Anda di halaman 1dari 13

PENENTUAN LAPISAN BATUAN DASAR DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI


SEISMIK REFRAKSI

BAYU EKA PERMADI


M0215014

EKSPERIMEN FISIKA IV

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PENENTUAN LAPISAN BATUAN DASAR DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

I. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan jumlah penduduk di indonesia akan terus mengalami peningkatan. Begitu
pula populasi mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Hal ini tentunya mengakibatkan
beberapa hal yang perlu diperhitungkan diantaranya bangunan. Dalam pembuatan bangunan,
tentunya diperlukan suatu pondasi yang kokoh sehingga dapat menjadi penunjang bangunan
- bangunan yang nantinya akan dijadikan tempat belajar mengajar.
Dari fenomena tersebut dirasa perlu adanya investigasi mengenai kedalaman batuan
dasar. Data kedalaman batuan dasar dibutuhkan karena data tersebut salah satunya sebagai
parameter kekuatan pondasi bangunan (Suprianto & Priyantari, 2009).
Metode seismik refraksi merupakan metode yang lebih efektif dalam waktu
pengambilan data dan lebih hemat biaya jika dibandingkan dengan metode uji core drilling.
Uji core drilling memiliki kelemahan pada saat akuisisi merusak struktur lapisan bawah tanah.
Metode seismik refraksi merupakan metode geofisika dengan prinsip pengukuran yang
didasarkan pada sifat penjalaran gelombang seismik yang terefraksi pada batas antar lapisan,
hal itu terjadi ketika sudut gelombang datang mencapai sudut kritis (Yohanella et al., 2014).
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengoprasikan alat Seismograph P.A.S.I Model 16S24-N.
2. Mahasiswa mampu menentukan kecepatan gelombang premier.
3. Mahasiswa mampu menentukan ketebalan struktur lapisan.

III. DASAR TEORI


Gelombang seismik merupakan gelombang yang menajalar di bawah permukaan
bumi. Penjalaran gelombang seismik bergantung dengan sifat elastisitas dari batuan.
Gelombang seismik disebut juga dengan gelombang elastis karena adanya deformasi elastis
dari batuan (Lowrie, 2007).
Elastisitas yaitu kemampuan mempertahankan ukuran maupun bentuk dari suatu
padatan yang dikenai oleh gaya luar dengan menghilangkan gaya luar tersebut agar tidak
mengakibatkan perubahan ukuran serta bentuk. Elastisitas sempurna yaitu ketika batuan tidak
mengalami perubahan bentuk yang signifikan atau deformasi batuannya kecil. Pada teori
elastisitas hubungan kekuatan dalam deformasi batuan dapat dinyatakan dalam konsep stress
(tegangan) dan strain (regangan) (Sheriff et al., 1990).
Gelombang badan yaitu gelombang seismik yang menjalar melalui lapisan pada
permukaan bumi. Gelombang ini dibedakan menjadi dua berdasarkan gerak penjalaran
gelombang pada lapisan, yaitu gelombang P dan gelombang S.
Gelombang P disebut juga dengan gelombang dilatasi (longitudinal) atau gelombang
kompresi. Gelombang primer merupakan gelombang pertama yang muncul dalam rekaman
gempa bumi. Gelombang P memiliki arah perambatan yang searah dengan pergerakan partikel
mediumnya (Sheriff et al., 1990).

Gambar 3.1. Arah perambatan gelombang primer (Shearer, 2010)

Gelombang S disebut juga sebagai gelombang geser atau gelombang melintang.


Gelombang ini dinamakan dengan gelombang sekunder, karena gelombang ini adalah
gelombang kedua. Arah perambatan gelombang S yaitu tegak lurus dengan pergerakan
partikel mediumnya (Sheriff et al., 1990).

Gambar 3.2. Arah perambatan gelombang sekunder (Shearer, 2010)


Gelombang permukaan adalah gelombang yang menjalar melalui permukaan bumi.
Gelombang ini menjalar karena adanya efek free surface yang diakibatkan karena adanya
perbedaan sifat elastik dari medium (Lowrie, 2007). Gelombang permukaan dibedakan
menjadi dua berdasarkan arah rambat dan gerak partikelnya, yaitu gelombang rayleigh dan
gelombang love.
Gelombang Rayleigh yaitu gelombang yang menjalar di permukaan bumi dengan
bentuk pergerakan partikelnya menyerupai ellips pada bidang yang tegak lurus terhadap
permukaan (Gadallah & Fisher, 2009). Semakin dalam lapisan bumi yang dilewati oleh
gelombang Rayleigh maka semakin berkurang juga gelombangnya (Lowrie, 2007).

Gambar 3.3. Arah perambatan gelombang Rayleigh (Lowrie, 2007)

Gelombang Love merupakan gelombang S horizontal yang menjalar paralel dengan


permukaannya dan tegak lurus terhadap arah dari perambatan gelombang (Gadallah & Fisher,
2009). Gelombang ini termasuk ke dalam gelombang tersebut menyebar pada medium yang
memiliki kecepatan lapisan berbeda-beda. Kecepatan gelombang Love berada diantara nilai
kecepatan gelombang S yang berada pada lapisan permukaan dan kecepatan gelombang S
yang berada pada lapisan di bawahnya yang lebih dalam.

Gambar 3.4. Arah perambatan gelombang Love (Lowrie, 2007)


Prinsip Huygens mempelajari bagaimana jalannya perambatan suatu gelombang.
Prinsip Huygens menyatakan bahwa titik-titik yang dilalui oleh gelombang akan membentuk
sumber gelombang baru. Sumber gelombang baru tersebut akan membentuk gelombang
kedua dan begitu seterusnya. Dalam geofisika metode seismik, dari fenomena tersebut maka
semakin dalam lapisan bumi yang dilalui oleh gelombang seismik maka semakin melemah
pula energi dari gelombang seismik tersebut (Lowrie, 2007).
Hukum ini menyatakan bahwa besar sudut datang sama dengan besar sudut refleksi.
Sudut tersebut diukur dari garis normal antara dua lapisan yang memiliki nilai impedansi yang
berbeda. Gelombang datang dari lapisan satu yang melalui batas menuju ke lapisan kedua arah
perambatannya akan berubah (gelombang terbiaskan). Arah gelombang yang terbiaskan akan
tergantung dengan kerapatan dua lapisan yang berbeda. Apabila sinar datang dari medium
kurang rapat menuju ke medium yang lebih rapat maka sinar datang akan dibiaskan mendekati
garis normal. Namun, apabila sinar datang dari medium rapat menuju ke medium yang kurang
rapat maka sinar datang akan dibiaskan menjauhi garis normal (Lowrie, 2007).
Prinsip Fermat menyatakan bahwa, apabila gelombang melewati lintasan A sampai
lintasan D maka gelombang tersebut akan memilih lintasan yang memberikan perjalanan
gelombang dengan waktu terpendek (Lowrie, 2007).
Proses pengambilan data seismik aktif yaitu dengan memberi sumber getaran pada
daerah yang akan diteliti, sumber getaran yang diberikan dapat berupa pukulan, ledakan dll.
Sedangkan seismik pasif yaitu pengambilan data seismik dengan menggunakan sumber
getaran alam, seperti gempa bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka gelombang
seismik yang muncul akan dijalarkan ke dalam bumi dalam segala arah sebagai gelombang
getar. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang datang akan mengalami pemantulan,
pembiasan dan penyerapan akibat adanya beda kecepatan antar lapisan. Perbedaan kecepatan
timbul karena respon medium terhadap gelombang yang berbeda-beda tergantung sifat fisik
batuan yang berupa densitas, porositas, umur batuan, kepadatan dan kedalaman batuan.
Respon dari medium akan diterima oleh serangkaian detektor (geophone) yang direkam
sebagai fungsi waktu untuk menggambarkan struktur bawah permukaan (Iryanti, 2015).
Batuan dasar merupakan nama umum untuk batuan induk. Semua batuan dan tanah yang
berasal dari batuan dasar asli terbentuk dari pendinginan magma cair dan pelapukan (Wilson,
2010). Faktor yang memengaruhi cepat rambat gelombang seismik pada batuan, yaitu densitas
dan elastisitas batuan. Cepat rambat gelombang seismik bernilai besar apabila elastisitas
batuan memiliki nilai yang lebih besar daripada nilai densitas batuannya.

Tabel 3.1. Korelasi kecepatan gelombang P terhadap litologi batuan (Burger dalam
Nurcandra, 2013)
Material Kecepatan Gelombang P (m/s)
Air 331,5
Water 1400 – 1600
Weathered Layer 300 – 900
Soil 250 – 600
Alluvium 500 – 2000
Clay 1000 – 2500
Sand (unsaturated) 200 – 1000
Sand (saturated) 800 – 2200
Sand and Gravel Unsaturated 400 – 500
Sand and Gravel Saturated 500 – 1500
Glacila till unsaturated 400 -1000
Glacial till saturated 1500 – 2500
Granite 5000 – 6000
Basalt 5400 – 6400
Methamorphic rock 3500 – 7000
Sandstone and shale 2000 – 4500
Limestone 2000 – 6000

Bagian paling dasar yang terbentuk dari batuan dasar biasanya adalah batuan beku yang
terbentuk dari pembekuan magma. Lapisan di atas batuan beku bisa berupa batuan sedimen
yang terbentuk dari limestone, sandstone, shale dan lain-lain yang terbentuk dari formasi
tanah yang bergabung atau menyatu karena adanya tekanan di dalam tanah. Tanah bisa saja
menjadi sebuah batuan saat tanah tersebut sudah masif karena semakin memadat (Bowles,
1988).
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
a. Seismograph P.A.S.I Model 16S24-N sebagai alat pencatat getaran seismik 1
buah
b. Accu 12 Volt sebagai sumber daya 1 buah
c. Seperangkat Geophone sebagai alat perekam getaran di bawah tanah 1 set
d. Meteran untuk mengukur panjang lintasan 1 buah
e. Palu (Hammer) sebagai pemberi usikan berupa pukulan 1 buah
f. Lempeng Baja sebagai alas untuk pukulan palu 1 buah
g. Kabel Konnektor untuk menghubungkan accu dengan PASI 1 set
h. Kabel Trigger untuk menghubungkan trigger dengan PASI 1 set
i. Kabel Geophone untuk menghubungkan geophone dengan PASI 1 set
j. Handy Talky untuk komunikasi di lapangan 2 buah
k. GPS untuk mencatat lokasi pengambilan data 1 buah
l. Flashdisk untuk memindahkan data rekaman supaya bisa di olah 1 buah
2. Cara Kerja

Meteran dibentang sejauh panjang lintasan survey

Kabel geophone disiapkan dengan spasi yang


ditentukan

Geophone ditancapkan ke tanah dan dihubungkan


dengan kabel geophone

Shot Point ditentukan

PASI dinyalakan dan disetting


PASI dinyalakan dan disetting

Pemukulan dilakukan sesuai jumlah yang sudah di


setting

Data dipindahkan dengan flashdisc dan diolah

Gambar 4.1 Diagram alir cara kerja


V. DATA DAN ANALISA
1. Data Percobaan
Tabel 5.1. Data percobaan
Data Praktikum Ekfis IV
Satu bentangan dengan 3 Shoot Point dan 24 Geophone
Geophone Elevasi X-Loc Y-Loc Shoot 1 Shoot 3 Forward (m/s) Reverse (m/s) 2x T_minus T_plus H Depth
Geo 1 0 0 0 9.1 59.1
Geo 2 0 2 0 13.1 56.88 26.4046 56.88 4 -30.4754 43.6699 -8.37638 -20
Geo 3 0 4 0 21.27 54.65 31.8252 54.65 8 -22.8248 46.8605 -8.98838 -20
Geo 4 0 6 0 25.72 53.54 37.2458 53.54 12 -16.2942 51.1711 -9.8152 -20
Geo 5 0 8 0 31.28 52.43 31.28 52.43 16 -21.15 44.0953 -8.45798 -20
Geo 6 0 10 0 33.51 51.31 33.51 51.31 20 -17.8 45.2053 -8.67089 -20
Geo 7 0 12 0 35.73 50.2 35.73 50.2 24 -14.47 46.3153 -8.8838 -20
Geo 8 0 14 0 39.07 47.97 39.07 47.97 28 -8.9 47.4253 -9.09671 -20
Geo 9 0 16 0 44.46 47.97 44.46 47.97 32 -3.51 52.8153 -10.1306 -20
Geo 10 0 18 0 45.75 45.75 45.75 45.75 36 0 51.8853 -9.95219 -20
Geo 11 0 20 0 49.09 43.52 49.09 43.52 40 5.57 52.9953 -10.1651 -20
Geo 12 0 22 0 52.43 43.52 52.43 43.52 44 8.91 56.3353 -10.8057 -20
Geo 13 0 24 0 55.76 41.3 55.76 41.3 48 14.46 57.4453 -11.0187 -20
Geo 14 0 26 0 59.1 40.18 59.1 40.18 52 18.92 59.6653 -11.4445 -20
Geo 15 0 28 0 62.44 39.07 62.44 39.07 56 23.37 61.8953 -11.8722 -20
Geo 16 0 30 0 62.52 36.85 62.52 36.85 60 25.67 59.7553 -11.4617 -20
Geo 17 0 32 0 64.67 37.96 64.67 37.96 64 26.71 63.0153 -12.087 -20
Geo 18 0 34 0 65.78 32.4 65.78 32.4 68 33.38 58.5653 -11.2335 -20
Geo 19 0 36 0 69.12 29.06 69.12 29.06 72 40.06 58.5653 -11.2335 -20
Geo 20 0 38 0 71.34 29.06 71.34 29.06 76 42.28 60.7853 -11.6593 -20
Geo 21 0 40 0 74.5 22.38 74.5 24.045694 80 50.45431 58.93099 -11.3036 -20
Geo 22 0 42 0 76.5 17.93 76.5 31.070909 84 45.42909 67.95621 -13.0348 -20
Geo 23 0 44 0 78.5 12.37 78.5 39.848481 88 38.65152 78.73378 -15.102 -20
Geo 24 0 46 0 80.5 3.46
2. Analisa
Metode yang digunakan untuk akuisisi data yaitu metode seismik refraksi dengan
alat seismograph PASI tipe 16S24-P. Teknik yang digunakan dalam penyusunan
konfigurasi geophone yaitu teknik in-line dengan panjang spread 46 meter. Geophone
yang digunakan yaitu sebanyak 24 geophone dengan spasi antar geophone adalah 2
meter. Sumber gelombang yang digunakan sebanyak 3 sumber gelombang. Data yang
diperoleh kemudian diolah menggunakan software Winsism 11 untuk mengetahui first
break pick dari gelombang P yang dihasilkan. Data yang sudah diperoleh kemudian di
olah menggunakan software Microsoft Excel hingga terbentuk profil lapisan tanah
penyusunnya.
Prinsip kerja dari pengambilan data seismik refraksi ini adalah ketika ada sumber
gangguan berupa pukulan palu pada lempeng besi, gangguan tersebut akan terekam
oleh geophone yang tertancap di dalam tanah. Geophone akan mengkonversi
gelombang menjadi tegangan yang kemudian akan tersimpan pada seismograph PASI.
Gelombang yang terekam oleh geophone merupakan kumpulan gelombang –
gelombang seismik. Karena sifat perambatannya ke segala arah sehingga ada
gelombang yang terpantulkan hingga menemui lapisan yang berbeda, ada juga yang
diteruskan dan langsung terekam oleh geophone, ada pula yang mengalami sudut kritis
( atau dibiaskan 90o terhadap garis normal).

Grafik Hubungan Distance vs Travel time


90
80
70
Travel Time (s)

60
50
40 SP 1
30 SP3
20
10
0
0 10 20 30 40 50
Distance (m)

Gambar 5.2 Grafik hubungan jarak terhadap waktu tempuh


Gelombang yang merambat di bawah tanah tersebut mengikuti prinsip – prinsip
perambatan gelombang yaitu prinsip Fermat, prinsip Huygens dan hukum Snellius.
Adapun hasil pengolahan data adalah sebagai berikut :
Pada grafik tersebut menunjukkan hubungan antara jarak terhadap waktu tempuh
pada shoot point 1 dan shoot point 3. Shoot 2 tidak diolah dikarenakan data yang
diperoleh tidak cukup baik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa travel time yang
dialami oleh ke -24 geophone dari shoot point 1 dan shoot point 3 tidak sama. Hal ini
yang nantinya akan berakibat pada pengolahan data yang kurang baik. Dari grafik
tersebut kemudian akan digunakan untuk mencari gradien tiap lapisan.

Grafik hubungan jarak terhadap waktu


90
80 y = 1.3552x + 20.984
70
y = -0.7894x + 59.377
60
Time (s)

50 Direct forward
40 Forward 1
30 Direct Reverse
20
Reverse 1
10 y = 3.155x + 7.41 y = -2.5025x + 122.67

0
0 10 20 30 40 50
Distance (m)

Gambar 5.3 Grafik hubungan jarak terhadap waktu dengan gradien


Gambar 5.3 dapat diketahui gradien dari tiap lapisan. Hal ini dengan melihat titik –
titik yang membentuk garis linear kemudian dihubungkan dan dicari gradiennya. Dari
grafik tersebut menunjukkan 2 lapisan tanah. Lapisan pertama melalui shoot point 1
dengan gradien y=3.155x+7.41 dan melalui shoot point 3 dengan gradien
y=2.5025x+122.67. Lapisan kedua melalui shoot point 1 dengan gradien
y=1.3552x+20.984 dan melalui shoot point 3 dengan gradien y = 0.7894x+59.377
Dari gradien yang diperoleh dapat diketahui kecepatan sebagai berikut :
Tabel 5.2 Data kecepatan
Velocity line
v1 forward 316.9572
v1 reverse 399.6004
v1 rata-rata 358.2788
v2 1002.34
Melalui data kecepatan kemudian digunakan untuk mencari profil lapisan tanah.

Model Lapisan Tanah


0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44

-5
Kedalaman

-10
Series2
Series1
-15

-20

-25

Gambar 5.4 Profil lapisan tanah


Pada gambar 5.4 lapisan pertama memiliki kedalaman hingga 15 meter. Sedangkan
untuk lapisan kedua tidak dapat dicari kedalamannya karena belum ditemukannya
lapisan ketiga. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya daya usikan yang
kurang besar sehingga belum bisa memantulkan gelombang dari lapisan ke 3.
Dalam data perekaman gelombang seismik terdapat gangguan-gangguan atau
noise. Noise tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kendaran bermotor
yang melintas di sekitar lokasi penelitian maupun pergerakan akar pepohonan yang
disebabkan oleh angin. Untuk menghindari kesalahan pada saat melakukan picking
first break, maka saat picking hanya dipilih gelombang pertama yang terekam oleh
geophone. Hasil yang didapatkan dari proses picking first break yaitu waktu tiba
gelombang seismik pada 24 geophone serta posisi 24 geophone dalam bentuk kurva
travel time tiap spread.
VI. KESIMPULAN
1. Cara pengoperasian alat seismograph PASI Model 16S24-N pertama PASI
dihidupkan, kemudian melakukan pengecekan geophone pada menu monitor. Setelah
semua geophone berfungsi kemudian masuk ke main kemudian aquitition setting. Atur
sensibility triger default sebesar 5, dengan delay 0. Kemudian mengatur koordinate
pada source location. Kemudian mengatur besar gain pada tiap Shoot Point secara
automatic (oleh getaran palu), kemudian mengatur recording time sebesar 512 ms dan
sampling time sebesar 125µs. Diatur pada variable area dan centang pilihan stacking
sebanyak 3 kali. Beri nama setiap pengambilan data, lalu tekan mulai. Setiap akan
melakukan tunggu hingga terdapat tanda pada monitor berupa gambar palu. Dengan
jeda saat pemukulan ketika lampu indikator berkedip.
2. Kecepatan gelombang primer :
a. V1 forward :316.957 m/s
b. V1 reverse : 399.6 m/s
c. V1 rata – rata : 358.279 m/s
d. V2 : 1002 m/s
3. Ketebalan lapisan
a. Lapisan 1 : 10 sampai 15 m
b. Lapisan 2 : >15 m sampai batas yang belum diketahui.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J. E. (1988). Foundation Analysis and Design. New York: McGraw-Hill.
Gadallah, M., & Fisher, R. (2009). Exploration Geophysics. Berlin: Springer.
Iryanti, M., Subarsyah, & Purwanti, S. (2015). Eliminasi Artefak dalam Penampang Seismik
dengan Tahapan Pengolahan Data Seismik Multichannel di Area Bone Line 1. Fibusi
(JoF), 3.
Lowrie, W. (2007). Fundamentals of Geophysics Second Edition. Cambridge: Cambridge
University Press.
Sheriff, R. E., Geldart, L. P., & Telford, W. M. (1990). Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge: Cambridge University Press.
Suprianto, A., & Priyantari, N. (2009). Penentuan Kedalaman Bedrock dengan Metode
Seismik Refraksi di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. Jurnal
Ilmu Dasar, 10, 6-12.
Wilson, J. R. (2010). Minerals and Rocks. Denmark: Ventus Publishing.
Yohanella, A., Legowo, B., & Darsono. (2014). Identifikasi Batuan Dasar Menggunakan
Metode Seismik Refraksi untuk Pondasi Bangunan di Universitas Sebelas Maret
Kentingan Surakarta. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 10(1).

Anda mungkin juga menyukai