Anda di halaman 1dari 2

ESSAY 500 KATA

Nama saya Muhammad Imam Ramdani, saya mempunyai banyak nama panggilan.
Disekolah, saya biasa dipanggil Imam. Dirumah, saya biasa dipanggil Dani. Sedangkan teman-
teman karib saya, biasa memanggil saya dengan sebutan “mir”. Saya adalah anak tertua dari
3bersaudara yang dilahirkan dari kedua orang tua yang memiliki perbedaan suku. Ayah saya,
Rusmono yang dilahirkan dan berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan ibu saya, Megawati
asli keturunan Lampung. Namun, didalam perbedaaan inilah yang mampu menyatukan kami
menjadi keluarga harmoni. Saya adalah salah satu murid/siswa kelas 11 di sekolah tertua yang
berada diwilayah kab.pesisir barat bahkan di wilayah kab.lampung barat. Nama sekolahku
adalah SMAN 1 PESISIR TENGAH, tempat dimana awal perjalanan bagaimana saya bisa sampai
di program seleksi siswa mengenal nusantara se-provinsi Lampung. Rasa bangga,haru, dan
takut pun berbaur bercampur menjadi satu saat ibu guru berkata bahwa saya yang akan
mewakili sekolah tercinta untuk mengikuti seleksi siswa mengenal nusantara. Bangga? Pastinya,
setiap pelajar ingin yang namanya prestasi. Baik akademik maupun non-akademik. Begitu juga
saya, yang terpilih untuk menjadi duta sekolah ke provinsi. Hati saya langsung bergerak seperti
hendak berteriak. Hal ini dikarenakan kebanggaan tentunya terhadap diri pribadi yang
ditawarkan menorehkan prestasi tingkat provinsi sekaligus diberi peluang untuk sedikit
membanggakan hati kedua orang tua. Belum lagi, program yang dilaksanakan langsung
dibawah naungan kementerian BUMN. Haru? Selain bangga tentunya ada sedikit rasa haru yang
enyenggol qolbu. “saking bangganya bro..” namun hal ini,tidak boleh terlalu saya bangga-
banggakan. Karena sesungguhnya ini adalah beban yang ditaruh di pundak saya guna
melanjutkan tongkat estafet dari alumni SMN 2016 asal SMAN 1 Pesisir Tenagh yang brhasil
lolos untuk mengikuti program SMN di Papua tahun lalu. Hal ini yang memuat saya takut,dari
takut kalah, sampai takut malu-maluin nama sekolah. Namun saya ingat satu perkataan dari
seorang guru yang sangat membangkitkan, “jangan menyerah sebelum berperang, lebih baik
mati di medan pertempuran daripada kena panah sebelum ngangkat pedang”. Selain dari pada
itu ada sebuah prinsip didalam hati yang sejak kecil sudah ditanamkan oleh kedua orang tua
saya, “kalo orang lain bisa, kenapa kamu engga?”

Sesuai dengan nama program ini yaitu siswa mengenal nusantara,saya sebagai salah
satu siswa di negri ibu pertiwi sangat bangga karena adanya program/kegiatan seperti ini dari
pemerintah yang langsung ditargetkan kepada siswa-siswa SMU-sederjat se-Indonesia. Yang
mana hal ini, tentunya mampu meningkatkan wawasan para peserta didik tersebut. Selain itu
para peserta didik juga bakalan tau bahwa Negara Indonesia ini sngantlah beragam budayanya
sngatlah kaya alamnya. Selanjutnya daripada itu, para peserta didik yang pada umumnya
adalah remaja remaja 17-an tahun. Dimana kisaran umurr umur ini adalah saat saat sang anak
mempunyai suatu energy yang sangat meluap-luap. Dan tidak mustahil jikalau para pesrta
didiklah yang turut melestarikan budaya budaya bangsa Indonesia, agar kasus kasus seperti
pengklaim-an budaya Indonesia tidak kita dengar lagi. Dan tidak lain, supaya budaya bangsa
tidak punah dan tidak hilang begitu saja. Jangan malahan peserta didik yang menghilangkan
rasa cinta terhadap budaya bangsa Indonesia. Tidak perlumeniru budaya barat jikalau budaya
bangsa lebih bagus. Karena, kebanyakan orang jaman sekarang malas jika mendengar kata
budaya, lebih baik kami belanja. Pada malas belajar membuat kerajinan Tapis, mending saya
nebelin Alis. kebiasaan ini yang harus kita singkirkan sejauh mungkin, agar kebudaayan kita
tetap lestari sampai anak cucu kita menikmati apa yang kita nikmati sekarang.

Anda mungkin juga menyukai