PENDAHULUAN
Tenaga kerja terpajan getaran selama sejam dengan frekuensi sebanyak 10-11 Hertz
di seluruh tubuh maka tubuh akan mengalami gangguan misalnya : gangguan sistem
1|Page
syaraf otonom atau sistem syaraf di luar kesadaran. Jika getaran tersebut mengenai
tangan dan lengan ada dua gejala yang ditimbulkan yaitu : kelainan pada peredaran darah
dan persyarafan lalu kerusakan pada persendian dan tulang (suma’mur, 2014)
Pekerjaan sangat teliti membutuhkan pencahayaan yang memadai karena
pekerjaan yang intensitas pencahayaan tinggi merupakan pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian. Gangguan yang timbul akibat kurangnya pencahayaan yaitu kelelahan
psikis/mental yang gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampua intelektual,
pengurangan daya konsentrasi dan melambatnya kecepatan berfikir. (suma’mur, 2014)
Iklim kerja atau cuaca kerja adalah kombinasi dari : suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi. Manusia dapat mempertahankan kestabilan
suhu yang ada dengan berbagai macam cara diantaranya adalah mengeluarkan keringat,
karena adanya sistem pengatur suhu tubuh (Thermorregulatory system) maka suhu tubuh
manusia akan tetap stabil (Homeostatis). (Suma’mur, 2013 : 199-200)
Faktor-faktor yang dapat membuat suhu manusia bertukar dengan suhu
lingkungannya adalah : Konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi. (Suma’mur, 2013:199-
200)
2|Page
11) Permenakertrans R.I No 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
12) Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984 Tentang Pengesahan Alat
Pelindung Diri
13) Permenakertrans No.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja
3|Page
2. Meningkatkan daya saing produksi dan mengirimkannya tepat waktu sesuai dengan
harapan dan kebutuhan pelanggan
2. Departemen Utility
Merupakan departemen penunjang jalannya proses produksi sehingga mesin-mesin
produksi dapat berjalan dengan baik sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sarana dan
prasarana untuk mendukung kelancaran proses produksi tersebut meliputi:
Tenaga listrik, termasuk diesel
Steam dari boiler
Air bersih untuk produksi dan air minum
Sarana perbengkelan
Pengolahan air limbah (Waste Water Treatment)
4|Page
3. Departemen Purchasing
Merupakan departemen yang mengurus pengadaan barang/spare part baik barang
lokal maupun barang impor (khusus untuk spare part mesin-mesin produksi) sehingga
proses produksi dapat berjalan dengan baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
4. Departemen Warehouse/Pergudangan
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap penerimaan dan
pengeluaran semua jenis barang termasuk hasil produksi serta sarana dan prasarana
transportasinya. Departemen ini bertanggung jawab pula untuk melakukan inventarisasi
terhadap segala hal yang berkaitan dengan pergudangan.
5. Departemen Spinning
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap proses pembuatan benang
serta kualitas benang yang dihasilkannya. Di departemen Spinning ini terjadi proses
pemintalan kapas (sebagai bahan baku) menjadi benang yang akan menjadi bahan baku
untuk proses di pertenunan.
6. Departemen Preparation
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap penyediaan proses awal
untuk proses produksi di pertenunan (weaving) dan proses yang dijalankan adalah:
Proses warping
Proses dyeing
Proses sizing
7. Departemen Weaving
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap jalannya proses
pertenunan (weaving) yaitu proses pembuatan benang menjadi kain.
8. Departemen Finishing
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap proses akhir dari proses
pembuatan kain dimana pada proses ini terjadi penyempurnaan pada kain sehingga
penampaan hasil kualitas kain akan terlihat dan bertanggung jawab pula untuk
penggolongan kualitas kain untuk kelas A,B,C dan Acat (kain yang cacat).
9. Departemen PPL (Product Planning)
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap perencanaan produksi
pabrik baik produksi pemintalan maupun pertenunan. Departemen ini juga bertanggung
jawab merencanakan jumlah produksi untuk jenis/kode benang dan kain juga menentukan
5|Page
unit-unit yang harus dijalankan. Untuk perencanaan produksi ini, Departemen PPL juga
bekerja sama sengan Departemen Marketing dari kantor pusat di Jakarta.
10. Departemen Quality Assurance (QA)
Merupakan departemen yang bertanggung jawab terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Kualitas produk yang dihasilkan ini harus memenuhi standar kualitas sesuai
dengan standar kualitas yang ditetapkan serta standar kualitas yang diminta oleh customer.
Departemen QA juga bertanggung jawab untuk mengawasi proses produksi dan berhak
untuk menegur dan bahkan menghentikan proses produksi jika kualitas produk yang
dihasilkan tidak sesuai dengan standar.
6|Page
1.3.6 Fasilitas Tenaga Kerja
Fasilitas yang terdapat pada PT. Grandtex dibuat agar karyawan selaku penggerak
dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Pihak manejemen memberikan
fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk mensejahterakan para
karyawan. Fasilitas yang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yaitu:
Pelayanan Kesehatan
Untuk pekerja disediakan Poliklinik di Lokasi Perusahaan dilengkapi dengan tenaga
medis/dokter yang dikelola oleh pihak ketiga (Klinik Cahaya Medika) buka setiap hari
kerja pukul 08.00-16.00 WIB. Jika diperlukan baik pekerja maupun keluarga pekerja dapat
dirujuk rumah sakit yang ditunjuk untuk pelayanan rawat inap/ rawat jalan.
Asuransi Kesehatan
Seluruh pekerja diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan
Pengupahan
Upaya pekerja minimal sesuai dengan UMK yang berlaku yang diterapkan oleh Gubernur/
Walikota.
Training
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pekerja mendapat pelatihan seperti
pelaksanaan kerja (work Instruction), P3K, K3, Operator mesin, Leadership dilakukan dari
intern perusahaan.
Seragam, Pakaian Kerja dan Alat Pelindung Diri (APD)
Perusahaan memberikan seragam kerja lengkap, pakaian kerja serta alat pelindung diri
seperti masker, ear plug sepatu kerja dll yang diberikan sekali dalam setahun 2 setel jika
rusak setelah dipakai kerja.
Transportasi
Perusahan menyediakan kendaraan jemputan untuk semua pekerja kecuali yang membawa
kendaraan sendiri.
7|Page
a. Memberikan bantuan air bersih non stop selama 24 jam ke masyarakat di 5 Rukun
Warga (RW)
b. Membantu dana CSR masyarakat sekitar
c. Bersama-sama masyarakat membersihkan Sungai Cikiley sepanjang ±700 m setiap 6
bulan sekali
8|Page
4. Roving, yaitu melakukan penarikan silver agar diameternya lebih kecil dan
memberikan puntiran agar hasil produksi menjadi lebih kuat.
5. Ring Sprinning, yaitu melakukan penarikan roving lebih kecil lagi agar diameter
hasil produksinya sesuai dengan yang diinginkan.
6. Winding, yaitu merupakan bentuk gulungan dan bentuk cop menjadi cone agar
bentuk nya menjadi lebih baik, mengemas cone ke dalam karton box pak
7. Warping, yaitu menggulung benang dari cone ke bentuk beam.
8. Sizing, yaitu benang dalam bentuk beam warping dikanji dengan bahan kanji starch,
cmc, (karboksi metil selulosa) dan wax, kemudian dikeringkan.
9. Weaving (tenun), yaitu benang dalam bentuk beam kanji sudah siap untuk ditenun
setelah dicucuk sesuai dengan anyaman yang diinginkan.
10. Inspecting, yaitu memeriksa dan memperbaiki kain hasil tenun dan menggolongkan
sesuai dengan kelasnya
9|Page
Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi yang merupakan limbah Bahan
Beracun Berbahaya (B3) adalah sludge IPAL dan abu batubara (Fly Ash dan Bottom Ash).
Limbah ini setelah dikumpulkan/dikeringkan kemudian dimasukan ke Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) limbah B3, selanjutnya dikirim ke pihak ke 3 yang berizin
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dan sebagai bukti pengiriman dengan mendapat
manifest. Pengelolaan limbah padat domestik dilakukan pemisahan sehingga limbah padat
domestik yang mempunyai nilai ekonomis dijual sedangkan yang tidak dapat dijual
bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Bandung untuk pengangkutannya.
Pemantauan Lingkungan
Dalam rangka meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat pengoperasian
pabrik, maka PT.Grantex mengadakan pemantauan terhadap kondisi lingkungan kerja
disekitar pabrik diantaranya:
Mutu limbah cair atau air buangan IPAL setiap bulan
Emisi cerobong boiler setiap 6 bulan
Emisi udara ambient setiap 6 bulan
Kebisingan, getaran, pencahayaan dan kualitas lingkungan kerja setiap 6 bulan.
10 | P a g e
1.4 Landasan teori
1. Kebisingan
a) Definisi kebisingan
Sampai saat ini banyak definisi yang digunakan untuk istilah kebisingan. Bising dapat
diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik.
Adapula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak mengandung
kualitas musik. Adapun definisi kebisingan yaitu :
Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
Menurut WHS tahun 1993
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu pendengaran
dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar.
b) Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut Wahyu (2003) kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar :
Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara perlahan-
lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave
band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan
dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas
angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan
sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai
11 | P a g e
perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara
tembakan meriam/senapan dan ledakan bom
c) Penyebab Kebisingan
Menurut Wahyu (2003), penyebab timbulnya kebisingan dapat dibedakan yaitu :
Bising Yang Ditimbulkan Oleh Kemajuan Industri
Peningkatan mekanisasi akan mengakibatkan meningkatnya tingkat kebisingan.
Pembangunan yang banyak memakai peralatan modern di suatu industri untuk
meningkatkan produktivitas memberikan dampak terhadap tenaga kerja oleh karena bunyi
yang dihasilkan mesin dalam proses tersebut akan berdampak tidak baik terhadap tenaga
kerja.
Salah satu dampak yang diakibatkan oleh bunyi mesin produksi terhadap tenaga kerja
adalah menimbulkan bising di tempat kerja sehingga mengganggu kenyamanan dalam
bekerja, atau dapat juga menyebabkan industrial deaffness. Kebisingan tersebut dapat juga
menyebabkan ketulian atau berkurangnya pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
dimana tenaga kerja berada di dalam lingkungan yang bising.
Kemajuan Transportasi
Peningkatan lalu lintas darat, laut, dan udara akan meningkatkan sumber bising. Kemajuan
transportasi tersebut meliputi :
1. Jalan Lalu Lintas
2. Lalu Lintas Udara
3. Elektrifikasi Pada Pemukiman (Rumah Tangga)
4. Mekanisasi Lain Yang Menimbulkan Bising
5. Miscellaneoue Source (Sumber-Sumber Lainnya). Terpisah dari kategori utama dari
kebisingan yang sudah diidentifikasi. Sumber-sumber lain misalnya : dari lapangan olah
raga, daerah wisata, mesin pemotong rumput, animal, domestic dan alat-alat pertanian.
d) Pengaruh Kebisingan Di Tempat Kerja
Pada umumnya kebisingan mengakibatkan pengaruh yang bersifat non auditoir atau
pengaruh yang bukan terhadap pendengararan dan pengaruh auditoir atau pengaruh
terhadap pendengaran yang dapat berlangsung menetap atau sementara.
Pengaruh Non Auditoir akibat Bising
Pengaruh non auditoir sering berupa keluhan tersamar dan tidak jelas berupa penyakit (not
ill defined). Pengaruh terhadap fisiologi tubuh berupa gangguan faal pernapasan,
12 | P a g e
kardiovaskuler, pencernaan, kelenjar dan saraf, yang disebabkan oleh mekanisme stressor
atau gangguan akibat bising.
Penelitian menunjukkan bahwa kebisingan merupakan faktor penyebab kesulitan tidur dan
sangat mengganggu sehingga orang yang sedang tidurpun akan terbangun. Oleh WHO
Task Group Environmental Health Criteria For Noise ditetapkan bahwa tingkat kebisingan
yang kurang dari 35 dB, merupakan kriteria yang tidak mengganggu tidur.
Menurut Parmudianto (1990) dan Mukono (2001) bahwa efek kebisingan terhadap
kesehatan Non Auditoir meliputi (Wahyu, 2003) :
1. Gangguan physiologis : (vasocontriction, gastrointestinalis modification,
endoctrine stimulation, perubahan-perubahan biologik seperti penyempitan pembuluh
darah terutama pada usus, sekresi adrenalin meningkat, gangguan kemampuan darah untuk
membeku, jaringan lemak dalam tubuh dimobilisasi ke dalam aliran darah, aktivitas
lambung menurun, tenus otot meningkat, gangguan keseimbangan, mual, vertigo, dll).
2. Gangguan komunikasi : (pembicaraan telepon, rapat, perintah/instruksi kerja).
3. Performance : (Kelelahan, perubahan penampilan, dll).
4. Gangguan tidur : (EEG modification, sleep stage alteration, awekening,
medication/pemakaian obat tidur).
5. Gangguan psychologis/behavior : (annoyance, anxiety/nervositas, fear, penyakit
akibat stress, perasaan tidak senang atau mudah marah).
13 | P a g e
Untuk kembali secara sempurna maka perlu istirahat (bebas bising) untuk pemaparan di
atas 85 dB maka recovery sempurna memerlukan waktu 3-7 hari. apabila recovery tidak
dapat sempurna maka dalam waktu lama akan menjadi Permanent Threshold Shift (tuli
bersifat menetap).
3. Permanent Threshold Shift (PTS)
Permanent threshold shift atau sering disebut Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) adalah
kehilangan daya dengar secara perlahan-lahaan oleh karena pemaparn bising keras (di atas
85 dB), dalam waktu yang lama dan akhirnya bersifat irreversibel. PTS atau NIHL ini
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi kepekaan individu, obat-obatan, darah (Hb, tekanan darah, kadar
gula dan lain-lain), penyakit telinga serta umur. Sedangkan faktor eksternel yang berperan
adalah intensitas kebisingan, lama pemaparan, spektrum suara, jenis bising, hobi, dan
bising lingkungan tempat kerja.
e) Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan di tempat kerja diukur dengan sound level meter yaitu alat digital
yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat kerja (Pedoman
Praktikum Laboratorium K3, 2004 dalam Putra, 2011).
14 | P a g e
Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam
dbA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
37,5 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Tabel 1.1 Nilai Ambang Batas kebisingan
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
2. Getaran
a) Definisi Getaran
Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar dua titik (Harrington,1996:187). Getaran terjadi
disaat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehinggga pengaruhnya bersifat mekanis
(Budiono,2003:35). Getaran merupakan efek suatu sumber dengan memakai satuan ukuran
Hertz (Depkes,2003:21). Getaran (vibration) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke
tubuh manusia, mulai dari tangan hingga keseluruh tubuh manusia turut bergetar
15 | P a g e
(oscillation) akibat peralatan getar mekanis yang digunakan dalam bekerja (Salim, 2002:
2530). Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis
misalnya mesin, atau alat mekanis lainnya (Gabriel, 1996:96). Adapun pembagian getaran,
yaitu :
Getaran umum (Whole Body Vibration)
Getaran ini berpengaruh keseluruh tubuh, dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga kerja
yang menopang seluruh tubuh, misalnya : Kaki saat berdiri, pinggul saat duduk, pinggang
saat bersandar, tangan saat bersandar. Getaran ini mempunyai frekuensi 5-20 Hertz.
16 | P a g e
Panjang gelombang 400-315 nanometer, disebut sebagai “Black Light Region”. Pada
kisaran spektrum ini radiasi yang ditimbulkan menyebabkan pigmentasi kulit dan penuaan
dini
(2) UV-B
Panjang gelombang 315-218 nanometer, disebut sebagai “Erythermal region”.Merupakan
kisaran spektrum yang banyak terpancar dari matahari. Radiasi yang ditimbulkan dapat
menyebabkan katarak pada mata,erytherma pada kulit dan kanker kulit pada jangka
panjang.
(3) UV-C
Panjang gelombang 280-100 nanometer, disebut sebagai “Gereicidal region”. Kisaran paa
spektrum ini dapat berasal dari lampu gerimisida dan proses las listrik. Radiasi yang
ditimbulkan mempunyai efek membunuh kuman.
Radiasi ultraviolet umumnya berpenetrasi pada mata dan kulit sehingga kesehatan yang
ditimbulkan adalah pada mata dan kulit. Adapun efek sinar UltraViolet adalah sebagai
berikut :
(A) Kulit terbakar
(B) Keratosis
(C) Kanker kulit
Sedangkan efek sinar UV pada mata adalah sebagai berikut :
(a) Konjungtivitas
(b) Keratitis
(c) Katarak
Konjungtivitas, keratitis, kulit terbakar, dan keratosis terjadi pada pemajanan jangka
pendek sedangkan katarak dan kanker kulit merupakan pemajanan radiasi sinar
UltraViolet jangka panjang.
17 | P a g e
Berikut Adalah Nilai Ambang Batas Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet :
Iradiasi Iradiasi
Masa Masa
Efektif Efektif
pemaparan pemaparan
(IEFF)mW / (IEFF)mW /
perhari per hari
cm2 cm2
8 jam 0,0001 5 menit 0,01
4 jam 0,0002 1 menit 0,05
2 jam 0,0004 30 detik 0,1
1 jam 0,0008 10 detik 0,3
30 menit 0,0017 1 detik 3
15 menit 0,0033 0,5 6
10 menit 0,005 0,1 detik 30
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
4. Pencahayaan
Dalam pencahayaan dua aspek yang dibahas dalam perhatian yang khusus yaitu :
a. Intensitas pencahayaan rendah (penerangan yang suram)
b. Intensitas pencahayaan tinggi (penerangan yang tinggi)
Keadaan lingkungan tempat kerja yang suram atau gelap disebabkan karena kurangnya
penerangan atau keadaan lampu yang menyilaukan, permukaan tempat kerja yang
mempunyai daya refleksi yang tinggi. Tenaga kerja dalam bekerja berupaya agar dapat
melihat pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dengan cara berakomodasi secara terus-
menerus yang mana itu akan menyebabkan ketegangan mata, otot dan syaraf lalu
mengakibatkan terjadinya kelelahan secara cepat (Soeripto, 2008 : 420)
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengarui kualitas dan kuantitas penerangan
lingkungan tenaga kerja yaitu :
Faktor kuantitas meliputi : ukuran ruang kerja, waktu kerja, tingkat kontras, tingkat
kecerahan pada obyek yang diterangi .
Faktor yang menentukan kualitas penerangan meliputi : warna arah, kecerahan,
kontras, diffusi keseragaman distribusi, kesilauan yang langsung maupun pantulan.
18 | P a g e
Menurut sumbernya cahaya terdiri dari penerangan alami dan penerangan buatan yang
umumnya pada malam hari dan digunakan pada siang hari jika penerangan matahari tidak
cukup.
5. Iklim kerja
Iklim kerja adalah hasil panduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
dari pekerjanya (Manaker, 1999).
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan
dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas
oleh tubuh yang disebut tekanan panas (Ramdan 2007). Iklim kerja adalah suatu
kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi
pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang
ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktifitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat bagi orang Indonesia ialah berkisar 24 oC
sampai 26oC dan selisih suhu didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5 oC. Batas
kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dtk (Subaris,2007).
a. Macam Iklim Kerja
Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang dapat berupa iklim kerja
panas dan iklim kerja dingin.
1) Iklim Kerja Panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan
oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono,
2008).
Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus
menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping dari metabolisme dan panas tubuh
yang dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan
pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke
lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi
(Suma’mur 1996), yaitu :
1. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan
melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila
19 | P a g e
benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh
apabila benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.
2. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara
dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.
3. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang lebih panjang dari sinar matahari.
4. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara
diluar badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas
dipermukaan kulit, maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.
Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering yang tinggi disertai
tekanan uap air yang tinggi.
2. Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola kering mencapai 40oC
disertai beban panas radiasi tinggi.
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas diantaranya :
1. Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,pengeringan,
pemanasan.
2. Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalan raya,
bongkar muat, nelayan, petani.
3. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang.
Efek terhadap Kesehatan, efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin,obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh
untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh
menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian panas
lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling,berupa panas
matahari atau panas ruangan.
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akanberusaha
menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil akan timbul efek
yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam menyesuaikan dengan lingkungan
panas maka timbul keluhan-keluhan seperti kelelahan, ruam panas,heat cramps, heat
exhaustion,dan heat stroke, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Ruam panas (prickly heat)
Dapat terjadi di lingkungan panas, lembab dimana keringat tidak dapat dengan mudah
menguap dari kulit. Keadaan ini dapat mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus
20 | P a g e
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi
ini adalah beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk
memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.
b) Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seseorang
harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan
merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan
panas. Cara yang terbaik mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat
dingin,memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak minum.
c) Heat cramps
Dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam
natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan.
Kondisi ini biasanya melebihi dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati
melalui meminum cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and
potassium.
d) Heat exhaustion
Biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama bagi mereka yang belum
beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya keluar keringat banyak tetapi suhu
badan normal atau subnormal, tekanan darah menurun, denyut nadi lebih cepat.
e) Heat stroke
Terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga suhu badan naik, kulit
kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37).Kondisi ini harus diatasi melalui
mendinginkan tubuh korban dengan air atau menyelimutinya dengan kain basah. Segera
mencari pertolongan medis.
Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja akan secara volunter
menurunkan tingkat pekerjaannya bila dia merasakan panas berlebihan, kecuali
pemadaman kebakaran dan pekerjaan penyelamatan, karena tekanan psikologi akan
mengatasi kondisi normal.
Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tekanan
pakaian terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai tekanan yang lebih
rendah. Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaian,
mengurangi ketebalannya juga. Sementara pada pakaian yang teranyam terbuka, angin
dapat menghilangkan lapisan udara hangat yang ada didalam. Kecuali jika dipergunakan
sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung
21 | P a g e
mengatur sendiri, orang menambah atau membuang lapisan pakaian sesuai dengan
perasaan kenyamanannya. Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal kerja
atau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalamlingkungan yang
kurang ekstrem (Harrington, 2005).
Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang
suhunya sekitar 29-30oC dengan kelembaban sekitar 85-95%. Aklimitasi terhadap panas
berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama
berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan
panas
2) Iklim Kerja Dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap
kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan Chilblains,
trench foot, dan frosbite. Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu
dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian pelindung
yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik
(Budiono, 2008).
Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin diantaranya di
pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang komputer dan lain-lain.Masalah
kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu :
1) Chilblains
Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah,panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit
ini diderita akibat bekerja ditempat dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.
2) Trench foot
Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat kelembaban atau dingin walau suhu diatas
titik beku. Stadium ini diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan
sakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara.
3) Frosbite :
Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama seperti trenchfoot namun stadium
akhir penyakit Frosbite adalah gangren dan bisa berakibat cacat tetap.
22 | P a g e
Tekanan panas dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang selanjutnya dapat digolongkan
dalam :
o Climatic faktor : suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan gerak udara.
o Non climatic faktor: panas, metabolisme, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi
(Subaris, 2007).
Untuk menyederhanakan pengertian maka beberapa ahli memciptakan suatu indeks
menurut fungsinya, sebagai berikut :
o Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang dialami oleh seseorang
tanpa baju dan kerja ringan dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan
kecepatan aliran udara.
o Cara ini mempunyai kelembaban yaitu tidak memperhitungkan panas radiasi dan
panas metebolisme tubuh sendiri.
o Indeks suhu basah dan bola (Wet Bulp-Globe Temperature Index) dengan rumus
untuk pekerjaan yang mengalami kontak dengan sianar matahari: ISBB = (0,7 x suhu
basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering).
o Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak kontak dengan sinar matahari digunakan
rumusan sebagai berikut : ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)
o Indeks kecepatan pengeluaran keringat selama 4 jam, sebagai akibat dari kombinasi
suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta panas radiasi. Dapat juga
dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
o Indeks Balding-Hatch yaitu pengukuran tekanan panas dengan menghubungkan
kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu orang yang masih muda dengan
tinggi 170 cm dan berat 154 pond, kondisi sehat mendasarkan indeks, kesegaran
jasmani baik serta beraklimatisasi terhadap panas. Metode ini mendasarkan indeknya
atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan
kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan indeks tersebut
diperlukan pengukuran suhu kering dan basah, suhu globethermometer, kecepatan
aliran udara dan produksi panas akibat kegiatan kerja (Ramdan, 2007).
23 | P a g e
o
(Permenakertrans No.13/MEN/2011)
2. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal
dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap
(pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang
NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja). Sedangkan bahan
kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya dan campurannya, baik yang
bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu
mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan
terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya (melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajat racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang
menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ;
beberapa tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru
memberikan efek kalau dikonsumsi dalam jumlah yang besar).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan
kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa bahan
tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan
24 | P a g e
(chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para
pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan
yang aman, ciri-ciri,supplier, penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya
dan prosedur tanggap darurat.
Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya dan
campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu
mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan terjadi
apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajat racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang
menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa
tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau
dikonsumsi dalam jumlah yang besar).
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan kedalam
bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa bahan tersebut
berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan (chemical safety
data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para pengguna yang
bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-
ciri,supplier, penggolongan, bahayanya,
peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat.
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area lingkungan
tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi ; (i) derajat
racun, (ii) sifat-sifat fisik dari bahan, (iii) tata cara kerja, (iv) sifat dasar, (v) tempat/jalan
masuk, (vi) kerentanan individu para pekerja, dan (vii) kombinasi faktor-faktor (i) sampai
dengan (vi) akan menimbulkan situasi yang berbahaya.
Debu di Udara (Airbon Dust)
adalah suspensi partikel benda padat diudara . Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan
yang berkaitan dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses pemecahan
bahan-bahan padat.
Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat oleh
mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan
berada diudara untuk jangka waktu tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk
menembus kedalam paru-paru.
25 | P a g e
Gas
adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada
suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan
suhu dan penambahan tekana
Aerosol (Partikel)
yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi diudara yang mempunyai
ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup
sebagi suspensi diudara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu berupa
suspensi.
Kabut (Mist) ,
adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya dihasilkan oleh proses
penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih yang
sangat kecil.
Asap (Fume)
adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap. Asap
ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap dari logam terkondensasi
menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui
pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon,
karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 (micron)
Uap Air (Vavor)
adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan penguapannya. Bahan- bahan
yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki
titik didih yang tinggi.
MSDS
adalah singkatan dari Material Safety Data Sheet memuat informasi mengenai sifat-
sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat kimia, pertolongan
apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.
Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia
(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals) adalah
sistem global yang diinisiatifkan dan diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa
(PBB) untuk menstandarisasi kriteria dan mengharmonisasikan sistem klasifikasi
26 | P a g e
bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada label dan
Lembar Data Keselamatan
Label
adalah keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk piktogram/simbol,
tulisan, atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang juga berisi informasi
identitas produk dan pemasok serta klasifikasi bahan kimia.
Keselamatan Bahan Kimia (Chemical Safety)
adalah upaya perlindungan kesehatan manusia dan atau pekerja, fasilitas dan instalasi
serta lingkungan di setiap kegiatan pada simpul daur hidup bahan kimia dari
penyalahgunaan bahan kimia dan penggunaan bahan kimia yang salah.
Material safety data sheet atau dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.
87/M-IND/PER/9/2009, tentang global harmonize system (GHS) dinamakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia
meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan,
tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan.
Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur dalam
berbagai peraturan seperti Keputusan Menteri Kesehatan nomor 472 tahun 1996,
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/Men/1999, Peraturan Pemerintah nomor.74
tahun 2001 tentang B3, dan keputusan menteri perindustrian nomor 87 tahun2009,
tentang Global Harmonize System (GHS).
Didalam OSHA Hazard Communication 29 CFR 1919.1200 juga dinyatakan bahwa
pihak manufaktur bahan kimia harus memastikan bahwa semua bahaya bahan kimia
yang diproduksi sudah dievaluasi dan memastikan bahwa bahaya tersebut diinformasikan
kepengguna bahan kimia tersebut melalui MSDS. Menurut OSHA,yang bertanggung
jawab membuat MSDS adalah pihak manufaktur yang memproduksi bahan kimia
tersebut.
Dan semua pihak-pihak yang berkaitan dengan aliran distribusi bahan kimia
tersebut bertanggung jawab menyampaikan MSDS tersebut sampai kepengguna. Bahkan
MSDS tersebut harus selalu menyertai bahan kimia tersebut sepanjang pendistribusiannya.
Pembuatan MSDS adalah kewajiban pembuat bahan kimia dan pengguna bahan
kimia memiliki hak untuk memperoleh MSDS dari pihak pemasok,meskipun pihak
pemasok bukan pembuat atau manufaktur bahan kimia tersebut,namun pihak pemasok
berkewajiban menyediakan MSDS dari bahan kimia yang didistribusikan yang dia
27 | P a g e
peroleh dari pihak manufaktur. Pihak perusahaan sebagai pengguna berkewajiban
menyediakan MSDS ditempat kerja atau area yang mudah dijangkau atau diketahui oleh
pekerja. Pihak perusahaan juga berkewajiban memberikan training mengenai MSDS
kepada pekerja agar mereka dapat membaca dan memahami MSDS tersebut.
Format MSDS disarankan sebaiknya mengikuti format global harmonize system
(GHS) yang sudah ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian nomor 87 tahun 2009.
Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa MSDS harus terdiri dari 16 section dengan
urutan sebagai berikut:
1 Indentifikasi Senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal
4. Tindakan Pertolongan Pertama
5. Tindakan Pemadaman Kebakaran
6. Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Kontrol Paparan / Perlindungan Diri
9. Sifat Fisika dan Kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Teknologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan Pembuangan / Pemusnahan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan Regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi
SDS.
28 | P a g e
memahaminya maka MSDS tersebut menjadi tidak berguna. Maka sebaiknya pihak
perusahaan meminta kepada pihak pemasok untuk menyediakan MSDS dalam bahasa
Indonesia, jika tidak mungkin maka perusahaan sebaiknya menterjemahkan sendiri
MSDS tersebut kedalam bahasa Indonesia sebelum diberikan kepada pengguna
dilapangan.
Selama transportasi atau pengiriman bahan kimia juga harus disertai dengan
MSDS,misalnya pada saat bahan kimia tersebut dikirim dengan menggunakan truk
container maka MSDS bahan kimia harus dibawa oleh sopir truk bersamaan dengan
dokumen pengiriman lainnya. Jangan sekali-kali menyimpan MSDS didalam
container atau packaging bahan kimia yang dikirim karena akan sulit untuk diambil jika
terjadi kecelakaan.
Jangan mengirimkan MSDS kepada pengguna atau pembeli dengan cara
memasukkan MSDS tersebut kedalam kemasan bahan kimia,tetapi dapat dikirim melalui
email,fax atau system database menggunakan internet.
29 | P a g e
7. Prosedur tetap keadaan darurat (emergency respone procedures)
8. Pengendalian Teknis (Engenering Control)
30 | P a g e
IDENTIFIKASI RESIKO BAHAYA BIOLOGI DI TEMPAT KERJA
Identifikasi resiko bahaya factor biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu melalui
agents penyebab penyakit seperti: (i) Mikro organisme (bakteri, virus, fungi)
toksin, infeksi, alergi, (ii) Arthopoda (serangga, dll) sengatan infeksi, (iii)
Tumbuhan tingkat tingkat tinggi (toksin & allergen) dermatitis, asma, pilek, (iv)
Tumbuhan tingkat tingkat rendah (yang membentuk spora), (v) Vertebrata (protein
allergen) urine, saliva, faeces, kulit/rambut allergi, (vi) Inervertebrata selain
Arthopoda (cacing, protozoa
2.1. Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung dan (iii)
batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang
buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan
hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax
(kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis),
lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya
31 | P a g e
(i) Malaria gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis
anemia khronis (iii) Jamur gatal-gatal dikulit, Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni,
tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi
dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
2.5 .HEWAN
Serangga sengatan
Binatang berbisa gigitan ular
Binatang buas Carnovora
2.6. Tumbuhan
Debu kayu Allergi & asma
Debu kapas allergi saluran nafas
2.7. Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun
biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan
media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan,
pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
2.8. Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari
bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan
obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim,
vaksin dan kultur jaringan).
Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi
seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
32 | P a g e
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin
ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
3.1 Daerah pertanian : Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah
membuat pekerja dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis,
cacing, Asma bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme
jamur.
3.2. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis (sakit
kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti
Pneumonia.
3.3. Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya :
Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, burcelosis (sakit
kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi Salmonella.
3.5. Di Laboratorium :
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama untuk
laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung organisme
pathogen
3.6. Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti :
Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan
organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire
disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih
berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut
33 | P a g e
Inhalasi spora/debu tercemar : Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle, Ornitosisk, Q
fever, Tbc
2. Melalui mulut (makanan dan minuman) Hepatitis, Diare, Poliomyelitis
3. Melalui kulit (i). Kulit utuh : antrax, Bruselosis, Leptospirosi,Skistosomiasis,
Tularemia, Cacing tambang, (ii) Kulit rusak : erisipeloid, rabies, sepsis,
tetanus,hepatitis, (iii) Kulit maserasi : infeksi jamur (iv) Gigitan serangga : leismaniasis,
malaria, riketsiosis (v) Gigigtan sengkenit : Tripanosomiasis
34 | P a g e
BAB II
PELAKSANAAN
35 | P a g e
b.Faktor Kimia
36 | P a g e
c.Faktor Biologi
2
Seperti apa perawatan pada APD yang dipakai karyawan Di informasikan
37 | P a g e
D. Sanitasi Limbah
No. Sanitasi limbah Pt Grantex
E. Petugas K3
No. Petugas K3 PT Grantex
1. Adakah petugas K3 Di informasikan
38 | P a g e
BAB III
HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN
Nama Perusahaan : PT Grand Textile Industry Nama alat : Sound Level Meter
Tanggal : 22 Maret 2018 Merk : Lutron
Alamat : Jl. A. H Nasution Nomor Seri : SL 4011
Mesin
2 Mesin Carding pukul 14.14 86,4 3 Orang
Trutzchler
Ring
6 Mesin Ring Spinning pukul 14.32 91,9
Spinning 3 Orang
39 | P a g e
DATA PENGUKURAN PENERANGAN
Intensitas Penerangan
Umum Lokal
No Lokasi Waktu
Data Hasil Data Hasil
Lapangan Akhir Lapangan Akhir Keterangan
Lampu TL , Cuaca
Cerah, penerangan
Ruangan Jam umum pada titik
1 Blowing 14.10 36,61 34,7-37,9 36,9 yang paling gelap
2 Ruangan Jam 68,8 60,2-84,8 64,75 Lampu TL , Cuaca
Carding 14.15 Cerah, penerangan
umum pada titik
40 | P a g e
yang paling terang
Jam Lampu TL , Cuaca
3 Ruang Drawing 14.22 68,6 77,1-94,1 75,2 Cerah
Ruang Open Jam Lampu TL , Cuaca
4 End 14.40 78,4 27,8-56,8 46,05 Cerah
41 | P a g e
Breaker
42 | P a g e
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH/ PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengukuran dan pengamatan dari faktor Fisik di PT. Grand Textile Industry
adalah :
1. Paparan kebisingan di setiap section berbeda-beda, dengan menggunakan sound level
meter merk Lutron SL 4011 didapatkan bahwa tingkat kebisingan di PT Grand Textile
Industri yaitu 82,1 dBA di nilai terendah di bagian blowing dan 91,9 dBA di nilai
tertinggi di bagian Open End.
Sebagaimana dibandingkan dengan nilai NAB menurut Permenakertrans No. PER.
13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja NAB kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan
tetapi NAB bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan
terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003
dalam Putra, 2011).
Maka dalam hal ini, jika diambil rata – rata kebisingan dengan range 82,1 s/d 91,9
dBA baiknya pegawai menggunakan alat pengendalian diri berupa ear plug, yang
dimana pada saat pengamatan masih banyak sekali pegawai yang tidak menggunakan
earplug dikarenakan merasa sudah terbiasa dan justru tidak nyaman menggunakan
earplug. Sampai saat ini memang belum ada kejadian penyakit akibat kerja gangguan
saluran pendengaran.
Efek kebisingan terhadap tenaga kerja bisa menyababkan gangguan pendengaran bagi
tenaga kerja, sehingga perlu diadakannya pemeriksaan lanjutan.
2. Dengan menggunakan Heat Stress Area Monitor Merk LSI didapatkan bahwa Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB) dengan nilai range 25,22 dikategorikan dalam beban
kerja berat sesuai PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/X/2011 sudah
sesuai dengan NAB.
Perusahaan sudah berusaha melakukan pengendalian untuk iklim kerja panas berupa
penyediaan air minum untuk pekerja di setiap sectionnya, terpasangnya exhaust fan
dan ac station.
43 | P a g e
3. Kebutuhan penerangan per sectionnya berbada disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang membutuhkan ketelitian. Dimana penerangan yang lebih banyak dibutuhkan
berada di section Drawing dan kebutuhan penerangan yang lebih sedikit berada di
section blowing. Dengan menggunakan Lux Meter Light Meter merk Lutron LX-1108
didapaktan bahwa penerangan local di ruang Blowing 70,55 Lux, di ruang Carding
80,75 dan di ruang Drawing/ Ruang Spinning 99,5 lux. Sebagaimana dibandingkan
dengan PERATURAN MENTERI PERBURUHAN NOMOR 7 TAHUN 1964
TENTANG SYARAT-SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA
PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA, yaitu :
4.2 Hasil pengamatan dari faktor Kimia di PT. Grand Textile Industry adalah :
1. Pada proses dying atau pencelupan menggunakan bahan kimia. Pengendalian yang
digunakan untuk mencegah paparan bahan kimia untuk tenaga kerja tersebut yaitu
dengan menggunakan APD yang sesuai seperti masker, sarung tangan, apron.
2. Pengelolaan limbah cair (oli) dapat dilakukan dengan cara di daur ulang untuk
penggunaan maintenance mesin.
3. Pengelolaan limbah batu bara berupa fly ash dan bottom ash di perusahaan tersebut
sudah bekerjasama dengan pihak ketiga. Pengangkutannya dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.
44 | P a g e
4. Setiap bahan kimia yang digunakan di perusahaan tersebut terdapat MSDS. Dan
setiap dikemasan bahan kimia sudah terdapat label.
5. Upaya pengendalian untuk bahan kimia dilakukan dengan cara sosialasi MSDS
terhadap karyawan. Dan setiap dikemasan bahan kimia sudah terdapat label.
4.3 Hasil pengamatan dari faktor Biologi di PT. Grand Textile Industry adalah :
Faktor Biologi berupa penularan penyakit dari mikroorganisme bisa saja terjadi akibat alat
pelindung diri yang pegawai gunakan tidak sesuai, sesuai pengamatan kami di PT Grand
Textile Industry, yaitu :
1. Penyakit yang sering ditemukan di perusahaan tersebut adalah ISPA dikarenakan para
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut tidak menggunakan masker sesuai
dengan prosedurnya.
2. Perusahaan telah memberikan masker kepada karyawannya. Masker tersebut terbuat
dari kain yang tentu saja di cuci oleh pegawai masing-masing dan tidak semua
mencuci secara bersih dan itu tidak menjamin bebas dari kuman penyakit yang
mungkin terhidup dari debu yang ada di pabrik.
3. Semua karyawan telah mengetahui agar tidak timbul penyakit akibat kerja, namun
masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD dengan benar.
4. APD yang digunakan dalam perusahaan tersebut sudah sesuai dengan prosedur,
dikarenakan karyawan perusahaan tersebut sudah mengikuti pelatihan terlebih dahulu.
Namun tetap saja, masih ada saja karyawan yang tidak mengikuti prosedur.
5. Perusahaan tidak memfasilitasi makan kepada karyawannya, namun hanya
memberikan uang makan dan karyawan membeli sendiri makanannya di kantin atau
bahkan ada yang membawa bekal dari rumah.
6. Ruangan dan mesin pada perusahaan tersebut sering dibersihkan secara berkala,
karena setiap ruangan terdapat penanggung jawabnya. Perawatan mesin di perusahaan
tersebut biasa dibersihkan seminggu sekali, sedangkan untuk perawatan gedung tidak
rutin dibersihkannya.
4.4 Hasil wawancara mengenai Sanitasi Limbah di PT. Grand Textile Industry adalah :
45 | P a g e
Dalam rangka meminimalisasi dampak yang ditimbulkan akibat pengoperasian pabrik,
maka PT.Grand Textile Industry mengadakan pemantauan terhadap kondisi lingkungan
kerja disekitar pabrik diantaranya:
46 | P a g e
1. Untuk Pengelolaan Limbah Cair
2. Untuk Pengelolaan Limbah Padat
3. Untuk Pengelolaan Limbah Industri
4.5 Hasil wawancara mengenai Petugas K3 di PT. Grand Textile Industry adalah :
1. Di setiap section perusahaan tersebut terdapat pegawai K3
2. Basic pendidikan untuk petugas K3 minimal telah mengikuti pelatihan K3
3. Jumlah petugas K3 di perusahaan tersebut berjumlah kurang lebih 30 orang yang
terbagi di setiap section dan di setiap gedung
47 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Faktor fisik, kimia dan biologi sangat mempengaruhi situasi dan kondisi di tempat
kerja. Kenyamanan dan keamanan pekerja pun sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Pengendalian perusahaan dalam mengurangi kejadian kecelakaan kerja sangat diperlukan,
dalam hal ini misalnya Alat Pelindung Diri yang memang secara langsung dipergunakan oleh
para pekerja untuk mengurangi dampak yang terjadi. APD di PT. Grand Textile Industry
sudah cukup baik, namun kurang lengkap saja.
5.2 Saran
2. Penggunaan alat pelindung badan tidak hanya di bagian ruangan mesin Bale Press
48 | P a g e