Chapter II
Chapter II
Ekonomi Pendidikan
Client
Keamanan
Komunikasi dan
Kesehatan Pemerintahan
dan Sosial Komunitas
Garis
pertahanan
fleksibel
(buffer zone)
Garis
Pertahanan
normal
Client
(kesehatan)
Garis
resistensi
Inti (Individu) (kekuatan)
= Stresor
Skema 2: Health Care System Model
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang keperawatan
komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek
spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual
pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat
dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik
(misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara
social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah karena
mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang tidak
memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan
orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan sakit
medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial
9)
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan
falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009):
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada
paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran
serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui birokrasi
pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social
action) (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan
berikut:
1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas,
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat , mempelajari dan
bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang
ada dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu,
keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang
mengikuti perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan
kegiatan pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat
6) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik
dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok
kesehatan kerja selanjutnya.
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok,
masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
4) Pengelolaan Data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
e.
5) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
7) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
• Keadaan yang mengancam kehidupan
• Keadaan yang mengancam kesehatan
• Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2005).
Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya terjadi.
Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memeberikan
arah terhadap intervensi keperawatan.
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki
lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan
angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang
telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan
melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
5. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan
sebelumnya (Mubarak, 2005). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawata
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
1. Pengkajian
b. Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan pertemuan pertama dengan staf/petugas Kelurahan/Kepala
Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor. Melalui pertemuan ini
diperoleh profil demografi Kelurahan Gedung Johor. Berdasarkan karakteristik sosial masyarakat
yang ada, terdapat perkumpulan masyarakat seperti: perwiridan dan STM (Serikat Tolong
Menolong) berjalan dengan baik.
Dalam rangka mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa F.Kep
USU dengan warga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor,
kelompok melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat dan tokoh agama daerah setempat.
c. Tahap Pengkajian
Pada tahap pengkajian dilakukan penyusunan angket (kuesioner) yang akan diisi oleh
masyarakat. Penyusunan angket dilakukan melalui supervisi dan koordinasi dengan pembimbing
Keperawatan Komunitas. Melalui angket tersebut diharapkan akan diperoleh informasi tentang
masalah masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Setelah angket direvisi kemudian dilakukan penyebaran 101 buah angket secara langsung
kepada masyarakat yang menjadi sampel untuk mewakili keseluruhan masyarakat Lingkungan
IV Kelurahan Gedung Johor. Penyebaran angket berlangsung mulai tanggal 11
Maret – 14 Maret 2012. Pengisian angket dilakukan dengan metode wawancara. Setelah angket
terkumpul dilakukan tabulasi data melalui proses komputerisasi kemudian data disajikan dalam
bentuk diagram untuk selanjutnya dianalisa.
2. Analisa Situasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Mahasiswa Kelompok II keperawatan Komunitas
Profesi Ners USU 2012 maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Diagram 1
Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1; Series1;
dewasa; remaja; 58
226; 53% 13%
Analisa:
Dari diagram di atas terlihat bahwa penduduk dengan usia dewasa (21-54 tahun)
merupakan persentase terbesar yaitu 53% dan presentase terkecil yaitu bayi (0-< 1 tahun)
sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah lingkungan IV memiliki salah satu modal
dasar berupa SDM pada usia produktif yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menanggulangi
masalah kesehatan.
Diagram 2
Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1;
Jumlah lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan
; 211; 49%
Series1;
Laki-laki;
217; 51%
Analisa:
Diagram di atas menunjukkan bahwa penduduk mayoritas berjenis kelamin laki-laki
sebesar 51% sedangkan perempuan sebesar 49%. Berdasarkan data di atas dapat
dipertimbangkan pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas sehingga dalam
intervensi keperawatan komunitas dapat dipertimbangkan partisipasi kepala keluarga.
Diagram 3
Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1;
Pend Tinggi;Pendidikan
7; 7%
Series1; SD;
36; 36%
Series1;
SLTA; 42;
41%
Series1;
SLTP; 16;
16%
Analisa:
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas pendidikan masyarakat adalah
SLTA/sederajat sebanyak 41% diikuti jenjang SD sederajat 36% dan SLTP 16%, dan perguruan tinggi (D1-
S2) sebanyak 7%. Berdasarkan data diatas perlu diperhitungkan faktor tingkat pendidikan dalam
memberikan tindakan keperawatan berupa penyuluhan kesehatan.
Diagram 4
Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Pekerjaan Series1;
karyawan
Series1; Tidak swasta; 9; 9
Series1;
Tentu; 21;
21% Wiraswasta;
47; 46%
Series1;
Analisa :
Sebanyak 46% penduduk lingkungan IV bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak
pekerjaan yang paling sedikit 5% adalah PNS. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan
ketersediaan waktu yang dimiliki keluarga dalam mengikuti kegaiatan yang akan dilakukan
sehingga perlu dibuat kesesuaian antara waktu kerja keluarga dengan waktu untuk kegiatan
keperawatan komunitas.
Diagram 5
Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1;
Islam; 97;
96%
Analisa :
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk beragama Islam sebanyak
96% dan agama Kristen 1%, Budha 1%, Hindu 2% . Data ini dapat menjadi masukan dalam
rencana kegiatan di masyarakat untuk melibatkan tokoh agama terkait.
Diagram 6
Proporsi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga di
Lingkungan IV Kelurahan Medan Johor Kecamatan Medan Johor
Bulan Maret 2012
Penghasilan Series1;
<500.000;
Series1; 14; 14%
>1.000.000;
50; 49%
Series1;
500.000 -
1.000.000;
37; 37%
Analisa :
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49% keluarga yang mempunyai
penghasilan perbulannya > Rp.1000.000. Sebanyak 37% keluarga berpenghasilan Rp. 500.000- 1000.000
dan yang berpenghasilan setiap bulannya < Rp.500.000 sebanyak 14%. Dengan melihat data di atas
dapat dipertimbangkan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan penghasilan keluarga.
Diagram 7
Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
10%
Series1; Jawa;
81; 80%
Analisa :
Diagram di atas menunjukkan keberagaman suku di Lingkungan IV. Suku terbanyak adalah suku
Jawa (80%) diikuti dengan Batak (10%) dan suku minoritas adalah suku Minang (6%) dan Melayu (4%).
Dengan demikian, dalam perencanaan tindakan keperawatan komunitas harus mempertimbangkan
aspek sosial budaya/kultural yang ada di lingkungan tersebut terutama budaya Jawa dan Batak.
Diagram 8
Proporsi Keadaan Penyakit pada Anggota Keluarga 6 Bulan Terakhir di Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Maret 2012
Series1; Series1; Series1; cacar; Series1; Series1;
Penyakit 6 Bulan Terakhir Series1;
nyeri demam 3; 3% stroke; 1; 1% asam diare; 15;
otot; 1; berdarah; lambung; 1; 15%
1% 3; 3% 1%
Series1; batuk,
pilek; 77; 76%
Analisa:
Dari data di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang diderita anggota keluarga dalam 6
bulan terakhir yang terbanyak adalah batuk/pilek sebanyak 76%, diare 15%, nyeri otot dan stroke
1%. Hal ini berpengaruh dari kebersihan udara yang dihirup oleh masyarakat yang berakibat
pada kesehatan individu dan didukung oleh perubahan cuaca yang terjadi. Kesemuanya itu tidak
luput dari keberadaan data sebelumnya dimana cara pembuangan sampah, air limbah, kaleng
bekas dan keadaan ventilasi dan cahaya dalam rumah yang kurang mendukung dapat berakibat
lebih buruk pada derajat kesehatan dan makin tingginya angka kesakitan pada masyarakat di
Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor.
Diagram 9
Proporsi Berapa Kali Keluarga Makan dalam Sehari di Lingkungan IV Kelurahan
Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1; 2 kali Pola Makan Sehari-hari
sehari; 2; 2%
Series1; 3 kali
sehari; 99;
98%
Diagram 10
Proporsi Komposisi Makanan Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor
Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
nasi+sayur+lauk
pauk; 64; 63%
Analisa:
Dari diagram di atas dapat terlihat pola konsumsi makanan keluarga mayoritas 3 kali
sehari sebanyak 98% dan yang makan 2 kali sehari 2%. Dengan komposisi makanan nasi + sayur
+ lauk pauk 63%, nasi + lauk pauk 9%, yang mengkonsumsi nasi + sayur + buah + susu 8% dan
nasi + sayur + lauk pauk + buah 8%. Pola makan dan komposisi makanan yang biasa dikonsumsi
keluarga di Lingkungan IV sudah baik walaupun mayoritas keluarga mengkonsumsi makanan
pokok saja yaitu nasi + sayur + lauk dan hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan
kurang informasi kepada masyarakat tentang menu 4 sehat 5 sempurna serta manfaat buah-
buahan dan susu bagi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Diagram 11
Proporsi Pernah Mendapat Penyuluhan Gizi Keluarga di Lingkungan IV Kelurahan
Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1; tidak
pernah; 9;
82%
Analisa:
Dari diagram di atas diketahui dengan penyuluhan kepada keluarga tentang gizi,
didapatkan data bahwa yang mendapat penyuluhan hanya 18% dan tidak pernah mendapat
penyuluhan 82%. Perlu dilakukan penyuluhan kepada keluarga guna meningkatkan derajat
kesehatan dan gizi keluarga.
Proporsi berat badan lahir bayi/balita di lingkungan V Kelurahan Titi Kuning Kecamatan
Medan Johor Bulan Maret 2012
Series1;
dibawah garis
Series1; di bawah garis
kuning; 1; 9%
hijau; 6; 55%
Analisa:
Diagram di atas menunjukkan bahwa 55% di bawah garis hijau, 27% di atas garis hijau, 9% di
bawah garis kuning, dan 9% dibawah garis merah. Dari hal ini di dapat masih ada bayi/balita yang
beresiko kurang gizi.
Diagram 13
Proporsi Lama Ibu yang Memberi ASI di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan
Johor Bulan Maret 2012
Series1; 6 Series1;
bulan; 1; 9% kurang dari
6 bulan; 7;
64%
Diagram 14
Proporsi Ibu Memberi ASI selain ASI di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan
Johor Bulan Maret 2012
Makanan Bayi Selain ASI
Series1; tidak;
1; 9%
Diagram 15
Proporsi Usia Bayi diberi Makanan Tambahan
di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Analisa:
Dari ketiga diagram di atas dapat kita ketahui bahwa, lama ibu menyusui kurang dari 6 bulan
(64%), lebih dari 6 bulan (27%), 6 bulan (9%). Ibu-ibu di lingkungan IV memberi makanan tambahan
selain ASI sebelum usia bayi kurang dari 6 bulan 91%, dan tidak diberi makanan tambahan hanya 8%,
sedangkan usia bayi diberi makanan tambahan 2-6 bulan (64%), dan usia bayi lebih dari 6 bulan (36%).
Hal ini dapat menunjukkan ibu di lingkungan IV masih kurang memberikan ASI eksklusif.
Diagram 16
Proporsi Balita yang mendapatkan vitamin A di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan
Medan Johor Bulan Maret 2012
Vitamin A
100%
Analisa:
Dari diagram diatas dapat kita ketahui bahwa 100% ibu membawa bayi/balitanya ke puskesmas
atau posyandu untuk mendapatkan vitamin A setelah usia 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu
sudah paham pentingnya vitamin A tambahan bagi bayi/balita untuk kesehatan bayi/balitanya.
Diagram 17
Proporsi Masyarakat yang Mendapat Penyuluhan Tentang Kesehatan Ibu, Bayi BalitaDi Lingkungan IV
Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor Bulan Maret 2012
Penyuluhan KB
Series1; Tidak
Pernah; 13; Series1;
52% Pernah; 12;
48%
Analisa:
Dari diagram di atas dapat kita ketahui bahwa ternyata para ibu di Lingkungan IV masih sangat
minim menerima informasi tentang kesehatan ibu, bayi dan balita. Hal ini dibutikan dari hasil pengkajian
yang telah dilakukan, dari 101 responden 52% ibu belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan,
hanya 48% ibu yang telah mengikuti penyuluhan baik itu di kegiatan posyandu, puskesmas ataupun dari
klinik bidan.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisi situasi wilayah binaan maka dapat dirumuskan masalah pada Lingkungan IV yaitu
Peran serta aktif masyarakat Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat masih kurang. Masyarakat belum mampu
meningkatkan perannya dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
IV
e. Motivasi kepala lingkungan dan kader untuk melakukan penyuluhan secara terjadwal dan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
2) pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
patah tulang.
5. Implementasi
masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Peran tersebut dengan berfokus pada
1) Pencegahan primer
kesehatan baik pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak
2) Pencegahan sekunder
pencegahan sekunder yang dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan
mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko
3) Pencegahan tertier
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
PUSTU dari PUSKESMAS MEDAN JOHOR merupakan salah satu kesempatan masyarakat
d. Memotivasi kepala lingkungan dan kader untuk mendorong masyarakat lingkungan IV dalam
e. Memotivasi kepala lingkungan dan kader untuk melakukan penyuluhan secara terjadwal dan
Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor maka dikatakan
bahwa masyarakat belum sepenuhnya melakukan upaya pencegahan tersebut. Walaupun telah pernah
dilakukan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan seperti puskesmas atau mahasiswa keperawatan
komunitas, masyarakat belum bisa mengubah perilaku kesehatan mereka sebagaimana mestinya.
Masyarakat juga masih malas mendatangi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kesehatan mereka
sebagai upaya pendeteksian penyakit secara dini sehingga bisa diobati dengan tepat. Berhubungan
dengan kondisi tersebut perlu dlilibatkan peran aktif kader sebagai promoter kesehatan yang dapat
menggerakkan masyarakat dalam meperbaiki perilaku kesehatannya. Peran kader seperti memberikan
informasi mengenai masalah – masalah yang terdapat dilingkungan dan mengajak masyarakat untuk
bekerja sama dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan perlu dimaksimalkan agar derajat
Lurah dan kader kesehatan juga mengatakan akan berusaha meningkatkan perannya sebagai
promoter kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Lingkungan IV. Kader akan lebih
memantau dan bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksana upaya pelayanan kesehatan. Seperti
saat kegiatan Posyandu, kader mengatakan perlu melakukan penyuluhan mengenai KB, Pemberian
makanan Tambahan, Kadarzi dan diskusi mengenai masalah tekait kesehatan lainnya.
C. Pembahasan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan ini secara
menyeluruh dan terpadu ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak,
2006).
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman
sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan
sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
Proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat
sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun
1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam masyarakat Lingkungan IV jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat. Kerja sama seperti
melakukan proses pemantauan oleh pihak terkait harus dilakukan dengan optimal agar pelaksanaan
kegiatan kesehatan di Lingkungan IV bisa dilihat apakah berjalan dengan baik atau tidak. Kader juga
harus melaksanakan perannya sebagai promotor kesehatan masyarakat Lingkungan IV Kelurahan
gedung Johor seperti melakukan penyuluhan – penyuluhan kesehatan dan mengajak masyarakat
berperan aktif dalam melaksananakan upaya kesehatan seperti melakukan upaya pencegahan primer,