan karakteristik tanah yang diperoleh dari hasil
pengujian. Hunt R.E (1986), besarnya nilai keamanan berkisar antara 2-3. Dalam analisis
ini digunakan safety factor 2.5 dengan pertimbangan jika menggunakan minipile yang
diinstlasikan dengan cara penekanan maka tingkat gangguan pada tanah akan l;ebih kecil
yang disebut dengan small displacement pile, sedangkan tiangkat keandalan karakteristik
tanah berdasarkan hasil sondir juga cukup baik karena tingkat gangguan tanah pada saat
dilakukan penyelidikan relative kecil.

5.2.2. Teori Analisis Pondasi Tiang Berdasarkan S.P.T (Standard Penetration Test)

5.2.2.1. Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan L. Decourt dalam “Prediction of the
Bearing Capacity of Piles Based Exclusively on N Valuse of the SPT”.

Daya dukung tiang berdasarkan data SPT, dapat dihitung berdasarkan L. Decourt dalam “
Prediction of the Bearing Capacity of Piles Based Exclusively on N Valuse of the SPT”.

Qp  C.N . A p (4.16)
Ap  0.25. .D 2

Q s  f s . As Syarat : fs  1.734 (4.17)


fs  (1.02  (0.336 xN ' )) Ni kurang dari 3 harus dianggap sama dengan 3.
As  D. .L
N  N1
N' 0 (4.18)
n
Qu  Q p  Qs (4.19)
Qu
Qa  (4.20)
3

Dengan K = koefisien tanah, dapat dilihat dari table dibawah :


Jenis tanah K(t/m2)
Lempung 12
Lanau berlempung 20
Lanau berpasir 25
Pasir 40

5.2.2.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Meyerhof 1976

Daya dukung tiang berdasarkan data SPT, dapat dihitung berdasarkan Meyerhof

Qp  C .N . A p syarat C  40 jika tidak memenuhi pakai 40 (4.21)


L
C  4.
D
8
Qs  f s . As f s  0.204 xN ' atau (4.22)
N '.AS
Qs  (4.23)
5
As  D. .L
N 0  N1
N' (4.24)
n
Qu  Q p  Qs (4.25)
Qu
Qa  (4.26)
3
Dimana ;
Qp = daya dukung ultimate ujung tiang
N = Nilai penetrasi baku
Ap = Luas dasar piler
D = Diameter piler
Qs = Daya dukung ultimate akibat gesekan disepanjang tiang
As = Luas permukaan tiang pancang
L = Kedalaman penyelidikan dilapangan
Qu = Daya dukung ultimate
Qa = Daya dukung ijin
N = Nilai SPT
C = Koefisien tanah
K = Koefisien tanah
Fs = Skin fractional stress
N’ = Nilai rata-rata N SPT sepanjang batang

Dengan C = koefisien tanah, dapat dilihat dari table dibawah :


Jenis tanah K(t/m2)
Lempung 12
Lanau berlempung 20
Lanau berpasir 25
Pasir 40

5.3. Tiang Group

Efisiensi dari kapasitas tiang group dapat didefenisikan sebagai berikut:

Q g u 
 (4.27)
 Qu

 : efisiensi tiang group


Qg(u) : kapasitas ultimat tiang group
Qu : kapasitas ultimat dari tiang tunggal (individual pile).

Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung efesiensi group tiang adalah:

a. Persamaan Converse-Labarre

9
  n  1 n 2   n 2  1 n1  1 D
  1  1
90n1n 2
 tan d
  (4.28)
 

b. Persamaan Los Angeles Group Action

D
  1  n1  n 2  1  n 2  n1 1   2  n1  n 2  n 2  n1  (4.29)
dn1n 2

c. Persamaan Seiler –Keeney

  11d   n  n  2   0.3
1 2
  1  
 
   
  7 d 2  1   n1  n 2  1   n1  n 2
di mana d(ft) (4.30)

di mana:
D : diameter tiang
d : jarak antara as-as tiang yang berdekatan
n1,n2 : jumlah tiang pada setiap potongan melintang dan memanjang

Menurut Kisida dan Meyerhoff (1965) pada tanah loose dan medium sand besarnya 10actor
efisiensi tiang group lebih besar dari satu. Hal ini terjadi karena selama instalasi tiang terjadi
proses pemadatan (densification).
Berdasarkan observasi eksperimental maka perlikaku dari tiang group pada pasir dapat
dinyatakan sebagai berikut (Das B.M., 2004):

a. Untuk tiang group yang terdiri dari tiang pancang (driven pile) pada pasir jika
d  3D , Qg(u) sama dengan  Q u .
b. Untuk tiang group yang terdiri dari tiang bor pada pasir dengan d  3D , Qg(u)
diambil 2/3 -3/4 kali  Q u .

5.4. Penurunan elastis dari tiang group

Penurunan elastis tiang group berdasarkan data sondir (Meyerhoff, 1976):

1 . 2 .qn.B
si  (4.31)
Eu

gB g I
S g ( e)  (4.32)
2q c

L( m)
I  1  0.5
8B g (m)
(4.33)
Qg
q (4.34)
L g Bg
qc : nilai perlawanan konus rata-rata sejauh Bg di bawah ujung bawah tiang
Bg : dimensi terkecil dari pile cap

10
Daya dukung tiang pancang berdasarkan hasil N SPT dapat dilihat pada tabel 5 – 10.

Tabel 6. Daya Dukung Tiang Pancang/Bore Pile diameter 30 cm berdasarkan hasil BH-01
Diameter 30 cm
Depth m Ap Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.3 )
(m) (D=0.30 m) (ton) (ton) (ton) (ton)
0.00 0 0.00 0.00 0.07065 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 10 3.00 1.88 0.07065 28.26 1.13 29.39 9.80
4.00 18 14.00 3.77 0.07065 50.87 10.55 61.42 20.47
6.00 8 12.00 5.65 0.07065 22.61 13.56 36.17 12.06
8.00 8 11.00 7.54 0.07065 22.61 16.58 39.19 13.06
10.00 14 11.60 9.42 0.07065 39.56 21.85 61.42 20.47
12.00 23 13.50 11.30 0.07065 65.00 30.52 95.52 31.84
14.00 6 12.43 13.19 0.07065 5.09 32.78 37.87 12.62
16.00 7 11.75 15.07 0.07065 5.93 35.42 41.35 13.78
18.00 5 11.00 16.96 0.07065 4.24 37.30 41.54 13.85
20.00 5 10.40 18.84 0.07065 4.24 39.19 43.43 14.48
22.00 4 9.82 20.72 0.07065 3.39 40.69 44.09 14.70
24.00 5 9.42 22.61 0.07065 4.24 42.58 46.82 15.61
26.00 8 9.31 24.49 0.07065 6.78 45.59 52.38 17.46
28.00 6 9.07 26.38 0.07065 5.09 47.85 52.94 17.65
30.00 9 9.07 28.26 0.07065 25.43 51.24 76.68 25.56
32.00 8 9.00 30.14 0.07065 22.61 54.26 76.87 25.62
34.00 8 8.94 32.03 0.07065 6.78 57.27 64.06 21.35
36.00 8 8.89 33.91 0.07065 6.78 60.29 67.07 22.36
38.00 9 8.89 35.80 0.07065 7.63 63.68 71.31 23.77
40.00 10 8.95 37.68 0.07065 8.48 67.45 75.93 25.31
42.00 20 9.48 39.56 0.07065 56.52 74.98 131.50 43.83
44.00 51 11.36 41.45 0.07065 144.13 94.20 238.33 79.44
46.00 58 13.39 43.33 0.07065 163.91 116.05 279.96 93.32
48.00 57 15.21 45.22 0.07065 161.08 137.53 298.61 99.54

Tabel 7. Daya Dukung Tiang Pancang/Bore Pile diameter 40 cm berdasarkan hasil BH-01
Diameter 40 cm
Ap
Depth Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.4 m ) (D=0.40
(m) m (ton) (ton) (ton) (ton)
)
0.00 0 0.00 0.00 0.1256 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 10 3.00 2.51 0.1256 50.24 1.51 51.75 17.25
4.00 18 14.00 5.02 0.1256 90.43 14.07 104.50 34.83
6.00 8 12.00 7.54 0.1256 40.19 18.09 58.28 19.43
8.00 8 11.00 10.05 0.1256 40.19 22.11 62.30 20.77
10.00 14 11.60 12.56 0.1256 70.34 29.14 99.48 33.16
12.00 23 13.50 15.07 0.1256 115.55 40.69 156.25 52.08
14.00 6 12.43 17.58 0.1256 9.04 43.71 52.75 17.58
16.00 7 11.75 20.10 0.1256 10.55 47.23 57.78 19.26
18.00 5 11.00 22.61 0.1256 7.54 49.74 57.27 19.09
20.00 5 10.40 25.12 0.1256 7.54 52.25 59.79 19.93
22.00 4 9.82 27.63 0.1256 6.03 54.26 60.29 20.10
24.00 5 9.42 30.14 0.1256 7.54 56.77 64.31 21.44
26.00 8 9.31 32.66 0.1256 12.06 60.79 72.85 24.28
28.00 6 9.07 35.17 0.1256 9.04 63.80 72.85 24.28
30.00 9 9.07 37.68 0.1256 45.22 68.33 113.54 37.85
32.00 8 9.00 40.19 0.1256 40.19 72.35 112.54 37.51

11
34.00 8 8.94 42.70 0.1256 12.06 76.36 88.42 29.47
36.00 8 8.89 45.22 0.1256 12.06 80.38 92.44 30.81
38.00 9 8.89 47.73 0.1256 13.56 84.91 98.47 32.82
40.00 10 8.95 50.24 0.1256 15.07 89.93 105.00 35.00
42.00 20 9.48 52.75 0.1256 100.48 99.98 200.46 66.82
44.00 51 11.36 55.26 0.1256 256.22 125.60 381.82 127.27
46.00 58 13.39 57.78 0.1256 291.39 154.74 446.13 148.71
48.00 57 15.21 60.29 0.1256 286.37 183.38 469.74 156.58

Tabel 8. Daya Dukung Tiang Pancang/Bore Pile diameter 60 cm berdasarkan hasil BH-01
Diameter 60 cm
Depth Ap Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.6 m )
(m) (D=0.60 m) (ton) (ton) (ton) (ton)
0.00 0 0.00 0.00 0.2826 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 10 3.00 3.77 0.2826 113.04 2.26 115.30 38.43
4.00 18 14.00 7.54 0.2826 203.47 21.10 224.57 74.86
6.00 8 12.00 11.30 0.2826 90.43 27.13 117.56 39.19
8.00 8 11.00 15.07 0.2826 90.43 33.16 123.59 41.20
10.00 14 11.60 18.84 0.2826 158.26 43.71 201.96 67.32
12.00 23 13.50 22.61 0.2826 259.99 61.04 321.03 107.01
14.00 6 12.43 26.38 0.2826 20.35 65.56 85.91 28.64
16.00 7 11.75 30.14 0.2826 23.74 70.84 94.58 31.53
18.00 5 11.00 33.91 0.2826 16.96 74.61 91.56 30.52
20.00 5 10.40 37.68 0.2826 16.96 78.37 95.33 31.78
22.00 4 9.82 41.45 0.2826 13.56 81.39 94.95 31.65
24.00 5 9.42 45.22 0.2826 16.96 85.16 102.11 34.04
26.00 8 9.31 48.98 0.2826 27.13 91.19 118.32 39.44
28.00 6 9.07 52.75 0.2826 20.35 95.71 116.05 38.68
30.00 9 9.07 56.52 0.2826 101.74 102.49 204.23 68.08
32.00 8 9.00 60.29 0.2826 90.43 108.52 198.95 66.32
34.00 8 8.94 64.06 0.2826 27.13 114.55 141.68 47.23
36.00 8 8.89 67.82 0.2826 27.13 120.58 147.71 49.24
38.00 9 8.89 71.59 0.2826 30.52 127.36 157.88 52.63
40.00 10 8.95 75.36 0.2826 33.91 134.89 168.81 56.27
42.00 20 9.48 79.13 0.2826 226.08 149.97 376.05 125.35
44.00 51 11.36 82.90 0.2826 576.50 188.40 764.90 254.97
46.00 58 13.39 86.66 0.2826 655.63 232.11 887.74 295.91
48.00 57 15.21 90.43 0.2826 644.33 275.06 919.39 306.46

12
Gambar 2. Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Berdasarkan Nilai N-SPT pada titik Borehole BH-
01

13
Tabel 9. Daya Dukung Tiang Pancang diameter 30 cm berdasarkan hasil BH-02
Diameter 30 cm
Depth m Ap Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.3 )
(m) (D=0.30 m) (ton) (ton) (ton) (ton)
0.00 0 0.00 0.00 0.07065 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 6 3.00 1.88 0.07065 5.09 1.13 6.22 2.07
4.00 16 11.00 3.77 0.07065 45.22 8.29 53.51 17.84
6.00 19 13.67 5.65 0.07065 53.69 15.45 69.14 23.05
8.00 21 15.50 7.54 0.07065 59.35 23.36 82.71 27.57
10.00 5 13.40 9.42 0.07065 14.13 25.25 39.38 13.13
12.00 10 12.83 11.30 0.07065 28.26 29.01 57.27 19.09
14.00 5 11.71 13.19 0.07065 14.13 30.90 45.03 15.01
16.00 4 10.75 15.07 0.07065 11.30 32.40 43.71 14.57
18.00 6 10.22 16.96 0.07065 5.09 34.67 39.75 13.25
20.00 7 9.90 18.84 0.07065 5.93 37.30 43.24 14.41
22.00 3 9.27 20.72 0.07065 2.54 38.43 40.98 13.66
24.00 4 8.83 22.61 0.07065 3.39 39.94 43.33 14.44
26.00 5 8.54 24.49 0.07065 4.24 41.82 46.06 15.35
28.00 7 8.43 26.38 0.07065 5.93 44.46 50.40 16.80
30.00 11 8.60 28.26 0.07065 9.33 48.61 57.93 19.31
32.00 6 8.44 30.14 0.07065 5.09 50.87 55.95 18.65
34.00 6 8.29 32.03 0.07065 5.09 53.13 58.22 19.41
36.00 9 8.33 33.91 0.07065 7.63 56.52 64.15 21.38
38.00 8 8.32 35.80 0.07065 6.78 59.53 66.32 22.11
40.00 9 8.35 37.68 0.07065 7.63 62.93 70.56 23.52
42.00 15 8.67 39.56 0.07065 12.72 68.58 81.29 27.10
44.00 54 10.73 41.45 0.07065 152.60 88.92 241.53 80.51
46.00 60 12.87 43.33 0.07065 169.56 111.53 281.09 93.70
48.00 60 14.83 45.22 0.07065 169.56 134.14 303.70 101.23

Tabel 10. Daya Dukung Tiang Pancang diameter 40 cm berdasarkan hasil BH-02
Diameter 40 cm
Depth Ap Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.4 m )
(m) (D=0.40 m) (ton) (ton) (ton) (ton)
0.00 0 0.00 0.00 0.1256 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 6 3.00 2.51 0.1256 9.04 1.51 10.55 3.52
4.00 16 11.00 5.02 0.1256 80.38 11.05 91.44 30.48
6.00 19 13.67 7.54 0.1256 95.46 20.60 116.05 38.68
8.00 21 15.50 10.05 0.1256 105.50 31.15 136.65 45.55
10.00 5 13.40 12.56 0.1256 25.12 33.66 58.78 19.59
12.00 10 12.83 15.07 0.1256 50.24 38.68 88.92 29.64
14.00 5 11.71 17.58 0.1256 25.12 41.20 66.32 22.11
16.00 4 10.75 20.10 0.1256 20.10 43.21 63.30 21.10
18.00 6 10.22 22.61 0.1256 9.04 46.22 55.26 18.42
20.00 7 9.90 25.12 0.1256 10.55 49.74 60.29 20.10
22.00 3 9.27 27.63 0.1256 4.52 51.24 55.77 18.59
24.00 4 8.83 30.14 0.1256 6.03 53.25 59.28 19.76
26.00 5 8.54 32.66 0.1256 7.54 55.77 63.30 21.10
28.00 7 8.43 35.17 0.1256 10.55 59.28 69.83 23.28
30.00 11 8.60 37.68 0.1256 16.58 64.81 81.39 27.13
32.00 6 8.44 40.19 0.1256 9.04 67.82 76.87 25.62
34.00 6 8.29 42.70 0.1256 9.04 70.84 79.88 26.63
36.00 9 8.33 45.22 0.1256 13.56 75.36 88.92 29.64
38.00 8 8.32 47.73 0.1256 12.06 79.38 91.44 30.48
40.00 9 8.35 50.24 0.1256 13.56 83.90 97.47 32.49
42.00 15 8.67 52.75 0.1256 22.61 91.44 114.04 38.01
44.00 54 10.73 55.26 0.1256 271.30 118.57 389.86 129.95
14
46.00 60 12.87 57.78 0.1256 301.44 148.71 450.15 150.05
48.00 60 14.83 60.29 0.1256 301.44 178.85 480.29 160.10

Tabel 11. Daya Dukung Tiang Pancang diameter 60 cm berdasarkan hasil BH-02
Diameter 60 cm
Depth m Ap Qp Qs Qu Qa
N N' AS (D =0.3 )
(m) (D=0.30 m) (ton) (ton) (ton) (ton)
0.00 0 0.00 0.00 0.2826 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 6 3.00 3.77 0.2826 20.35 2.26 22.61 7.54
4.00 16 11.00 7.54 0.2826 180.86 16.58 197.44 65.81
6.00 19 13.67 11.30 0.2826 214.78 30.90 245.67 81.89
8.00 21 15.50 15.07 0.2826 237.38 46.72 284.11 94.70
10.00 5 13.40 18.84 0.2826 56.52 50.49 107.01 35.67
12.00 10 12.83 22.61 0.2826 113.04 58.03 171.07 57.02
14.00 5 11.71 26.38 0.2826 56.52 61.80 118.32 39.44
16.00 4 10.75 30.14 0.2826 45.22 64.81 110.03 36.68
18.00 6 10.22 33.91 0.2826 20.35 69.33 89.68 29.89
20.00 7 9.90 37.68 0.2826 23.74 74.61 98.34 32.78
22.00 3 9.27 41.45 0.2826 10.17 76.87 87.04 29.01
24.00 4 8.83 45.22 0.2826 13.56 79.88 93.45 31.15
26.00 5 8.54 48.98 0.2826 16.96 83.65 100.61 33.54
28.00 7 8.43 52.75 0.2826 23.74 88.92 112.66 37.55
30.00 11 8.60 56.52 0.2826 37.30 97.21 134.52 44.84
32.00 6 8.44 60.29 0.2826 20.35 101.74 122.08 40.69
34.00 6 8.29 64.06 0.2826 20.35 106.26 126.60 42.20
36.00 9 8.33 67.82 0.2826 30.52 113.04 143.56 47.85
38.00 8 8.32 71.59 0.2826 27.13 119.07 146.20 48.73
40.00 9 8.35 75.36 0.2826 30.52 125.85 156.37 52.12
42.00 15 8.67 79.13 0.2826 50.87 137.16 188.02 62.67
44.00 54 10.73 82.90 0.2826 610.42 177.85 788.27 262.76
46.00 60 12.87 86.66 0.2826 678.24 223.07 901.31 300.44
48.00 60 14.83 90.43 0.2826 678.24 268.28 946.52 315.51

15
Gambar 3. Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang Berdasarkan Nilai N-SPT pada titik Borehole BH-
02

16
6. Kesimpulan

Dari hasil penyelidikan geoteknik di lapangan dapat disampaikan beberapa hal yaitu:
1. Muka air tanah di lapangan berdasarkan hasil boring ditemukan pada kedalaman
0.40 – 0.60 m, hal ini perlu untuk pelaksanaan penggalian pondasi.
2. Sistem pelapisan tanah di lokasi terdiri dari pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung dan pasir berlempung.
3. Dengan menganggap untuk tanah keras nilai SPT lebih besar atau sama dengan 50
pukulan/ 30 cm, maka untuk titik boring BH-01 kedalaman tanah keras ditemukan
pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 51 pukulan/ 30 cm dan untuk BH-02
kedalaman tanah keras ditemukan pada kedalaman 44.0 m dengan N_SPT 54
pukulan/30 cm.
4. Untuk lokasi proyek disarankan untuk menggunakan pondasi tiang pancang atau
bore pile pada kedalaman 44.0 m.

Referensi

1. Annual Book of ASTM Standard 1989 Volume 04.08


2. Bowles,J.E.,” Engineering Properties of Soil and Their Measurements”, Mc Graw
Hill Book Company.
3. CPT Versi 2.0-95, Universitas Katolik Parahyangan.
4. Das, B.M.,” Principle of Geotechnical Engineering”PWS Publishing Company,
Boston
5. Das, B.M.,” Principle of Foundation Engineering”, Thomson, Books
6. Hunt, R.E.,” Geotechnical Engineering Techniques and Practice”, Mc Graw Hill
Book Company.
7. Guy Sanglerat, Gilbert Olivari, Bernard Cambou “ Mekanika Tanah & Teknik
Pondasi”
8. Suyono Sosrodarsono “ Mekanika Tanah & Teknik Pondasi” 1980

Disusun : Ir. Origen Ridwan

17

Anda mungkin juga menyukai