Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG “ABORTUS INCOMPLIT”

DI RUANG NIFAS 2

RSUD Dr H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Di susun

oleh

M RIDHO HIDAYATULLAH

( 161440111052 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2018


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : M RIDHO HIDAYATULLAH

NPM : 1614401110052

Ruangan/Rumah sakit : NIFAS/RSUD Dr H. MOCH ANSARI SALEH

Judul Laporan Pendahuluan : ABORTUS INCOMPLIT

Telah menyelesaikan semua laporan diruangan tersebut.

Banjarmasin, Aug 2018

Mahasiswa

M Ridho Hidayatullah

Menyetujui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(……………………………) Zaqqyah huzaifah, Ns., M.kep


Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit

ABORTUS INKOMPLIT

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan (Nugroho,2010).

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih
terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua
atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

2. Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut:

a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat
bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk


kromosom seks.

2) Faktor lingkungan endometrium


a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.

b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3) Pengaruh luar

a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi

b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.

b. Kelainan Pada Plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.

2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes
mellitus

3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga


menimbulkan keguguran.

c. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus.

d. Kelainan yang terdapat dalam Rahim

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum
(Manuaba, 2010
3. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14
minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang
oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan
seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
PATHWAY

4. Tanda dan Gejela

a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari


uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:

1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi

5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).


b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:

1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .

2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.

3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk
dari vulva

4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.

5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.

6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan
syok (Maryunani, 2009).

5. Penatalaksaan Medis

a. Pemeriksaan umum:

1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-
tanda vital.

2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik


kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan
evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan
segera.

4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik


terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam
fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama
(Syaifuddin, 2006).

b. Penanganan Abortus Inkomplit

1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat,
syok dan sepsis)

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu,
evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:

a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.


Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak
tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im


(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

3) Jika kehamilan > 16 mingguan

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis arau RL )
dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)

c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2


gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).

5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.

6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu
(anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin, 2006).

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Darah

Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr %
dan TM II 10,5 gr %).

 Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia


 Hb 9-10 gr% : anemia ringan
 Hb 7-8 gr% : anemia sedang
 Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

2) Urine

Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan
persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.

3) USG

Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien

b. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.

c. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:

- Kesehatan sekarang

- Kesehatan masa lalu


d. Riwayat Pembedahan

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami

f. Riwayat kesehatan keluarga

g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,


banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya

h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

l. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi

Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.

- Palpasi

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit
atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

- Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin


atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal

- Perkusi

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak

- Auskultasi

- mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

M. Pemeriksaan psikososial

- Respon dan persepsi keluarga

- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak mengenalnya


sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri klien berkurang 1. Tentukan sifat lokasi 1. Membantu dalam


dalam 3 × 24 jam dan durasi nyeri serta kaji mendiagnosa dan memilih
perawatan dengan kriteria kontraksi uterus tindakan keperawatan
evaluasi yang tepat

- Skala nyeri 0 (tidak 2. Ketidaknyamanan


2. Kaji stress psikologi
ada) dihubungkan dengan
klien/pasangan dan respon
aborsi spontan biasanya
- Klien tidak mengeluh emosional terhadap
karena kontraksi uterus
nyeri lagi kejadian.

- Raut muka klien tidak


menangis lagi 3. Dapat membantu
3. Berikan lingkungan
dalam memenurunkan
- TTV dalam batas yang tenang dan
tingkat nyeri dan ansietas
normal instruksikan klien untuk
serta meningkatkan koping
/menggunakan metode
TD : yang dapat membantu
relaksasi
menghilangkan rasa nyeri.
Sistol <140 mHg
4. Penemuan awal dapat
Diastol <90 mHg
dijadikan indikator untuk
N : 80 – 90 x/menit
4. Ukur TTV : TD, nadi,
intervensi
R : 16 – 24 x/menit respirasi dan temperatur
lanjut
T : 36 – 37 oC
5. Mengurangi fokus
klien terhadap
rangasangan nyeri
5. Berikan obat analgetik 6. Tindakan terhadap
yang tepat penyimpangan dasar akan
menghilangkan nyeri

6. Siapkan untuk prosedur


kuretase

2. Resiko tinggi syok 1. Observasi TTV 1. Mengetahui


hemorarge berhubungan keadaan umum klien
2. Kaji output cairan
dengan perdarahan aktif
harian 2. Jumlah cairan
dapat dicegah atau tidak
ditentukan dari jumlah
terjadi setelah 3 × 24 jam 3. Berikan pengganti
kebutuhan harian ditambah
perawatan. output cairan harian.
dengan jumlah cairan yang
dengan kriteria hasil : 4. Posisikan ibu dengan hilang pervagina
tepat (semi fowler).
- Pasien mengungkapkan 3. Tranfusi mungkin
tidak lemah, dan tidak 5. Lakukan tirah baring diperlukan pada kondisi
merasa haus lagi dan menghindari ibu untuk perdarahan massif
valsava manufer.
- Mukosa bibir 4. Menjamin
lembab 6. Laporkan serta catat keadekuatan darah yang
jumlah dan sifat kehilangan tersedia untuk otak,
- Turgor kulit normal
darah peninggian panggul
- Mata tidak cekung menghindari kompresi
vena.

5. Pendarahan dapat
berhenti dengan reduksi
aktivitas
6. Untuk mengetahui
perkiraan banyak nya
kehilangan darah

3. Rasiko infeksi tidak terjadi 1. Pantau suhu nadi dan 1. Peningkatan suhu
atau berkurang dalam 3 × sel darah putih (SDP) atau nadi lebih normal
24 jam perawatan dengan dapat menandakan infeksi
2. Gunakan aseptic
kriteria hasil : perlindungan norlmal
bedah pada persiapan
leukosit dengan jumlah
- TTV dalam batas peralatan
SDP 25.000 /mm3 dapat
normal
3. Anjurkan klien dibedakan dari
TD: Sistol <140 mmHg melakukan personal hygiene peningkatan SDP terhadap
contohnya: ganti balutan infeksi
Diastol <90 mmHg
4. Anjurkan klien 2. Menurunkan resiko
N : 80 – 90 x/menit
makan-makanan berprotein kontaminasi
R : 16 – 24 /menit
x
tinggi
3. Mencegah infeksi
T : 36 – 37 oC Kolaborasi :
4. Mempercepat proses
- Pasien 5. Berikan antibiotik penyembuhan
mendemonstrasikan sesuai indikasi
5. Membantu mencegah
kemampuan untuk
infeksi
meningkatkan kesehatan
diri seperti personal
hygiene

- Tidak terdapat tanda


Inflamasi :

- Rubor (kemerahan)
- Tumor
(pembengkakan)

- Kalor (panas)

- Dolor (nyeri)

- Fungsi laesa
(gangguan fungsi)

4. Rasa cemas 1. Kaji tingkat ansietas 1. Mengetahui sejauh


berkurang/hilang dalam 3 yang dialami klien mana tingkat ansietas
× 24 jam perawatan dapat diatasi
2. Dengarkan masalah
dengan kriteria hasil :
klien dan dengarkan secara 2. Meningkatkan rasa
- Melaporkan adanya aktif kontrol terhadap situasi
penurunan penurunan dan memberikan
3. Ukur TTV: TD, nadi,
ansietas sampai pada tahap kesempatan pada klein
respirasi dan temparatur
dapat diatasi untuk mengembangkan
4. Jelaskan prosedur solusi sendiri
- Memeperlihatkan
kuretase dan arti gejala serta
keadaaan relaksasi klien 3. Keadaan ansietas yang
prognosis abortus
memahami tentang kondisi berat dapat di
penyakit dan prosedur 5. Evaluasi/validasi manifestasikan dari TTV
kuretase tentang informasi yang
4. Pengetahuan dapat
diberikan
- TTV dalam batas membantu menurunkan
normal ansietas dan meningkatkan

rasa kontrol terhadap


situasi

5. Mengetahui
sejauh mana
informasi/cara dapat
diterima klien

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta. 2004

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius
Jakarta 2000.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai