Kesehatan Kerja Merupakan Spesialisasi Dalam Ilmu Kesehatan
Kesehatan Kerja Merupakan Spesialisasi Dalam Ilmu Kesehatan
prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setingi-tingginya, baik fisik, amental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif terhadap penyakit- penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum
(Sumakmur, 1981).
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan
masyarakat di dalam suatu tempat (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan menjadi
pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dengan masyarakat di sekitar
perusahaan tersebut. Apabila didalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya
preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka dalam
kesehatan kerja, kedua hal tersebut menjadi ciri pokok (Notoatmojo, 1997)
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri
merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung
maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih
bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.
Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing).
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan
cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam
pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit
perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang
terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa
digunakan.
Proses Pembuatan
Sebelum kapas diproses pada mesin blowing, terlebih dahulu kapas dikeluarkan dari gudang,
kemudian kapas yang masih dalam keadaan terbungkus dan terikat, di bawa ke Bill Store
untuk dibuka dan dilepaskan ikatannya agar kapas kembali ke dalam bentuk semula dan
dibiarkan untuk diangin-anginkan selama ±24 jam. Kemudian kapas yang dibuat lap lalu
dikerjakan pada mesin carding, lap akan mengalami pembersihan, pemisahan, penarikan
dengan mesin pre drawing untuk dapat dibuat sliver, selanjutnya dikerjakan pada mesin yang
lebih rata seratnya, dengan jalan 8 sliver dijadikan sliver ditarik diantara rol-rol.
Selanjutnya dikerjakan pada mesin lap former untuk dibuat lap yaitu 8 sliver dimasukkan
pada mesin ini. Dengan ditarik agar seratnya searah panjang dan pendek terpisah maka lap
dikerjakan pada mesin lap pendek akan terkumpul menjadi kotoran, sedang serat panjang
dibuat silver yang terdiri serat panjang saja. Serat silver yang dapat diproses kembali untuk
dijadikan benang carded dengan nomor 15 dan 35 atau sebagai campuran untuk membuat
benang-benang carded dengan No.30 S dan 40 S. Sliver hasil combing selanjutnya dikerjakan
pada mesin drawing (I dan II) untuk dibuat sliver yang baik karena sliver hasil combing
merupakan bahan baku untuk pembuatan benang halus dan ini diproses pada mesin speed
frame. Dengan sedikit ditarik dan dipilin akan menghasilkan sliver dengan ukuran lebih kecil
yang disebut roving. Roving ini hasil dari mesin speed frame dibuat benang tunggal
selanjutnya dapat diperdagangkan baik dalam bentuk cone (pada mesin cone winder) atau
benang double mesin quick traverse, hant dan lain-lain.
Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja Pada Industri Tekstil
Setiap industri memiliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja. Namun
demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan meminimalkan
bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya keselamatan seseorang baik
yang ada dalam lingkungan industry itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri.
Hal-hal yang menjadi permasalahan yang berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja
pada industri busana. Gudang resiko bahaya pada Packing dan Bahaya kebakaran
a. Pola/Potong, resiko bahaya adalah Jari tangan terpotong dan tersengat arus singat
b. Jahit, resiko bahaya adalah Jari terkena jarum, tersengat arus singkat, kebakaran
c. Pasang kancing, resiko bahaya adalah Jari tergencet mesin kancing, tersengat arus singkat.
d. Setrika, resiko bahaya adalah Tersengat arus singkat, kebakaran serta Tergores dan bahaya
jatuhan
Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan pihak perusahaan dan disesuaikan dengan
tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesalahan atau
ketidakserasian antara peralatan dan sarana kerja dengan pegawai yang menggunakan.
Ketidak serasian antara peralatan dan sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan
berbagai masalah yang akhirnya dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja pegawai
atau tenaga kerja. Permasalahan mengenai keserasian peralatan dan sarana kerja dengan
tenaga kerja pada industri busana dapat dilihat pada tabel.
• Kursi duduk
• Kursi duduk
• Kursi duduk
• Ruang gerak
Faktor penyebab ;
• Faktor Manusia
Permasalahan yang terjadi pada faktor manusia meliputi faktor manajerial, dan faktor tenaga
kerja. Permasalahannya dapat merupakan:
a. Manajemen:
Dampak Penyakit yang timbul dari Bahaya Kecelakaan Kerja pada Industri Tekstil
Pemintalan Benang
Penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang mudah diakui.
b) Penyakit yang berhubungann dengan pekerjaan – work related disease
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai etiologi yang kompleks.
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja,
namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
d) Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit yang
timbul karena hubungan kerja yaitu :
2) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam
keras.
3) Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas
vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4) Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat perangsang yang
dikenal yang berada dalam proses pekerjaan
5) Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari penghirupan
debu organik.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah
sebagai berikut:
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena
resiko dari bahaya.
1) Mata
a. Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder, proyektil, gas,
uap dan radiasi.
3) Kepala
a. Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda berputar.
b. APD: helmet, bump caps.
4) Pernapasan
5) Tubuh
a. Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan listrik,
bahan kimia, infeksi kulit.
7) Kaki
a. Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan kimia
dan logam cair, aberasi.
a. Pemeliharaan rumah tangga yang baik di perusahaan tekstil sehingga debu kapas
sangat sedikit di udara.
b. Pembersihan mesin carding sebaiknya dengan pompa hampa udara. Membersihkan
lantai dengan sapu tidak baik.
c. Ventilasi umum dengan sistim hisap.
d. Pemeriksaan kesehatan pekerja sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
e. Rotasi pekerja yang telah terpapar debu kapas ke tempat yang tidak berbahaya.
Penanggulangan lain :
1. Perlu lebih ditingkatkan lagi kualitas kerja dalam mengupayakan kesehatan dan
keselamatan kerja yang sudah ada.
2. Penataan ruangan harus lebih diperhatikan menjadi lebih baik, supaya para karyawan
lebih leluasa dalam melakukan pekerjaannya. Bengkel kerja utama industri jika
memungkinkan dipindahkan ke tempat yang khusus disediakan untuk kegiatan
industri, setidaknya diusahakan pembagian tempat pengolahan khusus yang bersekat
dan masing-masing disendirikan sehingga ruang gerak menjadi luas.
3. Untuk menghindari sakit akibat kerja pekerja perlu melakukan olahraga yang teratur,
dan setidaknya banyak bergerak dari pekerjaan yang biasa dilakukan, contoh apabila
biasanya duduk sesekali berdiri dan berjalan agar gerakan dan posisi kerja para
karyawan menjadi lebih bervariasi dan tidak monotonis.
4. 4. Sebaiknya untuk pembuangan atau penimbunan sementara limbah disediakan lahan
kosong tersendiri, atau setidaknya menempatkannya dalam karung, bak, atau lubang
khusus sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan dan dari segi tata ruang pun
menjadi lebih luas dan enak untuk dipandang.
5. Perusahaan (dalam hal ini industri kecil) yang belum mendapat tempat di organisasi
Pukesmas maka hendaknya dimasukkan secara struktural kedalam organisasi tersebut.
Sehingga industri ini akan lebih terayomi dalam hal pelayanan kesehatannya yang
paripurna (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), yang dalam hal ini
ditekankan pada ruang lingkup kedokteran industrinya. Misalnya petugas kesehatan
mengunjungi tempat-tempat industri secara rutin guna menilai kesehatan kerja di
perusahaan-perusahaan rumah tangga.