LP Efusi Pleura
LP Efusi Pleura
OLEH :
NIM P07120214030
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
atau cairan eksudat. Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil
cairan (5 sampai 15 ml ) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan pemukaan
pleural bergerak tanpa adanya friks. Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi
penimbunan cairan dalam rongga pleura.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Efusi pleura transudat
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkena penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang
mempengaruhi produksi dan absorbs cairan pleura seperti gagal jantung
kongestif,sirosis dan sindrom nefrotik.
2. Efusi pleura eksudat
Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk
ke dalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat :
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum
B. ETIOLOGI
Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh ).
Penyakit yang menyertai transudat :
a. Gagal jantung kiri. -
b. Asites pada serosis hati.
c. Sindrom nefrotik.
d. Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium).
e. Obstruksi vena kava superior.
2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
a. Infeksi
b. Infark paru
c. Neoplasma/tumor
Anoreksia
Sesak Nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan Insufisiensi
Pola Nafas oksigenasi
Energi Dyspnea
berkurang
Batuk
Intoleransi Defisit
Aktivitas Perawatan Diri
Iritasi membran
Mandi
mukosa
dalam saluran
pernafasan
Nyeri dada
Gangguan Rasa
Nyaman (Nyeri)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologik (Rontgen dada), pada permukaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediteranium.
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampila,
sitologi, berat jenis.
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram,basl tahan asam (untuk
BTA),hitung sel darah merah da putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,amylase, laktat
dehidrogenase (LDH), protein),analisis sitologi untuk sel-sel malignan dan pH
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri, dispnea
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian
2. Pemberian anti biotik
Jika ada infeksi.
3. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin, kalk
dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura
dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
4. Tirah baring
Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktivitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dyspnea akan semakin
meningkat pula.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
Umur, alamat, pekerjaan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri dada, sesak nafas, takipneu, hipoksemia
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisia.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
3. Pola fungsional Gordon yang terkait
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,
selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat
dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme
akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnya lemah nutrisi dan metabolik
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akibat dari efusi pleura adalah penekanan pada paru oleh cairan sehingga
menimbulkan rasa nyeri
c. Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien
juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada.
Dan untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Istirahat dan tidur
Karena adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahatnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
S : Jika ada infeksi bisa hipertermia
TD : Bisa hipotensia
d. Kepala : Mesochepal
e. Mata : Conjungtiva anemis
f. Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
g. Dada : Gerakan pernafasan berkurang
h. Pulmo (paru-paru )
1) Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas
tampak penggunaan otot bantu nafas
2) Palpasi : Vokal Fremitus menurun
3) Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
4) Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian
yang terkena
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas
a. Definisi : Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar-kapiler.
b. Batasan Karakteristik
pH darah arteri abnormal
Pernapasan abnormal (misalnya : kecepatan, irama, kedalaman)
Warna kulit abnormal (misalnya : pucat, kehitaman)
Konfusi
Sianosis (pada neonatus saja)
Penurunan karbondioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardi
Gangguan penglihatan
c. Faktor-faktor yang berhubungan :
Perubahan membran alveolar-kapiler
Ventilasi-perfusi
2. Rencanakan jadwal
antara aktifitas dan
istirahat.
4. Minimalkan anxietas
dan stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
5. Kolaborasi dengan
medis untuk pemberian
terapi, sesuai indikasi
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan diagnosa pasien dan rencana kegiatan
yang telah di buat sebelumnya berdasarkan buku NANDA NIC NOC. Tindakan ini
dipilih sesuai dengan intervensi dan keadaan pasien. Sebagai tenaga kesehatan kita harus
pintar memilih isi dari intervensi tersebut sehingga kita dapat meneruskannya dalam
tindakan keperawatan.
K. EVALUASI KEPERAWATAN
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan
keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang
diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil
pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu : pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, nutrisi seimbang, nyeri
berkurang, terjadi, aktivitas meningkat, dan pasien memahami kondisi penyakitnya.
L. REFERENSI
Carpenito-Moyet, Linda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta:EGC
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC