Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rambut merupakan mahkota bagi manusia juga merupakan pelengkap kulit

yang terdapat hampir diseluruh permukaan tubuh. Bagian rambut yang keluar dari

kulit dinamakan batang rambut. Batang rambut tidak mempunyai saraf perasa

sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas. Saraf perasa hanya ada pada daerah folikel

rambut yang merupakan tempat tumbuhnya rambut. Wujud rambut diberbagai tempat

berbeda, namun mempunyai kesamaan dalam hal susunannya. Perbedaan-perbedaan

itu hanya terletak pada cara tumbuh tebal, dan kedalaman akar rambut (Syaifuddin,

2009).

Rambut berfungsi sesuai dengan letaknya, rambut dikulit kepala misalnya,

untuk melindungi kulit kepala dari sinar matahari. Rambut yang tumbuh kuat dan

bercahaya adalah cermin dari tubuh yang indah dan bercahaya tentunya memerlukan

pasokan vitamin, mineral dan gizi lainnya yang memandai selain itu perawatan

rambut dari luar diperlukan (Barigina dan Ideawati, 2001).

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin pada korteks rambut. Bahan

asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit

adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli

dapat memiliki bermacam-macam warna (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Urutan pigmen yang menentukan warna rambut dari yang paling terang sampai yang

paling gelap adalah pirang, merah, coklat muda, coklat tua dan hitam. Rambut pirang

mengandung campuran pigmen warna merah dan warna kuning.

1
Rambut coklat muda mengandung pigmen-pigmen warna merah, coklat dan

hitam. Rambut coklat tua mengandung lebih banyak pigmen warna hitam dari pada

rambut coklat muda. Rambut hitam hanya mengandung pigmen warna hitam

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih, hal ini

disebabkan hilangnya pigmen dengan menurunnya fungsi melanosit, tetapi terkadang

karena disebabkan sakit juga dapat merubah warna rambut menjadi putih dan ini

sering kurang disukai keberadaannya (Tranggono dan latifah, 2007).

Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat

rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut yaitu mengecat rambut putih

(uban) agar tetap nampak hitam. Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang

digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk

mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna asli menjadi warna baru.

Adapun keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu.

Bahkan ramuan yang dijadikan sebagai pewarna rambut pada waktu itu diperoleh dari

sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk

memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985).

Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu tanaman yang dapat

digunakan sebagai pewarna alami. Bagian tanaman alpukat yang digunakan sebagai

sumber pewarna adalah kulit batang, biji, dan daun. Kulit batang alpukat

menghasilkan pigmen berwarna coklat kemerahan. Adapun warna yang dihasilkan

oleh kulit batang ini dimanfaatkan pewarna coklat berbahan dasar kulit (Anonima,

2012).

2
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengolah dan memanfaatkan

kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) tersebut sebagai pewarna rambut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas perumusan masalahnya adalah:

a. Apakah ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) dapat mengubah

warna rambut uban?

b. Apakah ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) dapat

diformulasikan kedalam sediaan pewarna rambut bentuk gel?

c. Berapakah konsentarsi kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) yang

menghasilkan warna terbaik?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) diduga dapat mengubah

warna rambut uban.

b. Ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) diduga dapat

diformulasikan kedalam bentuk sediaan pewarna rambut bentuk gel.

c. Ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) diduga memberikan warna

terbaik pada konsentrasi tertentu.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui perubahan warna rambut uban setelah pengecatan dengan

ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.).

3
a. Untuk mengetahui bahwa ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.)

dapat diformulasikan kedalam sediaan pewarna rambut bentuk gel.

b. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana

Mill.) menghasilkan warna yang baik.

1.5 Manfaat penelitian

a. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna

dari kulit batang alpukat (Persea americana Mill.).

b. Untuk dapat memberikan informasi mengenai manfaat dari ekstak kulit batang

alpukat (Persea americana Mill).

c. Untuk dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang relatif aman dengan

penambahan zat pembangkit warna.

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tmbuhan meliputi sistematika tumbuhan, sinonim, nama daerah,

morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan tumbuhan.

2.1.1 Morfologi Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah, dan diperkirakan masuk ke

Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah

mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat.

Alpukat dapat tumbuh liar di hutan-hutan, tetapi banyak juga ditanam dikebun dan di

pekarangan yang lapisan tanahnya gembur, subur, dan tidak tergenang air. Walau

dapat berbuah didaratan rendah tetapi hasil akan memuaskan jika ditanam pada

ketinggian 200-1.000 m pada daerah tropik dan subtropik yang banyak curah

hujannya. Alpukat memiliki pohon yang kecil tinggi pohon 3-10 m, berakar

tunggang, batang bulat berkayu, berwarna coklat kotor, banyak bercabang, ranting

berambut halus, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, daun muda warnanya

kemerahan dan daun tua warnanya hijau dan gundul. Bunganya majemuk dan

warnanya kuning kehijauan. Buahnya berbentuk lonjong dengan ujung bulat dan

pangkal tumpul, panjangnya 9 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, permukaan

licin dan berbintik-bintik kuning berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak,

warnanya hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 4 cm, keping biji

berwarna putih kemerahan (Rahmawati, 2009).

5
2.1.2 Sistematika Tumbuhan Alpukat

Sistematika dari tanaman alpukat adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatopyhta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Ranunculales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Species : Persea americana Mill

2.1.3 Sinonim

Sinonim tanaman alpukat adalah Persea americana Mill

2.1.4 Nama Daerah

Tanaman dikotil ini terkenal dalam berbagai nama di indonesia.

Berikut adalah nama populer alpukat diberbagai daerah di indonesia, antara lain:

Sumatera : Apokat, Alpokat, Avokat, boah pokat, Jamboo Pokat, Pookat.

Jawa : Apuket, Alpuket

(Dalimartha, 2008).

2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman Alpukat

Kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) mengandung senyawa kimia

flavonoid, tanin dan minyak atsiri (Arief, 2004).

6
2.1.6 Kegunaan Tanaman Alpukat

Tanaman alpukat dapat digunakan untuk berbagai jenis khasiat seperti pada

bagian kulit batang alpukat untuk mengobati penyakit eksim, dan sebagai pewarna

coklat pada produk dari bahan kulit. Batang pohon untuk bahan bakar. Daun alpukat

untuk obat batu ginjal, rematik, sakit kepala, menstruasi tidak teratur. Daging

buahnya untuk penyakit diabetes, kesehatan jantung, sariawan, dan dalam bidang

kecantikan digunakan untuk melembabkan kulit, mengkilaukan rambut, masker

wajah. Biji buah alpukat untuk penyakit sakit gigi dan kencing manis (Rahmawati,

2012).

2.2 Pirogalol dan Tembaga (II) Sulfat

2.2.1 Pirogalol

Pirogalol (C6H3(OH)3) atau 1,2,3, -trihidroksi benzene (asam pirogalat).

Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Pirogalol (Sweetman, 2009).

Pemerian : padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat

molekul 126,1.

Titik lebur : 133 C

Kelarutan : 0,5 g larut dalam 2 ml air

7
Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan

akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan

zat warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiaanya dicampur dengan zat warna

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit

warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut

dibandingkan pada saat sebelum dicampur, selain itu dapat menghasilkan warna

coklat gelap. Pirogalol diizinkan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5

% ( Ditjen POM, 1985).

2.2.2 Tembaga (II) Sulfat

Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai

pewarna pada rambut.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan

berat molekul 223,68.

Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; 0,5 ml air panas; 2,8 gliserol; 5000 ml

alkohol.

Tembaga (II) sulfat dalam konsentrasi rendah yang umumnya dapat

digunakan untuk pewarna rambut, praktis tidak berbahaya dalam proses

penyerapannya, tetapi jika senyawa ini masuk kedalam tubuh melalui oral dapat

mengakibatkan keracunan (Ditjen POM, 1985).

8
2.3 Rambut

Rambut adalah mahkota bagi wanita sehingga berbagai cara dilakukan untuk

membuat penampilan rambut menjadi menarik salah satunya adalah dengan

mengubah warna rambut menggunakan pewarna rambut/cat rambut (Badan POM,

2008).

2.3.1 Anatomi Rambut

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat

pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Anatomi rambut ( Histologis Microscopis) (Rostamailis, 2008).

Keterangan Gambar:

1. Folicle, ialah saluran untuk tumbuhnya rambut yang menentukan besar, kecil,

lurus dan keritingnya rambut.

2. Dermis, ialah seluruh ruangan yang berada di bawah epidermis.

3. Bulp, yaitu bongkol rambut yang memuat pigmen, pembuluh darah, papila dan

folicle.

4. Epidermis, ialah lapisan kulit yang berada paling luar.

9
5. Arector muscle, ialah garis yang menghubungkan folicle dan kulit.

6. Papila, menghasilkan sel-sel, membentuk rambut-rambut baru yang lebih kuat.

Pada papila setiap rambut mempunyai pembuluh darah yang berbeda, yang

bertugas untuk membawa makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel

rambut dalam papil.

7. Pigmen (warna rambut).

8. Kelenjar minyak yang sangat dibutuhkan oleh rambut.

9. Pembuluh darah.

10. Akar rambut.

11. Kelenjar keringat.

12. Batang rambut.

13. Penampang akar rambut (Rostamailis, 2005).

2.3.1.1 Bagian –bagian rambut

1. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit, bagian-

bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

a. Kantong rambut (Folikel)

Folikel merupakan saluran menyerupai tabung, berfungsi untuk melindungi

akar rambut, mulai permukaan kulit sampai bagian terbawah umbi rambut.

2. Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di

bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut.

Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang

10
diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein

yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk

melanin.

3.Umbi rambut (Matriks)

Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian

akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Pada umbi

rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada

suatu rangsangan dari luar tubuh (Syaifuddin, 2009).

Gambar 3. Akar Rambut (Rostamailis.2005)

b.Batang Rambut

Kutikula adalah lapisan bagian rambut yang terdapat diatas permukaan kulit,

disebut scapus (umbi lepas rambut) atau hair shaft, atau merupakan bagian rambut

yang terdapat diluar kulit. Kalau dibuat potongan, sebuah rambut akan terlihat dari

luar kedalam. Batang rambut terdiri dari tiga lapisan dari 3 lapisan seperti terlihat

pada Gambar 4 berikut:

11
Gambar 4. Batang Rambut (Sonntag, Linda. 1992).

1. Selaput rambut (kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel

tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi

sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing kedalam batang

rambut. Rambut yang sering disasak akan merengankan hubungan sel-sel selaput

rambut sehingga merusak selaput rambut dan cairan mudah masuk kedalam rambut.

2. Kulit rambut (korteks)

Korteks terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara

memanjang, dan mengandung melanin, sel-sel tanduk atas serabut-serabut keratin

yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin

seperti tali dalam bentuk spiral. Struktur korteks menentukan tipe rambut seperti

lurus, berombak atau keriting.

12
3. Sumsum rambut (medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk

oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/ayaman

sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara. Bagian ini sangat tipis

mengandung medula dan sum-sum rambut ini hanya terdapat pada rambut yang tebal

misalnya pada alis, kumis, dan sebagian rambut kepala (Winarno, 1997).

2.3.1.2 Struktur atau Bentuk Rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau

sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak, atau

keriting.

Struktur rambut dengan bentuk folikel memberi perbedaan pada penampang

rambut sebagai berikut:

- Rambut lurus dengan folikel seperti silinder lurus, bentuk penampangnya bulat

dan panjang.

- Rambut berombak dengan folikel seperti silinder yang melengkung/bengkok,

bentuk penampangnya oval dan panjang.

- Rambut keriting dengan folikel seperti silinder yang melengkung menyerupai

busur, bentuk penampangnya semi oval dan panjang.

- Rambut yang sangat keriting dengan folikel seperti silinder yang sangat

melengkung, bentuk penampangnya pipih dan panjang.

(Bariqina dan Ideawati, 2001).

13
2.3.1.3 Jenis Rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:

1. Rambut Velus

Rambut Velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini

terdapat diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki.

2. Rambut Terminal

Rambut Terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen

banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata, dan

ketiak.

b. Jenis rambut menurut sifatnya yaitu:

1. Rambut normal

Jenis rambut ini mengandung kadar kelenjar minyak yang seimbang dan tidak

terlihat terlalu berminyak dan mengkilap. Tetapi, juga tidak terlalu kering, lebih

mudah pemeliharaannya serta lebih mudah dibentuk berbagai jenis model rambut,

ciri-ciri rambut normal:

- Rambut terasa lembut

- Lebih bercahaya

- Mudah ditata dan tahan sampai beberapa hari

2. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mengandung kadar kelenjar minyak yang berlebihan.

Sehingga rambut tampak mengkilap, tebal, lengket dan cepat kotor oleh debu yang

menempel pada kelenjar minyak, ciri-ciri rambut berminyak:

14
- Kadang- kadang tumbuh lebih lebat

- Selalu basah, lengket dan cepat kotor

- Rambut dipegang terasa lengket dan basah

3. Rambut kering

Jenis rambut ini mengandung kelenjar minyak yang sangat sedikit, sehingga

rambut ini tampak kering, mengembang dan mudah rapuh, ciri-ciri rambut kering:

- Jika dipegang terasa kaku

- Warna rambut merah dan ujungnya sering pecah-pecah, rambut lebih

mudah rontok

2.3.1.4 Tekstur Rambut

Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan

penglihatan, perabaan, atau pegangan, dapat berupa kasar, sedang, halus atau sangat

halus. Sifat ini biasanya ditentukan oleh diameter rambut (Kusumadewi, 2003).

Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:

a. Kelebatan rambut (Densitas rambut)

Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut

yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90 helai rambut kasar sampai 130 helai rambut

halus setiap centimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit

kepala berkisar antara 80.000-120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut

seseorang ( Bariqina dan ideawati, 2001).

b. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit

rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal dari pada

15
rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut di daerah

lain.

c. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan. Permukaan

rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu

dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada

permukaan rambut.

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut.

Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap (porositas) rambut

Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Porositas

tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar yang

mempunyai sel-sel seperti sisik, bertumpuk-tumpuk membuka ke arah ujung rambut.

Selaput rambut yang sisik-sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaannya kurang

baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya

serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang bila

ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya elastisitas

rambut dapat mencapai kira-kira 20-40% dari panjang asli rambut. Elastisitas pada

rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan semula.

16
g. Plastisitas rambut

Plastisitas adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk ketika usia

semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan

pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya

aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan

(Kusumadewi, 2003).

2.3.2 Fisiologi Rambut

2.3.2.1 Pertumbuhan Rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Rambut mengalami proses

pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian

terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut.

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam

kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh

permukaan kulit. Diakhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan,

rambut pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo,

atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak

lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal.

Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang

sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai

panjangnya antara 2-3 cm. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang

rambut 2 cm, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti

dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus

menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah

17
mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya.

Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya

(Rostamailis, 2008).

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu:

1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus

membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun.

2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut

berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut,

membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup

panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada

akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Rostamailis,

2008).

Gambar 5. Fase pertumbuhan rambut (Anonimb, 2009).

18
2.3.2.2 Fungsi Rambut

1. Sebagai pelindung

Dengan adanya rambut, lubang telinga dan hidung terlindungi dari benda-

benda yang masuk serta melindungi kulit dari sengatan sinar matahari dan panas.

2. Saraf perasa

Rambut dengan cepat mampu mengantar denyut-denyut sinyal ke otak

sehingga manusia segera mampu bereaksi terhadap keadaan yang menjadi

penyebabnya dan cepat memperbesar ransangan sentuhan kulit.

3. Pembuangan keringat dan air

Karena permukaan yang lebih luas, rambut akan membantu penguapan keringat.

4. Memperindah penampilan dan mengatur suhu kulit kepala.

5. Pengaturan emosi, apabila mengalami ketakutan bulu tengkuk berdiri.

(Syaifuddin, 2009).

2.3.2.3 Komposisi Rambut

Rambut sehat mempunyai struktur elastis, tidak mudah patah atau terlepas

dari akarnya, berkilap, dengan kontur rata mulai dari akar sampai keujung rambut.

Rambut memiliki komposisi yaitu, zat karbon 50%, hidrogen 6%, nitrogen 17%,

sulfur 5% dan oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus

disulfida, misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Syaifuddin, 2009).

19
2.3.2.4 Nutrisi Rambut

Rambut yang sehat akan tumbuh kuat, lembut dan bercahaya. Sama halnya

seperti tubuh yang sehat pula. Untuk dapat memiliki rambut indah dan bercahaya

akan memerlukan pasokan vitamin, mineral dan gizi yang cukup.

Beberapa zat diperlukan antara lain:

1. Protein

Rambut memerlukan protein yang jumlahnya 98%. Sebaiknya yang dikonsumsi

berasal dari protein yang rendah lemak, misalnya yang berasal dari biji-bijian,

buah-buahan dan sebagainya.

2. Vitamin A

Membantu agar rambut tetap lembut dan kulit kepla tetap sehat. Dapat diperoleh

melalui: retinol, beta karoten dan sebagainya.

3. Vitamin E

Berfungsi untuk menjaga kesehatan rambut dan kulit. Didapat dari susu, daging,

telur dan sebagainya.

4. Vitamin B kompleks

Vitamin B kompleks diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi dan warna pada

rambut. Bersumber antara lain dari biji-bijian, dan sebagainya.

5. Vitamin C

Berfungsi untuk menjaga kekuatan dan kelenturan rambut juga menjaga agar

rambut tidak cepat rusak dan mudah bercabang. Vitamin C dapat diperoleh dari

jeruk, tomat, anggur dan sebagainya.

6. Yodium, zat besi, tembaga dan seng

20
- Yodium berguna: untuk mencegah agar rambut tidak mudah kusam dan

pecah-pecah.

- Zat besi berguna: untuk menjaga kesehatan rambut dan berperan pada

pewarnaan rambut.

- Tembaga berguna: untuk membantu pembentukan pigmen-pigmen rambut.

- Seng berguna: sebagai pembentuk protein pada rambut (Winarno, 1982).

2.4 Pewarnaan Rambut

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata

rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut

asalnya atau mengubah rambut asli menjadi warna baru. Keinginan untuk mewarnai

rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat

warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umunya berasal dari

tumbuhan dengan tujuan memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985).

Mengubah warna rambut telah dilakukan sejak mulai dikenal orang dengan

maksud untuk memperbaiki penampilan. Kosmetika pewarna rambut atau sering

dikenal cat rambut terdapat dalam berbagai jenis dan dapat dibagi dalam beberapa

proses dan unsur-unsur yang terdapat didalamnya.

Warna rambut manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang

terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut

semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh

menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut

juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998).

21
Secara luas pewarnaan rambut meliputi penambahan warna (hair tinting),

pemudaan/penghilangan warna (bleaching) serta pewarnaan artistik (artistic

coloring). Penambahan warna (hair tinting) dilakukan untuk menutupi warna kelabu

yang terjadi karena rambut kehilangan pigmen warna aslinya. Penghilangan warna

(bleaching) dilakukan untuk mempersiapkan proses perubahan warna dasar rambut ke

warna lain yang diinginkan. Penghilangan warna ini ada yang disebut partial

bleaching yaitu penghilangan sebagian warna, serta total bleaching yaitu

penghilangan warna keseluruhan. Pewarnaan artistik (artistic coloring) bertujuan

untuk membuat efek keindahan tertentu pada bagian rambut dengan menciptakan

warna kontras antara bagian rambut tertentu dengan warna rambut aslinya/warna

rambut secara keseluruhan (Hadijah, 2003).

Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan

berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik (Ditjen POM, 1985).

Zat warna mulai bekerja saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini

terjadi adsorpsi berupa fenomena antar padat-cair. Zat warna rambut melewati

kompleks membran sel dan melalui kutikula masuk ke dalam korteks secara permeasi

dan difusi (Mitsui, 1997).

Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi:

1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.

2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan (Ditjen POM, 1985).

22
2.4.1 Berdasarkan Daya Lekat Zat

2.4.1.1 Pewarna Rambut Temporer

Pewarna rambut temporer adalah pewarna rambut yang tidak membutuhkan

waktu yang lama dan dapat dihilangkan hanya dengan keramas menggunakan

shampo (Ditjen POM, 1985).

Sifat pewarna ini akan mudah hilang jika rambut dikeramas atau dihapus

dengan tisu/kapas. Pewarnaan ini digunakan ketika diperlukan saja. Setelah itu,

warna tersebut dapat dihilangkan dengan cara menghapus atau mencuci dengan air.

Karakter pewarna rambut temporer:

1) Tidak tahan terhadap pengeramasan

2) Menutupi uban sebanyak 50%

3) Tidak berbekas diakar rambut

4) Tidak akan membuat rambut terang

5) Tidak mengandung amonia atau peroxide (Ayu sekar wangi, 2009).

2.4.1.2 Pewarna Rambut Semi Permanen

Pewarna rambut semi permanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya

lekat tidak lekat lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu.

Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang

dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

Tujuan pemberian pewarna semi permanen selain untuk menyegarkan warna

rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk

mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam

dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan–lahan, setelah 4-6

23
minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi

putih atau kekuningan (Barel, dkk, 2001).

Karakter pewarna rambut semi permanen:

1) Tahan hingga 24 kali pengeramasan

2) Menutupi uban lebih pekat

3) Warna yang diinginkan semakin nyata dibandingkan warna rambut asli

4) Tidak akan membuat rambut terang

5) Hanya sayangnya ia mengandung peroxide (Ayu sekar wangi, 2009).

2.4.1.3 Pewarna Rambut Permanen

Pewarnaan rambut secara permanen memberikan warna rambut sampai

kebagian korteks. Pewarna rambut ini merupakan pewarna rambut efektif. Daya

lekat zat warna berlangsung lama yaitu, 3-4 bulan sehingga tidak mudah luntur

dengan menggunakan shampo (Dalton, 1985).

Pewarna tetap terdapat dalam berbagai bentuk dan macam-macam, seperti

krim, jeli dan cairan. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih,

rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna

yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Barel,dkk,2001).

Karakter pewarna rambut permanen:

1) Tidak bisa larut hanya dengan pengeramasan

2) Menutup uban secara menyeluruh

3) Perubahan warna yang drastis

4) Mampu mencemerlangkan warna rambut

5) Mengandung peroxide dan alkalizing agents (Ayu sekar wangi, 2009).

24
Mekanisme penempatan/deposit zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di

atas yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:

(a) (b) (c)

Gambar 6. Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997).

Keterangan:

a = Pewarna rambut temporer

b = Pewarna rambut semi permanen

c = Pewarna rambut permanen

2.4.2 Berdasarkan Proses Sistem Pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu

pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

2.4.2.1 Pewarna Rambut Langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat

langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus

dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam

2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

25
Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna

bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna

bahan nabati.

2.4.2.2 Pewarna Rambut Tidak Langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-

masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Pewarna

rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam.

2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam

dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya

tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).

2.5 Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan

kulit, reaksi iritan ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan tergantung dari

jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik yang dapat

menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergi. Uji keamanan yang

dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan

uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk

kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk

kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Zat yang pertama kali digunakan sebagai bahan untuk produksi kosmetika

harus dikaji dan diuji efektivitas dan keamanannya. Prosedur dan tata cara pengkajian

26
dan pengujiannya dilakukan sama seperti halnya pada obat dan makanan. Adanya

analogi dalam prosedur dan tata cara yang harus dilakukan dalam uji keamanan, maka

zat yang sudah digunakan dalam obat dan makanan, dapat dianggap telah dilakukan

uji keamanan sehingga dapat digunakan dalam produksi kosmetika (Ditjen POM,

1985).

Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut,

perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan

mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian

belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi

reaksi iritasi (Ditjen POM,1985).

2.6. Gel

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus

cahaya dan mengandung zat aktif, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel kadang-kadang

disebut jeli. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat-obatan,

kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu

sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi, pewarna rambut dan

pasta gigi (Ansel, 1989).

Gel bersifat tiksotropik artinya massa akan mengental jika didiamkan dan

mencair kembali jika dikocok. Jika massanya banyak mengandung air, gel itu disebut

jelly (Syamsuni, 2007).

27
2.6.2. kegunaan gel

1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam

bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan

untuk bentuk sediaan obat long-acting yang diinjeksikan secara intramuscular.

2. Gelling agent biasanya digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet,

bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral

dan basis suppositoria.

3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk

pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan pewarna rambut.

4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non steril) atau

dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (Ditjen POM, 1985).

2.6.3 Keuntungan dan Kekurangan Sediaan Gel

a. Keuntungan sediaan gel

- kemampuan penyebarannya baik pada kulit

- efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

- tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

- kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

- pelepasan obatnya baik.

b. Kekurangan sediaan gel

- harus menggunakan zat aktif yang larut didalam air sehingga diperlukan

penggunaan peningkatan kelarutan agar gel tetap jernih pada berbagai

perubahan temperature dan harga lebih mahal (Ansel, 2004).

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik (Sartorius),

blender (National), ayakan 80 Mesh, lumpang dan stamfer, cawan penguap, gelas

arloji, rotary evaporator, cotton buds, lemari pengering, hair dryer, dan alat-alat

gelas yang diperlukan.

3.2 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang alpukat,

pirogalol (Merck), tembaga (II) sulfat (Merck), cmc, metil paraben, gliserin,

aquadest, alkohol 96%, shampo dan rambut uban.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan

tanaman yang sama dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah

kulit batang alpukat (korteks lignum) dengan diameter 9 cm yang diambil dari batang

tumbuhan yang telah dewasa di Jalan Garu 2b, Kecamatan Medan Amplas, Provinsi

Sumatra Utara.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Medanense

(MEDA), Universitas Sumatera Utara. Hasil identifikasi tumbuhan yang diteliti

adalah Persea americana Mill dan suku ranunculales.

29
3.3.3 Pengolahan Sampel

Kulit batang alpukat yang sudah tua dan masih segar ditimbang kemudian

dicuci diair yang mengalir (keran atau selang) pencucian dilakukan 2 kali, setelah

dicuci ,bahan ditiriskan agar kandungan airnya berkurang. Kulit batang dipotong

kecil-kecil lalu ditimbang. Kemudian bahan dikeringkan dilemari pengering pada

temperatur ± 40 0C hingga kering, lalu diserbukkan dengan menggunakan blender

kemudian diayak dengan ayakan mes 80 dan disimpan ditempat yang kering.

3.3.4 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut

alkohol 96%

Cara kerja:

Serbuk simplisia sebanyak 400 gram dimasukkan ke dalam bejana tertutup,

tuangi dengan 75 bagian cairan penyari (etanol 96%) sampai semua simplisia

terendam sempurna. Rendaman tersebut ditutup rapat, disimpan pada suhu kamar dan

biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang

dikatalis cahaya atau perubahan warna) sambil sering diaduk, diperas, dan dicuci

ampas dengan cairan penyari (etanol 96%) secukupnya hingga diperoleh 100 bagian

(4000 ml ekstrak kulit batang alpukat). Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan

ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, lalu disaring. Filtrat yang

diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum

(rotary vacuum evaporator) pada tekanan rendah dan suhu 40-50◦C untuk

menguapkan pelarut etanol yang terdapat dalam filtrat. Kemudian ekstrak kulit batang

alpukat yang masih mengandung etanol dihilangkan kadar etanol yang masih terdapat

30
dalam ekstrak dengan menggunakan hair dryer sehingga diperoleh ekstrak kulit

batang alpukat yang berwarna coklat kemerahan. Ekstrak kering dari kulit batang

alpukat yang didapat lalu digerus dan diayak hinggga diperoleh serbuk ekstrak kulit

batang alpukat sebayak 60 gram.

3.4 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada

Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada tabel 1. berikut:

Table 1. Formula Standar

Komposisi Coklat muda Coklat tua Hitam

Ekstrak inai 30 83 73

Pirogalol 5 10 15

Tembaga (II) sulfat 5 7 12

Sebelum dibuat formula pewarna rambut, dilakukan orientasi terhadap rambut

uban untuk menentukan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat dengan catatan

bahwa konsentrasi pirogalol yang digunakan sebagai penambahan bahan pembangkit

warna tidak boleh lebih dari 5% (Ditjen POM, 1985).

Dari formula pada tabel (1) diambil salah satu komposisi formula, serbuk inai

diganti dengan ekstak kulit batang alpukat dengan penambahan pirogalol dan

tembaga (II) sulfat seperti pada tabel berikut sebagai formulasi orientasi.

31
Tabel 2. Formula orientasi yang dibuat

Komposisi A

Ekstrak kulit batang alpukat 5%

Pirogalol 1%

Tembaga (II) sulfat 1%

Gel (ad 100) 100

Dalam penelitian ini, sediaan yang akan dibuat adalah sediaan pewarna

rambut dengan tujuan untuk memberikan warna coklat pada rambut sehingga dipilih

konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat masing-masing 1% dengan kriteria

warna rambut terbaik yang dihasilkan adalah coklat gelap.

Table 3. Formula Dasar Gel

Komposisi Jumlah bahan (g)

CMC 4

Gliserol 15

Metil paraben 0,17

Aqua (ad 100) 100

3.4.1 Cara Pembuatan Dasar Gel Pewarna Rambut

CMC dikembangkan dengan aquadest panas sebanyak 80 ml (20 kali berat

CMC), didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, CMC yang telah dikembangkan

digerus hingga terbentuk massa yang homogen. Kemudian ditambahkan metil

32
paraben yang terlebih dahulu telah dilarutkan dengan aquadest panas, kemudian

digerus hingga homogen dan ditambahkan gliserol digerus lagi sampai homogen

sehingga terbentuk sediaan gel yang baik.

Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban dengan

penambahan gel sebagai berikut:

Rambut uban dicat ke dalam masing-masing bahan atau campuran bahan,

dilakukan pengecatan selama 4 jam, dicuci dan dikeringkan. Masing-masing diamati

warna yang terbentuk. Dari hasil orientasi pada tabel (2) dibuat formula dengan

variasi konsentrasi zat warna kulit batang alpukat seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Formula pewarna rambut yang dibuat

Komposisi Formula

A B C D E F

Ekstrak kulit batang alpukat 2,5% 5% 7,5% 10% 12,5% 15%

Pirogalol 1% 1% 1% 1% 1% 1%

Tembaga (II) sulfat 1% 1% 1% 1% 1% 1%

Gel ad (ml) 100 100 100 100 100 100

Keterangan:

Formula A = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 2,5%, pirogalol 1%, tembaga

(II) sulfat 1%.

Formula B = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 5%, pirogalol 1%, tembaga (II)

sulfat 1%.

33
Formula C = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 7,5%, pirogalol 1%, tembaga

(II) sulfat 1%.

Formula D = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 10%, pirogalol 1%, tembaga

(II) sulfat 1%.

Formula E = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 12,5 %, pirogalol 1%, tembaga

(II) sulfat 1%

Formula F = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 15%, pirogalol 1%, tembaga

(II) sulfat 1%.

3.4.2 Prosedur Pengecatan Rambut

Sebanyak 1 ikat rambut uban yang telah dipotong kira-kira 5 cm lalu dicuci

bersih dengan shampo dan dikeringkan. Kemudian rambut uban dicat dengan formula

yang telah dibuat dibiarkan selama 1 jam, setelah itu rambut uban dibilas dengan air

bersih untuk membuang sisa zat yang tidak terserap kemudian dicuci kembali dengan

air bersih yang mengandung sedikit shampo hingga bersih. Perlakuaan yang sama

dilakukan untuk pengecatan dengan waktu 2 jam, 3 jam, 4 jam.

3.5 Evaluasi

3.5.1 Pengamatan Secara Visual

Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali

pengecatan. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu pengecatan yang

optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4 jam

pengecatan. Kemudian masing-masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan

warna tersebut diklasifikasikan menurut natural color level seperti yang terdapat pada

gambar 7 berikut:

34
Gambar 7. Natural color levels (Dalton, 1985).
Keterangan: Blonde = Pirang; Brown = Coklat; Black = Hitam; Light = Terang;
Medium = Sedang; Dark = Gelap.

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Warna

3.5.2.1 Stabilitas Warna Terhadap Pencucian

Uban yang telah diberi pewarna dengan pengecatan selama 4 jam dicuci

dengan menggunakan shampo lalu dibilas sampai bersih dan dikeringkan. Pencucian

ini dilakukan sebanyak 20 kali pencucian, kemudian diamati apakah terjadi

perubahan warna rambut setelah pencucian.

3.5.2.2 Stabilitas Warna Terhadap Sinar Matahari

Uban yang telah diwarnai dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar

matahari langsung selama 5 jam mulai dari pukul 1000-1500 WIB, setelah itu diamati

perubahan warnanya.

3.5.2.3 Stabilitas Sediaan Gel Secara Organoleptis

Analisis organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan

(perubahan bentuk, warna, dan bau) dari sediaan blangko dan sediaan dengan ekstrak

kulit batang alpukat selama waktu penyimpanan. Pengamatan perubahan bentuk,

warna, dan bau tersebut dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya dilanjutkan

hingga minggu ke-14 penyimpanan.

35
3.5.3 Uji pH dan Uji Biologis (Uji Iritasi)

3.5.3.1 Uji pH

Alat pH meter dikonstankan dengan buffer pH 4 dan 7, setelah konstan

dapat digunakan. Dibuat larutan uji berupa filtrat larutan pewarna rambut kemudian

dituangkan kedalam beaker glass 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan kedalamnya

dan baca hasil pH yang ditampilkan di layar.

3.5.3.2 Uji Biologis (Uji Iritasi)

Sukarelawan yang dijadikan sebagai panel dalam uji iritasi pada formula

pewarnaan rambut adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian

sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang

sedang diuji dengan kriteria sebagai berikut:

1. wanita berbadan sehat,

2. usia antara 20-30 tahun,

3. tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi, dan

4. bersedia menjadi relawan (Ditjen POM, 1985).

Prosedur kerja:

Kulit sukarelawan yang akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan spidol

(diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya, kemudian pewarna rambut yang

telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan

diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam

sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema (Ditjen POM, 1985).

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Penambahan Dan Perbedaan Konsentrasi Terhadap Perubahan


Warna Rambut Uban
4.2.1 Hasil Orientasi Perbedaan Konsentrasi Pirogalol dan Tembaga (II) Sulfat
Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban
Gambar menunjukkan bahwa rambut uban dalam formula yang mengandung

zat warna kulit batang alpukat 5%, pirogalol 1%,tembaga (II) sulfat 1% dapat

mengubah warna rambut dari putih menjadi coklat gelap, sementara rambut uban

dalam formula yang mengandung pirogalol 2%, tembaga (II) sulfat 2% dengan

jumlah zat kulit batang alpukat yang sama, mengubah warna rambut dari putih

menjadi hitam. Dengan demikian, konsentrasi pirogalol, dan tembaga (II) sulfat yang

akan digunakan dalam formula pewarna rambut masing-masing adalah 1%.

4.1.1 Hasil Orientasi Penambahan Bahan Dan Campuran Bahan Terhadap


Perubahan Warna Rambut Uban

Berdasarkan Hasil orientasi penambahan bahan dan campuran bahan terhadap

perubahan warna rambut uban dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini:

a b c d

37
e f g h

Gambar 8. Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan perubahan warna


rambut uban dengan lama pengecatan 4 jam

Keterangan:

a = rambut uban

b = rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat 5 %

c = rambut uban dalam pirogalol 1%

d = rambut uban dalam tembaga (II) sulfat 1%

e = rambut uban dalam pirogalol 1% + temabaga (II) sulfat 1%

f = rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat 5 % + pirogalol 1%

g = rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat 5% + tembaga (II) sulfat 1%

h = rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat 5% + pirogalol 1% + tembaga

(II) sulfat 1%

Uji pewarnaan ini juga dilakukan dengan menggunakan formula yang terdiri

dari ekstrak kulit batang alpukat 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%.

Kombinasi pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1%, kombinasi ekstrak kulit

batang alpukat 5% + piorogalol 1%, kombinasi ekstrak kulit batang alpukat 5% +

tembaga (II) sulfat 1%, kombinasi ekstrak kulit batang alpukat 5% + pirogalol % +

38
tembaga (II) sulfat 1%, dimana tiap formula dicukupkan dengan bahan dasar gel

sebanyak 50 gram.

Pada Gambar (8.a) dapat dilihat bahwa hasil pengecatan rambut uban dalam

ekstrak kulit batang alpukat 5% yang dicukupkan dengan bahan dasar gel (8.b) terjadi

sedikit perubahan warna coklat terang, rambut uban dalam pirogalol 1% yang

dicukupkan dengan bahan dasar gel (8.c) berwarana pirang sedang (berwarna

tembaga), rambut uban dalam tembaga (II) sulfat1% yang dicukupkan dengan bahan

dasar gel (8.d) warna rambut hijau, rambut uban dalam pirogalol 1% + tembaga (II)

sulfat 1% yang dicukupkan dengan bahan dasar gel (8.e) berwarna coklat terang,

rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat 5% + pirogalol 1% yang dicukupkan

dengan bahan dasar gel (8.f) berwarna pirang terang, rambut uban dalam ekstrak kulit

batang alpukat 5% + tembaga (II) sulfat yang dicukupkan dengan bahan dasar gel

(8.g) warna rambut tidak berubah, rambut uban dalam ekstrak kulit batang alpukat

5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (8.h) berwarna coklat sedang.

Pada Gambar (8.b) warna yang dihasilkan oleh ekstrak kulit batang alpukat

berwarna pirang sedang yang kurang stabil. Hal tersebut dikarenakan zat warna alami

sukar menembus kedalam korteks rambut, tetapi hanya terdeposit pada permukaan

tangkai rambut dan salutan tipis (Ditjen POM, 1985).

Walaupun warna yang dihasilkan pewarna alami kurang menarik atau kurang

pekat, tetapi penggunaan pewarna alami masih sering digunakan hingga sekarang,

karena pewarna alami tidak membahayakan dan tidak menyebabkan iritasi. Untuk

mendapatkan hasil yang optimal, maka pewarna alami dapat digunakan bersama zat

warna logam pembangkit warna, maka efek kulit batang alpukat dapat terlihat jelas

39
pada gambar (8.h) yaitu terdiri dari ekstrak kulit batang alpukat 5% + pirogalol 1% +

tembaga (II) sulfat 1% yang berwaran coklat sedang.

Penggunaan zat warna senyawa logam tembaga (II) sulfat adalah salah satu

zat warna senyawa logam dalam bentuk garam yang dapat digunakan sebagai

komponen warna cat rambut. Biasanya dikombinasikan dengan zat warna alam dan

zat pembangkit warna pirogalol akan menghasilkan warna yang lebih kuat dan lebih

stabil. Zat pembangkit warna yang sering digunakan bersamaan zat warna alam

adalah pirogalol, karena mempunyai keuntungan zat warna dapat menempel lebih

kuat pada tangkai rambut dibandingkan pada saat zat warna sebelum dicampurkan,

hal ini disebabkan karena pirogalol mudah menembus kutikula dan masuk ke dalam

korteks rambut yang menyebabkan terjadinya perubahan warna, dimana warna yang

dihasilkan terjadi karena oksidasi (Ditjen POM, 1985).

Kombinasi tembaga (II) sulfat + pirogalol + ekstrak kulit batang alpukat yang

diformulasikan dalam sediaan gel pada gambar (8.h), maka warna yang diperoleh

tetap stabil walaupun telah dilakukannya beberapa kali pencucian. Hal ini disebabkan

karena kombinasi antara zat warna senyawa logam dengan warna alam memperbaiki

daya lekat warna pada rambut, oleh karena itu, walaupun konsentrasi tembaga (II)

sulfat terus ditingkatkan hasil pewarnaan yang diperoleh tidak akan merubah atau

dengan kata lain perubahan konsentrasi tembaga (II) sulfat yang dipakai pada proses

pewarnaan rambut tidak akan memperngaruhi intensitas warna yang dihasilkan tetapi

dipengaruhi oleh zat warna alam dan jenis pembangkit warna.

Di sisi lain, cat rambut yang diformulasikan dalam bentuk sediaan gel rambut

juga mempunyai keuntungan (kebaikan) yaitu mempermudah kita dalam prose

40
pengecatan rambut dimana rambut akan mudah diatur (licin), rambut tidak kaku dan

mudah dibersihkan. Tetapi jika perbandingan konsentrasi zat pewarna rambut lebih

besar dari pada konsentari gel rambut maka proses pengecatan akan terasa sangat

sulit untuk memperoleh hasil pengecatan yang merata dan hal ini juga akan

menimbukan masalah ketika rambut akan dibersihkan karena formula yang akan

dioleskan melekat terlalu kuat pada tiap helai rambut.

4.1.2 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Batang Alpukat Terhadap


Perubahan Warna Rambut Uban

Variasi konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15%. Ekstrak kulit

batang alpukat dapat memberikan perubahan warna rambut uban yang dihasilkan dari

proses pengecatan dalam waktu yang berbeda. Perubahan warna rambut uban tersebut

dapat dilihat pada table 5. berikut:

Tabel 5. Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi ekstrak


kulit batang alpukat terhadap perubahan warna rambut uban

Formula Hasil pewarnaan pada lama pengecatan (jam)

I II III IV

1 A Pirang gelap Coklat terang Coklat sedang Coklat sedang

2 B Pirang gelap Coklat sedang Coklat sedang Coklat sedang

3 C coklat terang Coklat sedang Coklat sedang Coklat sedang

4 D coklat terang Coklat sedang Coklat gelap Coklat gelap

5 E Coklat sedang Coklat sedang Coklat gelap Coklat gelap

6 F Coklat sedang Coklat gelap Coklat gelap Coklat gelap

41
Keterangan : Formula A = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 2,5%.
Formula B = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 5%.
Formula C = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 7,5%.
Formula D = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 10%.
Formula E = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 12,5%.
Formula F = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 15%.

a b c

d e f

Gambar 9. Pengaruh konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat terhadap perubahan

warna rambut uban

Keterangan : Formula a = Setelah pengecatan 4 jam

Formula b = Setelah pengecatan 4 jam

42
Formula c = Setelah pengecatan 4 jam

Formula d = Setelah pengecatan 4 jam

Formula e = Setelah pengecatan 4 jam

Formula f = Setelah pengecatan 4 jam

Dari tabel 5. dan gambar (9) bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kulit

batang alpukat ini yang digunakan maka warna coklat yang dihasilkan akan semakin

pekat pada tangkai rambut. Keuntungan dari kombinasi ekstrak kulit batang alpukat,

pirogalol, tembaga (II) sulfat yang diformulasikan dalam sediaan berbentuk gel

rambut adalah warna yang dihasilkan lebih alami, stabil dan tidak mudah luntur serta

sangat memudahkan dalm proses pengecatan dan pencucian rambut.

4.1.3 Pengaruh Waktu Pengecatan Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban

Dari percobaan yang dilakukan terlihat bahwa lamanya waktu pengecatan

yang dilakukan akan mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti yang

terlihat pada gambar dibawah ini diambil dari dari formula F

a b c d

Gambar 10. Pengaruh waktu pengecatan terhadap hasil pewarnaan rambut

Keterangan : a. Pengecatan 1 jam

43
b. Pengecatan 2 jam

c. Pengecatan 3 jam

d. Pengecatan 4 jam

Ternyata lama pengecatan yang dilakukan selama 4 jam diperoleh hasil

pewarnaan rambut uban yang optimal. Sehingga waktu pengecatan dapat ditentukan

selama 4 jam.

Dari gambar (10) terlihat bahwa pewarnaan rambut ini terjadi secara bertahap,

sedikit demi sedikit mengubah rambut putih (uban) menjadi warna coklat gelap. Hal

ini disebabkan karena tembaga (II) sulfat yang merupakan zat warna senyawa logam

yang umumnya memiliki daya lekat yang tidak begitu kuat, sehingga jika digunakan

langsung harus dilakukan setiap hari sampai terbangkit corak warna yang diinginkan,

oleh sebab itu untuk memperbaiki daya lekatnya, maka zat warna senyawa logam ini

sering dicampur dengan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pembangkit warna

piragalol.

Dari pengamatan visual terhadap hasil percobaan yang dilakukan diperoleh

formula yang menghasilkan perubahan warna paling jelas yang mengarah kepada

warna coklat gelap, yaitu formula F yang terdiri dari ekstrak kulit batang alpukat

12,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% yang dicukupkan dengan bahan dasar

gel hingga 100 gram. Kemudian diformula ini digunakan untuk pengujian

selanjutnya.

4.2 Hasil Evaluasi

4.2.1 Pengamatan Stabilitas Terhadap Pencucian

44
Setelah dilakukan pewarnaan maka rambut dicuci dengan menggunakan

shampo. Kemudian dilihat warna yang terjadi apakah warna rambut berubah setelah

dilakukannya beberapa kali pencucian. setelah diamati hasil pewarnaan rambut

sebelum dilakukannya pencucian berulang-ulang yaitu sebanyak 20 kali dan hasilnya

tetap sama, warnanya tidak berubah atau hilang. Hal ini menunjukan bahwa warnanya

stabil pada beberapa kali pencucian ini terlihat pada gambar 11 berikut:

a b c

d e f

Gambar 11. Warna rambut sebelum dicuci dan sesudah dicuci

Keterangan : a. Sebelum pencucian

b. 1 kali pencucian

45
c. 5 kali pencucian

d.10 kali pencucian

e. 15 kali pencucian

f. 20 kali pencuciaan

4.2.2 Hasil Stabilitas Warna Rambut Terhadap Sinar Matahari

Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam

dibawah sinar matahari. Hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

a b

Gambar 12. Stabilitas warna terhadap sinar matahari

Keterangan:

a = Warna rambut sebelum dipaparkan di bawah sinar matahari langsung


b = Warna rambut setelah dipaparkan di bawah sinar matahari langsung

Gambar (12) menunjukkan bahwa warna rambut tetap sama sebelum dan sesudah

pemaparan terhadap sinar matahari. Hal ini karena sifat dari pirogalol yang digunakan

akan mudah teroksidasi jika terkena matahari, sehingga warna rambut lebih gelap,

dapat disimpulakan bahwa rambut tetap stabil terhadap sinar matahari.

4.2.3 Hasil Stabilitas Sediaan Gel Secara Organoleptis

46
Tabel 6. Hasil pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan gel

pewarna dengan berbagai konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat selama waktu

penyimpanan.

Tabel 6. Stabilitas sediaan gel secara organoleptis

Organoleptis
Bentuk Warna Bau
Formula
Hari penyimpanan Hari penyimpanan Minggu penyimpanan
1 3 7 14 1 3 7 14 1 3 7 14
Blangko k k k k b b b b tb tb tb tb
2,5% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh
5% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh
7,5% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh
10% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh
12,5% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh
15% ce ce ce ce h h h h kh kh kh kh

Keterangan : k = kental

ce = cairan dengan endapan

b = bening

h = hitam

tb = tidak berbau

kh = khas

Dari hasil pengamatan tersebut bentuk berubah dari larutan yang homogen

menjadi tidak homogen karena terbentuk endapan yang berwarna coklat. Pada

47
sediaan dengan ekstrak kulit batang alpukat terbentuk dua lapisan yang terdiri dari

cairan berwarna hitam dan endapan kental coklat. Hal ini dimungkinkan karena tidak

bersatunya basis gel dengan ekstrak kulit batang alpukat juga disebabkan karena

proses pengerusan yang tidak homogen atau kurang sempurna pada saat pembuatan

dasar gelnya. Jenis sediaan gel pewarna rambut ini walaupun membentuk lapisan

selama penyimpanan, tetapi apabila dikocok/diaduk akan berubah kembali menjadi

homogen.

Perubahan warna dari sediaan gel warna rambut dimulai sejak minggu ke-1.

Sediaan gel dengan eksrak kulit batang alpukat berubah dari warna coklat menjadi

coklat kehitaman. Hal ini disebabkan oleh pengaruh udara dan sinar matahari yang

mengakibatkan terjadinya oksidasi. Perubahan bau dari sediaan gel pewarna rambut

dimulai sejak hari-1, yaitu dari bau khas berubah menjadi bau asam.

4.2.4 Pemeriksaan pH

Hasil pengukuran pH sediaan jel pewarna rambut dengan berbagai konsentrasi

ekstrak kulit batang alpukat seperti pada tabel 7. berikut:

Tabel 7. Uji pH sediaan gel

No Formula pH

1 A 5,9

2 B 5,6

3 C 5,0

4 D 5,3

5 E 5,4

48
6 F 5,2

Keterangan : Formula A = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 2,5%

Formula B = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 5%

Formula C = Konsentrasi ekstrak kulit batang alpukat 7,5%

Formula D = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 10%

Formula E = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 12,5 %

Formula F = Konsentarsi ekstrak kulit batang alpukat 15%

Pada penentuan pH di atas, diuji dari formula yang terbaik dan diperoleh pH

sediaan gel adalah 5. Menurut (Tranggono, 2007) semakin jauh beda antara pH

kosmetik dan pH fisiologis kulit (dapat jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah),

semakin besar kosmetik itu menimbulkan reaksi negative pada kulit. Karena itu yang

terbaik adalah jika pH kosmetik disamakan dengan pH fisiologis kulit, yaitu antara

4,5-6,5 (disebut kosmetik dengan pH balance).

4.2.3 Uji Biologis (Uji Iritasi)

Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen

harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi, dan

kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum perlu

tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk menyakinkan apakah

dalam formulasi sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga

terbentuk zat yang bersifat iritasi atau toksik.

49
Uji ini dilakukan terhadap enam orang sukarelawan. Formula yang dipilih

adalah sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula F yaitu ekstrak kulit batang

alpukat 15%, pirogalol 1%,dan tembaga (II) sulfat 1% yang dioleskan pada bagian

belakang telinga. Dari hasil pengujian dapat dilihat pada data dibawah ini:

Tabel 8. Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.

Sukarelawan (panel)

No. Keterangan I II III IV V VI

1 Kulit kemerahan 0 0 0 0 0 0

2 Kulit kemerahan dan benjolan 0 0 0 0 0 0

Kuli kemerahan, benjolan, dan


3 0 0 0 0 0 0
gatal-gatal

4 Kulit Bengkak dan gatal-gatal 0 0 0 0 0 0

Keterangan : 0 = Tidak ada reaksi


+ = Kulit kemerahan
++ = Kulit kemerahan dan benjolan
+++ = Kulit kemerahan, benjolan, dan gatal-gatal
++++ = Kulit bengkak dan gatal-gatal

Tabel 8. di atas menunjukkan bahwa formula sediaan pewarna rambut yang

digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit. Hal ini disebabkan karena bahan

yang terkandung dalam sediaan pewarna rambut tersebut bersifat tidak berbahaya

termasuk juga senyawa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang alpukat.

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) dapat digunakan dalam

sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari pirang gelap sampai

coklat gelap.

2. Ekstrak kulit batang alpukat (Persea americana Mill.) dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan gel, dengan penambahan zat pembangkit warna senyawa logam

tidak menyebabkan iritasi pada kulit, hal ini disebabkan karena bahan yang

terkandung dalam sediaan pewarna rambut tersebut tidak berbahaya pada kulit

sehingga aman digunakan.

3. Pewarnaan terbaik diperoleh dari formula F yang terdiri dari ekstrak kulit batang

alpukat (Persea americana Mill.) 15%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, yang

menghasilkan warna coklat gelap, stabil terhadap 20 kali pencucian, sinar matahari

langsung, serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan zat warna

kulit batang alpukat (Persea americana Mill) dalam bentuk sediaan lain, misalnya cat

kuku dan pewarna makanan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, (2012). Manfaat Alpukat. http://id.wikipedia.org/wiki.alpukat. Diakses 12

Desember 2012.

Anonimb, (2013). The Structure of Hair. http://www.precious-curls.com/2013/06/

structure-of-hair.htm. Diakses 09 Juni 2013.

Ansel , Howard C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.

Jakarta: UI Press. Hal. 390-396.

Arief , Hariana. (2004). Tumbuhan Obat dan khasiatnya. Seri I. Jakarta: Penebar

Swadaya. Hal. 10-11.

Ayu Sekar Wangi, (2009). Merawat Kecantikan Agar Tetap Cantik dan Sehat.

Bandung: Nuansa Aulia. Hal. 174-176.

Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I.( 2001). Handbook of Cosmetic Science and

Technology. New York: Marcel Dekker. Hal. 582, 718.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z. 2001. Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta:

Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1-12, 26- 27, 83-86.

Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 6. Jakarta: Pustaka

Bunda. Hal. 153-154.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 83-86, 208-219.

52
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke-empat. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 1192-1193, 1199.

Hadijah, I. (2003). Pewarnaan Rambut Uban. Malang: Departemen Pendidikan

Nasional. Hal. 12.

Kusumadewi, ( 2003 ), Rambut Anda. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama Hal. 28-31.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier. Hal. 49, 431-432.

Putro, D.S. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal. 12-15.

Nooryani bardan, Sri. (2007). Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta. Sunda Kelapa

Pustaka. Hal.5.

Rahmawati, Reny. (2011). Khasiat dan Cara Olah Alpukat Untuk Kesehatan dan

Bisnis Makanan. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Hal. 52-63.

Rostamailis, Hayatunnufus, dan Yanita, M. (2008). Tata Kecantikan Rambut.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Hal. 21-22, 397.

Sonntag, Linda. (1992). The Hairstyle Hair Care & Beauty Book. Tiger Books

Internasional. London. Hal 18-19.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Edisi Ketigapuluh.

London: Phamaceutical Press. Hal. 1611.

Syaifuddin, (2007). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika. Hal. 402-405.

Syamsuni.(2007). Ilmu Resep. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal. 77.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-37.

53
Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas

Indonesia. Hal. 8, 126-128.

Winarno, F.G . 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hal.30-36.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit batang alpukat

Batang alpukat
Disortasi dan dicuci
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
Dikupas kulit luar batang
Diiris kulit batang
Ditimbang (sebagai berat basah)

Kulit batang alpukat 3 kg

Dikeringkan pada suhu ± 40oC


Ditimbang

Simplisia kering 1,5 kg

Dihaluskan dengan cara diblender


Ditimbang

Serbuk simplisia 1,35 kg

Maserasi 400 gr

Dimaserasi dengan cairan penyari alkohol


Ditambahkan alkohol 4000ml

2,5 L

54
Dipekatkan dengan rotary evaporator pada
suhu ± 50oC
Ekstrak kental 150 ml

Dikeringkan dengan hair drayer pada


Serbuk zat warna kulit batang alpukat 60 g

Lampiran 2.Gambar Tumbuhan Kulit Batang Alpukat (Persea americana Mill.)

55
Gambar 13. Tumbuhan kulit batang alpukat (Persea americana Mill)

Lampiran 3.Gambar Irisan Kulit Batang Alpukat (Persea americana Mill.)

56
Gambar 14. Irisan kulit batang alpukat

Lampiran 4. Simplisia Kulit Batang Alpukat (Persea americana Mill.)

Gambar 15. Simplisia kulit batang alpukat

Lampiran 5. Gambar Alat Rotary Evaforator

57
Gambar 16. Alat rotary evaforator

58
Lampiran 6. Gambar Ekstrak Kulit Batang Alpukat

Gambar 17. Ekstrak kulit batang alpukat

59
Lampiran 7. Gambar Pirogalol

Gambar 18. Pirogalol

60
Lampiran 8. Gambar Tembaga (II) Sulfat

Gambar 19. Tembaga (II) Sulfat

61
Lampiran 9. Gambar Orientasi Gel Kulit Batang Alpukat

a b c d e

Gambar 20. Orientasi Gel

Keterangan : a = Gel + Pirogalol + Tembaga (II) Sulfat

b = Gel + Tembaga (II) Sulfat 1%

c = Gel + Pirogalol 1%

d = Dasar Gel

e = Gel + Ekstrak Kulit Batang Alpukat 5%

62
Lampiran 10. Gambar Formulasi Gel

VI V IV III II I

Gambar 21. Formulasi Gel

Keterangan : I = Gel konsentrasi 2,5%

II = Gel konsentrasi 5%

III = Gel konsentrasi 7,5%

IV = Gel konsentrasi 10%

V = Gel Konsentrasi 12,5%

VI = Gel konsentrasi 15%

63
Lampiran 11. Gambar Hasil Pengecatan Rambut

A1 (pirang gelap) A2 (coklat terang) A3 (coklat sedang) A4 (coklat sedang)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 2,5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula A) .

B1 ( pirang gelap ) B2 (coklat sedang) B3 (coklat sedang) B4 (coklat sedang)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula B) .

64
C1 (coklat terang) C2 (coklat sedang) C3 (coklat sedang) C4 (coklat sedang)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 7,5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula C) .

D4 (coklat terang) D2 (coklat sedang) D3 (coklat gelap) D4 (coklat gelap)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 10% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula D) .

65
E1 (coklat sedang) E2 (coklat sedang) E3 (coklat gelap) E4 (coklat gelap)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 12,5% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula E).

F1 (coklat sedang) F2 (coklat gelap) F3 (coklat gelap) F4 (Coklat gelap)

Keterangan: Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, dan 4 jam dalam ekstrak kulit batang
alpukat 15% + pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1% (Formula F).

66

Anda mungkin juga menyukai