Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS RASIO KEUANGAN BMT RIZQONA IKABU TAMBAKBERAS JOMBANG

PERIODE 2015-2016

1. Pengertian Rasio Keuangan


Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu lembaga keuangan mikro syari’ah secara
periodik.Laporan keuangan sekaligus menggambarkan kinerja perusahaan selama periode
tersebut.Agar laporan ini dapat dibaca sehingga menjadi berarti, maka perlu dilakukan analisis
terlebih dahulu.Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan
sesuai dengan standar yang berlaku. Analisis rasio keuangan merupakan cara penilaian
pelaksanaan kegiatan perusahaan, keuntungannya, struktur modalnya, dan lain-lain
dengan menggunakan tolak ukur yang merupakan perbandingan antara angka-angka dalam
neraca dan daftar rugi laba.

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

a) Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendek
b) Rasio aktifitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menggunakan asetnya
dengan efisien
c) Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan untuk memenuhi total kewajiban
jangka panjangnya
d) Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
profitabilitas

Dengan adanya pembatasan pada rasio keuangan yang berhubungan dengan manajemen
dana, maka kami menyajikan kajian tentang 3 rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas.
a. Likuiditas

Likuid mempunyai dua pengertian. Pengertian likuid yang pertama merupakan posisi aktiva
yang memiliki cukup kas atau harta yang mudah dicairkan menjadi kas untuk memenuhi
keperluan pengeluaran. Pengertian yang kedua merupakan posisi aktiva yang dengan cepat dapat
diubah menjadi kas tanpa kerugian yang berarti.
Likuiditas bank dipandang daridua sisi pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan
BMT harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur
dana untuk memperoleh profit yang maksimal. Pada sisi pasiva BMT harus mampu memenuhi
kewajibanya kepada nasabah pada waktu akan mengambil uangnya. Pada sisi aktiva BMT harus
menyanggupi
pencairan kredit yang telah dijanjikan.
Bank dapat dikatakan likuid apabila memenuhi kategori sebagai berikut:
1. Memegang alat likuid, cash assets, yang terdiri dari utang kas, rekening pada bank sentral
dan rekening pada bank-bank lainnya sama dengan jumlah likuiditas yang diperkirakan.
2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank tersebut memiliki surat
berharga berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa
mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui penciptaan hutang,
misalnya penggunaan fasilitas diskonto, atau dengan call money.
Sedangkan yang dimaksud dengan rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan
untuk mengetahui kemampuan BMT dalam memenuhi utang jangka pendeknya (termasuk
bagian dari utang jangka pendek yang jatuh temponya dalam waktu sampai dengan satu
tahun) dari aktiva lancar. Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas adalah:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bank itu sendiri. faktor ini terjadi
karena pergantian pimpinan, jangka waktu kredit, organisasi dan pembelian aktiva tetap yang
berkaitan dengan manajemen penghimpun dan pengelolaan dana.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar bank sedikit banyak mempengaruhi
berhasil tidaknya suatu bankmengendalikan posisi likuiditas yang dimilikinya. Yang termasuk
faktor eksternal antara lain peraturan dibidang ekonomi, perubahan musim, kebiasaan
masyarakat dll.
Analisis rasio lembaga keuangan syari’ah dilakukan dengan menganalisis posisi neraca dan
laba rugi. Begitu juga pengukuran atau analisis dari rasio likuiditas. Untuk mengukur rasio
likuiditas terdapat beberapa jenis rasio yang masing-masing memiliki maksud dan tujuan.
Adapun jenis rasio yang digunakan di BMT adalah sebagai berikut:
1) Analisis likuiditas
Fred Weston dikutip dari Kasmir (2008:129): menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity
ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Dalam rasio-rasio likuiditas, analisa dapat dilakukan dengan
menggunakan rasio sebagai berikut:
a) CAR (Cash Ratio)
Merupakan alat likuid dan simpanan pihak ketiga yang segera haru dibayar, semakin tinggi

rasio berati semakin baik likuiditas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Rasio ini digunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah/ deposan pada saat

ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimilikinya. Adapun rumus untuk mencari cash ratio adalah

sebagai berikut:

ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
CAR = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 x 100 %

b) Loan Deposit Ratio(LDR)


Merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin tinggi LDR
semakin rendah tingkat likuiditas perusahaan. Adapun rumus untuk mencari LDR adalah sebagai
berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐿𝐷𝑅 = 𝑥 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾
2) Analisis Solvabilitas
Solvabilitas adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Dalam memenuhi jangka panjangnya BMT menggunakan
beberapa rasio antara lain:
a) DER (Debt to Equity Ratio)
merupakan kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang jangka
panjang. Rumus untuk mencari DER adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
3) Profitabilitas
Profit (laba) merupakan kelebihan pendapatan dibandingkan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Adapun rasio profitabilitas yang digunakan
di BMT adalah sebagai berikut:

a) ROA (Return on Asset)


Adalah untuk mengukur kemampuan asset perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Semakin tinggi ROA semakin baik produktifitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
ROA digunakan untuk menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROA = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100 %

b) ROE (Return on Equity)


Merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor
untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih dikaitkan dengan pembayaran
dividen. Semakin tinggi ROE semakin baik produktivitas modal sendiri dalam memperoleh laba.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100 %
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
3. Analisis rasio keuangan BMT Rizqona periode 2015-2016
1) Laporan Neraca

KSPPS BMT RIZQONA IKABU TAMBAKBERAS


Neraca
Periode : 31 Des 2015 Dan 31 Des 2016

Rekening Keterangan Des. Tahun 2015 Des. Tahun 2016


AKTIVA
1.1 KAS 97,104,558 68,510,900
1.12 ANTAR BANK AKTIVA SYARIAH 350,008,956 441,168,301
1.125 ANTAR BANK AKTIVA KONVENSIONAL 1,465,093 0
1.13 PINJAMAN YANG DIBERIKAN 738,326,824 1,686,261,997
1.14 PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF 0 0
1.15 AKTIVA TETAP & INVENTARIS 32,638,895 42,038,895
1.16 ANTAR KANTOR AKTIVA 0 0
1.18 RUPA-RUPA AKTIVA 158,308,442 140,679,942
1X TOTAL AKTIVA 1,377,852,768 2,378,660,035

1Y PASIVA
2.1 SIMPANAN 1,243,697,326 1,747,361,190
2.15 SUKARELA BERJANGKA 33,000,000 429,000,000
2.2 KEWAJIBAN LAINNYA 35,039 35,139
2.25 CADANGAN 0 0
2.3 ANTAR KANTOR PASIVA 0 0
2.4 RUPA-RUPA PASIVA 420,000 420,000
3.1 MODAL 9,285,533 31,388,199
3.2 TAMBAHAN MODAL DISETOR 93,000,000 103,620,000
3.3 CADANGAN 0 0
3.501 Laba Rugi Tahun Lalu 0 0
3.502 Laba Rugi Tahun Berjalan -1,585,130 66,835,507
XX TOTAL PASIVA 1,377,852,768 2,378,660,035
2) Laporan laba rugi

KSPPS BMT RIZQONA IKABU TAMBAKBERAS


Laporan Laba / Rugi Harian
Periode : 31 Des 2015 Dan 31 Des 2016

Rekening Keterangan 31-Dec-15 31-Dec-16


4.1 Pendapatan Operasional 184,260,911 426,994,471
4.100.11 Pendapatan Bahas Pembiayaan 127,130,001 344,287,412
4.100.13 Pendapatan Administrasi Pembiayaan 52,802,500 75,693,500
4.100.14 Pendapatan Denda 532,575 981,608
4.100.15 Pendapatan Materai 1,568,500 2,714,500
4.100.50 Pendapatan Administrasi Tabungan 88,000 116,000
4.100.51 Pendapatan Buku Tabungan 64,335 64,335
4.100.53 Pendapatan Biaya Transfer Tabungan 0 47,000
4.100.55 Pendapatan Ganti Buku Tabungan 0 5,000
4.100.90 Pendapatan Lainnya 2,075,000 3,085,116
4.2 Pendapatan Operasional Lainnya 3,585,340 10,029,674
4.200.10 Pendapatan Bahas Bank Lain 3,585,340 10,029,674
Jumlah Pendapatan Operasional 187,846,251 437,024,144

Biaya Operasional
5.1 Biaya Bahas Kepada Pemilik Dana 12,057,410 35,593,001
5.100.11 Bahas Tabungan Sukarela 11,235,427 24,154,997
5.100.14 BahasTabungan Dana Pensiun 169,327 448,239
5.100.16 Bahas Tabungan Idul Fitri 7,145 189,254
5.100.25 Biaya SHU 0 2,505,000
5.100.50 SUKARELA BERJANGKA 645,511 8,295,511
5.18 Biaya Operasional 146,688,730 296,662,669
5.180.01 Biaya Rapat Pengurus 1,210,000 2,410,000
5.180.02 Biaya Rapat Anggota 3,697,000 9,809,300
5.180.03 Biaya Tenaga Kerja 115,717,300 227,272,300
5.180.07 Promosi 300,000 3,870,000
5.180.09 Pemeliharaan dan perbaikan Inventaris 674,000 1,234,000
5.180.10 Materai 1,060,500 1,810,500
5.180.11 Biaya Administrasi Bank lain 0 203,124
5.180.90 Biaya Operasional Lainnya 24,029,930 50,053,445
5.19 Biaya Barang dan Jasa 30,685,241 57,932,968
5.190.01 Alat Tulis Kantor 7,050,800 12,052,900
5.190.02 Telepon 982,100 4,015,434
5.190.03 Listrik 4,104,761 11,767,704
5.190.04 Transportasi 2,845,000 7,145,000
5.190.05 Foto Copy 836,575 1,551,775
5.190.06 Konsumsi 4,214,400 9,983,550
5.190.07 Koran/ Majalah 415,000 640,000
5.190.08 Fee Legal 0 540,000
5.190.12 Penyusutan Inventaris 4,373,402 4,373,402
5.190.14 Penyusutan Software Komputer 1,166,662 1,166,662
5.190.15 Akumulasi Peny Beban Ditangguhkan 4,696,541 4,696,541
Jumlah Biaya Operasional 189,431,381 390,188,638
Laba / Rugi Operasional -1,585,130 46,835,507
4.4 Pendapatan Non Operasional 0 0
Jumlah Pendapatan Non Operasional 0 0
5.4 Biaya Non Operasional 0 0
Jumlah Biaya Non Operasional 0 0
Laba / Rugi Non Operasional 0 0
Laba / Rugi Tahun Berjalan -1,585,130 46,835,507
Laba / Rugi Setelah Pajak -1,585,130 46,835,507

1. Analisis likuiditas

a) CAR (Cash Ratio)

𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
CAR = 𝑘𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 x 100 %
𝑅𝑝. 1.377.852.768,−
CAR = 𝑅𝑝. x 100 % = 1,11 (2015)
1.243.697.326,−

𝑅𝑝. 2.378.660.035,−
CAR = 𝑅𝑝. x 100 % = 1,36 (2016)
1.747.361.190,−
Artinya :
Pada tahun 2015, setiap Rp. 1,- rupiah hutang lancar di jamin oleh Rp. 1,11 aktiva lancar.
Tidak ada standar khusus berapa besarnya cash rasio yang paling baik, namun semakin tinggi
rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang lembaga keuangan kepada kreditur. Sedangkan
pada tahun 2016, terjadi peningkatan yaitu setiap Rp. 1,- di jamin oleh Rp. 1,36,-. Dengan begitu
maka dapat di simpulkan bahwa lembaga keuangan mengalami perkembangan baik pada cash
rasionya.

b) Loan Deposit Ratio(LDR)


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐿𝐷𝑅 = 𝑥 100 %
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾

𝑅𝑝. 738.326.824,−
𝐿𝐷𝑅 = 𝑥 100 % = 0,58 (2015)
𝑅𝑝. 1.276.732.365,−

𝑅𝑝. 1.686.261.997,−
𝐿𝐷𝑅 = 𝑥 100 % = 0,77 (2016)
𝑅𝑝. 2.176.396.329,−
Artinya :
Pada tahun 2015, setiap Rp. 1,- rupiah kredit yang diberikan di jamin oleh Rp. 0,58 dana
pihak ketiga dan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2016, terjadi peningkatan yaitu setiap
kredit Rp. 1,- di jamin oleh Rp. 0,77,- dana pihak ketiga dan modal sendiri.

2. Analisis Solvabilitas
a) DER (Debt to Equity Ratio)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

𝑅𝑝. 1.276.732.365,−
𝐷𝐸𝑅 = 𝑥 100 % = 12,48 (2015)
𝑅𝑝. 102.285.533,−

𝑅𝑝. 2.176.396.329,−
𝐷𝐸𝑅 = 𝑥 100 % = 16,12 (2016)
𝑅𝑝. 135.008.199,−
Artinya :
Pada tahun 2015, Rasio sebesar 12,48 menunjukkan bahwa modal sendiri sebesar 12,48
% yang di miliki lembaga keuangan dapat melunasi hutang lembaga keuangan. Sedangkan pada
tahun 2016 rasio meningkat menjadi 16,12. Yaitu modal sendiri sebesar 16,12% yang di miliki
lembaga keuangan dapat melunasi hutangnya.

3. Analisis Profitabilitas

a) ROA (Return on Asset)


𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROA = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100 %
(𝑅𝑝. 1.585.130,−)
ROA = 𝑅𝑝. x 100 % = 0,00 (2015)
1.377.852.768,−

𝑅𝑝. 46.835.507,−
ROA = 𝑅𝑝. x 100 % = 0,02 (2016)
2. 378.660.035,−

Artinya:
pada tahun 2015, hasilnya adalah 0. Berarti lembaga keuangan tidak menghasilkan laba
atau justru mengalami kerugian. Sedangkan pada tahun 2016, rasio sebesar 0,02% menunjukkan
bahwa laba usaha yang diperoleh adalah sebesar 0,02% dari total aktiva. Semakin tinggi rasio
yang diperoleh, semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba.

b) ROE (Return on Equity)


𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐸 = 𝑥 100 %
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

(𝑅𝑝. 1.585.130,−)
ROE = 𝑅𝑝. x 100 % = 0,02 (2015)
102.285.533,−
𝑅𝑝. 46.835.507,−
ROE = 𝑅𝑝. x 100 % = 0,35 (2016)
135.008.199,−

Artinya :
Pada tahun 2015 Rasio sebesar 0,02% menunjukkan bahwa tingkat return (penghasilan)
yang diperoleh pemilik lembaga keuangan atas modal yang di investasikan adalah sebesar
0,02%. Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 0,35% hal ini baik bagi
lembaga keuangan, karena Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik
kedudukan pemilik laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai