Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PBL KEDOKTERAN KERJA

INDUSTRI SABLON MODUL


KOMPREHENSIF

KELOMPOK 17 (IV)
P E M B I M B I N G : D R . R E Z A TA N D E A N , M H S C ( O M ) , S P. O K
1. RIA SEPTI HARMIA
2 . WA H Y U H A S A N A H
3. SETEPHANY
4. NURUL INDAH TYLASARI
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada industri sablon kesehatan dan keselamatan kerja dalam
pelaksanaannya harus memenuhi sasaran yaitu:
mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,
mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap,
pemeliharaan terhadap peralatan kerja,
meningkatkan produktifitas kerja sehingga tenaga kerja tidak harus memeras
tenaganya,
menjamin keadaan tempat kerja yang aman dan sehat,
memperlancar kegiatan dan pekerjaan pada industri konveksi tersebut. 1,2
Usaha penyablonan memiliki berbagai kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja karena kurangnya pengetahuan,
bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa memenuhi syarat
ergonomik alat, serta jam kerja yang tidak menentu.2
Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan
keinginan untuk mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja
pada sektor usaha informal yaitu usaha penyablonan. Selain
itu survei ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk
memenuhi tugas mata kuliah di modul komprehensif.
Tujuan Utama :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja
penyablon pada industri konveksi khusus faktor bahaya lingkungan
kerja.
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami penyablon
Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/ proses yang
digunakan yang dapat mengganggu kesehatan penyablon
Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan penyablon
Untuk mengetahui risiko penyakit yang mungkin timbul berhubungan
dengan pekerjaan penyablon
Menyusun rencana untuk menanggulangi hazard yang ada di industri
sablon.
Manfaat
Manfaat bagi penulis : menambah pengetahuan tentang kesehatan
kerja
Manfaat bagi pekerja : mengetahui hazard sehingga dapat
menghindari dan menanggulangi hazard di tempat kerja.
Manfaat bagi pemilik perusahaan : meningkatkan kepedulian akan
kesehatan pekerja juga untuk mengurangi kecelakaan akibat kerja
Rumusan Masalah
Faktor risiko dan perilaku apa saja yang ditemukan
pada tempat kerja sehingga pekerja dapat menderita
penyakit tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha untuk
mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat hubungan
kerja dengan lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja:
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana
tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. 3
Faktor Hazard pada Penyablon
Faktor Fisik : diantaranya kebisingan akibat penggunaan
mesin, temperature pada tempat kerja dan juga vibrasi yang
ditimbulkan dari alat dryer.
Faktor Kimia : pada usaha penyablonan adalah dalam
bentuk larutan yaitu tinta sablon.
Faktor Ergonomik: posisi berdiri yang terlalu lama atau
duduk yang terlalu lama.
Faktor Psikososial : Dapat terjadi stress yang berat karena
beban kerja, hubungan antar pekerja, jam kerja.
Alat dan Cara Kerja
1. Peralatan dalam penyablonan
Screen (kain gasa terbuat dari polyester/nylon) untuk menyablon
kaos/kain.
Rakel (alat sapu terbuat dari karet sintesis)
Obat afdruk (cairan kental/emulsion)
Mika/kuas cat/coater (alat pemoles obat afdruk)
Bantalan hitam (untuk mengepres film pada screen)
Kaca dengan tebal 0,2-0,5 mm.
Semprotan air (pengembang gambar hasil afdruk)
Tinta/cat (khusus sablon) untuk kaos biasanya menggunakan pasta
warna (rubber).
2. Proses pengafdrukan
3. Tahap Penyablonan
Penggunaan alat pelindung diri pada penyablon
Kacamata
Sarung tangan
Masker
Pakaian lengan panjang
Alat pelindung kaki
Kursi yang dilengkapi dengan sandaran
Ketersediaan Obat P3K
Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib
dimiliki di setiap tempat pekerjaan untuk meyelamatkan nyawa atau
mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat, dan
menunjang penyembuhan. [7]
Pemeriksaan Kesehatan
Pengusaha harus mengadakan pemerikaan kesehatan sebelum kerja,
pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi. [2,7]
Risiko penyakit yang dapat muncul
Bahan hazard dapat menyebabkan gangguan kesehatan
terhadap orang-orang ditempat kerja.
Penggunaan cat sebagian besar pajanan melalui inhalasi, kontak kulit
atau oral dapat menyebabkan kanker paru antara lain timah, kromium,
molybdenum, asbestos, arsenic, titanium dan mineral oil
Gejala kelelahan yang penting perasaan letih, mengantuk, pusing, dan
tidak enak dalam bekerja, lamban dalam berpikir, menurunnya
kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja,
penurunan kinerja tubuh dan mental.
Kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya ketidakstabilan
psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan meningkatnya
kecendrungan sakit. [6]
BAB III

HASIL PBL
Profil Perusahaan terdiri dari:
Jenis usaha : home industry sablon
Bidang : pencetakan sablon
Tahun berdiri : 2010
Alamat : jl. Akasia dalam kompleks pergudangan kecil
no. 889 RW 012 RT15
Jumlah pekerja : 15 orang
TATA RUANG:

Ket :
M1- M4 : meja pola baju
M5- M6 : meja sablon
M9- M12 : meja drying
Jam kerja
Jam kerja produktif : pukul 08.00 17.00 Wib
Jam kerja lembur : pukul 08.00 20.00 WIB
Sanitasi tempat kerja
Lantai : Kondisi lantai diplester tidak ada ubin, lantai berdebu
Dinding : dinding berdebu dan banyak terdapat sarang laba-laba
Kebersihan langit-langit : banyak sarang laba-laba dan banyak
tergantung pakaian basah.
Kebersihan peralatan kerja : meja penyablonan bersiH
Tempat sampah : terdapat tempat sampah pada ruangan kerja
Penyedian air minum : tersedia namun letaknya tepat diatas tempat
sampah
Tidak terdapat tempat cuci tangan seperti wastafel
Terdapat kamar mandi namun tidak terjaga kebersihannya
Lingkungan kerja
Pencahayaan : cukup
Ventilasi : cukup
Suhu : 35,90C
Kelembaban relatif lingkungan : 51 RH % (normal )
Alur produksi :
Aplikasi program K3 di tempat kerja
Untuk suhu yang tinggi dapat menggunakan kipas angin, jika arus
listrik tidak mencukupi maka dapat difikirkan untuk pembuatan
beberapa jendela.
Pada getaran akibat alat dryer dapat menggunakan sarung tangan
untuk meminimalkan getaran.
Faktor kimia untuk menanggulanginya dapat menggunakan Alat
Pelindung Diri seperti masker, sarung tangan latek, clear safety
glasses, boot, apron.
Untuk menanggulangi posisi berdiri dan bungkuk yang terlalu lama
yaitu dengan cara peregangan, dan untuk posisi duduk dapat
mengubah posisi duduk menjadi posisi yang ergonomis.
Faktor psikososial untuk menanggulangi dengan cara menetapkan jam
kerja yang jelas, membina hubungan yang baik antar pekerja.
Temuan-temuan kasus penyakit akibat kerja
Ada pekerja yang mengalami cedera pada kaki karena
tertimpa dryer yang masih menyala yang menyebabkan
luka pada kaki.
Ada pekerja yang pernah terkena demam berdarah
mungkin diakibatkan karena tempat menginap penderita
kurang bersih, dekat dengan genangan air dan banyak
baju yang tergantung.
Temuan-temuan hasil pemeriksaan
kesehatan karyawan yang
dilakukan oleh mahasiswa
BAB IV
PEMBAHASAN

Analisa risiko:
Faktor fisik : temperature dari penggunaan mesin dan temperature
tempat kerja yang tinggi, juga adanya getaran dari mesin dryer yang
digunakan untuk pengeringan.
Faktor kimia : tinta sablon dan paparan langsung dari kalsium
hipoklorit (kaporit) saat pembersihan cetakan.
Faktor ergonomik : posisi berdiri, bungkuk dan duduk yang terlalu
lama, posisi duduk yang tidak ergonomis saat didepan komputer.
Faktor Psikososial dapat terjadi stress yang berat karena beban
kerja, hubungan antar pekerja dan jam kerja yang tidak menentu.
Pengurangan dan meminimalkan

Untuk menganggulangi suhu yang tinggi dapat menggunakan kipas


angin pada ruangan kerja jika arus listrik tidak mencukupi maka dapat
difikirkan untuk pembuatan beberapa jendela.
pada getaran akibat alat dryer bisa menggunakan sarung tangan untuk
meminimalkan getaran yang ada.
Paparan zat kimia dapat menggunakan alat pelindung diri seperti
masker, sarung tangan latek, clear safety glasses, boot, apron.
Untuk faktor ergonomis dapat menyesuaikan design tempat kerja dan
alat kerja dengan kesehatan kerja, peregangan, dan mengubah posisi
duduk menjadi posisi yang ergonomis.
Faktor psikososial untuk menanggulangi dengan cara menetapkan jam
kerja yang jelas, membina hubungan yang baik antar pekerja.
BAB V
KASIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pekerja sablon secaa keseluruhan terpapar pada hazard umum di
tempat kerja berupa faktor fisik yaitu kebisingan dan cuaca yang
panas, faktor kimia yaitu bahan baku yang dapat menyebabkan
iritasi pada kulit, saluran nafas, saluran cerna dan mata, faktor
ergonomik yaitu sebagian pekerja bekerja dengan posisi berdiri atau
duduk dan psikososial yaitu beban kerja dan gaji yang bervariasi
sesuai dengan jumlah orderan.
Alat yang digunakan memiliki risiko rendah yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja.
Pekerja sablon tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap.
Pekerja sablon tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala, namun pemilik usaha menjamin pengobatan pekerja apabila
terjadi kecelakaan kerja.
Beberapa pekerja sablon memiliki keluhan terkait pekerjaan yang
dilakukannya diantaranya nyeri pinggang bawah, kesemutan, sakit
kepala.
Secara keseluruhan pekerja sablon belum memiliki pengetahuan,
belum mendapat pelatihan, tidak pernah melakukan pemantauan
hazard dan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja.
Saran
Bagi pekerja : desain tempat duduk yang sesuai dengan
tinggi meja komputer, penerapan waktu istirahat yang
cukup, melakukan peregangan, penggunaan alat
perlindungan diri
Bagi perusahaan : pengadaan kotak P3K dan APAR
untuk pertolongan pertama dan kondisi darurat pada
kebakaran pabrik. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala, diadakan penyuluhan dan
pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
Bagi institusi pemerintah: menetapkan kebijakan untuk
standar sebuah perusahaan sebelum mendirikan usaha
seperti, penetapan jam kerja, penyediaan APD, penerapan
K3.
Bagi institusi pendidikan, untuk menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hughes, Phill, Ed F. Introduction to Health and Safety at Work, 5th edition. Oxford and Massachusets:
Elsevier, 2011.
2. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya Identifikasi Potensi
Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.
3. Sakinah, Rifah. Penilaian Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Industri Informal (Konveksi).
Available at http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-rifah-sakinah.html. Accessed at October 26,
2016.
4. Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia. Program Pelatihan & Sertifikasi Higienis sIndustri Muda
(HIMU). Jakarta; 2010.
5. Ibrahim J. K. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan Bitratex Industries
Semarang. Available at http://eprints.undipac.id/26498/2/Jurnal.pdf. Accessed at October 26, 2016.
6. Putri, DRO Penerapan K3 pada Industri Konveksi. Available at http://k3tium.com/2012/11/14/makalah-
observasi-k3-di-konveksi-busana/html. Accessed at October 26, 2016.
7. Azhar, Rofa Y. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkannya. Available at
http://rofayaliaazhar.com 2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html. Accessed at October
26, 2016.
Tabel POA
URUTAN KEGIATAN
Identifikasi Hazard
Penafsiran Hazard
Meminimalkan Risiko
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai