Anda di halaman 1dari 4

10 PERTANYAAN / KRITERIA / PARAMETER

Teori J Christoper Jones dan Schmitt, GN

Nama : M. Ainut Taqwim S

NIM : 21020117420012

Arsitek Arsitek 2
Metode
Jenis Metode Deskripsi Yoga Trihariyadi, ST Kristian Budi Santoso,ST
Perancangan
(nilai 1-5) (nilai1-5)
Schmitt, GN Perancangan 1. Kejelasan permasalahan perancangan
2 5
Rutin
Perancangan 2. Mengadaptasi beberapa prototype bangunan
4 3
Inovatif yang identik
Perancangan 3. Pengembangan pemecahan / berdasarkan kasus 2 4
Kreatif 4. Kejelasan kebutuhan fungsi 4 4
5. Rancangan akhir dipengaruhi permasalahan
4 5
awal
J Christoper Traditional - 6. Menggunakan studi eksplorasi bentuk
2 4
Jones Crafts
Traditional - 7. Menggunakan sistem menggambar
3 5
Drafts
Modern – 8. Proses mendapatkan ide tidak bisa dijelaskan
5 2
Black Box
Modern – 9. Analisa perancangan lengkap 2 5
Glass Box 10. Rancangan penuh makna dan logis 3 5
11. Strategi perancangan ditentukan dengan
2 5
matang
TOTAL 33 47

Nilai 1 – 5, 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = baik sekali, 5 = sempurna


Pembahasan :
1. Kejelasan permasalahan perancangan
Kejelasan permasalahan perancangan yaitu kejelasan pada fase proses dalam merancang, yang sesuai dengan kaidah-kaidah
merancang dan menggunakan analisa dan variabel yang lengkap untuk menunjang proses perancangan.

Dalam hal ini arsitek Yoga Trihariyadi,ST mendapat nilai 2 yang berarti cukup, karena beliau dalam proses merancang cenderung
mengarah ke metode tradisional, yaitu unttuk ide ataupun gagasan yang dituangkan dalam desain banyak berasal dari inspirasi dari
beliau sendiri. Sedangkan arsitek Kristtian Budi Santoso,ST dalam proses merancang sangat detail dalam mengumpulkan data-data
penunjang ataupun variabel analisa yang sangat lengkap untuk menunjang proses merancang yang beliau lakukan. Sehingga dalam
hal ini Kristian Budi Santoso mendapat nilai 5.
2. Mengadaptasi beberapa prototype bangunan yang identik
Dalamm proses merancang arsitek yoga trihariyadi sering dalam kasus desain yang mempunyai kemiripan, beliau menggambil
prototype bangunan yang sudah ada kemudian untuk dimodifikasi sehingga dalam hal ini beliau mendapat nilai 4. Sedangkan arsitek
Kristian Budi Santoso cenderung memanfaatkan analisa data dan variabel-variabel pendukung proses perancangan untuk
menciptakan suatu produk desain yang baru. Untuk dalam proses merancang beliau tidak terpaku pada prototype desain yang sudah
ada. Sehingga dalam hal ini beliau mendapat nilai 3.

3. Pengembangan pemecahan / berdasarkan kasus


Pengertian dalam hal ini adalah pengembangan dari proses desain yang pernah dilakukan. Arsitek Yoga Trihariyadi ini adalah arsitek
senior yang mahir dalam gambar sketsa freehand tetapi sangat minim untuk program komputerais. Untuk pengembangan dari proses
desain yang pernah dilakukan tidak maksimal karena terbentur pada dokumentasi file yang tidak bisa dievaluasi. Sehingga mendapat
nilai 2. Sedangkan Kristian Budi Santoso pengembangan berdasarkan proses desain yang dilakukan menjadi rutinitas beliau ketika
ada desain yang menggalami kemiripan sehingga beliau mendapat nilai 4.

4. Kejelasan kebutuhan fungsi


Untuk kejelasan kebuthan fungsi kedua arsitek ini memiliki kualitas yang hampir sama bagusnya. Beliiau sangat memprioritaskan
fungsi hubungan ruang untuk mengakomodasi kenyamanan klien. Mereka ada kesamaan persepsi bahwa dalam proses mendesain
yang menjadi priioritas adalah kenyamanan pengguna bangunan, sehingga beliau memiliki nilai sama yaitu 4.

5. Rancangan akhir dipengaruhi permasalahan awal


Proses perancangan di awal sangat mempengaruhi hasil rancangan, dalam hal ini Yoga Trihariyadi dan kristian Budi Santoso sama-
sama melakukan kaidah-kaidah dalam proses perancangan tetapi Kristian Budi Santoso lebih unggul karenaa beliau menguasai
program kompuuterais sedangkan Yoga Trihariyadi hanya menggunakan gambar manual.
6. Menggunakan studi eksplorasi bentuk
Study eksplorasi bentuk adalah digunakan untuk menuangkan ide atau gagasan dalam sebuah bentuk yang mengakomodasi keinginan
klien. Dalam hal ini Yoga Trihariyadi hanya menggunakan sketsa manual freeehand sedangkan Kristian Budi Santoso menggunakan
simulasi desain visual 3d yang sangat lengkap bahkan sampai ke animasi visual.
7. Menggunakan sistem menggambar
Untuk Yoga trihariyadi cenderung hanya mengggunakan gambar manual ataupun free hand sedangkan untuk Kristiian Budi Santoso
sangat detail menggambarkan detail dalam bentuk 2d maupun 3d dengan program komputer yang sangat mendukung untuk
memudahkan dipahami klien.
8. Proses mendapatkan ide tidak bisa dijelaskan
Arsitek Yoga Trihariyadi cenderung dalam proses merancangnya menggunakan ide atau gagasanya dari inspirasi atau daya imajinasi
yang muncul dipikiran dengan sendirinya atau bisa dikatakan sebagai wangsit. Sedanggkan Kristian Budi Santoso literatur maupun
proses dalam merancang sangat bisa di evaluasi dan bisa di kaji karena melalui proses dan fase yang teratur dan dengan analisa yang
lengkap.
9. Analisa perancangan lengkap
Analisa perancangan yang dilakukan Kristian Budi Santoso sangat detail dan lengkap dari data tapak, karakteristik klien, maupun
kondisi sekitar tapak turut dalam menentukan proses perancangan . sedangkan yoga trihariyadi hanya terfokus pada hubungan ruang
dan kenyamanan klien.
10. Rancangan penuh makna dan logis
Dalam proses perancanganya Yoga Trihariyadi maupun Kristian Budi Santoso sama-sama melakukan kaidah-kaidah yang digunakan
dalam proses merancang, tetapi kristian budi santoso lebbih mendalam dalam menganalisa data variabel pendukung dalam proses
perancanngan sehinga pemaknaan sebuah desain lebih nyata.
11. Strategi perancangan ditentukan dengan matang
Strategi perancangan Kristian Budi Santoso sangat lengkap dan detail, beliau memperhitungkan segala aspek penunnjang dalam
proses perancangan, bahkan hasil dari sebuah desain beliau tertuang dalam simulasi animasi 3d yang sangat menarik untuk
dipresentasikan ke klien. Sedangkan yoga trihariyadi hanya terfokus pada perancangan yang cenderung hanya beliau yang bisa
menerjemahkan suau desain perancangan yang dibuatnya.

Anda mungkin juga menyukai