PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk mempercantik diri yakni usaha untuk menambah daya tarik agar orang
luar, seperti suhu dingin atau panas. Pada manusia, rambut tidak hanya
seseorang, baik pria maupun wanita. Rata-rata orang kehilangan 50-100 helai
rambut setiap hari karena rontok, tetapi hampir semua rambut yang rontok
akan tumbuh kembali dan berganti dengan rambut yang baru karena rambut
lebih dari 100 helai perhari dan terjadi terus menerus, maka hal tersebut
1
terjadi kebotakan. Rambut rontok disebabkan oleh faktor-faktor seperti usia,
yang bersifat sebagai pembersih, namun juga perlu dipelihara dan dirawat
sehingga lebih sehat dan indah. Jenis kosmetik perawatan rambut yang efektif
untuk mengatasi rambut rontok adalah hair tonic. Hair tonic adalah sediaan
kosmetik berbentuk cair, merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan
pertumbuhan dan atau menjaga kondisi rambut (SNI 16- 4955-1998). Fungsi
dari sediaan hair tonic adalah untuk menyegarkan kulit kepala, memacu
Saat ini, sediaan hair tonic sudah terdapat banyak dipasaran, baik dari
bahan sintetis maupun dari bahan herbal. Penggunaan bahan-bahan kimia pada
diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju, tidak hanya
pada bidang pengobatan saja, namun juga pada bidang kosmetik. Hal tersebut
didukung oleh kekayaan alam Indonesia yang melimpah, terutama dari segi
2
Sejak dahulu, nenek moyang kita sudah mengenal cara perawatan
penumbuh rambut adalah buah labu kuning, buah labu kuning mengandung
penelitian terhadap sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol buah
menghasilkan sedian hair tonic dari bahan alam dengan uji pertumbuhan
3
B. Rumusan Masalah
1. Apakah formulasi ekstrak dari buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)
pada sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita
3. Apakah sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
rambut pada sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning
(Cucurbita maxima D.) yang sebanding dengan sediaan hair tonic NR.
penyimpanan.
4
D. Manfaat Penelitian
ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang paling efektif
2. Bagi Peneliti
formulasi uji pertumbuhan rambut pada tikus putih galur wistar dengan
sedian hair tonic dari ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)
3. Bagi Masyarakat
rambut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
negara-negara seperti Afrika, Amerika, India, dan Cina. Dari salah satu
(Rikhana, 2017).
Regnum : Plantae
Division : Spermatophyta
Sub-devision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
6
Sub-class : Polypatellae
Series : Caliciflorae
Ordo : Plassiflorales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : maximus
b. Morfologi Tanaman
1) Batang
2) Daun
dengan garis tengah mencapai 20 cm, ujung daun agak runcing dan
tulang daun tampak jelas, berbulu agak halus serta agak lembek
3) Bunga
bunga betina.
7
4) Buah
biji yang diselimuti lendir dan serat. Berat buahnya dapat mencapai
±20 kg.
c. Kandungan kimia
kandungan gizi cukup tinggi baik pada buah, biji, daun maupun batang
(Yuda, 2017).
8
Tabel 2.1 Komposisi kimia (g / kg berat mentah) labu kuning
(Cucurbita maxima D.) (Kim, 2012)
Tokoferol dan karotenoid Cucurbita maxima D.
Tokoferol 2,31 ± 0,03
β-karoten 17.4 12.18
2. Ekstraksi
yang diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih
ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik
9
dan kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006). Pada penelitian
kali ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Metode
menghasilkan produk yang baik, selain itu dengan teknik ini zat-zat yang
akan diekstrak, sifat yang penting adalah kepolaran dan gugus polarnya
bersifat polar maka pelarut yang digunakan untuk menyari adalah pelarut
yang bersifat polar yaitu etanol 96%. Etanol, methanol, dan air juga dapat
10
penelitian sebelumnya menunjukkan bahawa etanol 96% efektif digunakan
maxima D.)
3. Flavonoid
bersifat polar yang larut dalam air dan pelarut polar lainnya titik didih
kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam
basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau
suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah
utama berupa senyawa yang larut dalam air yang dapat diekstraksi dengan
etanol dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter
11
berubah bila ditambah basa atau ammonia, jadi flavonoid mudah dideteksi
darah yang diperlukan untuk rambut, sehingga rambut menjadi kuat dan
reaksi oksidasi dan bertindak sebagai penangkap radikal yang baik dari
4. Terpenoid
12
hewan terutama serangga dan hewan laut. Disamping sebagai metabolite
dalam lemak dan terdapat pada sitoplasma sel tumbuhan. Terpen adalah
dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai
minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal
hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan
mulai dari akar, batang dan kulit bunga, buah dan yang paling banyak
hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar
(Harborne, 1987) sehingga terpenoid dan steroid larut dalam etanol. Hasil
13
mengekstraksi senyawa triterpenoid. Berdasarkan penelitian Kawano
5. Rambut
a. Pengertian Rambut
seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar,
ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.
b. Anatomi Rambut
14
merugikan, antara lain suhu dingin atau panas dan sinar ultraviolet.
sistin, sistein, lemah, arginin, sistrulin dan enzim (Rook dan Dawber,
1991). Rambut terdiri dari dua bagian yaitu batang rambut dan akar
rambut.
1) Batang Rambut
kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk
(sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi
2) Akar Rambut
rambut terdiri dari dua bagian, yaitu umbi rambut bagian rambut
15
yang akan terbawa jika rambut dicabut. Papilla rambut bagian yang
baru mendorong sel – sel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas
16
3) Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel
(Priskila, 2012).
6. Kerontokan Rambut
kurang 120 helai per hari. Jika kerontokan ini berlanjut dapat terjadi
siklus pertumbuhan rambut karena sebab apa pun. Kerusakan pada batang
berlebihan akibat fase anagen yang dipercepat oleh stressor fisik berupa
17
tarikan dan tekanan, sehingga rambut secara prematur memasuki fase
akibat hambatan atau penghentian mitosis sel matriks pada folikel rambut
(Monselise, 2017).
memiliki sisi lipofilik yang mengikat sebum dan bagian hidrofilik yang
molekul bermuatan negatif dengan lebih kuat dan lebih dalam sifat
(Monselise, 2017).
18
c. Menyisir dengan kekuatan yang besar pada rambut menyebabkan
(Monselise, 2017).
7. Hair Tonic
kepala dan rambut yang digunakan setelah keramas atau kulit kepala
dalam keadaan bersih disebut hair tonic. Hair tonic diharapkan dapat
19
Peraturan BPOM tahun 2013 menyatakan bahwa tonik rambut
warna rambut atau pigmen. Sehingga rambut akan tampak lebih berkilau
Pelarut yang digunakan antara lain air, alkohol dengan kadar serendah
20
8. Morfologi Bahan
a. Propilen Glikol
b. Metil Paraben
atau tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen
glikol, sedikit larut dalam air. Metil paraben memiliki aktifitas sebagai
21
Gambar 2.3 Rumus Struktur Metil Paraben (Rowe, 2009)
c. Etanol 96%
menguap, jernih, dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air
(Rowe, 2009).
d. Aquadest
22
9. Produk NR hair tonic
ekstrak (Urtica dioica). Senyawa aktif yang diramu dengan emulsi alkohol
peredaran darah di kulit kepala dengan khasiat dari sari pohon birkin, yang
23
B. Kerangka Teori
Kerontokan
Rambut
C. Kerangka Konsep
24
D. Hipotesis
1. Formulasi ekstrak dari buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) memiliki
sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
3. Sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pre and post test group design menggunakan Rancangan Acak Lengkap
dan stabilitas fisik dari ekstrak etanol buah labu kuning (Cucurbita maxima
D.) dengan bentuk sediaan hair tonic. Ekstraksi dilakukan dengan metode
1. Lokasi penelitian
Waluyo.
2. Waktu Penelitian
26
C. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah labu
kuning (Cucurbita maxima D.) yang diperoleh dari daerah Salatiga, Jawa
Tengah. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah acak
(1991):
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
(n-1) 4 ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4
4n ≥ 19
n ≥ 4,75 - 5
sebanyak 30 ekor. Sampel yang digunakan adalah tikus putih galur wistar
27
yang diambil secara random sampling dari populasi. Syarat yang harus
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria eksklusi
eksklusi yaitu tikus mati atau sakit selama masa penelitian dan tikus yang
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang berada bersama variabel dan variabel
ini dapat merubah variasinya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
formulasi sedian hair tonic dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10% ekstrak
28
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efek pertumbuhan rambut dan
setabilitas fisik sediaan hair tonic dan pada tikus jantan galur wistar.
3. Variabel Terkendali
tikus, jenis kelamin, berat badan, kandang dan waktu pengolesan sediaan
hair tonic.
1. Alat-alat : gelas ukur, beaker glas, corong kaca, timbangan analitik, kain
2. Bahan : ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D), etanol 96%,
F. Prosedur Penelitian
1. Determinasi tanaman
29
labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang akan digunakan dalam
penelitian.
700 gram serbuk simplisia, alasan dibuat serbuk terlebih dahulu adalah
etanol 96% 1750 mL, kemudian maserat dipindah dalam bejan tertutup
dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari selama 2 hari
pada suhu 70oC hingga diperoleh ekstrak kental dan hitung rendemennya.
B
Rendemen ekstrak dihitung rumus : Rendemen : x 100 %
A
Keterangan
30
B : berat ekstrak yang didapat
Disaring
Maserat I Ampas
Disaring
Maserat II
Dicampur
Gambar 3.1 Alur Ekstraksi Buah Labu Kuning (Cucurbita maxima D.)
31
3. Uji Identifikasi Senyawa
a. Uji Flavonoid
b. Uji Terpenoid
tampak 264 nm dan 366 nm serta nilai RF 0,39 – 0,96 (Yuda, 2017).
32
4. Uji Identifikasi Senyawa Flavonoid Total
terkandung dalam ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dan
5. Formulasi
Kontrol Kontrol
No Bahan F1 F2 F3
Negatif Positif
1. Ekstrak buah
labu kuning
(Cucurbita - - 2,5 % 5% 10 %
maxima D.)
3. Etanol 96% 20 ml - 20 ml 20 ml 20 ml
4. Propilen 15 ml - 15 ml 15 ml 15 ml
Glikol
7. Aquadest Ad - Ad Ad Ad
100ml 100 ml
100 ml 100 ml
diperlukan untuk membuat hair tonic (Rowe, 2009). Etanol 96% pada
33
Metil paraben sebagai pengawet digunakan karena adanya kandungan air
konsentrasi ekstrak dengan basis yang sama, ini bertujuan untuk mencari
untuk satu sediaan adalah 100 mL, maka perhitungan bahan-bahan yang
aquades hingga 100 ml cara pembuatan ini mengacu pada jurnal penelitian
(Aini, 2017).
masing-masing formula sediaan hair tonic pada suhu kamar 25o C. Uji
34
ini termasuk dalam uji stabilitas penyimpanan jangka panjang dengan
tonic pada suhu kamar 25o selama 28 hari dengan membuka dan
b. Cycling test
tonic tetap stabil bila disimpan pada suhu yang ekstrim, dan sebagai
35
pengaruh interval suhu, sediaan disimpan pada kondisi ekstrim suhu
rendah pada kulkas atau pendingin dan suhu tinggi dengan climatic
4x4 cm2, kemudian hewan uji didiamkan selama 24 jam (Rao, 2008).
36
punggung sebanyak 2 ml kemudian diamati selama 3 jam pertama apakah
terjadi iritasi atau tidak, bila tidak terjadi reaksi iritasi kemudian
jam. Setelah 24 jam micropore dibuka dan dibilas dengan air. Parameter
PII = jumlah semua nilai eritema dan oedema pada waktu pengamatan
jumlah tikus x jumlah waktu pengamatan
Nilai PII digunakan untuk menentukan tingkat iritasi.
Eritema Oedema
37
Kemudian dilanjutkan dengan uji aktivitas pertumbuhan rambut,
tikus yang telah digunakan untuk uji iritasi dicukur kembali untuk
jam. Setelah 24 jam formulasi sediaan hair tonic dengan ekstrak daging
mengandung ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) 5%.
daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) 10% (Nusmara, 2012).
ke-7, 14, dan 21. Sebanyak 10 rambut tikus terpanjang dicabut dan diukur
rambut yang diperoleh diolah statistik untuk melihat apakah ada perbedaan
yang bermakna antara daerah uji dengan kontrol. Selain mengukur panjang
38
cara mencukur rambut yang tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang.
F3 F4 F5
Ekstrak 2,5 % Ekstrak 5 % Ekstrak 10 %
Cycling Test
Uji Penyimpanan
pada suhu kamar
Masing-masing formula
disimpan pada suhu 4oC
Masing-masing formula 1x24m jam lalu
disimpan pada suhu 250C dipindahkan pada suhu
selama 28 hari 40oC 1x24 jam
39
Pengamatan pada hari ke Dilakukan sebanyak 6
7, 14, 21, 28. Evaluasi siklus, Evaluasi Fisik
Fisik (Organoleptis, pH, (Organoleptis, pH,
Homogenitas) Homogenitas,
Viskositas)
Didiamkan 24 jam
Kelompok 2 Kelompok 4
dioleskan 2ml dioleskan 2ml
F2 kontrol + F4 Ekstrak
(NR hair tonic) 5%
Didiamkan 24 jam
Kelompok 2 Kelompok 4
dioleskan 2ml 1xsehari dioleskan 2ml
F2 kontrol + (NR hair 1xsehari F4 Ekstrak
tonic) 5%
41
Pengamatan hari ke 7, 14, 21
Analisis data
F 1 Kontrol F 2 Kontrol F3 F4 F5
– (Tanpa + (NR hair 2,5% 5% 10%
ekstrak) tonic) Ekstrak Ekstrak Ekstrak
42
Uji Iritasi pengamatan pada
jam ke-24, 48, 72
Analisis Data
G. Analisis Data
perlakuan yang lainnya. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah
panjang rambut yang diukur menggunakan jangka sorong pada hari ke 7, 14,
untuk mengetahui kelebatan dari rambut. Selain data panjang rambut dan
bobot rambut data nilai pH pada pengujian stabilitas fisik suhu kamar juga di
data menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel kecil (<50). Data
panjang rambut dan bobot rambut dikatakan terdistribusi normal jika p>0,05
dan data dikatakan tidak terdistribusi normal jika p<0,05. Kemudian jika data
43
terdistribusi normal, maka data dianalisa dengan menggunakan uji one-way
ANOVA dengan 5 perlakuan hewan uji. Tetapi jika data tidak terdistribusi
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Determinasi Tanaman
Buah labu kuning yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari
penelitian ini adalah daging buah labu kuning. Determinasi tanaman dilakukan
Kingdom : Plantae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Hasil determinasi :
pembelit. …………….. 27b, 28b, 29b, 30b, 31b, …………… Famili 118 :
45
Cucurbitaceae ………………….. 1b, 4b, 5b, Genus 6 : Cucurbita …….
sampel daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dapat tersari secara
labu yang diperoleh berbentuk kental, berwarna coklat kemerahan, bau manis
maxima D.)
0,62
46
1. Flavonoid
a b c e
Gambar 4.1. (a)pengamatan pada sinar tampak, (b)pengamatan pada
sinar tampak setelah disemprot uap amonia, (c)pengamatan pada
sinar uv 254 nm setelah disemprot uap ammonia, (e)pengamatan pada
sinar uv 366 nm setelah disemprot uap ammonia.
a b
47
Gambar 4.2. (a)pengamatan pada sinar tampak setelah disemprot
Sitroborat, FeCl3.
2. Terpenoid
a b c
3. Flavonoid Total
Kadar
Total flavonoid Kadar
Rata – ekstrak
Sampel [g/ml] Fp [mg
[µg QE/ml] rata [mg
QE/g]
QE/ml]
Ekstrak
Daging Buah
Labu Kuning 1,75 100 88,223 89,300 89,300 88,941 8,8941 5,082343
Keterangan :
Massa buah labu kuning : 700 g
Vol. Ekstrak : 400 ml
Fp (Faktor Pengenceran) : 100x
QE : Quercetin Equivalent
48
D. Skrining Fitokimia Sediaan Hair tonic
1. Terpenoid
a b c
I II III I II III
1 Larutan 0,04 0,039 0,041 44,0 37,00 39,0 40,00 400,00 0,0400
Sediaan 6 0 0
Formula
49
10%
Hasil uji organoleptis awal formula sediaan hair tonic ekstrak daging
buah labu kuning (Cucurbita maxima. D) dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Keterangan
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %
evaluasi berupa pH, dan viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6.
50
Mean 5,29 5.31 5.34 5.42
51
R2 7.40 7.40 7.80 8.10
Keterangan :
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %
52
Karakteristik Formula 3 Formula 4 Formula 5
Keterangan
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %
F3 F3 5,57 6.40
R1 5,51 6.40
R2 5,40 6.60
R3 5,44 6.50
SD 0.08 0.1
F4 F4 5,35 7.20
R1 5,36 7.20
R2 5,30 7.40
R3 5,37 7.40
SD 0.03 0.1
F5 F5 5,28 7.80
R1 5,29 7.80
R2 5,27 8.00
R3 5,21 7.60
53
SD 0.04 0.2
Keterangan :
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %
H. Uji Iritasi
formula pada bagian punggung tikus yang sudah dicukur, dengan konsentrasi
jam ke 3, 24, 48, 72 hasil dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tidak terjadi iritasi
Parameter
Jam
Eritema Oedema
ke-
F1 F2 F3 F4 F5 F1 F2 F3 F4 F5
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
72 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan
Formula 1 (F1) : tidak mengandung ekstrak (Kontrol -)
Formula 2 (F2) : NR hair tonic (Kontrol +)
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %
54
I. Uji Pertumbuhan Rambut
yang dilakukan pengamatan pada hari ke 7, 14, 21 dapat dilihat pada Tabel
4.10. Dan hasil pengukuran bobot rambut dilakukan dapa hari ke 21 dapat
J. Analisis Data
a. Uji Normalitas
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas pH Pada Suhu Ruangan
55
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC PH F3 2,5% ,276 3 . ,942 3 ,537
F4 5% ,175 3 . 1,000 3 1,000
F5 10% ,337 3 . ,855 3 ,253
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas pH Pada Suhu Ruangan
Test of Homogeneity of Variances
AUC PH
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
4,285 2 6 ,070
c. Uji ANOVA
Tabel 4.13 Hasil Uji ANOVA pH Pada Suhu Ruangan
ANOVA
AUC PH
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,010 2 ,005 1,969 ,220
Within Groups ,015 6 ,002
Total ,025 8
56
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -,06000 ,04064 ,190 -,1594 ,0394
F5 10% ,01667 ,04064 ,696 -,0828 ,1161
F4 5% F3 2,5% ,06000 ,04064 ,190 -,0394 ,1594
F5 10% ,07667 ,04064 ,108 -,0228 ,1761
F5 10% F3 2,5% -,01667 ,04064 ,696 -,1161 ,0828
F4 5% -,07667 ,04064 ,108 -,1761 ,0228
a. Uji Normalitas
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Viskositas Pada Suhu Ruangan
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Vikositas F3 2,5% ,358 3 . ,812 3 ,144
F4 5% ,346 3 . ,837 3 ,206
F5 10% ,253 3 . ,964 3 ,637
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Viskositas Pada Suhu Ruangan
Test of Homogeneity of Variances
AUC Vikositas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,610 2 6 ,276
c. Uji ANOVA
Tabel 4.17 Hasil Uji ANOVA Viskositas Pada Suhu Ruangan
ANOVA
AUC Vikositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 17,717 2 8,859 70,090 ,000
Within Groups ,758 6 ,126
Total 18,476 8
57
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -1,85000* ,29027 ,001 -2,5603 -1,1397
F5 10% -3,43333* ,29027 ,000 -4,1436 -2,7231
F4 5% F3 2,5% 1,85000* ,29027 ,001 1,1397 2,5603
F5 10% -1,58333* ,29027 ,002 -2,2936 -,8731
F5 10% F3 2,5% 3,43333* ,29027 ,000 2,7231 4,1436
F4 5% 1,58333* ,29027 ,002 ,8731 2,2936
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas pH Cycling Test
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PH F3 2,5% ,202 4 . ,971 4 ,848
F4 5% ,314 4 . ,854 4 ,240
F5 10% ,333 4 . ,828 4 ,163
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas pH Cycling Test
Test of Homogeneity of Variances
PH
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3,343 2 9 ,082
c. Uji ANOVA
Tabel 4.21 Hasil Uji ANOVA pH Cycling Test
ANOVA
PH
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,096 2 ,048 18,256 ,001
Within Groups ,024 9 ,003
Total ,120 11
58
Multiple Comparisons
Dependent Variable: PH
LSD
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% ,13500* ,03634 ,005 ,0528 ,2172
F5 10% ,21750* ,03634 ,000 ,1353 ,2997
F4 5% F3 2,5% -,13500* ,03634 ,005 -,2172 -,0528
F5 10% ,08250* ,03634 ,049 ,0003 ,1647
F5 10% F3 2,5% -,21750* ,03634 ,000 -,2997 -,1353
F4 5% -,08250* ,03634 ,049 -,1647 -,0003
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Viskositas Cycling Test
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Vikositas F3 2,5% ,283 4 . ,863 4 ,272
F4 5% ,283 4 . ,863 4 ,272
F5 10% ,250 4 . ,945 4 ,683
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Viskositas Cycling Test
Test of Homogeneity of Variances
Vikositas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,150 2 9 ,863
c. Uji ANOVA
Tabel 4.25 Hasil Uji ANOVA Viskositas Cycling Test
ANOVA
Vikositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,562 2 1,781 118,722 ,000
Within Groups ,135 9 ,015
Total 3,697 11
59
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -,8000* ,0866 ,000 -,996 -,604
F5 10% -1,3250* ,0866 ,000 -1,521 -1,129
F4 5% F3 2,5% ,8000* ,0866 ,000 ,604 ,996
F5 10% -,5250* ,0866 ,000 -,721 -,329
F5 10% F3 2,5% 1,3250* ,0866 ,000 1,129 1,521
F4 5% ,5250* ,0866 ,000 ,329 ,721
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas Pertumbuhan Rambut
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Panjang Rambut F1 K (-) ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F2 K (+) ,300 5 ,161 ,833 5 ,146
F3 2,5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F4 5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F5 10% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.32 Hasil Uji Homogenitas Pertumbuhan Rambut
Test of Homogeneity of Variances
c. Uji ANOVA
Tabel 4.33 Hasil Uji ANOVA Pertumbuhan Rambut
60
ANOVA
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F1 K (-) F2 K (+) -1,44000* ,00544 ,000 -1,4513 -1,4287
F3 2,5% -1,05000* ,00544 ,000 -1,0613 -1,0387
F4 5% -1,15000* ,00544 ,000 -1,1613 -1,1387
F5 10% -2,40800* ,00544 ,000 -2,4193 -2,3967
F2 K (+) F1 K (-) 1,44000* ,00544 ,000 1,4287 1,4513
F3 2,5% ,39000* ,00544 ,000 ,3787 ,4013
F4 5% ,29000* ,00544 ,000 ,2787 ,3013
F5 10% -,96800* ,00544 ,000 -,9793 -,9567
F3 2,5% F1 K (-) 1,05000* ,00544 ,000 1,0387 1,0613
F2 K (+) -,39000* ,00544 ,000 -,4013 -,3787
F4 5% -,10000* ,00544 ,000 -,1113 -,0887
F5 10% -1,35800* ,00544 ,000 -1,3693 -1,3467
F4 5% F1 K (-) 1,15000* ,00544 ,000 1,1387 1,1613
F2 K (+) -,29000* ,00544 ,000 -,3013 -,2787
F3 2,5% ,10000* ,00544 ,000 ,0887 ,1113
F5 10% -1,25800* ,00544 ,000 -1,2693 -1,2467
F5 10% F1 K (-) 2,40800* ,00544 ,000 2,3967 2,4193
F2 K (+) ,96800* ,00544 ,000 ,9567 ,9793
F3 2,5% 1,35800* ,00544 ,000 1,3467 1,3693
F4 5% 1,25800* ,00544 ,000 1,2467 1,2693
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Uji Normalitas
Tabel 4.35 Hasil Uji Normalitas Bobot Rambut
61
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Rambut F1 K (-) ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
F2 K (+) ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F3 2,5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F4 5% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
F5 10% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.36 Hasil Uji Homogenitas Bobot Rambut
Bobot Rambut
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,371 4 20 ,826
c. Uji ANOVA
Tabel 4.37 Hasil Uji ANOVA Bobot Rambut
ANOVA
Bobot Rambut
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,006 4 ,001 2227,516 ,000
Within Groups ,000 20 ,000
Total ,006 24
62
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F1 K (-) F2 K (+) -,026200* ,000498 ,000 -,02724 -,02516
F3 2,5% -,005200* ,000498 ,000 -,00624 -,00416
F4 5% -,013000* ,000498 ,000 -,01404 -,01196
F5 10% -,041000* ,000498 ,000 -,04204 -,03996
F2 K (+) F1 K (-) ,026200* ,000498 ,000 ,02516 ,02724
F3 2,5% ,021000* ,000498 ,000 ,01996 ,02204
F4 5% ,013200* ,000498 ,000 ,01216 ,01424
F5 10% -,014800* ,000498 ,000 -,01584 -,01376
F3 2,5% F1 K (-) ,005200* ,000498 ,000 ,00416 ,00624
F2 K (+) -,021000* ,000498 ,000 -,02204 -,01996
F4 5% -,007800* ,000498 ,000 -,00884 -,00676
F5 10% -,035800* ,000498 ,000 -,03684 -,03476
F4 5% F1 K (-) ,013000* ,000498 ,000 ,01196 ,01404
F2 K (+) -,013200* ,000498 ,000 -,01424 -,01216
F3 2,5% ,007800* ,000498 ,000 ,00676 ,00884
F5 10% -,028000* ,000498 ,000 -,02904 -,02696
F5 10% F1 K (-) ,041000* ,000498 ,000 ,03996 ,04204
F2 K (+) ,014800* ,000498 ,000 ,01376 ,01584
F3 2,5% ,035800* ,000498 ,000 ,03476 ,03684
F4 5% ,028000* ,000498 ,000 ,02696 ,02904
*. The mean difference is significant at the .05 level.
BAB V
PEMBAHASAN
63
A. Determinasi Tanaman
buah labu kuning untuk determinasi yang diperoleh dari Desa Kopeng
perendaman tetapi menghasilkan produk yang baik, selain itu dengan teknik
ini zat-zat yang tidak tahan panas tidak akan rusak (Pratiwi, 2010). Pemilihan
64
yang akan diekstrak, sifat yang penting adalah kepolaran dan gugus polarnya
senyawa yang akan diekstrak pada penelitian ini pelarut yang digunakan
adalah etanol 96%. Pelarut etanol dipilih karena etanol merupakan pelarut
yang bersifat polar yang dapat menarik senyawa yang bersifat polar, semi
polar, dan non polar. Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam sampel daging
buah labu kuning diharapkan dapat tersari secara sempurna, baik yang non
Hasil ekstrak kental buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang
Susut Pengeringan
skrining semi kuantitatif dengan melihat pola totolan yang terbentuk dan
menghitung nilai RF. Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah
silika gel GF dengan eluen fase gerak butanol : asam asetat : air (2 : 1 : 1)
methanol (9 : 1). Pemilihan fase diam dan fase gerak didasarkan pada polaritas
65
terkandung dalam silika gel GF 254. Sebelum lempeng yang sudah ditotoli
yang bertujuan agar proses elusi hanya berasal dari eluen dan tidak diganggu
oleh uap air sehingga diperoleh hasil pemisahan yang baik. Proses pemisahan
noda yang tidak tampak pada lampu UV dapat tampak setelah dilakukan
(Cucurbita maxima D.) dengan eluean BAA (butanol : asam asetat : air)
diatas dan bawah plat. Eluen dibuat sebanyak 5 ml kemudian eluen dijenuhkan
pipa kapiler sebelum ditotolkan ektrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
D.) dilarutkan dalam etanol 96% agar konsistensi dari ekstrak yang kental
menit baru kemudian dimasukan dalam chamber yang sudah dijenuhkan tadi.
Proses elusi terjadi sekitar 30 menit karena ukuran lempeng yang panjang.
Setelah eluen sampai tanda batas kemudian plat dikeringkan terlihat ada 3
66
bercak dapat dilihat pada gambar 4.2 dengan nilai RF 0,35, 0,43, 0,55, 0,62
bila dilihat dibawah sinar UV 254 dan 366 terlihat bercak yang berwarna
kuning. Pada penelitian (Marliana, 2005) bahwa RF flavonoid pada buah labu
kuning berkisar antara 0,54 sampai 0,92. Diketahui jika jenis flavonoid yang
banyak (bu isti cari RF NYA KALAU TIDAK HAPUS JENIS DAN BERI
kali ini menggunakan 4 reagen semprot uap ammonia, sitroborat, FeCl3 dan
hasil yang didapat plat yang disemprot uap ammonia memberikan warna
methanol (9:1). Dan hasil yang didapat adalah bercak yang berwarna hijau
biru dengan nilai RF 0,92 sedangkan nila standar RF 0,39 – 0,96 (Yuda,
2017).
mengukur jumlah total flavonoid pada ekstrak dan pada sediaan hair tonic
formula 10%. Hasil yang didapat dari pengujian total flavonoid pada ekstrak
buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) adalah 5,082 [mg QE/g] BILA
67
TOTAL FLAVONOID sedangkan pada sediaan hair tonic formula 5 kadar
Proses pembuatan sediaan hair tonic ini termasuk dalam proses yang
jurnal (Aini, 2017) karena komposisi dari masing-masing bahan sudah sesuai
untuk dibuat sebagai sediaan hair tonic. Menurut (Depkes, 1985) bahan-bahan
pelarut zat bermanfaat. Pada formula ini yang digunakan sebagai pelarut
ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang mengandung flavonoid
sebagai zat aktif utama, bekerja dengan cara memperkuat dinding kapiler
Etanol 96% digunakan sebagai pelarut dari metil paraben dan cosolvent untuk
ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang tidak larut dalam air.
Selain sebagai pelarut ekstrak, etanol 96% pada sediaan topikal juga
lebih dari 15% (Rowe, 2009). Metil paraben atau nipagin pada konsetrasi
68
Tahap awal pembuatan dimulai dengan menimbang dan mengukur masing-
masing bahan sesuai dengan komposisi yang ada diformulasi, ekstrak buah
labu kuning (Cucurbita maxima D.) dilarutkan dalam sedikit etanol 96%
kemudian diaduk sampai semua bagian ekstrak larut, sedangkan diwadah lain
metil paraben dilarutkan dengan sedikit etanol 96% kemudian diaduk sampai
semua bagian metil paraben larut, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit
propilen glikol sambil diaduk setelah semua bahan larut baru kemudian
ditambahkan larutan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) aduk
aquadest.
1. Uji Sentrigufe
sediaan hair tonic tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 4
masing formula ditempatkan dalam botol vial kecil yang kemudian dilapisi
a. Pengujian Homogenitas
69
Selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas untuk melihat
setiap minggu selama 4 minggu dan hasil yang didapat adalah tidak
ruangan
b. Pengujian pH
stabil karena bila pH sediaan kosmetik terlalu asam atau terlalu basa
akan menyebabkan reaksi iritasi pada kulit rentang nilai pH yang baik
70
statistik data, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan pH
6.00
5.00
4.00
3.00
PH
F3 (2,5%)
F4 (5%)
2.00 F5 (10%)
1.00
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Minggu ke
71
maxima D.) berkisar antara 6.40- 9.00 cP(CARI STANDAR). Nilai
yaitu masa jenis, bentuk atau besar dari partikel dan suhu. Semakin
10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
Vikositas
5.00
F3 (2,5%)
4.00 F4 (5%)
3.00 F5 (10%)
2.00
1.00
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Minggu ke
3. Cycling Test
72
Uji stabilitas dengan menggunakan metode cycling test merupakan
metode uji stabilitas dipercepat dengan pengaruh interval suhu. Uji cycling
test bertujuan untuk mengevaluasi apakah sediaan hair tonic tetap stabil
bila disimpan pada suhu yang ekstrim, dan sebagai simulasi jika adanya
perubahan suhu setiap hari bahkan setiap tahunnya. Pada pengujian ini
botol vial yang dilapisi alumunium foil dan jumlah masing masing formula
pukul 14.00 setiap pergantian suhu jam harus disesuaikan agar pada setiap
a. Pengujian Homogenitas
formula sediaan dapat dipastika bahwa sediaan hair tonic stabil pada
73
b. Pengujian pH
5.5
5.45
5.4
5.35
5.3
pH
5.25
5.2
5.15
5.1
F3 F4 F5
Formula
c. Pengujian Viskositas
74
Pengujian viskositas juga dilakukan pada siklus ke 6 atau hari
7.5
7
Viakositas
6.5
5.5
F3 F4 F5
Formula
75
Pengujian iritasi penting dilakukan dalam pembuatan sediaan topikal,
karena untuk mengevaluasi keamanan dan efek iritasi produk sediaan yang
akan digunakan pada bagian kulit. Uji ini dilakukan dengan cara mencukur
kira-kira 4x4 cm2 kemudian tikus didiamkan selama 24 jam (Rao, 2008).
Setelah 24 jam baru kemudian pengujian iritasi dimulai tikus yang sudah
dicukur dikelompokan dalam suatu wadah kotak dimana satu kelompok terdiri
dimana hanya berisi basis dari sediaan hair tonic atau tidak mengandung
positif yang digunakan adalah hair tonic NR yang sama-sama merupakan hair
tonic dengan zat aktif berasal dari bahan herbal. Kelompok 3 diolesi F3 yang
buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) sebanyak 5%. Kelompok 5 diolesi
pengamatan selama 3 jam pertama karena reaksi iritasi bisa terjadi hanya pada
diolesi tadi ditutup dengan micropore dan dilanjutkan pengamatan pada jam
24, 48, 72 dengan parameter yang diamati adalah eritema dan oedema.
76
Hasil yang didapat pada pengujian iritasi ini adalah tidak terjadi reaksi
iritasi pada setiap formula pada jam 3, 24, 48, dan 72 karena tidak
ditemukannya eritema dan oedema pada daerah uji. Dengan ini dapat
dikatakan jika sedian hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
aman digunakan pada bagian kulit karena tidak menimbulkan reaksi iritasi.
pencukuran untuk membersihkan rambut yang sudah mulai tumbuh setelah itu
F2, kelompok 3 dengan F3, kelompok 4 dengan F4, dan kelompok 5 dengan
masing tikus untuk membantu sediaan hair tonic cepat meresap kedalam kulit.
Pengolesan dilakukan satu kali sehari pada sore hari sebelum dioleskan bagian
kulit tikus dibersihkan dengan tissue agar kulit tikus dalam keadaan bersih
pada saat dioleskan sedian hair tonic . Pengujian dilakukan selama 21 hari
77
Berdasarkan hasil yang didapat dari uji aktivitas pertumbuhan rambut
dapat dilihat pada (Tabel. 4.9) terlihat jelas bahwa sediaan hair tonic formula
memacu pertumbuhan rambut yang lebih baik dari pada kontrol positif.
aktivitas pertumbuhan rambut yang lebih baik dari kontrol negatif dan hampir
mana yang memiliki efek panjang rambut yang berbeda, dilakukan uji Post
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh
value 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan
78
F5 10% memiliki efek secara signifikan terhadap panjang rambut. Kemudian
formulasi F5 10% memiliki efek panjang rambut yang lebih besar secara
signifikan dengan kontrol positif, karena diperoleh p-value 0,000 < (0,05). Ini
panjang rambut yang lebih kecil dibandingkan kontrol positif, dengan p-value
3.00
2.50
2.00
Panjang Rambut
F1 (K -)
1.50
F2 (K+)
F3 (2,5%)
1.00 F4 (5%)
F5 (10%)
0.50
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Minggu ke
kelompok dilakukan dengan cara rambut tikus dicukur dengan ukuran 2x2 cm 2
timbangan analitik dan hasil yang didapat adalah bobot rambut tikus formula 5
kontrol positif dapat dilihat pada Tabel 4.10 sedangkan formula 3 (konsentrasi
2,5%) dan 4 (konsentrasi 5%) memiliki bobot rambut yang lebih berat
79
dibanding dengan kontrol negatif dan hampir sebanding dengan kontrol
ada perbedaan secara signifikan dari kelima formulasi yang diberikan terhadap
bobot rambut yang berbeda, dilakukan uji Post Hoc Tests menggunakan uji
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh
value 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan
formulasi F5 10% memiliki efek bobot rambut yang lebih besar secara
signifikan dengan kontrol positif, karena diperoleh p-value 0,000 < (0,05). Ini
80
bobot rambut yang lebih kecil dibandingkan kontrol positif, dengan p-value
0.090
0.080 0.080
0.070
0.065
Bobot Rambut TIkus
0.060
0.050 0.052
0.044
0.040 0.039
0.030
0.020
0.010
0.000
F1 (K -) F2 (K+) F3 (2,5%) F4 (5%) F5 (10%)
Formula
kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada jaringan tanaman yang
81
2009). Pada penelitian Aini, 2017 disebutkan juga bahwa flavonoid diduga
aliran darah ke folikel rambut sehingga nutrisi ke folikel rambut terpenuhi dan
82
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
rambut sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)
2. Formula sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
3. Formula sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima
B. Saran
beberapa saran :
sediaan jenis yang lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat aktif.
lebih panjang.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abraham LS, Moreira AM, Moura LH, Dias MF. 2009. Hair care: A medical
overview: Part 2. Surg Cosmet Dermatol. 1:178–85.
Ahmad, A., dan Patong, R. 2006. Aktivitas antikanker senyawa bahan alam
kurkumin dan analognya pada tingkat molekuler. Skripsi. Biochemistry
and Biotechnology Laboratory, Departement of Chemistry Hasanuddin
University. 1-2.
Aini, Q. 2017. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan Dari Sediaan
Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangkokan
(Nothopanax scutellarium L.). Jurnal Farmasi Lampung. 6(2).
Aisyah T.S., dan A. Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Coklat (Sagarsum duplicatum) Menggunakan Berbagai Pelarut dan
Metode Ekstraksi. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut. 6(1): 22.
Anggraini, Y.E. 2017. Uji kandungan Total Flavonoid Dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita maxima D.) Dengan
Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picryhydrazyl). Skripsi. Program Studi
Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Armando, R. 2009. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Astawan, M dan Kasih A.L., 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Attarde D, J Pawar, B Chaudhari, S Pal. 2010. Estimation of sterols content in
edible oil and ghee samples. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.,5:135 -137
Balafif, R. R., Andayani, Y., dan Gunawan R. 2013. Analisis Senyawa
Triterpenoid Dari Hasil Fraksinasi Ekstrak Air Buah Buncis (Phaseolus
vulgaris Linn). Skripsi. Program Studi Magister Pendidikan IPA,
Universitas Mataram. NTB.
Bhagwat, S., Haytowitz, D.B., dan Holden, J.M. 2011. USDA Database for the
Flavonoid Content of Selected Foods. U.S. Department of Agriculture.
Agricultural Reasearch Service. Release 3.
BPOM RI. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo, online.
Citoglu, G.S. dan O.B. Acikara. 2012. Column Chromatography for Terpenoids
and Flavonoids. In : Sasikumar Dhanarasu ed. Chromatography and Its
Applications. Croatia : Intech. P.14.
84
Dahlan, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta : Bakti Husada.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Menuju ASEAN Economic
Community 2015.Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta.
Dubey, S. D. 2012. Overview On Cucurbita Maxima. International Journal of
Phytopharmacy. 2(3).
Evans, DJ. 2011. Environmental factors affecting hair loss in desert climate.
Wanstrow: DesalinatedWater.
Febriani, A. 2016. Uji Aktivitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak Daun
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan Rambut
Kelinci. UI Depok. Jurnal Farmasi Indonesia. 8(1).
Handayani, H., Sriherfyna, F.H., Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun
Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan: Pelarut dan Lama
Ekstraksi), Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 262-272.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung
Haryanto, I. Fajriaty, I. Rahmawani, S.P.dan Abdurrachman. 2017. Skrining
Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Dari Ekstrak Etanol
Herba Pacar Air (Impatiens balsamina Linn.). Fakultas Pendidikan MIPA
dan Teknologi I KIP PGRI. Pontianak.
Hasri. Maryono. Sari, T. 2018. The Analysis Total Phenolic Extract Noni Fruit
(Morinda Citrifolia L.) As Inhibiting Activity Of Bacteria. Universitas
makasar. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, E-ISSN 2540-
8267. 3(1).
Herliyani, N. 2017. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Etanol Rimpang Jahe
Merah (zingiber officinale Roscoe var. sunti Val.). Bandung. Skripsi :
Universitas AL-GHIFARI.
Horev L. 2004. Exogenous factors in hair disorders. Exog Dermatol 3: 237–45.
Ide, Pangkalan. 2011. Mencegah Kebotakan Dini. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Indah, Marvida Puspa. 2007. Uji Sediaan Larutan Penyubur Rambut Daun
Kucai (Allium schoenoprasum L.) Terhadap Pertumbuhan Dan Kelebatan
Rambut Serta Uji Iritasinya. Bandung. Skripsi : ITB.
85
Indrayani S. 2008. Validasi Penetapan Kadar Kuarsetin dalam Sediaan Krim
Secara Kolorimetri dengan Pereaksi AlCl3. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Jacobo-Valenzuela, N., Maróstica-Junior, M.R., Zazueta-Morales, J. de J.,
Gallegos-Infante, J.A., 2011. Physicochemical, Technological Properties,
And Health-Benefits of Cucurbita moschata Duchense vs. Cehualca. Food
Res. Int. 44, 2587–2593.
James J, Saladi RN, Fox JL. 2007. Traction alopecia in sikh male patients. J Am
Board Fam Med 20 : 497–8.
Jubaidah, S., Indriani, R., Sa’adah, H., dan Wijaya, H. 2018. Formulasi dan uji
pertumbuhan rambut kelinci dari sediaan hair tonic kombinasi ekstrak
daun seledri (Apium graveolens Linn) dan daun mangkokan (Polyscias
scutellaria (Burm.f.) Fosberg). Jurnal Ilmiah Manuntung. 4(1) : 8-14.
Kandlakunta, B., Rajendran, A., Thingnganing, L., 2008. Carotene content of
some common (cereals, pulses, vegetables, spices and condiments) and
unconventional sources of plant origin. Food Chem. 106 : 85–89.
Kawano M, Han J, Kohouk ME, Isoda H., 2009. Hair growth regulation by the
extract of aromatic plant Erica multiflora. J Nat Med.63: 335-339.
Kim, M.Y., Kim, E.J., Kim, Y.-N., Choi, C., Lee, B.-H., 2012. Comparison Of
The Chemical Compositions And Nutritive Values Of Various Pumpkin (
Cucurbitaceae ) Species And Parts. Nutr. Res. Pract.
Kristanti, H., dan Tunjung, W.A.S. 2015. Detection Alkaloid, Flavonoid, And
Terpenoid Compounds In Bread (Artocarpus Communis Forst.) Leaves
And Pulps. KnE Life Sciences. 2 : 129-133
Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Departemen Kimia. FMIPA.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Markham, K.R. 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung.
Marliana, S. D., Venty, S., dan Suyono. 2005. Skrining fitokimia dan analisis
kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) dalam ekstrak etanol. Biofarmasi.
Mirmirani P, 2010. Ceramic flat irons: improper use leading to acquired
trichorrhexis nodosa. J Am Acad Dermatol 62:145-7.
Monselise A, dan David E, 2017. What Ages Hair ?. International Journal of
Women’s Dermatology 3: S52-S57. Elsevier.
86
Mulasih, Wening S. 2017. Optimasi Formula Masker Gel Peel-Off Ekstrak Biji
Buah Labu Kuning (Cucurbita Maxima) Dan Uji Sifat Fisiknya. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Neelamma, G., Swamy, B.D., and Dhamodaran, P., 2016. Phycochemical and
Pharmacolgical Overview of Cucurbita Maxima and Future Perspective As
Potensial Phytotherapeutic Agent. EJPMR. 3(8).
Notoatmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nusmara Ghassani K, 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica charanti). Skripsi. FMIPA Universitas
Indonesia. Depok.
Paus R, Olsen EA, Messenger AG. 2008. Hair growth disorders. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. USA: McGraw-
Hills Company .p. 753–7.
Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (burm.f.) Nees). Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Priskila, Vany. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air
Bongol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, Depok.
Rao, B., dan Kumari, U. N. 2008. Science Process Skills Of School Students.
India: Discovery Publishing House Pvt. Ltd.
Redha, A. 2013. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam
sistem biologis. 9(2) : 196-202.
Rikhana, Isyna L. 2017. Uji Antioksidan Ekstrak Daging Buah Labu Kuning
(Cucurbita Maxima D.) Dengan Metode Metal Ion Chelating Dan Abts
(2,2 Azinobis (3-Etilbenzotiazolin)-6-Asam Sulfonat). Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Rook, A. and R. Dawber, 1991, Disease of The Hair and Scalp, 2nd ed., Blackwell
Scientific Pub., London, 8-11, 14, 26-28, 324-329.
Rowe RC, Sheskey PJ, Owen SC. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipient
(6th ed.) London: America Pharmaceutical Association.
Sinclair RD. 2007. Healthy hair: what is it. Journal of Investigative Dermatology
12: 2–5.
87
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
SNI 16.4955.1998. Lotion Tonic Rambut. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Soepardiman, Lily. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Tranggono RI & Latifah F. 2007. Buku Pengangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Editor Djajadisastra J. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Trueb RM. 2008. Diffuse hair loss. In: Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA,
Trueb R, editors. Hair growth and disorders. Berlin: Springer. p. 259–70.
Yoon, J. I. 2010. Hair Growth Promoting Effect of Zizyphus jujube Essential Oil.
Journal Food & Chemical Toxicology. 1350-1354.
Yuda, P.E.S.K. Erna C. Ni Luh P.Y.W. 2017. Skrining Fitokimia Dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta L.). Medicamento. 3(2) : 61-70.
Yuliantari W.A, Widarta W.R dan Permana. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu
Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan
Daun Sirsak (Annona muricata L.) Menggunakan Ultrasonik. Badung.
Scientific Journal of Food Technology. 4(1) : 35 – 42.
88