Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kosmetika merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini

yang ditandai dengan peningkatan jumlah permintaan di pasaran dari tahun ke

tahun (Departemen Perdagangan RI, 2013). Kosmetika sering digunakan

untuk mempercantik diri yakni usaha untuk menambah daya tarik agar orang

lain menyukainya. Jenis kosmetik tersedia dalam berbagai macam jenis,

fungsi, bentuk sediaan, dan tempat penggunaanya, termasuk kosmetik yang

digunakan pada rambut.

Rambut memiliki peranan penting bagi manusia dan hewan (mamalia).

Salah satu peranannya adalah berfungsi sebagai proteksi terhadap lingkungan

luar, seperti suhu dingin atau panas. Pada manusia, rambut tidak hanya

bersifat sebagai pelindung tetapi juga berperan menunjang penampilan

seseorang, baik pria maupun wanita. Rata-rata orang kehilangan 50-100 helai

rambut setiap hari karena rontok, tetapi hampir semua rambut yang rontok

akan tumbuh kembali dan berganti dengan rambut yang baru karena rambut

mengalami siklus pertumbuhan. Namun demikian, apabila kerontokan rambut

lebih dari 100 helai perhari dan terjadi terus menerus, maka hal tersebut

merupakan ciri rambut yang tidak sehat (Ide, 2011).

Kerontokan rambut merupakan siklus alami dari rambut, namun

terkadang kuantitas dan frekuensi kerontokan menjadi meningkat sehingga

1
terjadi kebotakan. Rambut rontok disebabkan oleh faktor-faktor seperti usia,

kondisi stress, nutrisi yang buruk, gangguan hormonal, penurunan system

imun, penyakit tertentu, dan mengkonsumsi obat tertentu (Ide, 2011).

Perawatan rambut tidak cukup hanya dengan menggunakan shampo

yang bersifat sebagai pembersih, namun juga perlu dipelihara dan dirawat

sehingga lebih sehat dan indah. Jenis kosmetik perawatan rambut yang efektif

untuk mengatasi rambut rontok adalah hair tonic. Hair tonic adalah sediaan

kosmetik berbentuk cair, merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan

lainnya yang digunakan untuk membantu menguatkan, memperbaiki

pertumbuhan dan atau menjaga kondisi rambut (SNI 16- 4955-1998). Fungsi

dari sediaan hair tonic adalah untuk menyegarkan kulit kepala, memacu

proses pertumbuhan rambut, meningkatkan sirkulasi darah dikulit kepala

sehingga dapat mencegah rambut rontok, serta memberikan rasa menyegarkan

pada kulit kepala (Nusmara, 2012)

Saat ini, sediaan hair tonic sudah terdapat banyak dipasaran, baik dari

bahan sintetis maupun dari bahan herbal. Penggunaan bahan-bahan kimia pada

produk kosmetik dinilai kurang aman karena dapat menimbulkan efek

samping pada penggunaan jangka panjang. Penggunaan bahan herbal telah

diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju, tidak hanya

pada bidang pengobatan saja, namun juga pada bidang kosmetik. Hal tersebut

didukung oleh kekayaan alam Indonesia yang melimpah, terutama dari segi

keanekaragaman floranya (Nusmara, 2012).

2
Sejak dahulu, nenek moyang kita sudah mengenal cara perawatan

rambut mengandung tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi menjadi

penumbuh rambut adalah buah labu kuning, buah labu kuning mengandung

saponin, tannin, steroid, dan triterpenoid, dan metabolit sekunder flavonoid

(Attarde, 2010). Dalam berbagai macam penelitian, labu kuning diketahui

memiliki kandungan flavonoid, tanin dan saponin (Attarde, 2010). Flavonoid

merupakan golongan terbesar dari polifenol yang juga sangat efektif

digunakan sebagai antioksidan (Astawan, 2008). Sejumlah penelitian lain

menunjukan bahwa senyawa seperti flavonoid dan terpenoid memiliki

aktivitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dengan memperkuat

dinding kapiler pembuluh darah kecil yang menyuplai folikel rambut,

meningkatkan sirkulasi darah untuk menyehatkan folikel rambut sehingga

dapat meningkatkan pertumbuhan rambut (Kawano, 2009).

Berdasarkan dari paparan diatas, peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian terhadap sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak etanol buah

labu kuning (Cucurbita maxima D.) karena kandungan flavonoid dan

terpenoidnya yang dapat memperkuat dinding kapiler pembuluh darah kecil

dan meingkatan sirkulasi darah. Penelitian ini diharapkan akan dapat

menghasilkan sedian hair tonic dari bahan alam dengan uji pertumbuhan

rambut tikus putih.

3
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah formulasi ekstrak dari buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

memiliki aktivitas penumbuh rambut dalam bentuk sediaan hair tonic?

2. Berapakah konsentrasi formulasi yang efektif sebagai penumbuh rambut

pada sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita

maxima D.) yang sebanding dengan sediaan hair tonic NR ?

3. Apakah sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) memiliki stabilitas fisik yang baik pada penyimpanan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas daya pertumbuhan rambut sediaan hair tonic

dari ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui formulasi ekstrak dari buah labu kuning (Cucurbita

maxima D.) memiliki aktivitas penumbuh rambut dalam bentuk

sediaan hair tonic.

b. Mengetahui konsentrasi formulasi yang efektif sebagai penumbuh

rambut pada sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) yang sebanding dengan sediaan hair tonic NR.

c. Mengetahui apakah sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) memiliki stabilitas fisik yang baik pada

penyimpanan.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

a. Memberikan informasi mengenai penggunaan ekstrak buah labu

kuning (Cucurbita maxima D.) sebagai penumbuh rambut.

b. Memberikan informasi mengenai konsetrasi formula sediaan hair tonic

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang paling efektif

sebagai penumbuh rambut.

c. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti mengenai

formulasi uji pertumbuhan rambut pada tikus putih galur wistar dengan

sedian hair tonic dari ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

yang memiliki efek penumbuh rambut terbaik.

3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat bahwa

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dapat diformulasikan

sebagai sedian kosmetik hair tonic berfungsi sebagai penumbuh rambut

karena mengandung flavonoid yang dapat merangsang pertumbuhan

rambut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Labu Kuning (Cucurbita maxima D.)

Labu kuning atau waluh termasuk jenis tanaman menjalar dari

family Cucurbitaceae. Tanaman labu kuning telah lama dibudidayakan di

negara-negara seperti Afrika, Amerika, India, dan Cina. Dari salah satu

negara inilah diperkirakan tanaman labu kuning berasal, sebab di negara -

negara tersebut banyak ditemukan varietas lain dari family Cucurbitaceae

(Rikhana, 2017).

Gambar 2.1 Labu kuning (Cucurbita maxima D. )


(Dokumentasi Pribadi 12/10/2018)

a. Klasifikasi labu kuning (Dubey, 2012)

Regnum : Plantae

Division : Spermatophyta

Sub-devision : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

6
Sub-class : Polypatellae

Series : Caliciflorae

Ordo : Plassiflorales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Cucurbita

Spesies : maximus

b. Morfologi Tanaman

1) Batang

Batang tanaman labu kuning berwarna hijau tua, bercabang, kaku,

permukaan batang kasar berbulu tajam, sifat batang berair dengan

panjang batang mencapai 5-10m dan arah tumbuh batang menjalar.

2) Daun

Daun tanaman labu kuning berwarna hijau keabu-abuan, lebar

dengan garis tengah mencapai 20 cm, ujung daun agak runcing dan

tulang daun tampak jelas, berbulu agak halus serta agak lembek

sehingga apabila terkena sinar matahari akan menjadi layu. Letak

daun berselang-seling antar batang dengan panjang tangkai daun

antara 15-20 cm. Tanaman labu kuning Cucurbita maxima D.

mulai berbunga setelah 1-1,5 bulan.

3) Bunga

Bunga tanaman labu kuning memiliki bentuk lonceng yang

berwarna kuning, dalam satu rumpun terdapat bunga jantan dan

bunga betina.

7
4) Buah

Buah tanaman labu kuning berbentuk bulat sampai lonjong dan

berwarna kuning kemerahan. Pada bagian tengah buahnya terdapat

biji yang diselimuti lendir dan serat. Berat buahnya dapat mencapai

±20 kg.

c. Kandungan kimia

Labu kuning merupakan salah satu tanaman yang memiliki

kandungan gizi cukup tinggi baik pada buah, biji, daun maupun batang

pucuknya yang masih muda. Kandungan gizi buah labu kuning

terutama terdiri atas karbohidrat, protein, vitamin A, beta karoten,

kalsium, potasium, dan hampir tidak ada lemak (Neelamma, 2016).

Buah labu kuning tidak hanya mengandung saponin, tannin, steroid,

dan triterpenoid, namun mengandung senyawa metabolit sekunder

flavonoid (Attarde, 2010). Kandungan betakaroten pada labu kuning

sebesar 1,18 mg/100g (Kandlakunta, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Rikhana (2017) ditemukannya

senyawa flavonoid dan terpenoid pada ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) menggunakan uji kromatografi lapis tipis

dengan nilai Rf dari flavonoid adalah 0,78 dengan standart Rf

flavonoid adalah 0,54 - 0,92 (Marliana, 2005). Sedangkan nilai Rf dari

Terpenoid adalah 0,95 dengan standart Rf terpenoid adalah 0,39 – 0,96

(Yuda, 2017).

8
Tabel 2.1 Komposisi kimia (g / kg berat mentah) labu kuning
(Cucurbita maxima D.) (Kim, 2012)
Tokoferol dan karotenoid Cucurbita maxima D.
Tokoferol 2,31 ± 0,03
β-karoten 17.4 12.18

d. Manfaat Labu Kuning (Cucurbita maxima D.)

Buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) memiliki aktivitas

farmakologi seperti antidiabetes, antijamur, antibakteri, antiinflamasi

dan efek antioksidan. Tanaman ini juga dilaporkan banyak digunakan

sebagai obat tradisional sebagai antidiabetes, antihipertensi, antitumor,

immunomodulasi, dan antibakteri karena banyak mengandung nutrisi

dan senyawa bioaktif seperti kandungan flavonoid, fenolat, vitamin

(termasuk vitamin β-karoten, vitamin A, vitamin B2, α-tokoferol,

vitamin C, dan vitamin E), asam amino, karbohidrat dan mineral

(terutama kalium), kandungan energi rendah dan serat dalam jumlah

yang besar (Jacobo, 2011).

2. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen senyawa

yang diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih

komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponennya. Pada

umumnya ekstraksi akan semakin baik apabila permukaan serbuk

simplisia yang bersentuhan dengan pelarut semakin luas. Dengan

demikian, semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin baik

ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik

9
dan kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad, 2006). Pada penelitian

kali ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Metode

maserasi merupakan suatu metode pengekstrakan serbuk simplisia dengan

menggunakan pelarut yang kemudian dilakukan pengadukan pada suhu

ruangan. Maserasi mempunyai beberapa kelebihan antara lain alat yang

digunakan sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendaman tetapi

menghasilkan produk yang baik, selain itu dengan teknik ini zat-zat yang

tidak tahan panas tidak akan rusak (Pratiwi, 2010).

Senyawa yang ingin digunakan dalam ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) adalah flavonoid dan terpenoid. Penggunaan

pelarut harus memperhatikan sifat kandungan kimia dari senyawa yang

akan diekstrak, sifat yang penting adalah kepolaran dan gugus polarnya

senyawa yang akan diekstrak. Flavonoid merupakan senyawa yang

bersifat polar maka pelarut yang digunakan untuk menyari adalah pelarut

yang bersifat polar yaitu etanol 96%. Etanol, methanol, dan air juga dapat

mengekstraksi triterpenoid dan glikosida sterol (Citoglu dan Acikara,

2012). Penelitian Febriani (2016) menyatakan bahwa ditemukan hasil

yang positif triterpenoid pada uji kualitatif ekstrak etanol.

Berdasarkan penelitian Rikhana (2017) ekstraksi menggunakan

metode maserasi dengan pelarut etanol 96% diperoleh hasil rendemen

yang baik dengan nilais 18,029%. Rendemen menggunakan satuan persen

(%), semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai

ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Armando, 2009). Hasil

10
penelitian sebelumnya menunjukkan bahawa etanol 96% efektif digunakan

sebagai pelarut pada ekstraksi daging buah labu kuning (Cucurbita

maxima D.)

3. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit

sekunder yang paling banyak ditemukan didalam jaringan tanaman.

Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur

kimia C6-C3-C6 (Redha, 2013). Flavonoid merupakan senyawa yang

bersifat polar yang larut dalam air dan pelarut polar lainnya titik didih

flavonoid adalah 100OC (Harborne, 1987).

Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu memiliki sifat

kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam

basa. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau

suatu gula, flavonoid merupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah

lama suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri, maka

umumnya flavonoid larut dalam 11 pelarut polar seperti etanol, methanol,

butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilfoemamida, air, dan lain-lain.

Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan

flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut

dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1998). Flavonoid

utama berupa senyawa yang larut dalam air yang dapat diekstraksi dengan

etanol dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter

minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya

11
berubah bila ditambah basa atau ammonia, jadi flavonoid mudah dideteksi

pada kromatogram atau dalam larutan (Harborne, 1987).

Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat antioksidan yang

penting bagi kesehatan rambut, karena antioksidan mampu meremajakan

dan memperbaiki sel-sel rambut yang rusak, menghasilkan jaringan kulit

yang kondusif untuk pertumbuhan rambut, dan memperlancar sirkulasi

darah yang diperlukan untuk rambut, sehingga rambut menjadi kuat dan

tidak kusam (Anggraini, 2017). Senyawa polar seperti flavonoid memiliki

aktivitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dengan

memperkuat diding kapiler pembuluh darah kecil yang menyuplai folikel

rambut, meningkatkan sirkulasi darah untuk menyehatkan folikel rambut

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan rambut (Kawano, 2009).

Flavonoid merupakan senyawa yang baik dan banyak menghambat

reaksi oksidasi dan bertindak sebagai penangkap radikal yang baik dari

radikal hidroksi dan superperoksida. Aktivitas sebagai antioksidan dimiliki

oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi

fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika bereaksi dengan radikal bebas,

flavonoid membentuk radikal baru yang distabilkan oleh efek resonasi

benzen (Indrayani, 2008).

4. Terpenoid

Terpenoid merupakan suatu golongan  hidrokarbon yang banyak

dihasilkan oleh tumbuhan. Pada tumbuhan senyawa-senyawa terpenoid

merupakan metabolite sekunder, terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah

12
hewan terutama serangga dan hewan laut. Disamping sebagai metabolite

sekunder, terpenoid merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa

penting sebagai mahluk hidup. Secara kimia, terpenoid umumnya larut

dalam lemak dan terdapat pada sitoplasma sel tumbuhan. Terpen adalah

suatu golongan senyawa yang sebagian besar terjadi dalam dunia

tumbuhan (Lenny, 2006)

Hanya sedikit sekali terpen yang diperoleh dari sumber lain.

Terpenoid adalah merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau

dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan disebut sebagai

minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal

dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom

hidrogen dan atom karbon dari senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan

perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut termasuk

golongan terpenoid. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isorpen

penyusun senyawa tersebut. Senyawa terpenoid terdapat hampir diseluruh

jenis tumbuhan dan penyebarannya juga hampir semua bagian tumbuhan

mulai dari akar, batang dan kulit bunga, buah dan yang paling banyak

adalah daun (Lenny ,2006).

Senyawa terpenoid dan senyawa steroid memiliki sifat nonpolar

(Hasri, 2018) sedangkan etanol memiliki sifat yang mampu melarutkan

hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar

(Harborne, 1987) sehingga terpenoid dan steroid larut dalam etanol. Hasil

penelitian Citoglu dan Acikara (2012) menyatakan bahwa etanol dapat

13
mengekstraksi senyawa triterpenoid. Berdasarkan penelitian Kawano

(2009) bahwa senyawa terpenoid memiliki aktivitas yang dapat

meningkatkan pertumbuhan rambut dengan memperkuat diding kapiler

pembuluh darah kecil yang menyuplai folikel rambut, meningkatkan

sirkulasi darah untuk menyehatkan folikel rambut sehingga dapat

meningkatkan pertumbuhan rambut.

5. Rambut

a. Pengertian Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada

seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar,

permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan bibir. Jenis rambut

pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:

1) Rambut terminal : rambut kasar yang mengandung banyak pigmen.

Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna.

Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel rambut besar yang

ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.

2) Rambut velus : rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat

16 drene di seluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-

folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan dermis,

diameternya < 0,03 mm (Soepardiman, 2009).

b. Anatomi Rambut

Rambut mempunyai peranan yang sangat penting bagi

manusia. Rambut berperan sebagai proteksi terhadap lingkungan yang

14
merugikan, antara lain suhu dingin atau panas dan sinar ultraviolet.

Selain itu, rambut juga berfungsi sebagai pengatur suhu, pendorong

penguapan keringat dan sebagai indera peraba yang sensitif. Rambut

tumbuh pada bagian epidermis kulit, terdistribusi merata pada tubuh.

Komponen rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohodrat,

sistin, sistein, lemah, arginin, sistrulin dan enzim (Rook dan Dawber,

1991). Rambut terdiri dari dua bagian yaitu batang rambut dan akar

rambut.

1) Batang Rambut

Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada di atas

permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat

tanduk atau keratin. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu

kutikula (selaput rambut), yang terdiri dari 6-10 lapis sel tanduk

dan tersusun seperti genteng atap; korteks(kulit rambut), terdiri

atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara

memanjang , dan mengandung butir-butir melanin; dan medulla

(sumsum rambut), yang terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi

keratohialin, badan lemak, dan rongga udara (Soepardiman, 2009).

2) Akar Rambut

Bagian rambut yang terletak didalam lapisan dermis kulit

disebut akar rambut atau folikel rambut. Folikel rambut dikelilingi

oleh pembuluh-pembuluh darah yang memberikan makanan. Akar

rambut terdiri dari dua bagian, yaitu umbi rambut bagian rambut

15
yang akan terbawa jika rambut dicabut. Papilla rambut bagian yang

tertinggal didalam kulit meskipun rambut dicabut sampai akar-

akarnya, sehingga akan selalu terjadi pertumbuhan rambut baru

kecuali jika papilla rambut itu rusak (Soepardiman, 2009).

c. Siklus Pertumbuhan Rambut

Sejak pertama kali terbentuk folikel rambut mengalami siklus

pertumbuhan yang berulang. Siklus pertumbuhan rambut adalah

perubahan terprogram dari folikel rambut yang terdiri dari anagen,

katagen dan telogen. Folikel rambut tidak aktif terus-menerus,

melainkan bergantian mengalami telogen (Soepardiman, 2009).

1) Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel

baru mendorong sel – sel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas

ini lamanya 2-6 tahun (Soepardiman, 2009). Durasi periode anagen

berkisar 2 sampai 6 tahun dengan laju pertumbuhan berkisar antara

0.03 sampai 0.045 mm per hari, dengan laju pertumbuhan lebih

cepat pada wanita (Abraham, Moreira, Moura dan Dias, 2009).

2) Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan

jaringan ikat disekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan

mengeriputnya selaput hialin. Bagian tengah akar rambut

menyempit dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami

pertandukan sehingga terbentuk gada (club). Masa peralihan ini

berlangsung 2-3 minggu (Soepardiman, 2009).

16
3) Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel

epitel dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru

sehingga rambut gada akan terdorong keluar (Soepardiman, 2009).

d. Nutrisi yang Berperan dalam Pertumbuhan Rambut

Hal yang mempengaruhi terjadinya kerontokan rambut

diantaranya adalah kurangnya nutrisi bagi pertumbuhan rambut seperti

air, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B, vitamin E dan zat besi

(Priskila, 2012).

6. Kerontokan Rambut

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkisar lebih

kurang 120 helai per hari. Jika kerontokan ini berlanjut dapat terjadi

kebotakan (alopesia) (Soepardiman, 2009). Rambut rontok dapat terjadi

melalui mekanisme kerontokan atau efluvium (telogen efluvium, anagen

efluvium), patahnya batang rambut yang rusak, serta kebotakan atau

alopesia (sikatrik dan non sikatrik) (Soepardiman, 2009).

Efluvium hampir selalu terjadi karena adanya gangguan pada

siklus pertumbuhan rambut karena sebab apa pun. Kerusakan pada batang

rambut dapat menyebabkan rambut patah yang tampak sebagai rambut

rontok. Alopesia non sikatrik terjadi karena gangguan siklus pertumbuhan

rambut, sementara proses regenerasi folikel yang tidak sempurna dapat

memicu alopesia sikatrikalis (Paus, 2008).

Telogen efluvium adalah pelepasan rambut telogen dalam jumlah

berlebihan akibat fase anagen yang dipercepat oleh stressor fisik berupa

17
tarikan dan tekanan, sehingga rambut secara prematur memasuki fase

telogen (Soepardiman, 2009). Anagen efluvium adalah kerontokan rambut

akibat hambatan atau penghentian mitosis sel matriks pada folikel rambut

fase anagen. Penyebabnya adalah radiasi sinar X, dan trauma/tekanan

(Trueb, 2008). Adapun faktor lingkungan yang menyebabkan kerontokan

pada rambut yaitu :

a. Melanin yang berada di korteks memberikan perlindungan kepada

fiber terhadap radiasi UV melanin yang bertindak sebagai penangkap

radikal bebas. Namun, ketika radikal bebas dalam jumlah besar

terbentuk, melanin terdegradasi dan sinar UV kemudian menghasilkan

ikatan silang antara protein, korteks meleleh dan membuat rambut

sangat rapuh hal ini juga dapat menyebabkan telogen effluvium

(Monselise, 2017).

b. Keramas setiap hari dapat membersihkan lapisan pelindung sebum

yang menutupi rambut, menyebabkan batang mengering sehingga

mudah terangsang dan akibatnya lebih rentan terhadap gesekan

sehingga mudah rusak. Shampo adalah molekul amphiphilic yang

memiliki sisi lipofilik yang mengikat sebum dan bagian hidrofilik yang

mengikat air. Shampo dibagi menjadi kelompok berdasarkan struktur

kimianya. Shampo yang termasuk anionik kelompok mengandung

molekul bermuatan negatif dengan lebih kuat dan lebih dalam sifat

pembersihan, seperti natrium lauret sulfat dan natrium lauril sulfat

(Monselise, 2017).

18
c. Menyisir dengan kekuatan yang besar pada rambut menyebabkan

stress mekanik, menggunakan sisir dengan gerigi yang rapat semakin

memperburuk keadaan rambut karena pada saat basah rambut lebih

elastis sehingga lebih mudah rontok (Monselise, 2017).

d. Menggunakan pengering rambut dan pelurus rambut bisa memanaskan

fiber rambut. Pelurus rambut ionik dengan besi keramik yang

mencapai suhu setinggi 210 ° C menyebabkan kerusakan yang meluas

dari batang rambut sebagai akibatnya adalah trichorrhexis nodosa

(Mirmirani, 2010). Gangguan yang terjadi adalah ikatan hidrogen

dalam korteks, sehingga kutikula hilang dan korteks telah rusak

(Monselise, 2017).

e. Air di kolam renang yang banyak mengandung klorin dapat

menyebabkan kerontokan rambut. Klorin yang digunakan sebagai

antibakteri merupakan suatu pengoksidasi yang dapat merusak

kutikula sehingga rambut kering dan kusam (Evans, 2011).

7. Hair Tonic

Perawatan rambut memerlukan berbagai kosmetik, mulai dari

kosmetik pembersih rambut yang baik, hair conditioner, creambath,sampai

hair tonic (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetika perawatan kulit

kepala dan rambut yang digunakan setelah keramas atau kulit kepala

dalam keadaan bersih disebut hair tonic. Hair tonic diharapkan dapat

memperlancar sirkulasi darah pada daerah kulit kepala serta memperbaiki

sekresi kelenjar sebum sehingga dapat merangsang pertumbuhan rambut.

19
Peraturan BPOM tahun 2013 menyatakan bahwa tonik rambut

(hair tonic) adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk merawat

pertumbuhan rambut. Mekanisme kerja hair tonic sebagai obat penyubur

rambut adalah mampu merangsang pertumbuhan bagian dasar rambut atau

akar rambut yang mengandung sel-sel melanosit yang cukup untuk

menghasilkan melanin. Melanin tersebut berfungsi sebagai pembentuk zat

warna rambut atau pigmen. Sehingga rambut akan tampak lebih berkilau

dan subur (Tranggono dan Latifah, 2007).

Fungsi dari hair tonic adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah

dikulit kepala sehingga dapat mencegah rambut rontok, meningkatkan

pertumbuhan rambut, mencegah timbulnya ketombe dan gatal serta

memberikan rasa menyegarkan pada kulit kepala. Kadar alkohol yang

digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar alkohol yang tinggi

dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut, sehingga dapat

menyebabkan terputusnya struktur protein (Depkes RI & Dirjen POM,

1985). Menurut (Depkes, 1985), bahan-bahan yang digunakan sediaan

perangsang pertumbuhan rambut terdiri dari pelarut dan zat bermanfaat.

Pelarut yang digunakan antara lain air, alkohol dengan kadar serendah

mungkin hanya untuk memudahkan kelarutan. Zat bermanfaat disesuaikan

sebagai efek sebagai daya pembersih, menghilangkan atau mencegah

ketombe, vasodilator yang melebarkan pembuluh darah sehingga

merangsang pertumbuhan rambut, memperbaiki atau memulihkan sekresi

kelenjar sebum dan merangsang pertumbuhan rambut.

20
8. Morfologi Bahan

a. Propilen Glikol

Pemerian propilen glikol berupa cairan jernih, tidak berwarna,

manis, kental, praktis tidak berbau, dan bersifat higroskopis. Senyawa

ini dapat bercampur dengan air. Kegunaan propilen glikol adalah

sebagai kosolven, humectant, plastizer, dan stabilizer. Pada konsetrasi

15-30% propilen glikol digunakan sebagai pengawet pada sediaan

larutan dan digunakan sebagai humectant pada konsentrasi tidak lebih

dari 15% (Rowe, 2009).

Gambar 2.2 Rumus Struktur Propilen Glikol (Rowe, 2009)

b. Metil Paraben

Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk Kristal putih

atau tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen

glikol, sedikit larut dalam air. Metil paraben memiliki aktifitas sebagai

pengawet antimikroba untuk sediaan kosmetik, makanan, dan sediaan

farmasi. Efektif pada rentang pH yang besar mempunyai spektrum

antimikroba yang luas meskipun lebih efektif terhadap jamur dan

kapang. Methyl paraben menunjukkan aktivitas antimikroba dari pH 4

- 8. Pada sediaan ini metil paraben digunakan sebagai pengawet

dengan konsentrasi 0,1% (Rowe, 2009).

21
Gambar 2.3 Rumus Struktur Metil Paraben (Rowe, 2009)

c. Etanol 96%

Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah

menguap, jernih, dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air

dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik (Rowe, 2009).

Etanol secara umum digunakan sebagai pelarut etanol juga digunakan

sebagai sumber inokulum, dan dalam larutan sebagai pengawet

antimikrobial. Larutan etanol topikal digunakan dalam pengembangan

sistem pengiriman obat transdermal sebagai peningkat penetrasi

(Rowe, 2009).

d. Aquadest

Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut

aquadest, sehingga lebih bebas dari kotoran maupun mikroba. Air

murni digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air,

terkecuali untul parenteral, aquadest harus diseterilkan dahulu (Rowe,

2009). Aquadest pada sediaan ini digunakan sebagai pelarut.

22
9. Produk NR hair tonic

Produk hair tonic NR sudah sejak lama dikenal sebagai produk

hair tonic mengandung bahan herbal yang mampu mengatasi masalah

kerontokan rambut dengan cara menyegarkan kulit kepala sekaligus

menyuburkan rambut sebagai nutrisi untuk kulit kepala dan rambut. NR

hair tonic mengandung ethyl alcohol, aqua, fragrance, PEG-40

hydrogenated castor oil, triticum vulgare germ oil, sodium salicylate,

propylene glycol, D-panthenol, linoleic acid, retinyl palmitate,

ethoxydiglycol, glucose, citric acid, ekstrak bunga (Chamomilla recutita),

lysine, methionine, lactic acid, glycine, leucine, arginine, histidine, ekstrak

(Equisetum arvense), valine, sodium benzoate, ekstrak (Betula alba Leaf),

calcium pantothenate, (Tussilago farfara Leaf) extract, butylene glycol,

ekstrak (Urtica dioica). Senyawa aktif yang diramu dengan emulsi alkohol

menyebar merata berfungsi menyegarkan serta memperlancar aliran

peredaran darah di kulit kepala dengan khasiat dari sari pohon birkin, yang

mampu merangsang pertumbuhan rambut baru yang sehat serta

mempunyai daya anti kuman sehingga dapat mencegah terjadinya

peradangan di kulit kepala unsur vitamin yang lengkap memperbaiki

struktur rambut dan melawan infeksi di kulit kepala.

23
B. Kerangka Teori

Hair tonic ekstrak buah labu


kuning (Cucurbita maxima D.) Produk hair tonic NR

Memperlancar aliran peredaran


Flavonoid dan Terpenoid darah dikulit kepala dan
memperbaiki struktur rambut.

Memperkuat dinding kapiler


pembuluh darah kecil dan
meningkatkan sirkulasi darah.

Kerontokan
Rambut

Gambar 2.4 Kerangka Teor

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Tergantung

Uji Pertumbuhan Rambut


Hair tonic ekstrak buah labu
kuning (Cucurbita maxima
D.) konsentrasi 2,5%, 5%,
10%
Uji Stabilitas Fisik

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

24
D. Hipotesis

1. Formulasi ekstrak dari buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) memiliki

aktivitas penumbuh rambut dalam bentuk sediaan hair tonic.

2. Konsentrasi formulasi yang efektif sebagai penumbuh rambut pada

sediaan hair tonic dengan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) yang sebanding dengan sediaan hair tonic NR.

3. Sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

memiliki stabilitas fisik yang baik pada penyimpanan.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini meruapakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

pre and post test group design menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pertumbuhan rambut

dan stabilitas fisik dari ekstrak etanol buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) dengan bentuk sediaan hair tonic. Ekstraksi dilakukan dengan metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 96% yang selanjutnya dibuat dalam

sediaan hair tonic.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

a. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Ngudi

Waluyo.

b. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan

Biosistemik Universitas Diponegoro Semarang.

c. Skrining Fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia-FSM Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2018.

26
C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah labu

kuning (Cucurbita maxima D.) yang diperoleh dari daerah Salatiga, Jawa

Tengah. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah acak

sederhana, dimana setiap sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk

diuji. Penentuan jumlah sampel hewan Uji menggunakan rumus Federer

(1991):

(n-1) (t-1) ≥ 15

Keterangan: t = banyaknya kelompok

n = banyaknya hewan uji tiap kelompok

Sampel dibagi menjadi 5 kelompok, sehingga:

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) 4 ≥ 15

4n-4 ≥ 15

4n ≥ 15 + 4

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 - 5

Jumlah sampel hewan uji yang digunakan pada masing-masing

kelompok sebanyak 5 ekor pada 5 kelompok, sehingga total hewan uji

sebanyak 30 ekor. Sampel yang digunakan adalah tikus putih galur wistar

27
yang diambil secara random sampling dari populasi. Syarat yang harus

dipenuhi adalah kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini kriteria inklusi yaitu:

a. Tikus putih jantan galur wistar.

b. Umur tikus 2-3 bulan.

c. Berat badan 180-200 gram.

d. Tidak ada kelainan anatomi.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini kriteria

eksklusi yaitu tikus mati atau sakit selama masa penelitian dan tikus yang

tidak mempunyai kelainan pada bulu atau bagian kulit.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang berada bersama variabel dan variabel

ini dapat merubah variasinya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

formulasi sedian hair tonic dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10% ekstrak

buah labu kuning (Cucurbita maxima D.).

28
2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang berubah karena variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efek pertumbuhan rambut dan

setabilitas fisik sediaan hair tonic dan pada tikus jantan galur wistar.

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali adalah variabel yang keberadaannya merupakan

persyaratan bagi bekerjanya suatu variabel bebas terhadap variabel

tergantung. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah kondisi awal

tikus, jenis kelamin, berat badan, kandang dan waktu pengolesan sediaan

hair tonic.

E. Alat dan bahan

1. Alat-alat : gelas ukur, beaker glas, corong kaca, timbangan analitik, kain

flannel, pipet tetes, batang pengasuk, pH meter, blender, pisau, spatula,

rotary evaporator, kandang hewan.

2. Bahan : ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D), etanol 96%,

propilen glikol, metil paraben, parfum jasmine, aquadest, asam asetat

glacial, butanol, air, aquadest, NR hair tonic, klorofrom, methanol,

ammonia, sitroborat, FeCl3.

F. Prosedur Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan

Biosistemik Fakultas Sains dan Matematika Program Studi Biologi

Universitas Diponogoro Semarang untuk mengetahui kebenaran dari buah

29
labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang akan digunakan dalam

penelitian.

2. Ekstraksi buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

Ekstraksi buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dilakukan

dengan cara maserasi. Tahap pertama dilakukan dengan cara menimbang

700 gram serbuk simplisia, alasan dibuat serbuk terlebih dahulu adalah

untuk memperkecil ukuran partikel dari simplisia sehingga memudahkan

proses ekstraksi. Pelarut ditambahkan dengan perbandingan 1:10 yaitu 700

gram simplisia : 7000 mL etanol 96%. Pelarut pertama 5250 mL sisanya

1750 mL untuk remaserasi. Ekstraksi dilakukan selama 3x24 jam dengan

pengadukan dalam ruangan yang terlindung dari sinar matahari kemudian

aduk hingga seluruh serbuk kasar terbasahi merata dengan pelarut.

Kemudian ekstrak yang diperoleh dari maserat pertama disaring

menggunakan kain flannel. Setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama dilakukan remaserasi. Remaserasi menggunakan sisa dari pelarut

etanol 96% 1750 mL, kemudian maserat dipindah dalam bejan tertutup

dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari sinar matahari selama 2 hari

dengan dilakukan pengadukan sehari sekali. Maserat pertama dan maserat

kedua yang telah dikumpulkan kemudian diuapkan dirotary evaporator

pada suhu 70oC hingga diperoleh ekstrak kental dan hitung rendemennya.

B
Rendemen ekstrak dihitung rumus : Rendemen : x 100 %
A

Keterangan

30
B : berat ekstrak yang didapat

A : berat serbuk simplisia

Serbuk halus daging buah labu kuning (Cucurbita


maxima D.) sebanyak 700 gram.

Maserasi dengan etanol 96% sebanyak 5250 ml selama 3 hari


dan diaduk sekali sehari.

Disaring

Maserat I Ampas

Remaserasi dengan etanol 96%


1750 ml selama 2 hari

Disaring

Maserat II

Dicampur

Diuapkan dirotary evaporator pada suhu 70oC,


diperoleh ekstrak pekat buah labu kuning
(Cucurbita maxima D.)

Ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita


maxima D.)

Gambar 3.1 Alur Ekstraksi Buah Labu Kuning (Cucurbita maxima D.)

31
3. Uji Identifikasi Senyawa

Penyiapan fase diam Silica gel GF254/plat KLT terlebih dahulu

diaktifkan dengan oven pada suhu 110 °C selama 30 menit sebelum

dilakukan penotolan sampel.

a. Uji Flavonoid

Fase gerak butanol - asam asetat glacial - air (2:1:1), dengan

penampak noda uap ammonia. Reaksi positif ditunjukkan dengan

terbentuknya noda berwarna kuning cokelat setelah diuapi ammonia

pada pengamatan dengan sinar tampak dan berwarna biru pada UV

366 nm dan 264 nm (Marliana, 2005). Reaksi positif juga ditunjukan

dengan terbentuknya warna kuning pada UV 366 nm dan 264 nm

setelah disemprot dengan sitroborat (Kristanti, 2015). Menunjukan

warna kuning terang sebelum dan setelah disemprot FeCl3 5% pada UV

366 nm dan 264 nm (Herliyani, 2017). Serta nilai RF 0,54 – 0,92

menegaskan adanya kandungan flavonoid (Marliana, 2005).

b. Uji Terpenoid

Fase gerak yang digunakan adalah kloroform - metanol (9:1).

Dengan penampak noda pereaksi Liberman-Buchard disertai dengan

pemanasan pada suhu 105oC selama 5 menit. Reaksi positif

ditunjukkan dengan adanya noda berwarna hijau biru pada sinar

tampak 264 nm dan 366 nm serta nilai RF 0,39 – 0,96 (Yuda, 2017).

32
4. Uji Identifikasi Senyawa Flavonoid Total

Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui jumlah flavonoid yang

terkandung dalam ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dan

sediaan hair tonic. Uji Identifikasi dilakukan di Laboratorium Kimia-FSM

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

5. Formulasi

Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Hair Tonic (Aini, 2017)

Kontrol Kontrol
No Bahan F1 F2 F3
Negatif Positif

1. Ekstrak buah
labu kuning
(Cucurbita - - 2,5 % 5% 10 %
maxima D.)

2. NR hair tonic - 100 ml - - -

3. Etanol 96% 20 ml - 20 ml 20 ml 20 ml

4. Propilen 15 ml - 15 ml 15 ml 15 ml
Glikol

5. Metil Paraben 0,1 g - 0,1 g 0,1 g 0,1 g

7. Aquadest Ad - Ad Ad Ad
100ml 100 ml
100 ml 100 ml

Formulasi yang digunakan berdasarkan dari hasil penelitian (Aini,

2017) Karena formulasi ini sudah mengandung bahan-bahan dasar yang

diperlukan untuk membuat hair tonic (Rowe, 2009). Etanol 96% pada

formula berfungsi sebagai pelarut dari metil paraben (Rowe, 2009),

propilen glikol digunakan sebagai kosolven, humektan, dan plastisizer.

33
Metil paraben sebagai pengawet digunakan karena adanya kandungan air

dapat menjadi media pertumbuhan mikroba (Rowe, 2009).

Pada penelitian ini dibuat formulasi dengan variasi pada

konsentrasi ekstrak dengan basis yang sama, ini bertujuan untuk mencari

formulasi terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan rambut dan stabil

pada penyimpanan. Sedangkan untuk konsentrasi ekstrak dari masing-

masing formula mengacu pada jurnal penelitian (Febriani, 2016).

6. Pembuatan Sediaan Hair Tonic

Pembuatan sediaan dilakukan dengan cara bahan yang akan dibuat

untuk satu sediaan adalah 100 mL, maka perhitungan bahan-bahan yang

diperlukan seperti Tabel 3.1. Pembuatan formula sediaan dibuat dengan

cara bahan-bahan semua ditimbang. Ekstrak daging buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) dilarutkan dengan etanol 96% secukupnya

sedangkan metil paraben dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 20 ml

dan ditambahkan propilen glikol sedikit demi sedikit. Larutan ekstrak

daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dicampurkan dengan

larutan metil paraben. Larutan tersebut ditambahkan dengan parfum serta

aquades hingga 100 ml cara pembuatan ini mengacu pada jurnal penelitian

(Aini, 2017).

7. Uji Stabilitas Fisik

a. Uji Penyimpanan Pada Suhu Kamar

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik dari

masing-masing formula sediaan hair tonic pada suhu kamar 25o C. Uji

34
ini termasuk dalam uji stabilitas penyimpanan jangka panjang dengan

pengaruh suhu ruangan, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah sediaan hair tonic tetap stabil pada penyimpanan sehari-hari

setelah digunakan. Uji dilakukan dengan cara menyimpan sediaan hair

tonic pada suhu kamar 25o selama 28 hari dengan membuka dan

menutup sediaan sebagai simulasi pada penggunaan sehari-hari,

pengamatan dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, 28 evaluasi fisik.

1. Organoleptis evaluasi ini dilihat berupa ada tidaknya kristal yang

terbentuk, terjadi perubahan warna maupun kejernihan sediaan,

terjadinya perubahan bau (Febriani, 2016).

2. Homogenitas diamati apakah terjadi pemisahan pada sediaan hair

tonic atau terbetuknya dua bagian dalam sediaan (Febriani, 2016).

3. Uji pH dilakukan dengan alat pH meter untuk mengetahui apakah

terjadi peningkatan atau penurunan nilai pH pada saat

penyimpanan (Febriani, 2016).

4. Uji Viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer

dengan spindle no 1 untuk mengetahui apakah ada perubahan

viskositas pada proses penyimpanan (Febriani, 2016).

b. Cycling test

Uji cycling test bertujuan untuk menguji apakah sediaan hair

tonic tetap stabil bila disimpan pada suhu yang ekstrim, dan sebagai

simulasi jika adanya perubahan suhu setiap hari bahkan setiap

tahunnya. Cycling test termasuk dalam uji stabilitas dipercepat dengan

35
pengaruh interval suhu, sediaan disimpan pada kondisi ekstrim suhu

rendah pada kulkas atau pendingin dan suhu tinggi dengan climatic

chamber. Uji dilakukan dengan cara masing-masing formula sediaan

hair tonic disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam kemudian

dipindahkan dalam suhu 40oC selama 24 jam (satu siklus). Pengujian

dilakukan sebanyak 6 siklus dan dilakukan evaluasi fisik.

1. Organoleptis evaluasi ini dilihat berupa ada tidaknya kristal yang

terbentuk, terjadi perubahan warna maupun kejernihan sediaan,

terjadinya perubahan bau (Febriani, 2016).

2. Homogenitas diamati apakah terjadi pemisahan pada sediaan hair

tonic atau terbetuknya dua bagian dalam sediaan (Febriani, 2016).

3. Uji pH dilakukan dengan alat pH meter untuk mengetahui apakah

terjadi peningkatan atau penurunan nilai pH pada saat

penyimpanan (Febriani, 2016).

4. Uji Viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viscometer

dengan spindle no 1 untuk mengetahui apakah ada perubahan

viskositas pada proses penyimpanan (Febriani, 2016).

8. Uji Iritasi dan Pertumbuhan Rambut

Uji ini dilakukan dengan cara rambut pada bagian punggung

masing-masing tikus dicukur dengan alat pencukur rambut dengan luas

4x4 cm2, kemudian hewan uji didiamkan selama 24 jam (Rao, 2008).

Setelah 24 jam, dilakukan uji iritasi terlebih dahulu dengan cara

masing-masing konsentrasi sediaan hair tonic dioleskan pada bagian

36
punggung sebanyak 2 ml kemudian diamati selama 3 jam pertama apakah

terjadi iritasi atau tidak, bila tidak terjadi reaksi iritasi kemudian

dilanjutkan dengan ditutup dengan micropore, lalu didiamkan selama 24

jam. Setelah 24 jam micropore dibuka dan dibilas dengan air. Parameter

yang diamati adalah eritema dan oedema. Pengamatan dilanjutkan pada

jam ke 48, 72 setelah perlakuan.

Data yang diperoleh dianalisis untuk memperoleh indeks iritasi

primer kulit (primary irritation index/PII) dengan rumus (BPOM, 2014) :

PII = jumlah semua nilai eritema dan oedema pada waktu pengamatan
jumlah tikus x jumlah waktu pengamatan
Nilai PII digunakan untuk menentukan tingkat iritasi.

Tabel 3.2 Kategori Nilai Keadaan Kulit (BPOM, 2014)

Eritema Oedema

Jenis Nilai Jenis Nilai

Tidak ada eritema 0 Tidak ada oedema 0

Sedikit eritema 1 Oedema sangat ringan 1

Eritema tanpak jelas 2 Oedema ringan (tepi&pembesaran jelas) 2

Eritema sedang – kuat 3 Oedema sedang (ketebalan ± 1 mm) 3

Eritema parah (ada luka) 4 Oedema parah (ketebalan > 1 mm) 4

Tabel 3.3 Kategori Respon dan Iritasi (BPOM, 2014)

Kategori Indeks Iritasi Primer

Tidak berarti 0-0,4

Iritasi rendah 0,5-1,9

Iritasi sedang 2-4,9

Iritasi parah 5,0-8,0

37
Kemudian dilanjutkan dengan uji aktivitas pertumbuhan rambut,

tikus yang telah digunakan untuk uji iritasi dicukur kembali untuk

membersihkan rambut yang sudah mulai tumbuh dan didiamkan selama 24

jam. Setelah 24 jam formulasi sediaan hair tonic dengan ekstrak daging

buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dioleskan ke punggung tikus

sebanyak 2 ml satu kali sehari selama 3 minggu.

Kelompok 1 diolesi sediaan hair tonic yang tidak mengandung

ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) F1 sebagai

kontrol negatif, kelompok 2 diolesi sediaan hair tonic F2 yaitu sediaan

hair tonic NR sebagai kontrol positif, kelompok 3 diolesi sediaan hair

tonic F3 yang mengandung ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita

maxima D.) 2,5%, kelompok 4 diolesi sediaan hair tonic F4 yang

mengandung ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) 5%.

Kelompok 5 diolesi sediaan hair tonic F5 yang mengandung ekstrak

daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) 10% (Nusmara, 2012).

Pengamatan panjang rambut pada tiap daerah dilakukan pada hari

ke-7, 14, dan 21. Sebanyak 10 rambut tikus terpanjang dicabut dan diukur

penjangnya dengan menggunakan jangka sorong. Dan rata-rata panjang

rambut yang diperoleh diolah statistik untuk melihat apakah ada perbedaan

yang bermakna antara daerah uji dengan kontrol. Selain mengukur panjang

rambut, pengukuran bobot rambut juga dilakukan untuk mengetahui

ketebalan rambut. Pengukuran bobot dilakukan pada hari ke-22 dengan

38
cara mencukur rambut yang tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang.

Hasil yang diperoleh di hitung secara statistika (Yoon, 2010).

9. Alur Uji Stabilitas Fisik Formula Hair Tonic

Ekstrak buah labu kuning


(Cucurbita maxima D.)

Pembuatan Formulasi Sediaan


Hair Tonic

F3 F4 F5
Ekstrak 2,5 % Ekstrak 5 % Ekstrak 10 %

Uji Stabilitas Fisik

Cycling Test

Uji Penyimpanan
pada suhu kamar
Masing-masing formula
disimpan pada suhu 4oC
Masing-masing formula 1x24m jam lalu
disimpan pada suhu 250C dipindahkan pada suhu
selama 28 hari 40oC 1x24 jam

39
Pengamatan pada hari ke Dilakukan sebanyak 6
7, 14, 21, 28. Evaluasi siklus, Evaluasi Fisik
Fisik (Organoleptis, pH, (Organoleptis, pH,
Homogenitas) Homogenitas,
Viskositas)

Gambar 3.2 Alur Uji Stabilitas Fisik Formula Hair Tonic

10. Alur Uji Iritasi Formulasi Hair Tonic

Rambut bagian punggung tikus dicukur 4x4 cm2

Didiamkan 24 jam

Kelompok 2 Kelompok 4
dioleskan 2ml dioleskan 2ml
F2 kontrol + F4 Ekstrak
(NR hair tonic) 5%

Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5


dioleskan 2ml dioleskan dioleskan 2ml
F1 kontrol – 2ml F3 Ekstrak F5 Ekstrak
(tanpa ekstrak) 2,5 % 10%

Diamati 3 jam pertama apakah


terjadi iritasi, kemudian ditutup
micropore selama 24 jam
40
Micropore dibuka bilas dengan air kemudian
dilakukan pengamatan pada jam ke 24, 48, 72

Parameter pengamatan eritmia dan oedema kemudian


ditentukan nilai dan kategori iritasi

Gambar 3.3 Alur Uji Iritasi Formulasi Hair Tonic

11. Alur Uji Pertumbuhan Rambut Formulasi Hair Tonic

Punggung tikus dicukur kembali untuk


membersihkan rambut yang mulai tumbuh

Didiamkan 24 jam

Kelompok 2 Kelompok 4
dioleskan 2ml 1xsehari dioleskan 2ml
F2 kontrol + (NR hair 1xsehari F4 Ekstrak
tonic) 5%

Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5


dioleskan 2ml dioleskan dioleskan 2ml
1xsehari F1 2ml 1xsehari F3 1xsehari F5
kontrol – (tanpa Ekstrak 2,5 % Ekstrak 10%
ekstrak)

Perlakuan dilakukan selama 21 Hari

41
Pengamatan hari ke 7, 14, 21

Parameter Panjang Rambut dan Bobot Rambut

Cara pengukuran Cara pengukuran bobot


panjang rambut 5 rambut, rambut pada bagian
rambut dicabut kotak dicukur dan ditimbang
dan diukur. pada hari ke 21

Analisis data

Gambar 3.4 Alur Uji Pertumbuhan Rambut

12. Alur Prosedur Kerja Penelitian

Daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) di


ekstraksi dengan pelurut etanol 96%

Identifikasi senyawa flavonoid dan terpenoid dalam


ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

Pembuatan formulasi sediaan hair tonic

F 1 Kontrol F 2 Kontrol F3 F4 F5
– (Tanpa + (NR hair 2,5% 5% 10%
ekstrak) tonic) Ekstrak Ekstrak Ekstrak

Uji Stabilitas Fisik

42
Uji Iritasi pengamatan pada
jam ke-24, 48, 72

Uji Pertumbuhan Rambut


Pengambilan data dengan mengukur panjang rambut pada
hari ke 7, 14, 21
dan bobot rambut ditimbang hari ke 21

Analisis Data

Gambar 3.5 Alur Prosedur Kerja Penelitian

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang

signifikan antara kelompok perlakuan kontrol positif dengan kelompok

perlakuan yang lainnya. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah

panjang rambut yang diukur menggunakan jangka sorong pada hari ke 7, 14,

21 dan bobot rambut ditimbang pada hari ke 21 dengan mencukur rambut

untuk mengetahui kelebatan dari rambut. Selain data panjang rambut dan

bobot rambut data nilai pH pada pengujian stabilitas fisik suhu kamar juga di

analisis untuk mengetahui apakah terdapat perubahan pH yang signifikan

antara masing-masing formula. Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS

for windows 20 dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk mengetahui normalitas

data menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel kecil (<50). Data

panjang rambut dan bobot rambut dikatakan terdistribusi normal jika p>0,05

dan data dikatakan tidak terdistribusi normal jika p<0,05. Kemudian jika data

43
terdistribusi normal, maka data dianalisa dengan menggunakan uji one-way

ANOVA dengan 5 perlakuan hewan uji. Tetapi jika data tidak terdistribusi

normal, maka dilanjutkan dengan uji Mann-whitney (Dahlan, 2011).

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Determinasi Tanaman

Buah labu kuning yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari

Desa Kopeng Kecamatam Salatiga. Bagian tanaman yang digunakan untuk

penelitian ini adalah daging buah labu kuning. Determinasi tanaman dilakukan

di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA

Universitas Diponegoro Semarang. Berdasaarkan hasil determinasi diperoleh

kepastian, bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(Cucurbita maxima .Duch) atau tanaman labu kuning.

Hasil determinasi tanaman adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan Biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)

Kelas : Magnoliopsida-Dycotyledoneae (berkeping dua/dikotil)

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucurbita

Spesies : Cucurbita maxima Duch, (labu kuning).

Hasil determinasi :

1b, 2a, …………... Golongan 2 : Tumbuh-tumbuhan dengan alat

pembelit. …………….. 27b, 28b, 29b, 30b, 31b, …………… Famili 118 :

45
Cucurbitaceae ………………….. 1b, 4b, 5b, Genus 6 : Cucurbita …….

Spesies 1. Cucurbita maxima Duch.

B. Pembuatan Ekstraksi daging buah labu kuning

Pembuatan ekstrak daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi dan pelarut yang digunakan

adalah etanol 96%. Diharapkan senyawa-senyawa yang terdapat didalam

sampel daging buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) dapat tersari secara

sempurna. Serbuk simplisia buah labu kuning sebanyak 700 gram

mendapatkan sebanyak 218.099 gram ekstrak kental. Ekstrak daging buah

labu yang diperoleh berbentuk kental, berwarna coklat kemerahan, bau manis

khas labu, dan rasa manis. Rendemen yang diperoleh 31,157%.

C. Skrining Fitokimia Ekstrak Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita

maxima D.)

Tabel 4.1 Hasil Kromatografi Lapis Tipis.

Senyawa Pereaksi Hasil Hasil Hasil RF RF


Metabolit Penampak Positif
Sekunder Noda 254 365 Standart
nm nm

Flavonoid Uap Kuning Kunin - 0,54 – 0,92 0,35


Amonia dan
g 0,43
Biru
0,55

0,62

Terpenoid Liberman Kuning Kunin Hitam 0,39 – 0,96 0,92


Buchard dan
Hitam g

46
1. Flavonoid

a b c e
Gambar 4.1. (a)pengamatan pada sinar tampak, (b)pengamatan pada
sinar tampak setelah disemprot uap amonia, (c)pengamatan pada
sinar uv 254 nm setelah disemprot uap ammonia, (e)pengamatan pada
sinar uv 366 nm setelah disemprot uap ammonia.

a b

47
Gambar 4.2. (a)pengamatan pada sinar tampak setelah disemprot
Sitroborat, FeCl3.

2. Terpenoid

a b c

Gambar 4.3. Hasil KLT identifikasi senyawa golongan terpenoid.


(a)pengamatan pada sinar tampak, (b)pengamatan pada sinar uv 254
nm setelah disemprot Liberman-Buchard, (c)pengamatan pada sinar
uv 366 nm setelah disemprot Liberman-Buchard.

3. Flavonoid Total

Tabel 4.2 Hasil Uji Flavonoid Total

Kadar
Total flavonoid Kadar
Rata – ekstrak
Sampel [g/ml] Fp [mg
[µg QE/ml] rata [mg
QE/g]
QE/ml]

Ekstrak
Daging Buah
Labu Kuning 1,75 100 88,223 89,300 89,300 88,941 8,8941 5,082343

Keterangan :
Massa buah labu kuning : 700 g
Vol. Ekstrak : 400 ml
Fp (Faktor Pengenceran) : 100x
QE : Quercetin Equivalent

48
D. Skrining Fitokimia Sediaan Hair tonic

1. Terpenoid

a b c

Gambar 4.4. Hasil KLT identifikasi senyawa golongan terpenoid.


(a)pengamatan pada sinar tampak, (b)pengamatan pada sinar uv 254
nm setelah disemprot Liberman-Buchard, (c)pengamatan pada sinar
uv 366 nm setelah disemprot Liberman-Buchard

2. Uji Flavonoid Total

Tabel 4.3 Hasil Uji Flavonoid Total

Absorbansi 510nm [µg/ml] Rata- Sampel mg/ml


rata Uji
Kode Nama [µg/ml [µg/ml [%w/v]
] ]

I II III I II III

1 Larutan 0,04 0,039 0,041 44,0 37,00 39,0 40,00 400,00 0,0400
Sediaan 6 0 0
Formula

49
10%

E. Pembuatan Formulasi Hair Tonic

Hasil uji organoleptis awal formula sediaan hair tonic ekstrak daging

buah labu kuning (Cucurbita maxima. D) dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pengamatan Organoleptis Awal Sediaan Hair Tonic

Karakteristik Formula 3 Formula 4 Formula 5

Homogenitas Homogen Homogen Homogen

Warna Kuning Muda Kuning Tua Kuning Gelap

Bau Kopi Kopi Kopi

Bentuk Cair Cair Cair

Keterangan
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

F. Uji Penyimpanan Suhu Ruangan

Hasil pengujian stabilitas fisik pada suhu ruangan selama 4 minggu

evaluasi berupa pH, dan viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.5 Hasil Uji pH Pada Suhu Ruangan

Formul Minggu Minggu Minggu Minggu


Replikasi
a I II III IV

F3 R1 5,29 5,32 5,35 5,47

R2 5,28 5,33 5,33 5,40

R3 5,30 5,29 5,34 5,39

50
Mean 5,29 5.31 5.34 5.42

SD 0,01 0.02 0.01 0.04

F4 R1 5,33 5,34 5,36 5,40

R2 5,32 5,33 5,35 5,41

R3 5,34 5,36 5,37 5,37

Mean 5.33 5.34 5.36 5.39

SD 0.01 0.01 0.01 0.02

F5 R1 5,31 5,31 5,31 5,36

R2 5,30 5,32 5,30 5,33

R3 5,32 5,33 5,32 5,54

Mean 5.31 5.32 5.31 5.41

SD 0.01 0.01 0.01 0.09

Tabel 4.6 Hasil Uji Viskositas Pada Suhu Ruangan

Formul Minggu Minggu Minggu Minggu


Replikasi
a I II III IV

F3 R1 6.50 6.40 7.60 7.80

R2 6.40 6.80 7.20 7.80

R3 6.60 6.70 8.00 7.40

Mean 6.50 6.63 7.60 7.67

SD 0.08 0.17 0.33 0.19

F4 R1 7.30 7.60 8.10 7.00

51
R2 7.40 7.40 7.80 8.10

R3 7.60 7.80 8.00 8.20

Mean 7.43 7.60 7.97 7.77

SD 0.12 0.16 0.12 0.54

F5 R1 7.70 7.90 8.50 8.90

R2 7.80 8.00 8.60 9.00

R3 7.50 7.80 8.80 8.40

Mean 7.67 7.90 8.63 8.77

SD 0.12 0.08 0.12 0.26

Keterangan :
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

G. Uji Cycling test

Hasil pengujian Cycling Test selama 6 siklus evaluasi dilakukan

setelah 6 siklus berupa organoleptis, pH, homogenitas dan viskositas.

Gambar 4.1 Hasil Uji Cycling Test

Tabel 4.7 Hasil Uji Organoleptis Cycling test

52
Karakteristik Formula 3 Formula 4 Formula 5

Homogenitas Homogen Homogen Homogen

Warna Kuning Muda Kuning Tua Kuning Gelap

Bau Kopi Kopi Kopi

Bentuk Cair Cair Cair

Keterangan
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

Tabel 4.8 Hasil Uji pH dan Viskositas Cycling test

Formula Replikasi pH Viskositas

F3 F3 5,57 6.40

R1 5,51 6.40

R2 5,40 6.60

R3 5,44 6.50

Mean 5.48 6.5

SD 0.08 0.1

F4 F4 5,35 7.20

R1 5,36 7.20

R2 5,30 7.40

R3 5,37 7.40

Mean 5.35 7.3

SD 0.03 0.1

F5 F5 5,28 7.80

R1 5,29 7.80

R2 5,27 8.00

R3 5,21 7.60

Mean 5.26 7.8

53
SD 0.04 0.2

Keterangan :
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

H. Uji Iritasi

Pengujian iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan masing-masing

formula pada bagian punggung tikus yang sudah dicukur, dengan konsentrasi

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D) ke tiap masing-masing

kelompok perlakuan. Konsentrasi yang digunakan dimulai dari 2,5%, 5%,

10%. Pengujian dilakukan selama 72 jam (3 hari) dengan pengamatan pada

jam ke 3, 24, 48, 72 hasil dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tidak terjadi iritasi

pada ketiga formula.

Tabel 4.9 Hasil Uji Iritasi Sediaan Hair Tonic

Parameter
Jam
Eritema Oedema
ke-
F1 F2 F3 F4 F5 F1 F2 F3 F4 F5

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

48 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

72 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan
Formula 1 (F1) : tidak mengandung ekstrak (Kontrol -)
Formula 2 (F2) : NR hair tonic (Kontrol +)
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

54
I. Uji Pertumbuhan Rambut

Hasil uji pertumbuhan rambut selama 3 minggu pada punggung tikus

yang dilakukan pengamatan pada hari ke 7, 14, 21 dapat dilihat pada Tabel

4.10. Dan hasil pengukuran bobot rambut dilakukan dapa hari ke 21 dapat

dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Panjang Rambut

Kelompok Hari Hari Hari


Perlakuan ke-7 ke-14 ke-21
F1 (kontrol-) 0,416 ± 0,005 0,826 ± 0,004 1,366 ± 0,004
F2 (kontrol+) 1,066 ± 0,005 1,614 ± 0,004 2,019 ± 0,004
F3 (2,5%) 0,776 ± 0,005 1,444 ± 0,004 1,866 ± 0,005
F4 (5%) 0,844 ± 0,004 1,456 ± 0,004 1,978 ± 0,004
F5 (10%) 1,294 ± 0,004 2,178 ± 0,007 2,606 ± 0,008

Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Bobot Rambut

Kelompok Rata-rata Bobot


Perlakuan Rambut (g) ± SD
Formula 1 Kontrol Negatif 0,039 ± 0,001
Formula 2 Kontrol Positif 0,065 ± 0,001
Formula 3 0,044 ± 0,001
Formula 4 0,052 ± 0,001
Formula 5 0,080 ± 0,001
Keterangan
Formula 1 (F1) : tidak mengandung ekstrak (Kontrol -)
Formula 2 (F2) : NR hair tonic (Kontrol +)
Formula 3 (F3) : mengandung ekstrak 2,5 %
Formula 4 (F4) : mengandung ekstrak 5 %
Formula 5 (F5) : mengandung ekstrak 10 %

J. Analisis Data

1. Data pH Uji Stabilitas Fisik Penyimpanan Suhu Ruangan

a. Uji Normalitas
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas pH Pada Suhu Ruangan

55
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC PH F3 2,5% ,276 3 . ,942 3 ,537
F4 5% ,175 3 . 1,000 3 1,000
F5 10% ,337 3 . ,855 3 ,253
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas pH Pada Suhu Ruangan
Test of Homogeneity of Variances

AUC PH
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
4,285 2 6 ,070

c. Uji ANOVA
Tabel 4.13 Hasil Uji ANOVA pH Pada Suhu Ruangan
ANOVA

AUC PH
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,010 2 ,005 1,969 ,220
Within Groups ,015 6 ,002
Total ,025 8

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.14 Hasil Uji Post Hoc pH Pada Suhu Ruangan

56
Multiple Comparisons

Dependent Variable: AUC PH


LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -,06000 ,04064 ,190 -,1594 ,0394
F5 10% ,01667 ,04064 ,696 -,0828 ,1161
F4 5% F3 2,5% ,06000 ,04064 ,190 -,0394 ,1594
F5 10% ,07667 ,04064 ,108 -,0228 ,1761
F5 10% F3 2,5% -,01667 ,04064 ,696 -,1161 ,0828
F4 5% -,07667 ,04064 ,108 -,1761 ,0228

2. Data Viskositas Uji Stabilitas Fisik Penyimpanan Suhu Ruangan

a. Uji Normalitas
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Viskositas Pada Suhu Ruangan
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Vikositas F3 2,5% ,358 3 . ,812 3 ,144
F4 5% ,346 3 . ,837 3 ,206
F5 10% ,253 3 . ,964 3 ,637
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Viskositas Pada Suhu Ruangan
Test of Homogeneity of Variances

AUC Vikositas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1,610 2 6 ,276

c. Uji ANOVA
Tabel 4.17 Hasil Uji ANOVA Viskositas Pada Suhu Ruangan
ANOVA

AUC Vikositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 17,717 2 8,859 70,090 ,000
Within Groups ,758 6 ,126
Total 18,476 8

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.18 Hasil Uji Post Hoc Viskositas Pada Suhu Ruangan

57
Multiple Comparisons

Dependent Variable: AUC Vikositas


LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -1,85000* ,29027 ,001 -2,5603 -1,1397
F5 10% -3,43333* ,29027 ,000 -4,1436 -2,7231
F4 5% F3 2,5% 1,85000* ,29027 ,001 1,1397 2,5603
F5 10% -1,58333* ,29027 ,002 -2,2936 -,8731
F5 10% F3 2,5% 3,43333* ,29027 ,000 2,7231 4,1436
F4 5% 1,58333* ,29027 ,002 ,8731 2,2936
*. The mean difference is significant at the .05 level.

3. Data pH Cycling Test

a. Uji Normalitas
Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas pH Cycling Test
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PH F3 2,5% ,202 4 . ,971 4 ,848
F4 5% ,314 4 . ,854 4 ,240
F5 10% ,333 4 . ,828 4 ,163
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas pH Cycling Test
Test of Homogeneity of Variances

PH
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3,343 2 9 ,082

c. Uji ANOVA
Tabel 4.21 Hasil Uji ANOVA pH Cycling Test
ANOVA

PH
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,096 2 ,048 18,256 ,001
Within Groups ,024 9 ,003
Total ,120 11

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.22 Hasil Uji Post Hoc pH Cycling Test

58
Multiple Comparisons

Dependent Variable: PH
LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% ,13500* ,03634 ,005 ,0528 ,2172
F5 10% ,21750* ,03634 ,000 ,1353 ,2997
F4 5% F3 2,5% -,13500* ,03634 ,005 -,2172 -,0528
F5 10% ,08250* ,03634 ,049 ,0003 ,1647
F5 10% F3 2,5% -,21750* ,03634 ,000 -,2997 -,1353
F4 5% -,08250* ,03634 ,049 -,1647 -,0003
*. The mean difference is significant at the .05 level.

4. Data Viskositas Cycling Test

a. Uji Normalitas
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Viskositas Cycling Test
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Vikositas F3 2,5% ,283 4 . ,863 4 ,272
F4 5% ,283 4 . ,863 4 ,272
F5 10% ,250 4 . ,945 4 ,683
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Viskositas Cycling Test
Test of Homogeneity of Variances

Vikositas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,150 2 9 ,863

c. Uji ANOVA
Tabel 4.25 Hasil Uji ANOVA Viskositas Cycling Test
ANOVA

Vikositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3,562 2 1,781 118,722 ,000
Within Groups ,135 9 ,015
Total 3,697 11

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.30 Hasil Uji Post Hoc Viskositas Cycling Test

59
Multiple Comparisons

Dependent Variable: Vikositas


LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F3 2,5% F4 5% -,8000* ,0866 ,000 -,996 -,604
F5 10% -1,3250* ,0866 ,000 -1,521 -1,129
F4 5% F3 2,5% ,8000* ,0866 ,000 ,604 ,996
F5 10% -,5250* ,0866 ,000 -,721 -,329
F5 10% F3 2,5% 1,3250* ,0866 ,000 1,129 1,521
F4 5% ,5250* ,0866 ,000 ,329 ,721
*. The mean difference is significant at the .05 level.

5. Data Pertumbuhan Rambut

a. Uji Normalitas
Tabel 4.31 Hasil Uji Normalitas Pertumbuhan Rambut
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Panjang Rambut F1 K (-) ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F2 K (+) ,300 5 ,161 ,833 5 ,146
F3 2,5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F4 5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F5 10% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.32 Hasil Uji Homogenitas Pertumbuhan Rambut
Test of Homogeneity of Variances

AUC Panjang Rambut


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,474 4 20 ,754

c. Uji ANOVA
Tabel 4.33 Hasil Uji ANOVA Pertumbuhan Rambut

60
ANOVA

AUC Panjang Rambut


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14,907 4 3,727 50361,541 ,000
Within Groups ,001 20 ,000
Total 14,908 24

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.34 Hasil Uji Post Hoc Pertumbuhan Rambut
Multiple Comparisons

Dependent Variable: AUC Panjang Rambut


LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F1 K (-) F2 K (+) -1,44000* ,00544 ,000 -1,4513 -1,4287
F3 2,5% -1,05000* ,00544 ,000 -1,0613 -1,0387
F4 5% -1,15000* ,00544 ,000 -1,1613 -1,1387
F5 10% -2,40800* ,00544 ,000 -2,4193 -2,3967
F2 K (+) F1 K (-) 1,44000* ,00544 ,000 1,4287 1,4513
F3 2,5% ,39000* ,00544 ,000 ,3787 ,4013
F4 5% ,29000* ,00544 ,000 ,2787 ,3013
F5 10% -,96800* ,00544 ,000 -,9793 -,9567
F3 2,5% F1 K (-) 1,05000* ,00544 ,000 1,0387 1,0613
F2 K (+) -,39000* ,00544 ,000 -,4013 -,3787
F4 5% -,10000* ,00544 ,000 -,1113 -,0887
F5 10% -1,35800* ,00544 ,000 -1,3693 -1,3467
F4 5% F1 K (-) 1,15000* ,00544 ,000 1,1387 1,1613
F2 K (+) -,29000* ,00544 ,000 -,3013 -,2787
F3 2,5% ,10000* ,00544 ,000 ,0887 ,1113
F5 10% -1,25800* ,00544 ,000 -1,2693 -1,2467
F5 10% F1 K (-) 2,40800* ,00544 ,000 2,3967 2,4193
F2 K (+) ,96800* ,00544 ,000 ,9567 ,9793
F3 2,5% 1,35800* ,00544 ,000 1,3467 1,3693
F4 5% 1,25800* ,00544 ,000 1,2467 1,2693
*. The mean difference is significant at the .05 level.

6. Data Bobot Rambut

a. Uji Normalitas
Tabel 4.35 Hasil Uji Normalitas Bobot Rambut

61
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Kelompok Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Bobot Rambut F1 K (-) ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
F2 K (+) ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F3 2,5% ,300 5 ,161 ,883 5 ,325
F4 5% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
F5 10% ,231 5 ,200* ,881 5 ,314
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Homogenitas
Tabel 4.36 Hasil Uji Homogenitas Bobot Rambut

Test of Homogeneity of Variances

Bobot Rambut
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,371 4 20 ,826

c. Uji ANOVA
Tabel 4.37 Hasil Uji ANOVA Bobot Rambut

ANOVA

Bobot Rambut
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,006 4 ,001 2227,516 ,000
Within Groups ,000 20 ,000
Total ,006 24

d. Uji Post Hoc


Tabel 4.38 Hasil Uji Post Hoc Bobot Rambut

62
Multiple Comparisons

Dependent Variable: Bobot Rambut


LSD

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
F1 K (-) F2 K (+) -,026200* ,000498 ,000 -,02724 -,02516
F3 2,5% -,005200* ,000498 ,000 -,00624 -,00416
F4 5% -,013000* ,000498 ,000 -,01404 -,01196
F5 10% -,041000* ,000498 ,000 -,04204 -,03996
F2 K (+) F1 K (-) ,026200* ,000498 ,000 ,02516 ,02724
F3 2,5% ,021000* ,000498 ,000 ,01996 ,02204
F4 5% ,013200* ,000498 ,000 ,01216 ,01424
F5 10% -,014800* ,000498 ,000 -,01584 -,01376
F3 2,5% F1 K (-) ,005200* ,000498 ,000 ,00416 ,00624
F2 K (+) -,021000* ,000498 ,000 -,02204 -,01996
F4 5% -,007800* ,000498 ,000 -,00884 -,00676
F5 10% -,035800* ,000498 ,000 -,03684 -,03476
F4 5% F1 K (-) ,013000* ,000498 ,000 ,01196 ,01404
F2 K (+) -,013200* ,000498 ,000 -,01424 -,01216
F3 2,5% ,007800* ,000498 ,000 ,00676 ,00884
F5 10% -,028000* ,000498 ,000 -,02904 -,02696
F5 10% F1 K (-) ,041000* ,000498 ,000 ,03996 ,04204
F2 K (+) ,014800* ,000498 ,000 ,01376 ,01584
F3 2,5% ,035800* ,000498 ,000 ,03476 ,03684
F4 5% ,028000* ,000498 ,000 ,02696 ,02904
*. The mean difference is significant at the .05 level.

BAB V

PEMBAHASAN

63
A. Determinasi Tanaman

Pada penelitian ini bagian tanaman yang digunakan adalah daging

buah labu kuning untuk determinasi yang diperoleh dari Desa Kopeng

Salatiga. Determinasi dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang.

Tujuan dilakukannya determinasi tanaman adalah untuk

mengidentifikasi tanaman yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan

ciri-ciri fisik sehingga dapat diperoleh kepastian identitas tanaman yang

digunakan untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan

diteliti. Kepastian dan kebenaran tanaman merupakan syarat penting yang

harus dipenuhi dalam uji farmakologi terhadap tanaman tersebut. Berdasarkan

hasil determinasi dapat diketahui bahwa tanaman yang digunakan dalam

penelitian adalah tanaman labu kuning sesuai lampiran 1.

B. Pembuatan Ekstrak Daging Buah Labu Kuning

Metode penyarian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah

metode maserasi. Metode maserasi merupakan suatu metode pengekstrakan

serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut yang kemudian dilakukan

pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi mempunyai beberapa kelebihan

antara lain alat yang digunakan sederhana, hanya dibutuhkan bejana

perendaman tetapi menghasilkan produk yang baik, selain itu dengan teknik

ini zat-zat yang tidak tahan panas tidak akan rusak (Pratiwi, 2010). Pemilihan

penggunaan pelarut harus memperhatikan sifat kandungan kimia dari senyawa

64
yang akan diekstrak, sifat yang penting adalah kepolaran dan gugus polarnya

senyawa yang akan diekstrak pada penelitian ini pelarut yang digunakan

adalah etanol 96%. Pelarut etanol dipilih karena etanol merupakan pelarut

yang bersifat polar yang dapat menarik senyawa yang bersifat polar, semi

polar, dan non polar. Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam sampel daging

buah labu kuning diharapkan dapat tersari secara sempurna, baik yang non

polar, semi polar dan polar (Rikhana, 2017).

Hasil ekstrak kental buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang

diperoleh adalah sebanyak 218.099 gram ekstrak kental. Dengan perhitungan

rendemen yang diperoleh sebesar 31,157%. Sedangkan hasil rendemen

dikatakan bagus bila melebihi 10%.

Susut Pengeringan

C. Skrining Fitokimia Ekstrak dan Sedaan Hair Tonic

Pemeriksaan pendahuluan adanya flavonoid dan terpenoid dilakukan

dengan metode KLT metode kromatografi lapis tipis merupakan metode

skrining semi kuantitatif dengan melihat pola totolan yang terbentuk dan

menghitung nilai RF. Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah

silika gel GF dengan eluen fase gerak butanol : asam asetat : air (2 : 1 : 1)

untuk flavonoid. Sedangkan untuk terpenoid dipilih fase gerak kloroform :

methanol (9 : 1). Pemilihan fase diam dan fase gerak didasarkan pada polaritas

dan sifat flavonoid dan terpenoid (Rikhana, 2017).

Lempeng silika GF 254 diaktifkan dalam oven pada suhu 105oC

selama 30 menit bertujuan agar menghilangkan kadar air yang masih

65
terkandung dalam silika gel GF 254. Sebelum lempeng yang sudah ditotoli

sampel dimasukkan dalam chamber dilakukan penjenuhan terlebih dahulu

yang bertujuan agar proses elusi hanya berasal dari eluen dan tidak diganggu

oleh uap air sehingga diperoleh hasil pemisahan yang baik. Proses pemisahan

terjadi karena adanya perbedaan kelarutan dalam masing-masing komponen

kimia atau metabolit sekunder terhadap cairan pengelusi (Marliana, 2005).

Pereaksi semprot yang digunakan untuk flavonoid adalah uap

ammonia, sitroborat, FeCl3 5%. Sedangkan untuk terpenoid disemprot dengan

Liberman-Buchard. Pereaksi semprot digunakan dengan tujuan agar noda-

noda yang tidak tampak pada lampu UV dapat tampak setelah dilakukan

penyemprotan. Penyemprotan dilakukan untuk mempermudah dalam

mengidentifikasi bercak KLT (Marliana, 2005).

Berdasarkan hasil kromatografi lapis tipis ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) dengan eluean BAA (butanol : asam asetat : air)

dengan perbandingan 2:1:1 panjang plat 12 cm dengan batas penotolan 1 cm

diatas dan bawah plat. Eluen dibuat sebanyak 5 ml kemudian eluen dijenuhkan

dalam chamber selama 30 menit. Penotolan ekstrak pada plat menggunakan

pipa kapiler sebelum ditotolkan ektrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) dilarutkan dalam etanol 96% agar konsistensi dari ekstrak yang kental

sedikit cair. Ekstrak ditotolkan pada plat kemudian dikeringkan beberapa

menit baru kemudian dimasukan dalam chamber yang sudah dijenuhkan tadi.

Proses elusi terjadi sekitar 30 menit karena ukuran lempeng yang panjang.

Setelah eluen sampai tanda batas kemudian plat dikeringkan terlihat ada 3

66
bercak dapat dilihat pada gambar 4.2 dengan nilai RF 0,35, 0,43, 0,55, 0,62

bila dilihat dibawah sinar UV 254 dan 366 terlihat bercak yang berwarna

kuning. Pada penelitian (Marliana, 2005) bahwa RF flavonoid pada buah labu

kuning berkisar antara 0,54 sampai 0,92. Diketahui jika jenis flavonoid yang

terkandung dalam buah labu kuning adalah apigenin, luteolin, isorhamnetin,

kaempferol, myricetin, quercetin (Bhagwat, 2011). Cari kandungan paling

banyak (bu isti cari RF NYA KALAU TIDAK HAPUS JENIS DAN BERI

PEJELASAN DIDUGA DALAM EKSTRAK BUAH LABU

MENGANDUNG 2 JENIS FLAVONOID

Untuk menegaskan hasil digunakan reagen semprot pada penelitian

kali ini menggunakan 4 reagen semprot uap ammonia, sitroborat, FeCl3 dan

hasil yang didapat plat yang disemprot uap ammonia memberikan warna

kuning, desemprot sitroborat menghasilkan bercak berwarna kuning ,

disemprot reagen FeCl3 5% menghasilkan warna kuning (Herliyani, 2017).

Pengujian KLT senyawa terpenoid juga dilakukan dengan eluen kloroform :

methanol (9:1). Dan hasil yang didapat adalah bercak yang berwarna hijau

biru dengan nilai RF 0,92 sedangkan nila standar RF 0,39 – 0,96 (Yuda,

2017).

Pengujian flavonoid juga dilakukan secara kuantitatif dengan

mengukur jumlah total flavonoid pada ekstrak dan pada sediaan hair tonic

formula 10%. Hasil yang didapat dari pengujian total flavonoid pada ekstrak

buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) adalah 5,082 [mg QE/g] BILA

DIBANDINGKAN DENGAN PENELITIAN SEBELUMNYA JUMLAH

67
TOTAL FLAVONOID sedangkan pada sediaan hair tonic formula 5 kadar

total flavonoid adalah 0,4 [mg/ml] .

D. Pembuatan Sediaan Hair Tonic

Proses pembuatan sediaan hair tonic ini termasuk dalam proses yang

sederhana karena tidak diperlukannya proses memanasan dalam

pembuatannya. Formulasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

jurnal (Aini, 2017) karena komposisi dari masing-masing bahan sudah sesuai

untuk dibuat sebagai sediaan hair tonic. Menurut (Depkes, 1985) bahan-bahan

yang digunakan pada sediaan perangsang pertumbuhan rambut terdiri dari

pelarut zat bermanfaat. Pada formula ini yang digunakan sebagai pelarut

adalah aquadest, sedangkan yang termasuk dalam zat bermanfaatnya adalah

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang mengandung flavonoid

sebagai zat aktif utama, bekerja dengan cara memperkuat dinding kapiler

pembuluh darah kecil dan meningkatkan sirkulasi darah ke folikel rambut.

Etanol 96% digunakan sebagai pelarut dari metil paraben dan cosolvent untuk

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) yang tidak larut dalam air.

Selain sebagai pelarut ekstrak, etanol 96% pada sediaan topikal juga

digunakan dalam pengembangan sistem pengiriman obat atau zat aktif

transdermal sebagai peningkat penetrasi (Rowe, 2009).

Propilen glikol pada konsentrasi 15-30% pada sediaan digunakan

sebagai pengawet dan digunakan sebagai humektan pada konsentrasi tidak

lebih dari 15% (Rowe, 2009). Metil paraben atau nipagin pada konsetrasi

0,1% pada formulasi digunakan sebagai pengawet antimikroba (Rowe, 2009).

68
Tahap awal pembuatan dimulai dengan menimbang dan mengukur masing-

masing bahan sesuai dengan komposisi yang ada diformulasi, ekstrak buah

labu kuning (Cucurbita maxima D.) dilarutkan dalam sedikit etanol 96%

kemudian diaduk sampai semua bagian ekstrak larut, sedangkan diwadah lain

metil paraben dilarutkan dengan sedikit etanol 96% kemudian diaduk sampai

semua bagian metil paraben larut, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit

propilen glikol sambil diaduk setelah semua bahan larut baru kemudian

ditambahkan larutan ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) aduk

hingga semua bahan tercampur, terakhir baru kemudian ditambahkan

aquadest.

E. Uji Stabilitas Fisik

1. Uji Sentrigufe

2. Uji Penyimpanan Pada Suhu Ruangan

Pengujian stabilitas fisik bertujuan untuk mengevaluasi apakah

sediaan hair tonic tetap stabil pada penyimpanan suhu kamar selama 4

minggu. Parameter yang amati pada pengamatan adalah pH, viskositas,

dan homogenitas. Pengujian ini dilakukan dengan replikasi 3 kali agar

mendapat data valid yang kemudian dianalisis dengan SPSS. Masing-

masing formula ditempatkan dalam botol vial kecil yang kemudian dilapisi

dengan alumunium foil untuk menghindari terjadinya reaksi fotolisis yang

mungkin bisa akan mempengaruhi hasil yang diinginkan.

a. Pengujian Homogenitas

69
Selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas untuk melihat

apakah sediaan stabil selama penyimpanan 4 minggu dilihat dari ada

atau tidaknya pemisahan pada larutan hair tonic pengamatan dilakukan

setiap minggu selama 4 minggu dan hasil yang didapat adalah tidak

terjadi proses pemisahan larutan hair tonic pada ke tiga formula

sampai pada minggu ke 4 dan dapat dinyatakan bahwa ke tiga formula

dapat dinyatakan stabil sampai penyimpanan minggu ke 4 pada suhu

ruangan

b. Pengujian pH

Setiap minggu dilakukan pengamatan berupa pH dengan

menggunakan pH meter, nilai pH dalam sediaan harus dijaga agar tetap

stabil karena bila pH sediaan kosmetik terlalu asam atau terlalu basa

akan menyebabkan reaksi iritasi pada kulit rentang nilai pH yang baik

pada sediaan hair tonic sebaiknya berkisar antara 3,0-7,0 sesuai

dengan standar SNI nomer 16-4955-1998. Hasil pengukuran selama 4

minggu menunjukan nilai pH yaitu 5,28-5,47 (Tabel 4.5) masih berada

pada rentang pH sediaan yang digunakan pada kulit kepala.

Pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak buah labu kuning

terhadap pH sediaan hair tonic adalah semakin tinggi konsentrasi

ekstrak semakin asam pH dari formula hair tonic. Sedangkan pengaruh

penyimpanan suhu ruangan (25o± 2 o) selama 4 minggu terhadap nilai

pH dari masing-masing formula hair tonic menyebabkan peningkatan

pH mejadi lebih basa pada tiap minggunya. Berdasarkan hasil analisis

70
statistik data, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan pH

yang signifikan pada masing-masing formula. Formula 3, 4 dan 5

dapat dikatakan memiliki pH yang stabil sampai minggu ke 4 pada

penyimpanan suhu ruangan (25o± 2 o).

6.00

5.00

4.00

3.00
PH

F3 (2,5%)
F4 (5%)
2.00 F5 (10%)

1.00

0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Minggu ke

Gambar 5.1 Grafik Uji pH Formula Hair Tonic Pada Suhu


Ruang (25o± 2 o).
c. Pengujian Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan

viscometer spindle no 1 karena sediaan hair tonic berupa larutan

yang encer, semakin encer viskositas dari sediaan maka spindle

yang digunakan adalah yang nomer 1 (Jubaidah, 2018). Pengujian

viskositas bertujuan untuk mengevaluasi kekentalan suatu zat.

Semakin tinggi nilai viskositas maka semakin tinggi nilai

kekentalan zat tersebut (Jubaidah, 2017). Pengujian dilakukan

setiap minggu, hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai

viskositas sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita

71
maxima D.) berkisar antara 6.40- 9.00 cP(CARI STANDAR). Nilai

tertinggi dimiliki formula 5 yang mengandung ekstrak buah labu

kuning 10%. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi viskositas

yaitu masa jenis, bentuk atau besar dari partikel dan suhu. Semakin

tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi juga viskositas dari

sediaan hair tonic, sedangkan pengaruh penyimpanan pada suhu

ruangan selama 4 minggu menyebabkan peningkatan viskositas

sediaan pada setiap minggunya. Hasil analisis statistic ANOVA

menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara

masing-masing formula sediaan hair tonic.

10.00
9.00
8.00
7.00
6.00
Vikositas

5.00
F3 (2,5%)
4.00 F4 (5%)
3.00 F5 (10%)
2.00
1.00
0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Minggu ke

Gambar 5.2 Grafik Uji Viskositas Formula Hair Tonic Pada


Suhu Ruang (25o± 2 o).

3. Cycling Test

72
Uji stabilitas dengan menggunakan metode cycling test merupakan

metode uji stabilitas dipercepat dengan pengaruh interval suhu. Uji cycling

test bertujuan untuk mengevaluasi apakah sediaan hair tonic tetap stabil

bila disimpan pada suhu yang ekstrim, dan sebagai simulasi jika adanya

perubahan suhu setiap hari bahkan setiap tahunnya. Pada pengujian ini

diperlukan lemari pendingin dan climatic chamber. Pengujian ini

dilakukan dengan cara masing-masing formula dimasukkan dalam wadah

botol vial yang dilapisi alumunium foil dan jumlah masing masing formula

direplikasi sebanyak 3 kali. Penyimpanan dimulai dari suhu 4oC selama 24

jam kemudian dipindahkan dalam climatic chamber yang sebelumnya

sudah dipanaskan sampai suhu 40oC selama 24 jam (satu siklus).

Berdasarkan literature jurnal (Febriani, 2016) agar mendapatkan data yang

valid dilakukan sebanyak 6 siklus (12 hari), sediaan dipindahkan setiap

pukul 14.00 setiap pergantian suhu jam harus disesuaikan agar pada setiap

suhu penyimpanan sesuai dengan literatur yaitu 24 jam. Pengamatan

dilakukan setelah siklus ke 6 atau setelah 12 hari pengamatan yang

dilakukan berupa pH, viskositas, homogenitas.

a. Pengujian Homogenitas

Pengamatan homogenitas dengan cara melihat apakah pada

masing-masing sediaan formula mengalami pemisahan dan hasil yang

didapat pada siklus ke 6 tidak terjadi pemisahan pada masing-masing

formula sediaan dapat dipastika bahwa sediaan hair tonic stabil pada

pengujian cycling test.

73
b. Pengujian pH

Hasil pengecekan pH, didapat data nilai pH dari masing-

masing formula adalah 5,21-5,57 (Tabel 4.7) jika dibandingkan dengan

rentang pH untuk sediaan kulit kepala yang disarankan oleh SNI

nomer 16-4955-1998 adalah antara 3,0-7,0 meskipun mengalami

peningkatan pada setiap minggunya namun peningkatan tersebut masih

dalam rentang pH yang disarankan. Hasil analisis statistika data pH

dapat disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-

masing formula, dimana formula yang mengandung konsentrasi

ekstrak lebih tinggi cenderung memiliki nilai pH lebih asam.

5.5

5.45

5.4

5.35

5.3
pH

5.25

5.2

5.15

5.1
F3 F4 F5
Formula

Gambar 5.3 Grafik Uji pH Cycling Test.

c. Pengujian Viskositas

74
Pengujian viskositas juga dilakukan pada siklus ke 6 atau hari

ke 12 dilakukan dengan menggunakan viscometer spindle nomer 1

dengan kecepatan 30 rpm hasil yang didapat adalah nilai viskositas

masing-masing formula berada pada rentang 6.40-8.00 cP (Tabel 4.7).

Pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak buah labu kuning

(Cucurbita maxima D.) terhadap viskositas dari formula hair tonic

menyebabkan peningkatan nilai viskositas dari formulasi. Hasil analisa

statistik ANOVA menunjukan adanya perbedaan yang signifikan pada

masing-masing formula dimana formula dengan konsentrasi ekstrak

buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) lebih tinggi memiliki

viskositas yang lebih tinggi juga.

7.5

7
Viakositas

6.5

5.5
F3 F4 F5
Formula

Gambar 5.4 Grafik Uji Viskositas Cycling Test.

F. Uji Iritasi dan Uji Pertumbuhan Rambut

75
Pengujian iritasi penting dilakukan dalam pembuatan sediaan topikal,

karena untuk mengevaluasi keamanan dan efek iritasi produk sediaan yang

akan digunakan pada bagian kulit. Uji ini dilakukan dengan cara mencukur

rambut punggung tikus dengan menggunakan silet dengan luas pencukuran

kira-kira 4x4 cm2 kemudian tikus didiamkan selama 24 jam (Rao, 2008).

Setelah 24 jam baru kemudian pengujian iritasi dimulai tikus yang sudah

dicukur dikelompokan dalam suatu wadah kotak dimana satu kelompok terdiri

dari 5 ekor tikus. Kelompok 1 diolesi F1 yang merupakan kontrol negatif

dimana hanya berisi basis dari sediaan hair tonic atau tidak mengandung

ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.).

Kelompok 2 diolesi F2 yang merupakan kontrol positif diaman kontrol

positif yang digunakan adalah hair tonic NR yang sama-sama merupakan hair

tonic dengan zat aktif berasal dari bahan herbal. Kelompok 3 diolesi F3 yang

mengandung konsentrasi ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

sebanyak 2,5%. Kelompok 4 diolesi F4 yang mengandung konsentrasi ekstrak

buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) sebanyak 5%. Kelompok 5 diolesi

F5 yang mengandung konsentrasi ekstrak buah labu kuning (Cucurbita

maxima D.) sebanyak 10%. Setelah semua kelompok diolesi dilakukan

pengamatan selama 3 jam pertama karena reaksi iritasi bisa terjadi hanya pada

saat 3 jam pertama, kemudian masing-masing daerah punggung tikus yang

diolesi tadi ditutup dengan micropore dan dilanjutkan pengamatan pada jam

24, 48, 72 dengan parameter yang diamati adalah eritema dan oedema.

76
Hasil yang didapat pada pengujian iritasi ini adalah tidak terjadi reaksi

iritasi pada setiap formula pada jam 3, 24, 48, dan 72 karena tidak

ditemukannya eritema dan oedema pada daerah uji. Dengan ini dapat

dikatakan jika sedian hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) formula 3 (konsentrasi 2,5%), 4 (konsentrasi 5%), 5 (konsentrasi 10%)

aman digunakan pada bagian kulit karena tidak menimbulkan reaksi iritasi.

Setelah dilakukan pengujian iritasi pada sediaan hair tonic kemudian

dilanjutkan dengan pengujian aktivitas pertumbuhan rambut. Rambut

punggung tikus yang sebelumnya dilakukan uji iritasi kembali dilakukan

pencukuran untuk membersihkan rambut yang sudah mulai tumbuh setelah itu

didiamkan selama 24 jam, setelah 24 jam masing-masing kelompok dioleskan

dengan formula sebanyak 2 ml kelompok 1 dengan F1, kelompok 2 dengan

F2, kelompok 3 dengan F3, kelompok 4 dengan F4, dan kelompok 5 dengan

F5. Setelah dioleskan dilakukan pemijatan sekitar 2 menit pada masing-

masing tikus untuk membantu sediaan hair tonic cepat meresap kedalam kulit.

Pengolesan dilakukan satu kali sehari pada sore hari sebelum dioleskan bagian

kulit tikus dibersihkan dengan tissue agar kulit tikus dalam keadaan bersih

pada saat dioleskan sedian hair tonic . Pengujian dilakukan selama 21 hari

atau selama 3 minggu (Jubaidah, 2018) pengamatan dilakukan setiap hari ke

7, 14, 21 dengan cara masing-masing rambut tikus dari setiap kelompok

dicabut diambil 5 rambut terpanjang dari masing-masing tikus kemudian

diukur dengan menggunakan jangka sorong.

77
Berdasarkan hasil yang didapat dari uji aktivitas pertumbuhan rambut

dapat dilihat pada (Tabel. 4.9) terlihat jelas bahwa sediaan hair tonic formula

5 dengan konsentrasi ekstrak buah labu kuning 10% memiliki aktivitas

memacu pertumbuhan rambut yang lebih baik dari pada kontrol positif.

Sedangkan formula 3 (konsentrasi 2,5%) dan 4 (konsentrasi 5%) memiliki

aktivitas pertumbuhan rambut yang lebih baik dari kontrol negatif dan hampir

sebanding dengan dengan kontrol positif. Hasil analisis statistik ANOVA

menunjukan bahwa adanya perbedaan secara signifikan efek aktivitas

pertumbuhan rambut dari kelima formulasi yang diberikan terhadap panjang

rambut dapat dilihat pada Tabel 4.33. Untuk mengetahui formula-formula

mana yang memiliki efek panjang rambut yang berbeda, dilakukan uji Post

Hoc Tests menggunakan uji LSD yang disajikan berikut ini.

Tabel 5.1 Hasil Uji Post Hoc

Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan


K (-) vs K(+) 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F3 2,5% 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F5 7% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F3 2,5% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan
F3 2,5% vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
F3 2,5% vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan
F4 5% vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh

bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan F5 10% masing-masing berbeda secara

bermakna dengan kontrol negatif K(-) karena masing-masing diperoleh p-

value 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan

78
F5 10% memiliki efek secara signifikan terhadap panjang rambut. Kemudian

formulasi F5 10% memiliki efek panjang rambut yang lebih besar secara

signifikan dengan kontrol positif, karena diperoleh p-value 0,000 < (0,05). Ini

menunjukkan bahwa formulasi F5 10% lebih baik dari kontrol positif.

Sedangkan formulasi F3 2,5% dan F4 5% secara signifikan memiliki efek

panjang rambut yang lebih kecil dibandingkan kontrol positif, dengan p-value

keduanya 0,000 < (0,05).

3.00

2.50

2.00
Panjang Rambut

F1 (K -)
1.50
F2 (K+)
F3 (2,5%)
1.00 F4 (5%)
F5 (10%)
0.50

0.00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Minggu ke

Gambar 5.5 Grafik Uji Pertumbuhan Rambut.

Untuk mengetahui kelebatan rambut tikus dari masing-masing

kelompok dilakukan dengan cara rambut tikus dicukur dengan ukuran 2x2 cm 2

untuk menyamakan daerah uji kemudian rambut tikus ditimbang dengan

timbangan analitik dan hasil yang didapat adalah bobot rambut tikus formula 5

(konsentrasi 10%) lebih berat dibandingkan dengan bobot rambut tikus

kontrol positif dapat dilihat pada Tabel 4.10 sedangkan formula 3 (konsentrasi

2,5%) dan 4 (konsentrasi 5%) memiliki bobot rambut yang lebih berat

79
dibanding dengan kontrol negatif dan hampir sebanding dengan kontrol

positif. Berdasarkan hasil analisis data statistik ANOVA disimpulkan bahwa

ada perbedaan secara signifikan dari kelima formulasi yang diberikan terhadap

bobot rambut. Untuk mengetahui formula-formula mana yang memiliki efek

bobot rambut yang berbeda, dilakukan uji Post Hoc Tests menggunakan uji

LSD yang disajikan berikut ini.

Tabel 5.2 Hasil Uji Post Hoc Bobot Rambut

Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan


K (-) vs K(+) 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F3 2,5% 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
K (-) vs F5 7% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F3 2,5% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
K (+) vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan
F3 2,5% vs F4 5% 0,000 Berbeda signifikan
F3 2,5% vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan
F4 5% vs F5 10% 0,000 Berbeda signifikan

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari hasil uji LSD diperoleh

bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan F5 10% masing-masing berbeda secara

signifikan dengan kontrol negatif K (-) karena masing-masing diperoleh p-

value 0,000 < (0,05). Ini menunjukkan bahwa formulasi F3 2,5%, F4 5%, dan

F5 10% memiliki efek secara signifikan terhadap bobot rambut. Kemudian

formulasi F5 10% memiliki efek bobot rambut yang lebih besar secara

signifikan dengan kontrol positif, karena diperoleh p-value 0,000 < (0,05). Ini

menunjukkan bahwa formulasi F5 10% lebih baik dari kontrol positif.

Sedangkan formulasi F3 2,5% dan F4 5% secara signifikan memiliki efek

80
bobot rambut yang lebih kecil dibandingkan kontrol positif, dengan p-value

keduanya 0,000 < (0,05).

0.090
0.080 0.080
0.070
0.065
Bobot Rambut TIkus

0.060
0.050 0.052
0.044
0.040 0.039
0.030
0.020
0.010
0.000
F1 (K -) F2 (K+) F3 (2,5%) F4 (5%) F5 (10%)
Formula

Gambar 5.5 Grafik Uji Bobot Rambut.

Kandungan metabolit sekunder ekstrak bauh labu kuning (Cucurbita

maxima D.) yang diduga berperan dalam merangsang pertumbuhan rambut

adalah 2 jenis senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid sebagai salah satu

kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada jaringan tanaman yang

dapat berperan sebagai antioksidan. Radikal bebas merupakan salah satu

penyebab kerontokan rambut, sehingga senyawa flavonoid dapat mencegah

radikal bebas tersebut dan mempercepat pertumbuhan rambut (Jubaidah,

2018). Sejumlah penelitian lain menunjukan bahwa senyawa seperti flavonoid

dan terpenoid memiliki aktivitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan

rambut dengan memperkuat dinding kapiler pembuluh darah kecil yang

menyuplai folikel rambut, meningkatkan sirkulasi darah untuk menyehatkan

folikel rambut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan rambut (Kawano,

81
2009). Pada penelitian Aini, 2017 disebutkan juga bahwa flavonoid diduga

dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan rambut dengan cara meningkatkan

aliran darah ke folikel rambut sehingga nutrisi ke folikel rambut terpenuhi dan

dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan rambut.

82
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian uji stabilitas fisik dan pertumbuhan

rambut sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.)

pada tikus putih galur wistar dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Formulasi ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima D.) memiliki

aktivitas penumbuh rambut dalam bentuk sediaan hair tonic.

2. Formula sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) dengan konsentrasi 10% memiliki aktivitas penumbuh rambut yang

lebih baik dari sediaan hair tonic NR.

3. Formula sediaan hair tonic ekstrak buah labu kuning (Cucurbita maxima

D.) memiliki stabilitas fisik yang baik pada penyimpanan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan diatas, berikut

beberapa saran :

1. Bentuk sediaan formula dapat dikembangkan dengan membuat produk

sediaan jenis yang lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat aktif.

2. Optimasi dari formula dapat diperbaiki agar mendapat formula dengan

stabilitas fisik yang lebih baik.

3. Perlu dilakukannya uji stabilitas fisik penyimpanan dengan waktu yang

lebih panjang.

83
DAFTAR PUSTAKA

Abraham LS, Moreira AM, Moura LH, Dias MF. 2009. Hair care: A medical
overview: Part 2. Surg Cosmet Dermatol. 1:178–85.
Ahmad, A., dan Patong, R. 2006. Aktivitas antikanker senyawa bahan alam
kurkumin dan analognya pada tingkat molekuler. Skripsi. Biochemistry
and Biotechnology Laboratory, Departement of Chemistry Hasanuddin
University. 1-2.
Aini, Q. 2017. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan Dari Sediaan
Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangkokan
(Nothopanax scutellarium L.). Jurnal Farmasi Lampung. 6(2).
Aisyah T.S., dan A. Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Coklat (Sagarsum duplicatum) Menggunakan Berbagai Pelarut dan
Metode Ekstraksi. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut. 6(1): 22.
Anggraini, Y.E. 2017. Uji kandungan Total Flavonoid Dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daging Buah Labu Kuning (Cucurbita maxima D.) Dengan
Metode DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picryhydrazyl). Skripsi. Program Studi
Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Armando, R. 2009. Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Astawan, M dan Kasih A.L., 2008. Khasiat warna-warni makanan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Attarde D, J Pawar, B Chaudhari, S Pal. 2010. Estimation of sterols content in
edible oil and ghee samples. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.,5:135 -137
Balafif, R. R., Andayani, Y., dan Gunawan R. 2013. Analisis Senyawa
Triterpenoid Dari Hasil Fraksinasi Ekstrak Air Buah Buncis (Phaseolus
vulgaris Linn). Skripsi. Program Studi Magister Pendidikan IPA,
Universitas Mataram. NTB.
Bhagwat, S., Haytowitz, D.B., dan Holden, J.M. 2011. USDA Database for the
Flavonoid Content of Selected Foods. U.S. Department of Agriculture.
Agricultural Reasearch Service. Release 3.
BPOM RI. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo, online.
Citoglu, G.S. dan O.B. Acikara. 2012. Column Chromatography for Terpenoids
and Flavonoids. In : Sasikumar Dhanarasu ed. Chromatography and Its
Applications. Croatia : Intech. P.14.

84
Dahlan, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta : Bakti Husada.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Menuju ASEAN Economic
Community 2015.Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta.
Dubey, S. D. 2012. Overview On Cucurbita Maxima. International Journal of
Phytopharmacy. 2(3).
Evans, DJ. 2011. Environmental factors affecting hair loss in desert climate.
Wanstrow: DesalinatedWater.
Febriani, A. 2016. Uji Aktivitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak Daun
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan Rambut
Kelinci. UI Depok. Jurnal Farmasi Indonesia. 8(1).
Handayani, H., Sriherfyna, F.H., Yunianta. 2016. Ekstraksi Antioksidan Daun
Sirsak Metode Ultrasonic Bath (Kajian Rasio Bahan: Pelarut dan Lama
Ekstraksi), Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4(1) : 262-272.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung
Haryanto, I. Fajriaty, I. Rahmawani, S.P.dan Abdurrachman. 2017. Skrining
Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Dari Ekstrak Etanol
Herba Pacar Air (Impatiens balsamina Linn.). Fakultas Pendidikan MIPA
dan Teknologi I KIP PGRI. Pontianak.
Hasri. Maryono. Sari, T. 2018. The Analysis Total Phenolic Extract Noni Fruit
(Morinda Citrifolia L.) As Inhibiting Activity Of Bacteria. Universitas
makasar. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, E-ISSN 2540-
8267. 3(1).
Herliyani, N. 2017. Isolasi Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Etanol Rimpang Jahe
Merah (zingiber officinale Roscoe var. sunti Val.). Bandung. Skripsi :
Universitas AL-GHIFARI.
Horev L. 2004. Exogenous factors in hair disorders. Exog Dermatol 3: 237–45.
Ide, Pangkalan. 2011. Mencegah Kebotakan Dini. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Indah, Marvida Puspa. 2007. Uji Sediaan Larutan Penyubur Rambut Daun
Kucai (Allium schoenoprasum L.) Terhadap Pertumbuhan Dan Kelebatan
Rambut Serta Uji Iritasinya. Bandung. Skripsi : ITB.

85
Indrayani S. 2008. Validasi Penetapan Kadar Kuarsetin dalam Sediaan Krim
Secara Kolorimetri dengan Pereaksi AlCl3. Skripsi. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Jacobo-Valenzuela, N., Maróstica-Junior, M.R., Zazueta-Morales, J. de J.,
Gallegos-Infante, J.A., 2011. Physicochemical, Technological Properties,
And Health-Benefits of Cucurbita moschata Duchense vs. Cehualca. Food
Res. Int. 44, 2587–2593.
James J, Saladi RN, Fox JL. 2007. Traction alopecia in sikh male patients. J Am
Board Fam Med 20 : 497–8.
Jubaidah, S., Indriani, R., Sa’adah, H., dan Wijaya, H. 2018. Formulasi dan uji
pertumbuhan rambut kelinci dari sediaan hair tonic kombinasi ekstrak
daun seledri (Apium graveolens Linn) dan daun mangkokan (Polyscias
scutellaria (Burm.f.) Fosberg). Jurnal Ilmiah Manuntung. 4(1) : 8-14.
Kandlakunta, B., Rajendran, A., Thingnganing, L., 2008. Carotene content of
some common (cereals, pulses, vegetables, spices and condiments) and
unconventional sources of plant origin. Food Chem. 106 : 85–89.
Kawano M, Han J, Kohouk ME, Isoda H., 2009. Hair growth regulation by the
extract of aromatic plant Erica multiflora. J Nat Med.63: 335-339.
Kim, M.Y., Kim, E.J., Kim, Y.-N., Choi, C., Lee, B.-H., 2012. Comparison Of
The Chemical Compositions And Nutritive Values Of Various Pumpkin (
Cucurbitaceae ) Species And Parts. Nutr. Res. Pract.
Kristanti, H., dan Tunjung, W.A.S. 2015. Detection Alkaloid, Flavonoid, And
Terpenoid Compounds In Bread (Artocarpus Communis Forst.) Leaves
And Pulps. KnE Life Sciences. 2 : 129-133
Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida. Departemen Kimia. FMIPA.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Markham, K.R. 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung.
Marliana, S. D., Venty, S., dan Suyono. 2005. Skrining fitokimia dan analisis
kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechium edule
Jacq. Swartz.) dalam ekstrak etanol. Biofarmasi.
Mirmirani P, 2010. Ceramic flat irons: improper use leading to acquired
trichorrhexis nodosa. J Am Acad Dermatol 62:145-7.
Monselise A, dan David E, 2017. What Ages Hair ?. International Journal of
Women’s Dermatology 3: S52-S57. Elsevier.

86
Mulasih, Wening S. 2017. Optimasi Formula Masker Gel Peel-Off Ekstrak Biji
Buah Labu Kuning (Cucurbita Maxima) Dan Uji Sifat Fisiknya. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Neelamma, G., Swamy, B.D., and Dhamodaran, P., 2016. Phycochemical and
Pharmacolgical Overview of Cucurbita Maxima and Future Perspective As
Potensial Phytotherapeutic Agent. EJPMR. 3(8).
Notoatmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nusmara Ghassani K, 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica charanti). Skripsi. FMIPA Universitas
Indonesia. Depok.
Paus R, Olsen EA, Messenger AG. 2008. Hair growth disorders. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. USA: McGraw-
Hills Company .p. 753–7.
Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan
Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide dari
Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata (burm.f.) Nees). Skripsi.
Institut Pertanian Bogor.
Priskila, Vany. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air
Bongol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, Depok.
Rao, B., dan Kumari, U. N. 2008. Science Process Skills Of School Students.
India: Discovery Publishing House Pvt. Ltd.
Redha, A. 2013. Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya dalam
sistem biologis. 9(2) : 196-202.
Rikhana, Isyna L. 2017. Uji Antioksidan Ekstrak Daging Buah Labu Kuning
(Cucurbita Maxima D.) Dengan Metode Metal Ion Chelating Dan Abts
(2,2 Azinobis (3-Etilbenzotiazolin)-6-Asam Sulfonat). Skripsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan. Universitas Ngudi Waluyo, Semarang.
Rook, A. and R. Dawber, 1991, Disease of The Hair and Scalp, 2nd ed., Blackwell
Scientific Pub., London, 8-11, 14, 26-28, 324-329.
Rowe RC, Sheskey PJ, Owen SC. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipient
(6th ed.) London: America Pharmaceutical Association.
Sinclair RD. 2007. Healthy hair: what is it. Journal of Investigative Dermatology
12: 2–5.

87
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
SNI 16.4955.1998. Lotion Tonic Rambut. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
Soepardiman, Lily. 2009. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Tranggono RI & Latifah F. 2007. Buku Pengangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Editor Djajadisastra J. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Trueb RM. 2008. Diffuse hair loss. In: Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA,
Trueb R, editors. Hair growth and disorders. Berlin: Springer. p. 259–70.
Yoon, J. I. 2010. Hair Growth Promoting Effect of Zizyphus jujube Essential Oil.
Journal Food & Chemical Toxicology. 1350-1354.
Yuda, P.E.S.K. Erna C. Ni Luh P.Y.W. 2017. Skrining Fitokimia Dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta L.). Medicamento. 3(2) : 61-70.
Yuliantari W.A, Widarta W.R dan Permana. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu
Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan
Daun Sirsak (Annona muricata L.) Menggunakan Ultrasonik. Badung.
Scientific Journal of Food Technology. 4(1) : 35 – 42.

88

Anda mungkin juga menyukai