Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring
dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk. Penerapan teknologi berbagai
bidang tersebut selain membawa manfaat bagi efisiensi dan peningkatan produktifitas
juga menimbulkan dampak resiko yang dapat membahayakan terhadap keselamatan
dan kesehatan para pekerja di tempat kerja.
Hygiene perusahaan adalah  spesialisasi dalam  ilmu hygiene beserta prakteknya
dalam  ruang lingkup dengan tujuan mengenali, mengukur dan melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan
kerja dan perusahaan. (Suma’mur, 2014)
Menurut OHSAS  ada lima faktor bahaya yang ada pada tempat kerja yaitu : faktor
fisik, faktor kimia faktor biologi, faktor ergonomi dan faktor psikososial. Masing-masing
tersebut akan berdampak pada tenaga kerja meliputi penurunan kemampuan fisik atau
mental, cacat bahkan kematian. Adapun faktor fisik yang meliputi Kebisingan, radiasi
sinar Ultra Violet, Getaran, Cahaya, Iklim kerja.
Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas dapat menyebabkan gangguan
terhadap tenaga kerja yaitu ketulian baik sementara maupun tetap. secara umum
kebisingan mengganggu konsentrasi dan dapat menyebabkan pengalihan perhatian
sehingga tidak fokus terhadap masalah atau pekerjaan yang dilakukan. Selain itu dapat
menyebabkan mempengaruhi ketelitian seseorang dan mengganggu psikologis terhadap
tenaga kerja  (Suma’mur, 2014 )
Pemajanan sinar UltraViolet yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan
khususnya adalah mata karena mata membutuhkan cahaya  untuk dapat memantulkan
bayangan benda yang ada didepannya, misal penyakit mata yang disebabkan oleh radiasi
sinar UV adalah konjungtivitis fotoelektrika dan itu terjadi ketika bintang film yang
disinari lampu-lampu dengan pancaran intensitas sangat kuat sinar UV atau pada tenaga
kerja yang disaat mensterilisasi ruangan menggunakan lampu sinar UV. (Suma’mur,2014)

Tenaga kerja terpajan getaran selama sejam dengan frekuensi sebanyak 10-11 Hertz
di seluruh tubuh maka tubuh akan mengalami gangguan misalnya : gangguan sistem

1|Page
syaraf  otonom atau sistem syaraf di  luar kesadaran. Jika getaran tersebut mengenai
tangan dan lengan ada dua gejala yang ditimbulkan yaitu : kelainan pada peredaran darah
dan persyarafan lalu kerusakan pada persendian dan tulang (suma’mur, 2014)
Pekerjaan  sangat teliti membutuhkan  pencahayaan yang memadai  karena
pekerjaan yang intensitas pencahayaan tinggi merupakan pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian. Gangguan yang timbul akibat kurangnya pencahayaan yaitu kelelahan
psikis/mental yang gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampua intelektual,
pengurangan daya konsentrasi dan melambatnya kecepatan berfikir. (suma’mur, 2014)
Iklim kerja atau cuaca kerja adalah kombinasi dari : suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi. Manusia dapat mempertahankan kestabilan
suhu yang ada dengan berbagai macam cara diantaranya adalah mengeluarkan keringat,
karena adanya sistem pengatur suhu tubuh (Thermorregulatory system) maka suhu tubuh
manusia akan tetap stabil (Homeostatis).  (Suma’mur, 2013 : 199-200)
Faktor-faktor  yang dapat membuat suhu manusia bertukar dengan suhu
lingkungannya adalah : Konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi. (Suma’mur,  2013:199-
200)

1.2 Dasar Hukum


1) Undang-undang No.3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120
Mengetahui Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
4) Undang-undang No.10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran
5) Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
6) PP No.63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan Kerja Terhadap Pemanfaatan Radiasi
Region
7) PP No.47 Tahun 2012 Tentang Tanggun Jawab Sosial Dan Lingkungan
Perseorangan Terbatas
8) Keputusan Presiden RI No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja
9) PMP No 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan Kebersihan dan Penerangan
Dalam Tempat Kerja
10) Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.187/MEN/1999 Tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya

2|Page
11) Permenakertrans R.I No 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
12) Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984 Tentang Pengesahan Alat
Pelindung Diri
13) Permenakertrans No.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja

1.3 Profil Perusahaan


1.3.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan eksport non migas PT.
Grand Textile Industri yang lebih dikenal dengan PT. Grandtex didirikan pada tahun 1970
dengan nama PT. South Grand Textile yang merupakan perusahaan patungan antara
pengusaha Indonesia dengan investor dari Hongkong. Perusahaan yang bergerak dalam
bidang textil ini berada di Jl. A.H Nasution km 7 no 127 Bandung dengan luas area ± 22
Ha yang terdiri dari ± 85.000 m2 bangunan, ± 18.500 m2 jalan dan ± 116.500 m2 lahan
kosong dan penghijauan. PT. South Grand Textile memperluas usaha dengan mendirikan
PT. South Grand Textile Mills.
Tahun 1981 beralih kepemilikan dari perusahaan patungan menjadi perusahaan
swasta nasional dengan adanya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Modal tersebut
masuk ke dalam Argo Manunggal Group yang berkantor pusat di wisma Argo Manunggal
Lantai 15, Jl. Gatot Subroto Kavling 22, Jakarta 12930 Indonesia. Untuk efisiensi dalam
masalah administrasi maka PT. Grand Textile Industry dan PT. South Grand Tektile Mills
yang awalnya memiliki dua buah badan hukum menjadi satu badan hukum yaitu PT.
Grand Textile Industri pada tanggal 30 September 1994.
1.3.2 Kebijakan Dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi dalam menjalankan usahanya. PT
Grand Textile Industri bandung yang merupakan perusahaan textile penghasil kain denim
memiliki visi yang disebut sebagai kebijakan mutu.

Kebijakan mutu itu meliputi :

1. Menyempurnakan implementasi system mutu

3|Page
2. Meningkatkan daya saing produksi dan mengirimkannya tepat waktu sesuai dengan
harapan dan kebutuhan pelanggan

Sedangkan misi dari PT. Grand Textile Industri bandung yaitu :

“Menjadikan Perusahaan Produksi Kain Denim, Chambray, Dan Benang Pintal


Paling Unggul Di Indonesia”

Misi tersebut diterapkan di perusahaan ini mengingatkan di Indonesia sendiri banyak


sekali perusahaan-perusahaan kain yang sejenis sehingga persaingan pun semakain tinggi.

1.3.3 Struktur Keorganisasian


PT. Grandtex termasuk perusahaan dengan struktur organisasi berbentuk garis
Pimpinan tertinggi dalam perusahaan yaitu adalah direktur sebagai pemegang saham dan
pembuatan kebijakan perusahaan. Direktur dibantu oleh beberapa pimpinan pabrik serta
asisten pimpinan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Struktur organisasi PT. Grand
Textile Industry dapat dilihat pada lampiran.
Penjelasan singkat mengenai tugas tiap departemen adalah sebagai berikut:
1. Departemen HRD (Human Resources Development)
Merupakan departemen yang menangani berbagai keperluan yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan dan karyawan mulai dari pencarian tenaga kerja, mengadakan pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan serta skill kerja para tenaga kerja
(pengembangansumber daya manusia) hingga pelayanan kesejahteraan karyawan.
Departemen ini meliputi divisi personalia (personnel) dan umum (general affair).

2. Departemen Utility
Merupakan departemen penunjang jalannya proses produksi sehingga mesin-mesin
produksi dapat berjalan dengan baik sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sarana dan
prasarana untuk mendukung kelancaran proses produksi tersebut meliputi:
 Tenaga listrik, termasuk diesel
 Steam dari boiler
 Air bersih untuk produksi dan air minum
 Sarana perbengkelan
 Pengolahan air limbah (Waste Water Treatment)

4|Page
3. Departemen Purchasing
Merupakan departemen yang mengurus pengadaan barang/spare part baik barang
lokal maupun barang impor (khusus untuk spare part mesin-mesin produksi) sehingga
proses produksi dapat berjalan dengan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
4. Departemen Warehouse/Pergudangan
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap penerimaan dan
pengeluaran semua jenis barang termasuk hasil produksi serta sarana dan prasarana
transportasinya. Departemen ini bertanggung jawab pula untuk melakukan inventarisasi
terhadap segala hal yang berkaitan dengan pergudangan.
5. Departemen Spinning
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap proses pembuatan benang
serta kualitas benang yang dihasilkannya. Di departemen Spinning ini terjadi proses
pemintalan kapas (sebagai bahan baku) menjadi benang yang akan menjadi bahan baku
untuk proses di pertenunan.
6. Departemen Preparation
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap penyediaan proses awal
untuk proses produksi di pertenunan (weaving) dan proses yang dijalankan adalah:
 Proses warping
 Proses dyeing
 Proses sizing
7. Departemen Weaving
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap jalannya proses
pertenunan (weaving) yaitu proses pembuatan benang menjadi kain.
8. Departemen Finishing
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap proses akhir dari proses
pembuatan kain dimana pada proses ini terjadi penyempurnaan pada kain sehingga
penampaan hasil kualitas kain akan terlihat dan bertanggung jawab pula untuk
penggolongan kualitas kain untuk kelas A,B,C dan Acat (kain yang cacat).
9. Departemen PPL (Product Planning)
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap perencanaan produksi
pabrik baik produksi pemintalan maupun pertenunan. Departemen ini juga bertanggung
jawab merencanakan jumlah produksi untuk jenis/kode benang dan kain juga menentukan

5|Page
unit-unit yang harus dijalankan. Untuk perencanaan produksi ini, Departemen PPL juga
bekerja sama sengan Departemen Marketing dari kantor pusat di Jakarta.
10. Departemen Quality Assurance (QA)
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Kualitas produk yang dihasilkan ini harus memenuhi standar kualitas sesuai
dengan standar kualitas yang ditetapkan serta standar kualitas yang diminta oleh customer.
Departemen QA juga bertanggung jawab untuk mengawasi proses produksi dan berhak
untuk menegur dan bahkan menghentikan proses produksi jika kualitas produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan standar.

1.3.4 Batas-batas Administrasi


PT. Grandtex memiliki luas tanah untuk aktivitas industri seluas ±22 Ha yang tediri
dari luas bangunan ± 85.000 m2, luas jalan ±18.500 m2, luas lahan kosong dan penghijauan
±116.500 m2. Luas tanah tesebut merupakan status tanah dengan hak guna bangunan
sesuai dengan peruntukannya sebagai industri yang tepatnya berada di Desa Karang
Pamulang Kecamatan Mandalajati Bandung 40194. Adapun batas-batas perusahaan
tersebut yaitu sebelah utara dan barat merupakan perumahan, sebelah selatan PT. Indosco
Utama sedangkan sebelah timur merupakan jalan Ahmad Yani.

1.3.5 Ketenagakerjaan Perusahaan


PT. Grandtex sekarang memiliki karyawan 1.700 orang dengan perbandingan 70%
pria dan 30% wanita. Pembagian waktu kerja terdiri atas 2 jenis yaitu bagian shift dan
bagian non shift. Berikut merupakan susunan pelaksanaan kerja yang diterapkan oleh PT.
Grandtex:
 Bagian Shift
Bagian shift jam kerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu shift I pada pukul 06.00-14.00 WIB,
shift II 14.00-22.00 WIB, shift 22.00-06.00 WIB. Waktu istirahat dilakukan secara
bergantian guna menjalankan proses produksi yang terus menerus berlangsung selama 24
jam. Untuk hari minggu dilakukan pergantian jadwal shift produksi. Pergantian libur
karyawan akan dikoordinasikan setiap 3 bulan sekali oleh kepala bagian masing-masing.
 Bagian Non Shift/Bagian Umum
Diberlakukan berdasarkan waktu kerja untuk staf selama 8 jam/hari dari jam 08.00-16.00
WIB dengan waktu istirahat maksimal 1 jam.

6|Page
1.3.6 Fasilitas Tenaga Kerja
Fasilitas yang terdapat pada PT. Grandtex dibuat agar karyawan selaku penggerak
dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Pihak manejemen memberikan
fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mensejahterakan para
karyawan. Fasilitas yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yaitu:
 Pelayanan Kesehatan
Untuk pekerja disediakan Poliklinik di Lokasi Perusahaan dilengkapi dengan tenaga
medis/dokter yang dikelola oleh pihak ketiga (Klinik Cahaya Medika) buka setiap hari
kerja pukul 08.00-16.00 WIB. Jika diperlukan baik pekerja maupun keluarga pekerja dapat
dirujuk rumah sakit yang ditunjuk untuk pelayanan rawat inap/ rawat jalan.
 Asuransi Kesehatan
Seluruh pekerja diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan
 Pengupahan
Upaya pekerja minimal sesuai dengan UMK yang berlaku yang diterapkan oleh Gubernur/
Walikota.
 Training
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pekerja mendapat pelatihan seperti
pelaksanaan kerja (work Instruction), P3K, K3, Operator mesin, Leadership dilakukan dari
intern perusahaan.
 Seragam, Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri (APD)
Perusahaan memberikan seragam kerja lengkap, pakaian kerja serta alat pelindung diri
seperti masker, ear plug sepatu kerja dll yang diberikan sekali dalam setahun 2 setel jika
rusak setelah dipakai kerja.
 Transportasi
Perusahan menyediakan kendaraan jemputan untuk semua pekerja kecuali yang membawa
kendaraan sendiri.

1.3.7 Kegiatan Kemasyarakatan


Seiring dengan berjalannya kegiatan proses produksi perusahaan berupaya untuk
menjalin hubungan baik dan memperlihatkan kondisi masyrakat sekitar lokasi perusahaan.
Hal-hal yang diupayakan dalam upaya membantu masyarakat diantaranya:

7|Page
a. Memberikan bantuan air bersih non stop selama 24 jam ke masyarakat di 5 Rukun
Warga (RW)
b. Membantu dana CSR masyarakat sekitar
c. Bersama-sama masyarakat membersihkan Sungai Cikiley sepanjang ±700 m setiap 6
bulan sekali

1.3.8 Jenis Produksi


PT. Grandtex menghasilkan berbagai produk yang bahan baku utamanya kapas yang
berasal dari Amerika, Australia, India dan Cina. Produk yang dihasilkan tersebut berupa
kain chambay dan denim sekitar 1.600.000-1.800.000 yard. Produksi tersebut dipasarkan
dengan sistem pemasaran 50% lokal dan 50% eksport.

1.3.9 Sumber Air


Sumber air yang digunakan pada PT. Grantex adalah dari sumur artesis di 9 titik.

1.3.10 Proses Produksi


PT. Grandtex memproduksi dua macam kain yaitu grey (chambay) dan denim
(jeans). Kain denim diproduksi dengan dua cara yaitu cara rope dyed dan slasher dyed.
Proses produksi yang terdapat pada PT. Grantex terdiri dari beberapa tahapan dari mulai
pemintalan, penenunan, pencelupan, hingga finishing. Proses tersebut dari bahan baku
kapas sampai proses pembuatan kain yang dipasarkan.

 Proses Produksi Kain Grey


Proses produksi kain grey merupakan proses pembuatan kain dari mulai pemintalan kapas
atau polister sampai menjadi kain dengan melalui berbagai tahap. Tahapan-tahapan
tersebut yaitu:
1. Blowing, yaitu membuka gumpalan kapas atau polyester dari bentuk bale menjadi
bentuk individu-individu dan membersihkan kotoran yang menempel serta memisahkan
serat-serat yang pendek.
2. Cardigan, yaitu meluruskan serat secara individual, menggaruk gumpalan kapas
agar menjadi rata dan membersihkan serta memisahkan serat pendek dan panjang.
3. Drawing, yaitu mencampurkan dan menggambarkan bahan baku yang sejenis
menjadi lebih merata kemudian serat diluruskan lagi dan mengatur tebal tipis silver.

8|Page
4. Roving, yaitu melakukan penarikan silver agar diameternya lebih kecil dan
memberikan puntiran agar hasil produksi menjadi lebih kuat.
5. Ring Sprinning, yaitu melakukan penarikan roving lebih kecil lagi agar diameter
hasil produksinya sesuai dengan yang diinginkan.
6. Winding, yaitu merupakan bentuk gulungan dan bentuk cop menjadi cone agar
bentuk nya menjadi lebih baik, mengemas cone ke dalam karton box pak
7. Warping, yaitu menggulung benang dari cone ke bentuk beam.
8. Sizing, yaitu benang dalam bentuk beam warping dikanji dengan bahan kanji starch,
cmc, (karboksi metil selulosa) dan wax, kemudian dikeringkan.
9. Weaving (tenun), yaitu benang dalam bentuk beam kanji sudah siap untuk ditenun
setelah dicucuk sesuai dengan anyaman yang diinginkan.
10. Inspecting, yaitu memeriksa dan memperbaiki kain hasil tenun dan menggolongkan
sesuai dengan kelasnya

1.3.10 Hasil Produksi


Kapasitas maksimum mesin prosuksi PT. Grantex adalah:
 Benang pintal : 8.500 bale
 Kain denim : 2.500.000 yard
 Kain chambray : 5.000 yard
Benang pintal digunakan untuk keperluan produksi kain baik jenis denim maupun
chambray. Kain chambray merupakan jenis kain denim yang lebih tipis dan biasanya
digunakan untuk membuat baju atasan (blouse atau kemeja). Hasil produksi PT.Grantex
saat ini adalah sebagai berikut:
 Benang pintal : 5.500-6.200 bale
 Kain denim : 1.600.000-1.800.000 yard
 Kain chambray: sedang tidak diproduksi
Pemasaran hasil produksi sebagian besar ke luar negeri, meliputi wilayah Amerika, Asia,
Cina dan India.

1.3.11 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Dampak yang timbul akibat pengoperasian pabrik adalah timbulnya limbah,
kebisingan dan getaran. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, limbah cair, limbah
gas dan debu..

9|Page
 Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi yang merupakan limbah Bahan
Beracun Berbahaya (B3) adalah sludge IPAL dan abu batubara (Fly Ash dan Bottom Ash).
Limbah ini setelah dikumpulkan/dikeringkan kemudian dimasukan ke Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) limbah B3, selanjutnya dikirim ke pihak ke 3 yang berizin
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dan sebagai bukti pengiriman dengan mendapat
manifest. Pengelolaan limbah padat domestik dilakukan pemisahan sehingga limbah padat
domestik yang mempunyai nilai ekonomis dijual sedangkan yang tidak dapat dijual
bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Bandung untuk pengangkutannya.

 Pengelolaan Limbah Gas dan Debu


Penanganan gas dan debu yang berasal dari boiler batubara dengan cara pemasangan multi
cyclon dan wet scrubber pada cerobong asap mesin Boiler dengan cara kerja sebagai
berikut:
1. Partikel-partikel debu sisa pembakaran mesin boiler di filter oleh multi cyclon dan
dengan bantuan srew convenyor, debu disalurkan untuk ditampung dalam tempat
penampungan debu
2. Udara yang masih membawa partikel yang lebih halus dan gas dimasukan ke wet
scrubber yang didalamnya terdapat air yang dispray sehingga udara yang keluar dari
cerobong boiler relatif sudah bersih karena debu halus dan gas terbawa dalam aliran air
menuju lagoon (kolam penampung air).

 Pengelolaan Limbah Cair


Pengelolaan limbah cair PT. Grandtex dengan memilik Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) sebelum dialurkan ke sungai.

 Pemantauan Lingkungan
Dalam rangka meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat pengoperasian
pabrik, maka PT.Grantex mengadakan pemantauan terhadap kondisi lingkungan kerja
disekitar pabrik diantaranya:
 Mutu limbah cair atau air buangan IPAL setiap bulan
 Emisi cerobong boiler setiap 6 bulan
 Emisi udara ambient setiap 6 bulan
 Kebisingan, getaran, pencahayaan dan kualitas lingkungan kerja setiap 6 bulan.

10 | P a g e
1.4 Landasan teori
1.   Kebisingan
a)   Definisi kebisingan
Sampai saat ini banyak definisi yang digunakan untuk istilah kebisingan. Bising dapat
diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik.
Adapula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak mengandung
kualitas musik. Adapun definisi kebisingan yaitu :
 Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
 Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
 Menurut WHS tahun 1993
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran
dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar.
b)   Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut Wahyu (2003) kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar :
 Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara perlahan-
lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
 Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave
band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan
dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas
angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
 Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan
sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai

11 | P a g e
perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara
tembakan meriam/senapan dan ledakan bom
c)     Penyebab Kebisingan
Menurut Wahyu (2003), penyebab timbulnya kebisingan dapat dibedakan yaitu :
 Bising Yang Ditimbulkan Oleh Kemajuan Industri
Peningkatan mekanisasi akan mengakibatkan meningkatnya tingkat kebisingan.
Pembangunan yang banyak memakai peralatan modern di suatu industri untuk
meningkatkan produktivitas memberikan dampak terhadap tenaga kerja oleh karena bunyi
yang dihasilkan mesin dalam proses tersebut akan berdampak tidak baik terhadap tenaga
kerja.
Salah satu dampak yang diakibatkan oleh bunyi mesin produksi terhadap tenaga kerja
adalah menimbulkan bising di tempat kerja sehingga mengganggu kenyamanan dalam
bekerja, atau dapat juga menyebabkan industrial deaffness. Kebisingan tersebut dapat juga
menyebabkan ketulian atau berkurangnya pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
dimana tenaga kerja berada di dalam lingkungan yang bising.
 Kemajuan Transportasi
Peningkatan lalu lintas darat, laut, dan udara akan meningkatkan sumber bising. Kemajuan
transportasi tersebut meliputi :
1. Jalan Lalu Lintas
2. Lalu Lintas Udara
3. Elektrifikasi Pada Pemukiman (Rumah Tangga)
4. Mekanisasi Lain Yang Menimbulkan Bising
5. Miscellaneoue Source (Sumber-Sumber Lainnya). Terpisah dari kategori utama dari
kebisingan yang sudah diidentifikasi. Sumber-sumber lain misalnya : dari lapangan olah
raga, daerah wisata, mesin pemotong rumput, animal, domestic dan alat-alat pertanian.
d)     Pengaruh Kebisingan Di Tempat Kerja
Pada umumnya kebisingan mengakibatkan pengaruh yang bersifat non auditoir atau
pengaruh yang bukan terhadap pendengararan dan pengaruh auditoir atau pengaruh
terhadap pendengaran yang dapat berlangsung menetap atau sementara.
 Pengaruh Non Auditoir akibat Bising
Pengaruh non auditoir sering berupa keluhan tersamar dan tidak jelas berupa penyakit (not
ill defined). Pengaruh terhadap fisiologi tubuh berupa gangguan faal pernapasan,

12 | P a g e
kardiovaskuler, pencernaan, kelenjar dan saraf, yang disebabkan oleh mekanisme stressor
atau gangguan akibat bising.
Penelitian menunjukkan bahwa kebisingan merupakan faktor penyebab kesulitan tidur dan
sangat mengganggu sehingga orang yang sedang tidurpun akan terbangun. Oleh WHO
Task Group Environmental Health Criteria For Noise ditetapkan bahwa tingkat kebisingan
yang kurang dari 35 dB, merupakan kriteria yang tidak mengganggu tidur.
Menurut Parmudianto (1990) dan Mukono (2001) bahwa efek kebisingan terhadap
kesehatan Non Auditoir meliputi (Wahyu, 2003) :
1. Gangguan physiologis            : (vasocontriction, gastrointestinalis modification,
endoctrine stimulation, perubahan-perubahan biologik seperti penyempitan pembuluh
darah terutama pada usus, sekresi adrenalin meningkat, gangguan kemampuan darah untuk
membeku, jaringan lemak dalam tubuh dimobilisasi ke dalam aliran darah, aktivitas
lambung menurun, tenus otot meningkat, gangguan keseimbangan, mual, vertigo, dll).
2. Gangguan komunikasi : (pembicaraan telepon, rapat, perintah/instruksi kerja).
3. Performance : (Kelelahan, perubahan penampilan, dll).
4. Gangguan tidur : (EEG modification, sleep stage alteration, awekening,
medication/pemakaian obat tidur).
5. Gangguan psychologis/behavior : (annoyance, anxiety/nervositas, fear, penyakit
akibat stress, perasaan tidak senang atau mudah marah).

 Pengaruh Auditoir Akibat Bising.


Menurut Wijaya (2008) gangguan yang dapat dialami oleh tenaga kerja apabila terpapar
dengan bising adalah  :
1. Trauma Akustik
Terjadi oleh paparan suara yang sangat keras dan dalam waktu yang sangat singkat,
misalnya ledakan. Kerusakan ini mudah didiagnosis terjadinya dapat dengan tepat
diketahui. Bagian yang terkena umumnya pada gendang telinga (membran timpani
pecah/lubang).
2. Ketulian sementara (Temporary Threshold Shift-TTS)
Terjadi apabila seseorang memasuki tempat bising, sehingga mengalami kenaikan nilai
ambang dengar yang sementara. Kenaikan ini akan pulih kembali apabila keluar dari
tempat bising.

13 | P a g e
Untuk kembali secara sempurna maka perlu istirahat (bebas bising) untuk pemaparan di
atas 85 dB maka recovery sempurna memerlukan waktu 3-7 hari. apabila recovery tidak
dapat sempurna maka dalam waktu lama akan menjadi Permanent Threshold Shift (tuli
bersifat menetap).
3. Permanent Threshold Shift (PTS)
Permanent threshold shift atau sering disebut Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) adalah
kehilangan daya dengar secara perlahan-lahaan oleh karena pemaparn bising keras (di atas
85 dB), dalam waktu yang lama dan akhirnya bersifat irreversibel. PTS atau NIHL ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi kepekaan individu, obat-obatan, darah (Hb, tekanan darah, kadar
gula dan lain-lain), penyakit telinga serta umur. Sedangkan faktor eksternel yang berperan
adalah intensitas kebisingan, lama pemaparan, spektrum suara, jenis bising, hobi, dan
bising lingkungan tempat kerja.

e)     Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan di tempat kerja diukur dengan sound level meter yaitu alat digital
yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat kerja (Pedoman
Praktikum Laboratorium K3, 2004 dalam Putra, 2011).

f)       Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai Ambang Batas adalah faktor tempat kerja yang dpaat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut Permenakertrans No.
PER. 13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja NAB kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan tetapi
NAB bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko
akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003 dalam Putra, 2011).

14 | P a g e
Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam
dbA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
37,5 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Tabel 1.1 Nilai Ambang Batas kebisingan
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)

2.     Getaran
a)     Definisi Getaran
Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar dua titik (Harrington,1996:187). Getaran terjadi
disaat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehinggga pengaruhnya bersifat mekanis
(Budiono,2003:35). Getaran merupakan efek suatu sumber dengan memakai satuan ukuran
Hertz (Depkes,2003:21). Getaran (vibration) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke
tubuh manusia, mulai dari tangan hingga keseluruh tubuh manusia turut bergetar

15 | P a g e
(oscillation) akibat peralatan getar mekanis yang digunakan dalam bekerja (Salim, 2002:
2530). Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis
misalnya mesin, atau alat mekanis lainnya (Gabriel, 1996:96). Adapun pembagian getaran,
yaitu :
 Getaran umum (Whole Body Vibration)
Getaran ini berpengaruh keseluruh tubuh, dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga kerja
yang menopang seluruh tubuh, misalnya : Kaki saat berdiri, pinggul saat duduk, pinggang
saat bersandar, tangan saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekuensi 5-20 Hertz.

  Getaran setempat (Hand Arm Vibration)


Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan operator alat yang bergetar getaran ini
mempunyai frekuensi antara 20-500 Hertz.
Nilai percepatan pada frekuensi dominan
Jumlah waktu pemaparan perhari
Meter per detik kuadrat Gravitasi
kerja
(M/S²)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
Tabel 1.2 Nilai Ambang Batas getaran pada lengan
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
3.     Radiasi Sinar Ultra Violet
Radiasi sinar ultraviolet adalah salah satu radiasi sinar pengion  yang merupakan
gelombang elektromagnetik dnegan panjang gelombang 400-100 nanometer dan frekuensi
adalah 3,5 x 1014 -3 x 1015 Hz. Ultraviolet banyak terpancar di tempat kerja, baik yang
bersumber dari alam (sinar matahari) maupun yang ditimbulkan oleh peralatan buatan
manusia seperti lampu merkuri, halogen, las listrik, pemotong logam.
Radiasi ultraviolet dapat menimbulkan masalah kesehatana bagi tenaga kerja khususnya
pada pekerja yang melakukan pekerjaan dibawah sinar matahari (outdoor) dan di tempat
kerja yang menggunakan peralatan yang memancarkan sinar ultraviolet, secara biologi
efeknya terhadap tubuh manusia terbagi menjadi :
(1)    UV-A

16 | P a g e
Panjang gelombang 400-315 nanometer, disebut sebagai “Black Light Region”. Pada
kisaran spektrum ini radiasi yang ditimbulkan menyebabkan pigmentasi kulit dan penuaan
dini
(2)  UV-B
Panjang gelombang 315-218 nanometer, disebut sebagai “Erythermal region”.Merupakan
kisaran spektrum yang banyak terpancar dari matahari. Radiasi yang ditimbulkan dapat
menyebabkan katarak pada mata,erytherma pada kulit dan kanker kulit pada jangka
panjang.
(3)   UV-C
Panjang gelombang 280-100 nanometer, disebut sebagai “Gereicidal region”. Kisaran paa
spektrum ini dapat berasal dari lampu gerimisida dan proses las listrik. Radiasi yang
ditimbulkan mempunyai efek membunuh kuman.
Radiasi ultraviolet umumnya berpenetrasi pada mata dan kulit sehingga kesehatan yang
ditimbulkan adalah pada mata dan kulit. Adapun efek sinar UltraViolet adalah sebagai
berikut :
(A)   Kulit terbakar
(B)   Keratosis
(C)   Kanker kulit
Sedangkan efek sinar UV pada mata adalah sebagai berikut :
(a)    Konjungtivitas
(b)    Keratitis
(c)    Katarak
Konjungtivitas, keratitis, kulit terbakar, dan keratosis terjadi pada pemajanan jangka
pendek sedangkan katarak dan kanker kulit merupakan pemajanan radiasi sinar
UltraViolet jangka panjang.

17 | P a g e
Berikut Adalah Nilai Ambang Batas Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet :
Iradiasi Iradiasi
Masa Masa
Efektif Efektif
pemaparan pemaparan
(IEFF)mW / (IEFF)mW /
perhari per hari
cm2 cm2
8 jam 0,0001 5 menit 0,01
4 jam 0,0002 1 menit 0,05
2 jam 0,0004 30 detik 0,1
1 jam 0,0008 10 detik 0,3
30 menit 0,0017 1 detik 3
15 menit 0,0033 0,5 6
10 menit 0,005 0,1 detik 30
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
4.     Pencahayaan
Dalam pencahayaan dua aspek yang dibahas dalam perhatian yang khusus yaitu :
a.      Intensitas pencahayaan  rendah (penerangan yang suram)
b.     Intensitas pencahayaan tinggi (penerangan yang tinggi)
Keadaan lingkungan tempat kerja yang suram atau gelap disebabkan karena kurangnya
penerangan atau keadaan lampu yang menyilaukan, permukaan tempat kerja yang
mempunyai daya refleksi yang tinggi. Tenaga kerja dalam bekerja berupaya agar dapat
melihat pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dengan cara berakomodasi secara terus-
menerus yang mana itu akan menyebabkan ketegangan mata, otot dan syaraf lalu
mengakibatkan terjadinya kelelahan secara cepat (Soeripto, 2008 : 420)
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengarui kualitas dan kuantitas penerangan
lingkungan tenaga kerja yaitu :
 Faktor kuantitas meliputi : ukuran ruang kerja, waktu kerja, tingkat kontras, tingkat
kecerahan pada obyek yang diterangi .
 Faktor yang menentukan kualitas penerangan meliputi : warna arah, kecerahan,
kontras, diffusi keseragaman distribusi, kesilauan yang langsung maupun pantulan.

18 | P a g e
Menurut sumbernya cahaya terdiri dari penerangan alami dan penerangan buatan yang
umumnya pada malam hari dan digunakan pada siang hari jika penerangan matahari tidak
cukup.

5.     Iklim kerja
Iklim kerja adalah hasil panduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
dari pekerjanya (Manaker, 1999).
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas
oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan 2007). Iklim kerja adalah suatu
kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi
pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang
ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktifitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 24 oC
sampai 26oC dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5 oC. Batas
kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk  (Subaris,2007).
a.    Macam Iklim Kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja
panas dan iklim kerja dingin.
1)   Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan
oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono,
2008).
Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus
menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping dari metabolisme dan panas tubuh
yang dikeluarkan  ke lingkungan sekitar.  Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan
pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke
lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi
(Suma’mur 1996), yaitu :
1.   Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan
melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila

19 | P a g e
benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan  akan menambah  panas kepada tubuh
apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.
2.   Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara
dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.
3.   Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang lebih panjang dari sinar matahari.
4.   Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara
diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas
dipermukaan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.
Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1.   Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering yang tinggi disertai
tekanan uap air yang tinggi.
2.   Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola kering mencapai 40oC
disertai beban panas radiasi tinggi.
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas diantaranya :
1.   Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,pengeringan,
pemanasan.
2.   Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalan raya,
bongkar muat, nelayan, petani.
3. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang.
Efek terhadap Kesehatan, efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin,obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh
untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh
menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian panas
lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling,berupa panas
matahari atau panas ruangan.
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akanberusaha
menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek
yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan
panas maka timbul keluhan-keluhan seperti kelelahan, ruam panas,heat cramps, heat
exhaustion,dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)      Ruam panas (prickly heat)
Dapat terjadi di lingkungan panas, lembab dimana keringat tidak dapat dengan mudah
menguap dari kulit. Keadaan ini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus

20 | P a g e
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi
ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk
memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.
b)      Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seseorang
harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan
merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan
panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat
dingin,memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum.
c)      Heat cramps
Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam
natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan.
Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati
melalui meminum cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and
potassium.
d)     Heat exhaustion
Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum
beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu
badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.
e)      Heat stroke
Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit
kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37).Kondisi ini harus diatasi melalui
mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah. Segera
mencari pertolongan medis.
Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja akan secara volunter
menurunkan tingkat pekerjaannya bila dia merasakan panas berlebihan, kecuali
pemadaman kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologi akan
mengatasi kondisi normal.
Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tekanan
pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai tekanan yang lebih
rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaian,
mengurangi ketebalannya juga. Sementara pada pakaian yang teranyam terbuka, angin
dapat menghilangkan lapisan udara hangat yang ada didalam. Kecuali jika dipergunakan
sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung

21 | P a g e
mengatur sendiri, orang menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan
perasaan kenyamanannya. Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja
atau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalamlingkungan yang
kurang ekstrem (Harrington, 2005).
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang
suhunya sekitar 29-30oC dengan kelembaban sekitar 85-95%. Aklimitasi terhadap panas
berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama
berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan
panas
2)   Iklim Kerja Dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap
kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan Chilblains,
trench foot, dan frosbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu
dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian pelindung
yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik
(Budiono, 2008).
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di
pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang komputer dan lain-lain.Masalah
kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu :
1)     Chilblains
Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah,panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit
ini diderita akibat bekerja ditempat dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.

2)      Trench foot
Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembaban atau dingin walau suhu diatas
titik beku. Stadium ini diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan
sakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara.
3)      Frosbite :
Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama seperti trenchfoot namun stadium
akhir penyakit Frosbite adalah gangren dan bisa berakibat cacat tetap.

b.     Penilaian Tekanan Panas

22 | P a g e
Tekanan panas dapat  disebabkan oleh berbagai faktor yang selanjutnya dapat digolongkan
dalam :
o Climatic faktor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerak udara.
o Non climatic faktor: panas, metabolisme, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi
(Subaris, 2007).
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli memciptakan suatu indeks
menurut fungsinya, sebagai berikut :
o Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang
tanpa baju dan kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan
kecepatan aliran udara.
o Cara ini mempunyai kelembaban yaitu tidak memperhitungkan panas radiasi dan
panas metebolisme tubuh sendiri.
o Indeks suhu basah dan bola (Wet Bulp-Globe Temperature Index) dengan rumus
untuk pekerjaan yang mengalami kontak dengan sianar matahari: ISBB = (0,7 x suhu
basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering).
o Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak kontak dengan sinar matahari digunakan
rumusan sebagai berikut : ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)
o Indeks kecepatan pengeluaran keringat selama 4 jam, sebagai akibat dari kombinasi
suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radiasi. Dapat juga
dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
o Indeks Balding-Hatch yaitu pengukuran tekanan panas dengan menghubungkan
kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu orang yang masih muda dengan
tinggi 170 cm dan berat 154 pond, kondisi sehat mendasarkan indeks, kesegaran
jasmani baik serta beraklimatisasi terhadap panas. Metode ini mendasarkan indeknya
atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan
kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan indeks tersebut
diperlukan pengukuran suhu kering dan basah, suhu globethermometer, kecepatan
aliran udara dan produksi panas akibat kegiatan kerja (Ramdan, 2007).

23 | P a g e
o

Berikut adalah Nilai Ambang Batas Iklim Kerja ISSB :

Pengaturan waktu kerja setiap ISSB ( o C )


jam
Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75 % -100 % 31,0 28,0 -

50 % - 75% 31,0 29,0 27,5

25 %- 50 % 32,0 30,0 29,0

0 % -25 % 32,2 31,1 30,5

(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
2. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal
dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap
(pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang
NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja). Sedangkan bahan
kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya dan campurannya, baik yang
bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu
mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan
terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya (melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajat racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang
menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ;
beberapa tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru
memberikan efek kalau dikonsumsi dalam jumlah yang besar).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan
kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa bahan
tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan

24 | P a g e
(chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para
pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan
yang aman, ciri-ciri,supplier, penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya
dan prosedur tanggap darurat.
Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya dan
campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu
mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan terjadi
apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajat racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang
menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa
tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau
dikonsumsi dalam jumlah yang besar).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan kedalam
bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa bahan tersebut
berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan (chemical safety
data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para pengguna yang
bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-
ciri,supplier, penggolongan, bahayanya,
peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat.
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area lingkungan
tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi ; (i) derajat
racun, (ii) sifat-sifat fisik dari bahan, (iii) tata cara kerja, (iv) sifat dasar, (v) tempat/jalan
masuk, (vi) kerentanan individu para pekerja, dan (vii) kombinasi faktor-faktor (i) sampai
dengan (vi) akan menimbulkan situasi yang berbahaya.
Debu di Udara (Airbon Dust)
adalah suspensi partikel benda padat diudara . Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan
yang berkaitan dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses pemecahan
bahan-bahan padat.
Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat oleh
mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan
berada diudara untuk jangka waktu tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk
menembus kedalam paru-paru.

25 | P a g e
Gas
adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada
suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan
suhu dan penambahan tekana
Aerosol (Partikel)
yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi diudara yang mempunyai
ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup
sebagi suspensi diudara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu berupa
suspensi.
Kabut (Mist) ,
adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya dihasilkan oleh proses
penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih yang
sangat kecil.
Asap (Fume)
adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap. Asap
ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap dari logam terkondensasi
menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui
pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon,
karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5  (micron)
Uap Air (Vavor)
adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan penguapannya. Bahan- bahan
yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki
titik didih yang tinggi.
MSDS
adalah singkatan dari Material Safety Data Sheet memuat informasi mengenai sifat-
sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat kimia, pertolongan
apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.
Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals) adalah
sistem global yang diinisiatifkan dan diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa
(PBB) untuk menstandarisasi kriteria dan mengharmonisasikan sistem klasifikasi

26 | P a g e
bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan
Lembar Data Keselamatan
Label
adalah keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk piktogram/simbol,
tulisan, atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang juga berisi informasi
identitas produk dan pemasok serta klasifikasi bahan kimia.
Keselamatan Bahan Kimia (Chemical Safety)
adalah upaya perlindungan kesehatan manusia dan atau pekerja, fasilitas dan instalasi
serta lingkungan di setiap kegiatan pada simpul daur hidup bahan kimia dari
penyalahgunaan bahan kimia dan penggunaan bahan kimia yang salah.
Material safety data sheet atau dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.
87/M-IND/PER/9/2009, tentang global harmonize system (GHS) dinamakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia
meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan,
tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan.
Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur dalam
berbagai peraturan seperti Keputusan Menteri Kesehatan nomor 472 tahun 1996,
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/Men/1999, Peraturan Pemerintah nomor.74
tahun 2001 tentang B3, dan keputusan menteri perindustrian nomor 87 tahun2009,
tentang Global Harmonize System (GHS).
Didalam OSHA Hazard Communication 29 CFR 1919.1200 juga dinyatakan bahwa
pihak manufaktur bahan kimia harus memastikan bahwa semua bahaya bahan kimia
yang diproduksi sudah dievaluasi dan memastikan bahwa bahaya tersebut diinformasikan
kepengguna bahan kimia tersebut melalui MSDS. Menurut OSHA,yang bertanggung
jawab membuat MSDS adalah pihak manufaktur yang memproduksi bahan kimia
tersebut.
Dan semua pihak-pihak yang berkaitan dengan aliran distribusi bahan kimia
tersebut bertanggung jawab menyampaikan MSDS tersebut sampai kepengguna. Bahkan
MSDS tersebut harus selalu menyertai bahan kimia tersebut sepanjang pendistribusiannya.
Pembuatan MSDS adalah kewajiban pembuat bahan kimia dan pengguna bahan
kimia memiliki hak untuk memperoleh MSDS dari pihak pemasok,meskipun pihak
pemasok bukan pembuat atau manufaktur bahan kimia tersebut,namun pihak pemasok
berkewajiban menyediakan MSDS dari bahan kimia yang didistribusikan yang dia

27 | P a g e
peroleh dari pihak manufaktur. Pihak perusahaan sebagai pengguna berkewajiban
menyediakan MSDS ditempat kerja atau area yang mudah dijangkau atau diketahui oleh
pekerja. Pihak perusahaan juga berkewajiban memberikan training mengenai MSDS
kepada pekerja agar mereka dapat membaca dan memahami MSDS tersebut.
Format MSDS disarankan sebaiknya mengikuti format global harmonize system
(GHS) yang sudah ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian nomor 87 tahun 2009.
Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa MSDS harus terdiri dari 16 section dengan
urutan sebagai berikut:
1 Indentifikasi Senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal
4. Tindakan Pertolongan Pertama
5. Tindakan Pemadaman Kebakaran
6. Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Kontrol Paparan / Perlindungan Diri
9. Sifat Fisika dan Kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Teknologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan Pembuangan / Pemusnahan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan Regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi
SDS.

Penggunaan dan Penyimpanan MSDS


Sebagian besar MSDS berbahasa Inggris terutama MSDS bahan kimia yang
diimport dari Negara lain, meskipun dalam peraturan pemerintah sudah ditetapkan
bahwa semua MSDS harus menggunakan bahasa Indonesia, ini berarti para pemasok dan
importir bertanggung jawab menterjemahkan MSDS tersebut kedalam bahasa Indonesia.
Penggunaan MSDS dalam bahasa Indonesia memang lebih tepat mengingat
sebagian besar pengguna bahan kimia dilapangan (para pekerja) tidak bisa berbahasa
Inggris. Jika MSDS yang disediakan dilapangan berbahasa Inggris dan para pekerja tidak

28 | P a g e
memahaminya maka MSDS tersebut menjadi tidak berguna. Maka sebaiknya pihak
perusahaan meminta kepada pihak pemasok untuk menyediakan MSDS dalam bahasa
Indonesia, jika tidak mungkin maka perusahaan sebaiknya menterjemahkan sendiri
MSDS tersebut kedalam bahasa Indonesia sebelum diberikan kepada pengguna
dilapangan.
Selama transportasi atau pengiriman bahan kimia juga harus disertai dengan
MSDS,misalnya pada saat bahan kimia tersebut dikirim dengan menggunakan truk
container maka MSDS bahan kimia harus dibawa oleh sopir truk bersamaan dengan
dokumen pengiriman lainnya. Jangan sekali-kali menyimpan MSDS didalam
container atau packaging bahan kimia yang dikirim karena akan sulit untuk diambil jika
terjadi kecelakaan.
Jangan mengirimkan MSDS kepada pengguna atau pembeli dengan cara
memasukkan MSDS tersebut kedalam kemasan bahan kimia,tetapi dapat dikirim melalui
email,fax atau system database menggunakan internet.

EVALUASI FAKTOR KIMIA DI LINGKUNAN KERJA


Evaluasi factor lingklungan kerja kimia dimaksudkan sebagai usaha teknis untuk
mengetahui secara baik kualitatif maupun kuantitatif factor apa yang terdapat di
lingkungan kerja tersebut. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.187/MEN/1999,
tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, dimana bahan kimia
berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yg berdasarkan
sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi
dan lingkungan.
Menurut Olishifski.J.B (1988) : tanggung jawab dan kewajiban manajemen
dalam program pengendalian bahaya ditempat kerja antara lain sebagai berikut :
1. Isolasi peralatan produksi
2. Pengendalian bahaya- bahaya kesehatan
3. Bahan baku dari segi produksi dan faktor resiko
4. Perlengkapan kerja tenaga kerja
5. Perlengkapan alat pengaman untuk mesin/alat, maupun untuk tenaga kerja
(personal protective equipment)
6. Melaksanakan pengukuran dan monitoring lingkungan kerja (monitoring and
measurement procedures)

29 | P a g e
7. Prosedur tetap keadaan darurat (emergency respone procedures)
8. Pengendalian Teknis (Engenering Control)

30 | P a g e
IDENTIFIKASI RESIKO BAHAYA BIOLOGI DI TEMPAT KERJA
Identifikasi resiko bahaya factor biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu melalui
agents penyebab penyakit seperti: (i) Mikro organisme (bakteri, virus, fungi) 
toksin, infeksi, alergi, (ii) Arthopoda (serangga, dll)  sengatan  infeksi, (iii)
Tumbuhan tingkat tingkat tinggi (toksin & allergen)  dermatitis, asma, pilek, (iv)
Tumbuhan tingkat tingkat rendah (yang membentuk spora), (v) Vertebrata (protein
allergen)  urine, saliva, faeces, kulit/rambut  allergi, (vi) Inervertebrata selain
Arthopoda (cacing, protozoa

2.1. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung dan (iii)
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang
buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan
hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax
(kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis),
lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya

2.2 . Penyakit Infeksi


Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial
mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang,
dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci
Masuknya M.O. kedalam tubuh tidak selalu mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain : (i)Virulensi, (ii) Route of infection, (iii) Daya tahan tubuh
2.3. VIRUS
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak
mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh
penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya
(HIV)  menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh, ditularkan melalui: Tranfusi
darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi, Hubungan sexual,
Luka jalan lahir waktu melahirkan
Pekerja berisiko (HIV)  Pekerja RS, Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan
2.4. Parasit

31 | P a g e
(i) Malaria  gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis 
anemia khronis (iii) Jamur  gatal-gatal dikulit, Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni,
tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi
dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.

2.5 .HEWAN
 Serangga  sengatan
 Binatang berbisa  gigitan  ular
 Binatang buas  Carnovora
2.6. Tumbuhan
 Debu kayu Allergi & asma
 Debu kapas  allergi saluran nafas
2.7. Organisme viable dan racun biogenic.
 Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
 Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan,
pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
 Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
2.8. Alergi Biogenik
 Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
 Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari
bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
 Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan
obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim,
vaksin dan kultur jaringan).
 Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi
seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
 Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.

MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT DI TEMPAT KERJA

32 | P a g e
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin
ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
3.1 Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah
membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis,
cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme
jamur.
3.2. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis (sakit
kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti
Pneumonia.
3.3. Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya :
Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis (sakit
kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi Salmonella.
3.5. Di Laboratorium :
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk
laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme
pathogen
3.6. Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti :
Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan
organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire
disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih
berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut

IV. CARA PENULARAN KEDALAM TUBUH MANUSIA


Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk
kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui saluran pernapasan

33 | P a g e
Inhalasi spora/debu tercemar : Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle, Ornitosisk, Q
fever, Tbc
2. Melalui mulut (makanan dan minuman) Hepatitis, Diare, Poliomyelitis
3. Melalui kulit (i). Kulit utuh : antrax, Bruselosis, Leptospirosi,Skistosomiasis,
Tularemia, Cacing tambang, (ii) Kulit rusak : erisipeloid, rabies, sepsis,
tetanus,hepatitis, (iii) Kulit maserasi : infeksi jamur (iv) Gigitan serangga : leismaniasis,
malaria, riketsiosis (v) Gigigtan sengkenit : Tripanosomiasis

MENGONTOROL BAHAYA DARI FAKTOR BIOLOGI


Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari dengan
pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu yang
mengandung organism patogen
2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali setiap
bulan
5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada system pendingin. Dengan mengenal bahaya dari
faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah penularannya diharakan efek
yang merugikan dapat dihindari.

34 | P a g e
BAB II
PELAKSANAAN

1. Tanggal dan waktu pelaksanaan : 22 maret 2018


2. Lokasi Pengamatan : PT. Grand Textile Industry
3. Dokumen pengamatan
a. Faktor Fisik

No Faktor Fisik PT.Grandtex

Pengendalian apa saja yang sudah


1 perusahaan lakukan untuk mengendalikan  Diamati
iklim kerja panas?
Paparan kebisingan di area kerja per
2  Diamati
section

3 Efek kebisingan terhadap tenaga kerja  Diamati

Pengendalian yang dilakukan jika paparan


4  Diamati
melebihi NAB
Ada pemeriksaan audiometri secara awal
5  Diamati
dan berkala

6 Kebutuhan penerangan tiap section Diamati

35 | P a g e
b.Faktor Kimia

NO Faktor Kimia PT.Grandtex

Bahan kimia yang digunakan dalam


1  Tidak diinformasikan
proses produksi
Sifat bahan kimia yang digunakan
2 Tidak diinformasikan
seperti apa?
Pengelolaan partikel2 yang dihasilkan
3  Tidak diamati,
pada proses produksi (debu)

Penyimpanan bahan2 kimia yg


4 Tidak diamati
digunakan

Pengendalian untuk mencegah paparan


5  Penggunaan APD
bahan kimia pada tenaga kerja
Data karyawan yang terpapar bahan
6 Tidak diamati
kimia
Pengelolaan bahan limbah industri yang
7 Di informasikan
bersifat kimia cair (oli)
Pengelolaan bahan limbah industry
8 yang bersifat kimia padat (batu bara) Di informasikan

Apakah ada MSDS (Material Safety


9  Ada
Data Sheets)

Pengendalian teknis yang dilakukan


10  Tidak di informasikan
oleh perusahaan

36 | P a g e
c.Faktor Biologi

NO FAKTOR BIOLOGI PT GRANDTEX


1 Jenis penyakit yang sering ditemukan pada karyawan  Diinformasikan

2
Seperti apa perawatan pada APD yang dipakai karyawan  Di informasikan

Karyawan mengetahui cara mencegah agar tidak terkena


3
penyakit yang timbul akibat kerja
Di informasikan
Apakah APD yang digunakan sudah sesuai dengan
4
prosedur? Diamati
Apakah perusahaan memfasilitasi makan (lewat Kantin
5
atau makan sendiri beli di luar atau bekal dari rumah)  Di informasikan
Apakah ruangan, dan mesin sering dibersihkan secara
6
berkala Di informasikan

37 | P a g e
D. Sanitasi Limbah
No. Sanitasi limbah Pt Grantex

1. Pengolahan limbah cair Di informasikan

2. Pengolahan limbah padat Di informasikan

3. Pengolahan limbah industi Di informasikan

E. Petugas K3
No. Petugas K3 PT Grantex
1. Adakah petugas K3 Di informasikan

2. Basic pendidikan untuk K3 Di informasikan

3. Berapa orang Di informasikan

38 | P a g e
BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN

DATA PENGUKURAN KEBISINGAN

Nama Perusahaan : PT Grand Textile Industry Nama alat : Sound Level Meter
Tanggal : 22 Maret 2018 Merk : Lutron
Alamat : Jl. A. H Nasution Nomor Seri : SL 4011

N Kebisingan Sumber Jumlah tenaga kerja yang


o Lokasi (dBA) Bising terpapar (orang)
Mesin
1 Mesin Blowing pukul 14.04 82,1-83,6 2 Orang
Mesihler

Mesin
2 Mesin Carding pukul 14.14 86,4 3 Orang
Trutzchler

3 Mesin Drawing pukul 14.18 86,9 Rieter 3 Orang

4 Mesin Open End pukul 14.22 90,8 Rieter 3 Orang

5 Mesin Winding pukul 14.30 89,7 Winding 3 Orang

Ring
6 Mesin Ring Spinning pukul 14.32 91,9
Spinning  3 Orang

39 | P a g e
DATA PENGUKURAN PENERANGAN

Nama Perusahaan : PT Grand Textile Industri


Tanggal : 11 November 2017

Alamat : Jl. A.H Nasution KM 107


Nama Alat : Lux Meter Light Meter
Merk / Buatan : Lutron
Model / Type : LX-1108
Nomor Seri : Q 628586
Sumber Cahaya : Alami, Buatan, Alami + Buatan

Intensitas Penerangan
Umum Lokal
No Lokasi Waktu
Data Hasil Data Hasil
Lapangan Akhir Lapangan Akhir Keterangan
Lampu TL , Cuaca
Cerah, penerangan
Ruangan Jam umum pada titik
1 Blowing 14.10 36,61 34,7-37,9 36,9 yang paling gelap
2 Ruangan Jam 68,8  60,2-84,8  64,75 Lampu TL , Cuaca
Carding 14.15 Cerah, penerangan
umum pada titik

40 | P a g e
yang paling terang
Jam Lampu TL , Cuaca
3 Ruang Drawing 14.22 68,6 77,1-94,1 75,2 Cerah
Ruang Open Jam Lampu TL , Cuaca
4 End 14.40 78,4 27,8-56,8 46,05 Cerah

DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA

Nama Perusahaan : PT Grand Textile Industri Nama alat :

QUESTemp 36 THERMAL ENVIRONMENT


MONITOR

Tanggal : 22 Maret 2018 Merk / Buatan :


QUEST

Alamat : Jl. A.H Nasution no 127 MODEL /TYPE : 36

N Lokasi Parameter Jam Lama Sumber


o Pengukura Pengukura Panas
Ta Tw Tg RH ISBB
n n
(oC) (%
( C) ( C)
o o
( C)
o

1 Pemintalan 28,6 23, 29,3 65 24,8 14.13 5 Menit Glowin


Kapas 1 0 g

2 Pemintalan 28,7 23, 29,0 66 25,1 14.20 5 Menit Glowin


Kapas 2 5 g

3 Pemintalan 29,0 23, 29,2 64 25,0 14.25 5 Menit Carding


Kapas 3 2

4 Pemintalan 29,4 23, 29,9 62 25,4 14.29 5 Menit Drawin


Kapas 4 4 g

41 | P a g e
Breaker

5 Pemintalan 29,7 23, 30,2 62 25,5 14.37 5 Menit Drawin


Kapas 5 4 g
Finishe
r

6 Pemintalan 30,6 23, 30,8 59 25,5 14.42 5 Menit Open


Kapas 6 1 end

Jumlah Sampel 29,3 23, 29,73 63 25,2


dan Lokasi 3

42 | P a g e
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH/ PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengukuran dan pengamatan dari faktor Fisik di PT. Grand Textile Industry
adalah :
1. Paparan kebisingan di setiap section berbeda-beda, dengan menggunakan sound level
meter merk Lutron SL 4011 didapatkan bahwa tingkat kebisingan di PT Grand Textile
Industri yaitu 82,1 dBA di nilai terendah di bagian blowing dan 91,9 dBA di nilai
tertinggi di bagian Open End.
Sebagaimana dibandingkan dengan nilai NAB menurut Permenakertrans No. PER.
13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja NAB kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan
tetapi NAB bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan
terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003
dalam Putra, 2011).
Maka dalam hal ini, jika diambil rata – rata kebisingan dengan range 82,1 s/d 91,9
dBA baiknya pegawai menggunakan alat pengendalian diri berupa ear plug, yang
dimana pada saat pengamatan masih banyak sekali pegawai yang tidak menggunakan
earplug dikarenakan merasa sudah terbiasa dan justru tidak nyaman menggunakan
earplug. Sampai saat ini memang belum ada kejadian penyakit akibat kerja gangguan
saluran pendengaran.
Efek kebisingan terhadap tenaga kerja bisa menyababkan gangguan pendengaran bagi
tenaga kerja, sehingga perlu diadakannya pemeriksaan lanjutan.

2. Dengan menggunakan Heat Stress Area Monitor Merk LSI didapatkan bahwa Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB) dengan nilai range 25,22 dikategorikan dalam beban
kerja berat sesuai PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/X/2011 sudah
sesuai dengan NAB.

Perusahaan sudah berusaha melakukan pengendalian untuk iklim kerja panas berupa
penyediaan air minum untuk pekerja di setiap sectionnya, terpasangnya exhaust fan
dan ac station.

43 | P a g e
3. Kebutuhan penerangan per sectionnya berbada disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian. Dimana penerangan yang lebih banyak dibutuhkan
berada di section Drawing dan kebutuhan penerangan yang lebih sedikit berada di
section blowing. Dengan menggunakan Lux Meter Light Meter merk Lutron LX-1108
didapaktan bahwa penerangan local di ruang Blowing 70,55 Lux, di ruang Carding
80,75 dan di ruang Drawing/ Ruang Spinning 99,5 lux. Sebagaimana dibandingkan
dengan PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NOMOR 7 TAHUN 1964
TENTANG SYARAT-SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA
PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA, yaitu :

 Penerangan jalan-jalan dan lingkungan halaman perusahaan min. 20 lux.


 Penerangan untuk pekerjaan membedakan barang kasar membutuhkan penerangan
min. 50 lux.
 Penerangan dengan pekerjaan yang harus membedakan barang2 kecil, tetapi
dilakukan secara sepintas, memerlukan penerangan min.100 lux.
 Penerangan yang membedakan barang-barang kecil yang agak teliti, memerlukan
kekuatan penerangan min.200 lux.
 Penerangan yang membedakan secara teliti terhadap barang yang kecil dan halus,
membutuhkan penerangan min. 300 lux

4.2 Hasil pengamatan dari faktor Kimia di PT. Grand Textile Industry adalah :

1. Pada proses dying atau pencelupan menggunakan bahan kimia. Pengendalian yang
digunakan untuk mencegah paparan bahan kimia untuk tenaga kerja tersebut yaitu
dengan menggunakan APD yang sesuai seperti masker, sarung tangan, apron.
2. Pengelolaan limbah cair (oli) dapat dilakukan dengan cara di daur ulang untuk
penggunaan maintenance mesin.
3. Pengelolaan limbah batu bara berupa fly ash dan bottom ash di perusahaan tersebut
sudah bekerjasama dengan pihak ketiga. Pengangkutannya dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.

44 | P a g e
4. Setiap bahan kimia yang digunakan di perusahaan tersebut terdapat MSDS. Dan
setiap dikemasan bahan kimia sudah terdapat label.
5. Upaya pengendalian untuk bahan kimia dilakukan dengan cara sosialasi MSDS
terhadap karyawan. Dan setiap dikemasan bahan kimia sudah terdapat label.

4.3 Hasil pengamatan dari faktor Biologi di PT. Grand Textile Industry adalah :
Faktor Biologi berupa penularan penyakit dari mikroorganisme bisa saja terjadi akibat alat
pelindung diri yang pegawai gunakan tidak sesuai, sesuai pengamatan kami di PT Grand
Textile Industry, yaitu :
1. Penyakit yang sering ditemukan di perusahaan tersebut adalah ISPA dikarenakan para
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut tidak menggunakan masker sesuai
dengan prosedurnya.
2. Perusahaan telah memberikan masker kepada karyawannya. Masker tersebut terbuat
dari kain yang tentu saja di cuci oleh pegawai masing-masing dan tidak semua
mencuci secara bersih dan itu tidak menjamin bebas dari kuman penyakit yang
mungkin terhidup dari debu yang ada di pabrik.
3. Semua karyawan telah mengetahui agar tidak timbul penyakit akibat kerja, namun
masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD dengan benar.
4. APD yang digunakan dalam perusahaan tersebut sudah sesuai dengan prosedur,
dikarenakan karyawan perusahaan tersebut sudah mengikuti pelatihan terlebih dahulu.
Namun tetap saja, masih ada saja karyawan yang tidak mengikuti prosedur.
5. Perusahaan tidak memfasilitasi makan kepada karyawannya, namun hanya
memberikan uang makan dan karyawan membeli sendiri makanannya di kantin atau
bahkan ada yang membawa bekal dari rumah.
6. Ruangan dan mesin pada perusahaan tersebut sering dibersihkan secara berkala,
karena setiap ruangan terdapat penanggung jawabnya. Perawatan mesin di perusahaan
tersebut biasa dibersihkan seminggu sekali, sedangkan untuk perawatan gedung tidak
rutin dibersihkannya.

4.4 Hasil wawancara mengenai Sanitasi Limbah di PT. Grand Textile Industry adalah :

45 | P a g e
Dalam rangka meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat pengoperasian pabrik,
maka PT.Grand Textile Industry mengadakan pemantauan terhadap kondisi lingkungan
kerja disekitar pabrik diantaranya:

46 | P a g e
1. Untuk Pengelolaan Limbah Cair
2. Untuk Pengelolaan Limbah Padat
3. Untuk Pengelolaan Limbah Industri

4.5 Hasil wawancara mengenai Petugas K3 di PT. Grand Textile Industry adalah :
1. Di setiap section perusahaan tersebut terdapat pegawai K3
2. Basic pendidikan untuk petugas K3 minimal telah mengikuti pelatihan K3
3. Jumlah petugas K3 di perusahaan tersebut berjumlah kurang lebih 30 orang yang
terbagi di setiap section dan di setiap gedung

47 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Faktor fisik, kimia dan biologi sangat mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat
kerja. Kenyamanan dan keamanan pekerja pun sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Pengendalian perusahaan dalam mengurangi kejadian kecelakaan kerja sangat diperlukan,
dalam hal ini misalnya Alat Pelindung Diri yang memang secara langsung dipergunakan oleh
para pekerja untuk mengurangi dampak yang terjadi. APD di PT. Grand Textile Industry
sudah cukup baik, namun kurang lengkap saja.

5.2 Saran

1. Penggunaan masker dispossible (sekali pakai)

2. Penggunaan alat pelindung badan tidak hanya di bagian ruangan mesin Bale Press

3. Penggunaan alat pelindung kepala

4. Pemeriksaan audiometri berkala

48 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai