Peranan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak
Peranan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak
SKRIPSI
FUTICHA TURISQOH
NIM : 05. 01.0296
Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota Merangkap Anggota
Penguji I Penguji II
PERSETUJUAN
Oleh
Futicha Turisqoh
NIM : 05.01.0296
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
NOTA DINAS
Kepada Yth.
Ketua Jurusan Tarbiyah
STAI Cirebon
Di Cirebon
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Orangtua Tehadap
Akhlak Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam” serta seluruh isinya adalah benar-benar
karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau kutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan saya ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian skripsi saya
ini.
Futicha Turisqoh
NIM: 05.01.0296
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Gumayun Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tanggal 28
Februari 1974 dengan nama Futicha Turisqoh. Penulis adalah anak pertama dari pasangan
Bapak Abdul Mu’id dan Ibu Nur ‘Aini. Beralamat di Jalan Abimanyu RT 07 RW 03 No. 31
Desa Gumayun Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal 52451.
Pendidikan:
1. SDN Gumayun 01 Kecamatan Dukuhwaru tahun 1986
2. SMPN 01 Slawi tahun 1989
3. SMAN 01 Slawi tahun 1992
4. STAIC Program D2 PGTK/RA tahun 2007
5. Tahun 2007 melanjutkan ke STAIC Jurusan Tarbiyah Program S1 Pendidikan Agama Isalam
6. Menyelesaikan Program Strata I (S1) pada Jurusan Tarbiyah STAI Cirebon tahun 2009
dengan judul skripsi “Peranan Orangtua Terhadap Akhlak Anak dalam Perspektif Pendidikan
Islam”.
IKHTISAR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah
memberikan taufik, hidayah dan pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Mukhlisin Muzarie, M. Ag., Ketua STA1 Cirebon
2. Dra. Hj. Popon Kuraisin, MA, Ketua Program Studi PA1 STAI Cirebon.
3. Drs. H. Effendi S. Umar,.M. Ag, Dosen Pembimbing I
4. Dra. Hj. Poppon Kuraisin, MA., Dosen Pembimbing II.
5. Drs. H. Ismail, M. Pd, Korwil Tegal yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis dalam membantu pembuatan skripsi ini.
6. Keluarga dan rekan kerja serta pihak-pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah diperbuat Bapak / Ibu /
saudara / i. Amiin.
Kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih terhadap
perkembangan dan kemajuan civitas akademika STAI Cirebon dan bermanfaat bagi penulis
khususnya serta pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
PENGESAHAN………………………………………………………… ii
PERSETUJUAN……………………………………………………….. iii
NOTA DINAS…………………………………………………………. iv
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI………………………………. v
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………. vi
IKHTISAR…………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Perumusan Masalah………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 4
D. Kerangka Pemikiran………………………………………… 4
E. Langkah-Langkah Penelitian………………………………. 8
BAB II PERANAN ORANGTUA DALAM PENDIDIKAN AKHLAK
ANAK……………………………………………………… 9
A. Pengertian Orangtua……………………………………….. 9
B. Pengertian Anak…………………………………………… 10
C. Pendidikan Akhlak………………………………………… 12
D. Peran Orangtua……………………………………………. 18
BAB III PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM…………………… 24
A. Pengertian Perspektif……………………………………… 24
B. Perspektif Pendidikan Islam tentang Akhlak Anak………. ... 26
C. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam……………………….. 29
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN AKHLAK
ANAK………………………………………….. 38
Mencermati Pengaruh Lingkungan……………………….. 38
A. Kondisi Lingkungan Keluarga……………………….. 39
B. Kondisi Lingkungan Sekolah…………………………. 41
C. Kondisi Lingkungan Masyarakat…………………….. 42
BAB V PENUTUP………………………………………………… 51
A. Kesimpulan ……………………………………………...............51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 53
BAB I
PENDAHULUAN
B.Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini dibagi ke dalam tiga bagian :
1. Identifikasi Penelitian
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah psikologi pendidikan anak.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kepustakaan, yaitu tentang peranan
orang tua terhadap akhlak anak dalam perspektif pendidikan Islam.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah ketidakjelasan tentang peran orng tua dalam
mendidik anak, yaitu bagaimana usaha orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-
anaknya agar berkepribadian, baik bagi dirinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dibahas, maka penulis memberikan
batasan masalah. Penulis memfokuskan masalahnya dengan menitikberatkan orang tua dalam
mendidik anak. Pembentukan kepribadian anak dalam suatu keluarga dimulai dari masa
kanak-kanak sampai menginjak dewasa, karena pada usia dini anak mulai tertarik untuk
melakukan dan meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua memiliki
tanggung jawab terhadap pendidikan akhlak anak menurut perspektif pendidikan Islam.
3. Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana peranan orang tua dalam pendidikan akhlak terhadap anak?
b. Bagaimana perspektif pendidikan Islam tentang akhlak anak?
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak anak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh titik terang mengenai pendidikan
Islam dalam keluarga dalam perkembangan anak. Perumusan masalah di atas bertujuan untuk
memperoleh mengetahui tentang :
1. Peranan orang tua dalam pendidikan akhlak terhadap anak
2. Perspektif pendidikan Islam tentang akhlak anak
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak anak
D. Kerangka Pemikiran
Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan, disebutkan bahwa “Pendidikan ialah bantuan
yang diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya
untuk mencapai tingkat dewasa”. Di sini yang menonjolkan adalah pemberian bantuan secara
sengaja atau secara sadar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut dapat mencapai
tingkat kedewasaan.
Jika pendidikan itu ditinjau dari sudut hakekatnya, maka dapat dikatakan bahwa:
“Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan
mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk
pendidikan formil dan nonformil”.
Menurut Drs. Abu Ahmadi dalam bukunya Sejarah Pendidikan, disebutkan bahwa
“Pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai nilai paedagogis bagi
anak”.
Sedangkan menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dnegan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaannya”.
Pendidikan pada intinya mendidik anak dengan sebaik-baiknya,mungkin menuju
perbaikan sikap kedewasaan baik jasmani maupun ruhaninya yang berjalan seumur hidup.
Peranan orang tua terhadap putri-putrinya merupakan pendidikan daar yang tidak
dapat diabaikan sama sekali, karena orang tualah yang selalu di sampingnya sejak anak
dilahirkan, terutama ibunya yang memberi makan dan minum, memelihara serta bercampur
gaul dengan anaknya. Hal itu tercantum dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yang
berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu : penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, 2004 : 561)
Dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam mendidik anak-anaknya adalah sumber
pemberi kasih sayang, pengasih dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, mengatur
kehidupan rumah tangga.
Pendidikan dalam keluarga merupakan tahap awal dalam upaya pembentukan
kepribadian tersebut, karena lingkungan pertama bagi anak adalah keluarga dan dikeluargalah
anak mendapat bimbingan dan pembinaan dari segala macam fungsi jiwanya, sehingga orang
tua sebagai pondasi bagi anak-anaknya dalam menjalankan hidup dan kehidupannya sehari-
hari, sehingga diharapkan terbentuk sikap mental anak yang sesuai dengan tuntunan syariat
Islam.
Sebagaimana hadist Rasulullah :
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah SAW bersabda: setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci bersih, kedua orang tuanyalah yang membuatnya
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (H.R. Bukhari Muslim). (Imam Az-Zabidi, 2002).
Menurut Ahmad Tafsir (1992 : 155) : “Tujuan pendidikan dalam keluarga adalah agar
anak berkembang secara maksimal yaitu meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu
jasmani, akal, dan ruhani”.
Tujuan ini adalah membantu lembaga pendidikan formal atau lembaga khusus dalam
mengungkapkan pribadi anak. Dalam mencapai tujuan ini yang bertindak sebagai pendidik
dalam pendidikan di keluarga adalah ayah dan ibu serta semua orang yang merasa
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
Oleh karenanya dalam pendidikan Islam, orang tua dituntut untuk melaksanakan
kebiasaan sebagai pola kehidupannya dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini sangat penting
bagi pembentukan kepribadiannya, akhlak dan agama bagi anak karena kebiasaan keagamaan
orang tua akan memasukan unsur perbuatan positif dalam pembentukan kepribadian yang
sedang tumbuh dan berkembang itu.
Adapun kebijakan Islam yang sangat mendukung pembentukan pribadi anak adalah
Islam mengajarkan agar potensi fisik intelektual dan mental seorang anak ditumbuh
kembangkan dengan baik, sehingga kelak ia dapat menimba ilmu pengetahuan, memiliki
moral dan keterampilan dengan sempurna.
Demikian pula dalam pemikiran Islam, bahwa perhatian dan tanggung jawab orang
tua tida hanya memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi lebih spesifiknya pendidikan Islam
memandang bahwa pemenuhan ruhaniah lebih diutamakan dan ini diwali dengan peranan
orang tua dalam mendidik anak melalui bimbingan kesuritauladanan dan pendidikan.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Data Sekunder
Data yang akan dihimpun dalam skripsi ini adalah sumber-sumber tertulis yang menerankan
tentang peranan orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga menurut Islam.
Secara garis besar yaitu data primer dan data sekunder.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kepustakaan.
3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data teoritik.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penentuan teknik pengumpulan data, penulis mengambil sumber-sumber dari studi pustaka
dengan cara menelaah bacaan dari buku-buku sebagai literatur yang mendukung dengan
penelitian skripsi ini sebagai landasan teoritik.
5. Teknik Analisis Data
a. Metode Induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa konkrit, kemudian
peristiwa dan fakta konkrit itu ditarik generalisasi yang sifatnya umum.
b. Teknik Dedukatif, yaitu berangkat dari suatu pengetahuan yang umum dan bertitik tolak dari
pengetahuan yang umum itu kita tarik menjadi suatu kejadian yang sifatnya khusus.
BAB II
PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
B. Pengertian Anak
Dalam agama Islam definisi “anak” sangat jelas batasannya. Yakni manusia yang
belum mencapai akil baligh (dewasa). Laki-laki disebut dewasa ditandai dengan mimpi
basah, sedangkan perempuan dengan menstruasi. Jika tanda-tanda puber tersebut sudah
tampak, berapapun usianya maka ia tidak bisa lagi dikategorikan “anak-anak” yang bebas
dari pembebanan kewajiban.
Justru sejak itulah anak-anak memulai kehidupannya sebagai pribadi yang memikul
tanggung jawab. Termasuk ketika ia telah matang dan memilih untuk menyalurkan kebutuhan
biologisnya dengan pernikahan, maka hal itu tidak boleh dilarang.
Namun menurut TEMPO Interaktif, Jakarta : Masalah pembatasan usia dalam
pendefinisian “anak” hingga kini belum juga terselesaikan. Selama ini, setiap instansi
memiliki definisi batas usia anak yang berbeda, tergantung kepentingan masing-masing.
Khofifah Indar Parawangsa mencontohkan bahwa Departemen Tenaga Kerja
menetapkan batasan usia anak-anak di bawah usia 15 tahun.Sedangkan Departemen Agama,
sesuai dengan UU Perkawinan yang menyatakan bahwa usia layak untuk menikah adalah 17
tahun, membatasi usia anak hingga 16 tahun.Sementara Departemen Kehakiman sendiri
memberikan dua macam batasan usia anak. Di bawah 18 tahun untuk kasus-kasus pidana dan
di bawah 21 tahun untuk kasus-kasus perdata. Di sisi lain Departemen Dalam Negeri
membatasi usia anak di bawah 17 tahun. Sebab, pada usia 17, seseorang bisa memperoleh
KTP.
Sementara batasan umur untuk seorang anak menurut Ilmu Psikologis adalah terdiri
dari :
- bayi usia 0-2 tahun
- batita usia 3 tahun
- balita usia 4-5 tahun
- anak kecil usia 6-12 tahun
- remaja 13-16 tahun
- remaja dewasa (pemuda/i) usia 17-21 tahun
- orang dewasa usia 22 tahun ke atas atau ketika dia telah menikah walaupun belum berusia 22
tahun.
Tetapi jika maksudnya “seorang anak”, maka batasannya adalah ketika dia
berhadapan dengan orang tuanya dia tetap disebut “seorang anak”.
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa
nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU no.20
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah
sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998
memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin)
hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan
psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya.
Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia
dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan sudah lengkap.
C. Pendidikan Akhlak
Menurut bahasa “akhlak” artinya tindak-tanduk atau kebiasaan-kebiasaan. Sedangkan
menurut istilah “akhlak” adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seseorang manusia yang
dapat melahirkan sesuatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan spontan tanpa pikiran
(Imam Al-Ghazali)
Artinya : “Sesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan
seseorang dengan mudah”.
Persamaan dan perbedaan akhlak, etika, dan budi pekerti. Menurut bahasa “akhlak”
sama dengan adab, sopan-santun, tata krama, budi pekerti dan etika.
“Akhlak” secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata “khuluk”, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah
laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
“Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya”. (HR
Tirmidzi dan Ahmad).
Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak. Selain
masalah tauhid dan syari’at, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.
Secara etimologi akhlak terambil dari akar kata khuluk yang berarti tabiat, muru’ah,
kebiasaan, fitrah atau naluri.
Sedangkan secara syar’I, seperti diungkapkan Imam Al-Ghazali, akhlak adalah
sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang
darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.
Metode Pembinaan Anak dalam Perspektif Islam :
Minimal ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam, metode
yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :
1. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai
kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontohdan diteladani adalah Rasulullah SAW,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 :
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik
bagimu…..” (Departemen Agama, 1980 : 670)
Rasulullah adalah orang pertama yang menjadi panutan bagi umat Islam untuk
diteladani akhlak eliau. Ini menggambarkan bahwa dalam suatu keluarga yang dijadikan
panutan bagi anaknya adalah orang tua.
BAB III
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Perspektif
Kata “Perspektif” berasal dari bahasa Itali “Prospettiva” yang berarti “gambar
pemandangan”.
Perspektif adalah suatu sistem matematikal untuk memproyeksikan bidang tiga
dimensional ke dalam bidang dua dimensional, seperti kertas atau kanvas.
Konstruksi perspektif adalah sebuah dasar pendidikan seni dan besar artinya untuk
lingkup penggunaan yang sangat luas seperti arsitek, orang-orang teknik mesin, dan para
desainer.
Menurut Leonardo da Vinci, Perspektif adalah sesuatu yang alami yang menampilkan
yang datar menjadi relief dan yang relief menjadi datar.
Kata “perspektif” juga berasal dari bahasa Latin “perspicere” yang berarti “melihat
tembus”. Menggambar perspektif adalah menggambar suatu benda sesuai dengan pandangan
mata bila menjauh semakin kecil dan hilang dari pandangan mata.
Cara menggambar perspektif sendiri mengingatkan pada manusia yang melakukannya
pada hakikat tujuan hidup di dunia ini, sebagai manusia yang pada akhirnya akan mendekati
sebuah titik hilang yang dapat juga kita sebut “titik misterius”. Dari segi kemampuan
kekuatan membuat seseorang yang memahami gambar perspektif semakin sadar akan
keterbatasan dirinya dan betapa besar kekuasaan Allah SWT, bahwa manusia itu mempunyai
kekuatan yang terbatas, sesuai firman Allah yang artinya : “Sesungguhnya segala daya upaya
kekuatan itu asalnya dari Allah SWT”.
Perspektif adalah sudut pandang, sudut pandang dalam melihat, menilai sesuatu.
Impactnya, tentu saja perspektif itu sangat tergantung oleh “siapa” yang melakukannya.
Tentu saja akan cenderung subyektif.
Dan sepertinya dalam hidup kita tidak bisa dipisahkan dari perspektif. Perspektif
tentang hidup, tentang diri sendiri, tentang orang lain. Perspektif individu ini lalu mengalami
generalisasi ketika sekelompok orang memiliki pandangan yang sama. Perspektiflah yang
mendasari opini. Dan opini punya pengaruh besar membentuk mindset, pola pikir. Dan
ujung-ujungnya mampu membentuk jati diri. Entah itu pribadi, sekelompok orang, bahkan
sampai ke level yang lebih besar.
Perspektif hampir sama dengan paradigma, tapi sebenarnya berbeda. Perspektif adalah
cara pandang untuk melihat sesuatu obyek. Sedangkan paradigm adalah suatu spirit dari
prinsip-prinsip yang dianut dalam suatu system. Dalam konteks kekinian, paradigma sangat
memungkinkan untuk diperspektifkan, tergantung cara pandang dan kedalaman informasi
yang dimiliki. Namun demikian, suatu paradigma yang diyakini baik belum tentu akan
diperspektifkan baik juga. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah upaya konsisten untuk
melakukan interaksi dan komunikasi yang logis, sehingga perbedaan perspektif tersebut
mencair.
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
3. Jalanan
Jalanan tempat bermain dan lalu lalang anak-anak , terdapat banyak manusia dengan
berbagai macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan. Dengan beragam
latar belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak, karena anak belum
memiliki filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk.
Di sela-sela bermain, anak-anak akan mengambil dan meniru perangai serta tingkah
laku temannya atau orang yang sedang lewat, sehingga terkadang mampu merubah pemikiran
lurus menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan rusak, misalnya pemabuk dan
pecandu narkoba, maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di tengah pergaulan anak-
anak dan remaja.
b. Internet
Dari hari ke hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban Barat dan fitrah
manusia. Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan pendengarannya dengan baik, pasti
ia akan menyaksikan, betapa budaya Barat telah merobek dan mencabik-cabik nilai
kemanusiaan, seperti dalam hal internet. Media ini telah menyumbangkan dampak negatif,
sebab bahaya yang ditimbulkan dari internet cukup banyak jika tidak hati-hati dalam
membuka situs internet, terutama bagi anak yang suka ingin tahu hal-hal yang dianggap tabu.
Bahkan media ini sudah mengesampingkan nilai kemuliaan dan kesucian dalam kamus
kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu situs khusus yang menampilkan berbagai gambar
porno, sehingga dapat menjerat setiap pemuda dengan berbagai macam perbuatan keji dan
kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah kehancuran, inilah perang pemikiran yang paling
dahsyat dan berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan
generasi muslim. Banyak Negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan
mengalami berbagai kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini.
Wahai para pendidik,terutama orang tua, jagalah anak-anakmu dari bahaya racun
media tersebut. Jangan sampai hanya karena tidak ingin anak kita ketinggalan zaman,
membuat orang tua lupa akan rambu-rambu yang ada dalam mendidik anak.
c. Telepon
Manfaat Telepon pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan bahkan telepon
telah mampu menjadikan waktu semakin efektif, informasi semakin cepat dan berbagai
macam usaha ataupun pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat.
Dalam beberapa detik saja, anda mampu menjangkau seluruh belahan dunia. Namun sangat
disayangkan, ternyata kenikmatan tersebut berubah menjadi petaka dan bencana yang
menghancurkan sebagian rumah tangga umat Islam.
Telepon jika tidak digunakan sesuai dengan manfaatnya, maka tidak jarang justru
akan menimbulkan bencana yang besar bagi keluarga muslim. Seringkali kejahatan menimpa
keluarga muslim berawal dari telepon, baik berupa penipuan, pembunuhan, maupun
perzinaan. Dan yang sering terjadi, baik pada remaja maupun orang dewasa, yaitu hubungan
yang diharamkan bermula dari telepon. Karena dengan telepon , kapan saja terjalin dengan
mudah, apalagi sekarang, alat ini semakin canggih dan biayanyapun semakin murah.
Ada sebuah kisah nyata,seorang gadis belia menyerahkan kehormatannya kepada
seorang laki-laki yang haram untuknya karena telepon. Awalnya, dari saling berbicara
kemudian mengikat janji untuk bertemu, dan akhirnya perbuatan keji terjadi.
Akhirnya, siapakah yang menanggung derita? Banyak juga terjadi, seorang ibu rumah
tangga atau kepala rumah tangga berselingkuh berawal dari telepon.
Oleh karena itu, kita harus waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan pesawat ini. Gunakan
telepon dengan semestinya. Hindari penggunanaan yang tidak penting , di samping
menghemat biaya juga terhindar dari bahaya. Dan yang perlu diwaspadai, telepon dengan
lawan jenis, baik seorang murid dengan gurunya, atau tolib dengan ustadnya, apalagi di
antara para remaja putra maupun putri, karena setan tidak membiarkan kalian selamat dari
jeratannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan orang tua dalam pendidikan akhlak terhadap anak adalah dengan cara memberikan
contoh peneladanan, arahan serta perintah berakhlak yang baik dengan memberikan contoh
bagaimana bertutur kata, bersikap sehingga anak dapat lebih menguasai hawa nafsunya serta
dapat mengendalikan diri sendiri dari sifat egois. Selain itu juga memberikan pemahaman
tentang fungsi dan manfaat dari berakhlak baik tersebut.
2. Perspektif pendidikan Islam tentang akhlak anak didasarkan pada sabda Rasulullah SAW
yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Dan pendidikan orang
tua-lah yang menentukan akhlak anak selanjutnya, baik atau buruk. Dalam Islam akhlak itu
bentuknya ditujukan kepada Allah SWT, manusia dan makhluk-makhluk lain. Dan tujuan
tertinggi akhlak anak dalam Islam adalah menciptakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak anak adalah :
a. Kondisi lingkungan keluarga, di mana peran orang tua-lah yang lebih dominan dalam
memberi pengaruh kepada anak-anaknya.
b. Kondisi lingkungan sekolah, di mana peran guru sebagai orang tua kedua bagi anak sangat
menentukan perkembangan pendidikan akhlak anak.
c. Kondisi lingkungan masyarakat yang meliputi : teman dan sahabat, pembantu dan tetangga,
jalanan, media elektronik dan cetak, juga sangat berpengaruh bagi pendidikan akhlak anak.
Dan karena faktor lingkungan dari luar rumah-lah yang sering menjadi alasan kegagalan
orang tua dalam mendidik akhlak anak.
DAFTAR PUSTAKA