Anda di halaman 1dari 19

PROSES SAFETY MANAGEMENT (PSM)

Oleh : M.Nuruddin
Pendahuluan
Secara umum Process Safety Management (PSM)/ Manajemen Keselamatan Proses (MKP)
mengacu kepada prinsip dan sistem manajemen kepada identifikasi, pengertian dan pengontrolan
pada bahaya akibat kegiatan proses produksi sebagai upaya perlindungan pada area kerja.
PSM/MKP berfokus kepada:
– Pencegahan
– Persiapan
– Mitigasi
– Respons
– Pemulihan
dari bencana industri
Proses yang dimaksud dalam PSM tersebut adalah untuk perusahaan yang menyimpan,
memproduksi dan menggunakan bahan kimia berbahaya ataupun kombinasi dari aktifitas
tersebut.
Latar Belakang
Beberapa bencana industri seperti di Bhopal (1984) India yang menyebabkan >2000 orang
meninggal, Pasadena (1989) mengakibatkan 23 orang meninggal dan 132 cidera, Piper Alpha
(1988) mengakibatkan 167 meninngal dan beberapa b encana industri lainnya yang melibatkan
bahan kimia berbahaya yang diikuti dengan kebakaran, peledakan serta paparan bahan kimia
beracun.
Dari beberapa bencana industri di atas menunjukkan bahwa bencana tersebut sulit dicegah
dengan pendekatan traditional occupational safety and health yang berfokus kepada hubungan
individu pekerja dengan peralatan maupun proses. Banyak keputusan penting yang mengarah
kepada insiden serius, kejadian yang tidak terduga diluar kontrol pekerja ataupun atasan.
Dibutuhkan pengontrolan yang efektif yang memperhitungkan aktifitas proses, termasuk
peralatan, prosedur serta organisasi yang dikelola oleh sistem manajemen untuk memastikan
bahwa semua bahaya telah diidentifikasi dan dikontrol demi kelangsungan suatu proses produksi.
Occupational Safety & Health vs Process Safety Management

Untuk membedakan occupational accident dan process safety accident dapat dianalogikan
sebagai berikut :
Occupational Accident :
Seorang pekerja terjepit tangannya di pulley motor karena ketika melakukan perbaikan motor
tidak mematikan motor sebelumnya sesuai instruksi kerja yang ada.
Proses Safety Accident:
Sejak pagi diketahui ada kenaikan temperatur pada salah satu bejana tekan, namun dengan
kenaikan temperatur tersebut manajemen berupaya mengatasi dengan mendinginkan temperatur
dengan air sehingga bejana tersebut meledak pada sore harinya, karena material yang ada di
dalam bejana tersebut mudah terbakar maka mengakibatkan kebakaran yang hebat.
Elemen Process Safety Management
Standar PSM sesuai OSHA 29 CFR 1910.119 terdapat 14 elemen sebagai berikut :
1. Employee Participation
2. Process Safety Information
3. Process Hazards Analysis
4. Operating Procedures
5. Training
6. Contractor’s obligation
7. Pre-startup safety review
8. Mecahnical Integrity
9. Hot Work Permit
10. Management of Change
11. Incident Investigation
12. Emergency Planning and Response

13. Compliance Audit


14. Trade Secret
1. Employee Participation
Organisasi harus merencanakan upaya PSM, dan rencana harus mencakup ruang lingkup upaya,
peran dan tanggung jawab, persyaratan pelaporan, pendekatan analisis bahaya, proses
pengendalian dokumen, dan strategi pengendalian bahaya.
Sebagai bagian dari upaya PSM, pengusaha harus berkonsultasi dengan pekerja dan perwakilan
mereka untuk memastikan bahwa semua pihak memahami bahaya dan risiko dalam proses.
Secara khusus, pekerja harus memiliki akses ke analisis bahaya proses dan informasi yang
digunakan untuk mendukung analisis tersebut. Tanpa partisipasi pekerja risiko mungkin tidak
sepenuhnya dipahami atau tepat dikomunikasikan.
2. Process Safety Information (PSI)
Organisasi / Pengusaha harus mengumpulkan dan mencatat Proses Safety Information (PSI)
sebelum melakukan analisis bahaya.
Tujuan dari informasi tersebut adalah sebagai langkah awal melakukan identifikasi bahaya dan
resiko yang terkait dengan aktifitas proses tersebut. Informasi tersebut meliputi bahan kimia
yang digunakan / diproduksi, teknologi, serta peralatan yang dipergunakan. Secara khusus
apabila mempergunakan bahan kimia berbahaya, informasi meliputi toksisitas, Nilai Ambang
batas, sifat fisika & kimia, reaktifitas, corrosifitas, serta bahaya yang akan timbul saat bereaksi.
MSDS dan P&ID’s (diagram alir perpipaan dan instrumentasi) harus dibuat.
Critical Parameter seperti batasan maksimum dan minimum penyimpanan bahan kimia harus
dipersiapkan. Informasi lain terkait sistim keselamatan seperti temperatur, tekanan minimum dan
maksimum, sistem ventilasi dan kode standarisasi harus diperhitungkan dalam desain.
3. Process Hazards Analysis (PHA)
PHA (Process Hazards Analysis) didefinisikan oleh OSHA sebagai pendekatan, menyeluruh,
teratur, sistematis untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya dari proses
yang melibatkan bahan kimia berbahaya.
PHA adalah kunci untuk upaya K3 karena memberikan informasi untuk membantu manajemen
dan pekerja meningkatkan keselamatan dan membuat keputusan yang tepat untuk menurunkan
resiko.
Beberapa metode yang digunakan adalah
-Checklist
– What-if/checklist
– Hazards Operability Study(HAZOP)
– Failure Modes and Effect ANalysis(FMEA)\
– Fault Tree Analysis
Penekankan analisis tersebut adalah bahwa PHA harus dilakukan olem team yang mengetahui
tentang proses dan teknik analisis bahaya.
Dalam PHA harus dijelaskan jangka waktu untuk melaksanakan rekomendasi tindak lanjut, dan
di analisis ulang apabila ada perubahan.
PHA disarankan dievaluasi ulang tiap 5 tahun sekali.
4. Operating Procedure / Prosedur Operasi
Prosedur Operasi menggambarkan pekerjaan yang harus dilaksanakan, data-data harus dicatat
(kondisi operasi normal, maksimum dan minimum paramater).
Prosedur juga harus mengidentifikasi tindakan pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat
Kerja. Prosedur Operasi harus jelas singkat dan konsisten dengan PSI (Process Safety
Information) yang mengacu kepada PHA (Process Hazards Analysis).
Prosedur Operasi harus dievaluasi secara berkala dan diupadate apabila ada perubahan
parameter, konsisten dengan proses yang ada.
Pelatihan untuk pelaksanaan prosedur operasi juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan
pada kondisi darurat.
5. Training / Pelatihan
Pelatihan merupakan elemen yang cukup penting dalam penerapan PSM. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan training adalah sebagai berikut :
– pelaksanaan pelatihan harus dipastikan bahwa peserta dapat memahami resiko pekerjaan
terkait proses ataupun bahayanya bekerja dengan bahan kimia berbahaya, termasuk mengerahui
apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.
– Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
– Secara periodik dievaluasi keefektifan dari pelaksanaan teraining tersebut.
6. Contractor’s Obligation / Kewajiban kontraktor
Banyak perusahaan yang mempekerjakan kontraktor dalam pekerjannya. Meruypakan
tanggungjawab perusahaan untuk memastikan bahwa kontraktor yang bekerja di area kerjanya
telah memiliki cukup pengetahuan dan keahlian dalam melaksanaan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan K3 khususnya yang kontak dengan bahan kimia berbahaya. Kontraktor
bertanggungjawab untuk melaksanakan prosedur kerja selamata yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Pihak perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap kinerja kontraktor dalam melaksanakan
prosedur kerja selamat.
7.Pre-Startup Safety Review
Banyak kecelakaan terjadi masa transisi ke fase operasi stabil, seperti pada saat start up atau
commisioning pada peralatan baru, khususnya apabila ada perubahan /modifikasi peralatan. Pre
startup sangat perlu dilakukam dan ditulis dalam prosedur operasi. Semua parameter telah ditulis
dalam P&ID dan prosedur emergency shutdown telah dikomunikasikan.
8. Mechanical Integrity
Dalam pengoperasian peralatan, hal yang sangat penting adalah perawatan dari peralatan
tersebut. Harus dipastikan bahwa peralatan tersebut dapat dioperasikan dengan baik.
PSM mempersyaratkan terdapat prosedur perawatan tertulis untuk peralatan sebagai berikut :
– Bejana Tekan dan tangki penyimpan
– Sistim perpipaan (termasuk komponennya seperti valve)
– Sistim Relief dan venting
– Sistim emergency shutdown
– Sistim kontrol (sensor, alarm, interlock)
– Pompa
Prosedur tersebut mencakup inspeksi dan testing
9. Hot Work Permit / Ijin Pekerjaan Panas
Pekerjaan perbaikan ataupun modfikasi yang sifatnya tidak rutin, khusunya hot work seperti
aktifitas pengelasan berpotensi terhadap kebakaran dan peledakan. Organisasi harus mempunyai
prosedur ijin pekerjaan panas untuk memastikan pekerjaan tersebut telah di analisa resikonya,
terdapat upaya menurunkan resikonya (mitigasi) dan personil yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut telah mengetahui bahaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut.
10. Management of Change / Manajemen Perubahan
Sistim yang digunakan dalam operasi seperti mesin, design, prosedur, bahan baku ataupun
personil yang terlibat seringkali terdapat perubahan yang kadang-kadang bisa meningkatkan
resiko. Untuk itu, perubahan tersebut harus dievaluasi untuk memastikan resiko dari segi K3-nya
dapat dikontrol.
Analisis perubahan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
– Data Teknik perubahan
– Pengaruh perubahan terhadap pekerja ditinjua dari K3
– Modifikasi prosedur operasi
– Waktu yang dibutuhkan untuk perubahan
– Otorisasi persyaratan dari perubahan yang diusulkan
Organisasi tidak seharusnya berasumsi sedikit perubahan tidak berpengaruh kepada K3. Banyak
kecelakaan yang berakibat dari perubahan kecil yang dianggap tidak berpengaruh terhadap K3.
11. Investigasi Kecelakaan
Problem atau masalah yang diketahui tidak seharusnya untuk dibiarkan. Kegagalan untuk
investigasi serta memperbaiki dari akar permasahan (root cause) dapat berakibat kecelakaan akan
terulang bahkan dapat berakibat lebih besar. Organisasi harus fokus terhadap pencegahan
kecelakaan tidak hanya melaporkan problem dan ini membutuhkan analsis akar permasalahan.
Organisasi harus memiliki program yang aktif untuk mengidentifikasi problem yang ada
sehingga kecelakaan tidak terjadi. Nearmiss yang dapat berakibat kepada bencana industri harus
segera di tindak lanjuti. Belajar dari bencana industri yang telah terjadi sebagai upaya
pencegahan keelakaan sangatlah penting.
12. Rencana Tanggap Darurat
PSM sebagai upaya yang sangat penting sebagai pencegahan kecelakaan, tetapi bagus apapaun
organisasi berupaya membangun sistim K3, desain bisa gagal, personil dapat berbuat kesalahan
sehingga terjadi insiden diluar kendali perusahaan.
Oleh karena itu, organisasi harus merencanakan untuk keadaan darurat dan siap untuk merespon.
Minimal, pengusaha harus mengembangkan rencana tanggap darurat yang meliputi tempat
evakuasi dan pelatihan dalam penggunaan alat pelindung diri. Karyawan harus dilatih untuk
rencana ini agar bisa efektif, dan sistem alarm harus diterapkan.
13. Compliance Audit
Audit ADALAH sarana untuk memastikan bahwa prosedur dan pelaksanaan PSM dilaksanakan
dan memadai. Persyaratan PSM, audit harus dilakukan setidaknya setiap tiga tahun. Audit harus
dilakukan oleh individu atau tim yang terlatih, dan audit harus direncanakan untuk memastikan
keberhasilan pelaksanannya.
14. Trade Secret / Rahasia Dagang
Organisasi harus membuat informasi keselamatan penting tersedia bagi semua personil yang
terlibat, mengembangkan analisis bahaya, membuat prosedur operasi, menyediakan perencanaan
dan tanggap darurat, melakukan audit, dan berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan.
Organisasi harus membuat informasi ini tersedia bahkan jika rahasia dagang disertakan. Namun,
organisasi dapat membuat kesepakatan bahwa rahasia dagang tidak disebar luaskan.
KASUS KECELAKAAN DITINJAU DARI ELEMEN PSM
KESIMPULAN
PSM adalah pendekatan proaktif dari sisi manajemen dan teknis untuk melindungi pekerja,
kontraktor dan pihak lain terkait dari bahaya yang ada khususnya bahaya bahan kimia berbahaya.
Bahaya tersebut berpotensi terhadap bencana industri yang tidak terkontrol.
Persyaratan PSM ada 14 elemen yang sangat penting terhadap proses bahaya bahan kimia
berbahaya.
Contoh kasus kecelakaan yang disebutkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun program PSM.

KESELAMATAN PESAWAT ANGKAT (CRANE & LIFTING SAFETY) Bismillah Dalam


berbagai pekerjaan terkadang kita membutuhkan memindah benda berat dari tempat satu ke
tempat yang lainnya atau ke tempat yang lebih tinggi, dimana biasanya memerlukan alat bantu
untuk melakukan proses pemindahan itu, alat bantu yang ringan seperti chain block, pulley atau
kita menggunakan alat bantu yang lebih komplek lagi yaitu crane. Proses pengangkatan
mempunyai resiko yang sangat besar untuk terjadinya ke gagalan dan tentunya dari kegagalan
tersebut dapat menyebabkan kefatalan,kerusakan property atau bahkan pencemaran lingkungan.
Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam proses pengangkatan yaitu :
Perencanaan yang kurang baik Kegagalan dari peralatan SDM yang tidak memenuhi persyaratan
Faktor alam (cuaca, bencana alam dll) Nah..karena tulisan ini saya tujukan untuk orang-orang
lapangan maka tulisannya untuk orang lapangan aja yaa…saya asumsikan perencanaan sebelum
pengangkatan sudah cukup baik mulai dari pemilihan jenis crane, SWL, dokumen kelayakan
crane dan sebagainya sudah beres..sekarang tinggal orang lapangan aja yang akan action
memastikan proses lifting aman dan dijalankan sesuai dengan hasil perencanaan tadi. Periksa
kelayakan alat angkat, sesuaikan SWL (Safety Weight Load) dengan beban yang akan diangkat,
Mintalah operator crane menunujukan safety device crane yang ada dan mintalah penjelasan
mengenai fungsinya, berikut contoh safety device minimum yang ada di crane Boom limit switch
: pengaman pada crane untuk mencegah berlebihnya derajat angkat sehingga beam dari crane
tersebut menabrak ke body utama dari crane dan dapat berakibat hilangnya ke stabilan saat
proses lifting dan beban dapat jatuh atau menabrak pada beam crane itu sendiri (terdiri dari
penunjuk derajat / pointer dan angle plate) Hook Latch :pengaman pada hook crane yang
berguna untuk mengunci beban yang dikaitkan pada hook agar tidak terlepas dari hook itu
sendiri. Over hoist Limit switch : Pengaman pada crane yang berfungsi untuk menahan ketika
terjadi over height pada saat lifting yang dapat berakibat terlepasnya hook dan beban menjadi
tidak stabil Oh iya jangan lupa cocokan foto yang ada di SIO operator dan rigger sapa tau foto
SIO berbeda dengan kenyataannya…lalu periksa kembali data-data yang diperlukan dalam
proses pengangkatan. Data – data yang diperlukan pada saat sebelum dilakukan proses lifting
adalah : Dimensi dari peralatan : tinggi, panjang nya Berat Beban yang akan di angkat : berat
peralatan + lifting tackle (pengait / hook) + Hook block pengunci hook) + wire rope yang berada
di bawah boom + fly jib dan hook block yang terpasang pada nya. Radius dari peralatan yang
akan diangkat Derajat kemiringan dari peralatan yang akan di angkat, di mana crane tersebut
juga bergerak atau berpindah tempat saat proses pengangkatan dengan membawa beban Counter
Weight (beban penyeimbang) Arah angin secara spesifik Kondisi ruang kemudi Jarak antara
boom dengan peralatan yang akan diangkat Kekuatan tanah pijakan Crane (Lembut / berair,
berlumpur atau tanah keras SWL (Safety Weight Load) dari Lifting Tackles Tempat yang akan
dijadikan lay down atau tempat penurunan peralatan yang akan di pasang atau di pindahakan
telah dalam kondisi aman dan sesuai dengan peralatan tersebut (untuk pemasangan pipa,
beam,dll dipastikan apakah ukurannya telah sesuai dan dapat dilakukan pemasangannya SLING
Sling merupakan alat bantu dalam pekerjaan lifting, terbuat dari material seperti rantai, kawat,
baja atau bahan sistetis, yang diikatkan dan dieratkan pada benda atau beban yang akan diangkat
dan dikaitkan pada hook crane pada saat proses lifting. Lakukanlah inspeksi singkat terhadap
kelayakan crane terutama pada bagian sling, shackle (jika menggunakan), hook, pulley, dan
periksa system hydroliknya pastikan tidak ada bocor dan rembesan oli, untuk memastikan SWL
sling kita bisa menggunakan rumus sederhana berikut ini: SWL = D X D X 8 Dimana ; D =
Diameter sling (inch) SWL = beban angkat aman (tons) Atau lebih lengkapnya bisa
menggunakan table berikut, dan sedikit melakukan perhitungan agar lebih meyakinkan. Selain
memastikan SWL dari sling, kita juga harus bisa memperkirakan berat beban yang akan
diangkat, pastikan kapasitas crane sesuai dengan berat beban yang akan di angkat. berikut table
estimasi masa jenis dari beberapa material, Pada saat proses lifting tentunya akan terjadi
ketegangan pada sling. Tegangan dari sling dapat dihitung dengan formula berikut. Hasil dari
formula ini juga menentukan apakah lifting activity tersebut aman atau tidak aman
pelaksanaannya. Rumus fisika menghitung kekuatan sling /danarpradhipta.blogspot.com Sling
tension/danarpradhipta.blogsopot.com Adapun Hal – hal yang dapat menyebabkan gagalnya
proses pengangkatan yaitu: Buruknya kondisi mesin / crane Konfigurasi mesin tidak sesuai
dengan spesifikasi Penggunaan / pemasangan outriggers yang tidak tepat Lantai / tanah pijakan
yang lembut / berlumpur Crane tidak sesuai dengan beban yang akan nya) tidak sesuai dengan
beban yang akan diangkat (dari segi SWL, jenis dan kapasitas angkat Pengangkutan dari sisi
samping Pengayunan berulang – ulang Dampak dari naik – turunnya akselerasi saat
pengangkatan dalam waktu yang singkat dan cepat. Tinggi nya kecepatan angin Sembilan hal
diatas harus diwaspadai oleh seorang safety personel yang bertugas dilapangan, agar tidak terjadi
kecelakaan dalam proses lifting Kecepatan Angin Faktor cuaca terutama kecepatan angin juga
sangat berpengaruh pada proses pengankatan dimana Kecepatan angin yang di ijinkan untuk
proses pengangkatan 20-35 knot tergantung pada standard yang dipakai atau yang tertera di
manual book crane, nah saat kita berada dilapangan tentunya kita akan sedikit kebingungan
untuk menentukan kecepatan angin, nah berikut ada ilmu yang saya dapat dari buku manual
sniper us army untuk memperkirakan kecepetan angin disuatu tempat. Pertama-tama kita harus
mencari bendera yang berkibar lalu kita amati pergerakan bendera tersebut. Selanjutnya gunakan
rumus dibawah ini hasil dari perhitungan adalah Mill/hour Metode memperkirakan kecepatan
angin/FM 23-10 US army sniper training manual Akibat tidak berfungsinya safety device crane
Dengan tidak dipasanganya boom limit switch, maka ketika proses pengangkatan, tidak ada
pengontrol untuk derajat pengangkatn dari boom sehingga dapat berakibat boom mengalami over
degree dan dapat menabrak pada main body dari crane atau bahkan dapat mencederai operator
yang ada pada control room dalam crane. Akibat boom limit switch tidak
berfungsi/danarpradhipta.blogspot.com Apabila hoist limit switch tidak berfungsi atau tidak
terpasang maka dapat berakibat terlepasnya hook. Akibat hoist limit switch tidak
berfungsi/danarpradhipta.blogspot.com Tentunya sebelum dilakukan pekerjaan dengan
menggunakan segala jenis peralatan teruatama alat alat berat seperti crane ini, pastikan dulu
seluruh safety devices terpasang dan dalam kondisi yang layak pakai, untuk melindungi operator
dan orang lain ketika terjadi penyimpangan pada mesin saat beroperasi Ayunan boom pada
pengoperasian crane ini perlu diperhatikan juga kecepatan pengayunan boom saat mengangkat
muatan. Jika operator tidak memperhatikan kecepatan pengayunan tersebut, maka benda yang
diangkat dapat terayun dengan kencang dengan radius di luar radius aman dan dapat sangat
berbahaya ketika dalam radius tersebut terdapat pekerja atau bangunan lain yang dapat
menimbulkkan incident yang sangat parah. Efek ayunan tak terkendali /
danarpradhipta.blogspot.com Menyangga boom Kesalahan dalam proses penyangga boom saat
pemasangan atau pembongkaran dari beam crane ini dapat mengakibatkan robohnya beam crane
dan tentu saja dampak nya sangat besar terutama cedera pada manusia yang ada di sekitar nya,
bisa sangat parah atau bahkan kematian Prosedur menyangga bom / a guide crane safety NCDOL
Bekerja didekat peralatan listrik Bekerja dekat transmisi listrik/ aguide crane safety NCDOL
Pada kondisi khusus, crane dapat beroperasi di area yang dekat dengan power line dengan
tegangan yang sangat tinggi. Hal ini merupakan resiko yan sangat besar bagi operator jika terjadi
kelalaian sedikit saja maka boom crane dapat menabrak power line dan operator di dalamnya
dapat tersengat listrik ribuan volt dan dapat juga menyebabkab kematian bagi operator tersebut.
Table di bawah ini menjelaskan tentang berapa jarak yang aman ketika crane beroperasi di area
dekat dengan power line tegangan tinggi. Bekerja di area power line/ a guide crane safety
NCDOL Tabel jarak aman boom crane terhadap instalsi/peralatan listrik tegangan tinggi / aguide
crane safety NCDOL Swing radius crane Pada saat pengoperasian crane yang di sekitar nya
terdapat bangunan, tumpukan barang atau kendaraan lain, pastikan ada jarak aman yang tidak
terisi oleh benda apapun sehingga crane yang sedang beroperasi dapat melakukan putaran
dengan aman tanpa ada nya hambatan apapun. Jarak minimum untuk area berputar nya crane
tersebut sekitar 600 – 1000 mm dari body crane ke material – material yang ada di sekitar nya.
Namun ketika jalur ini tidak tersadia maka pada saat proses lifting activity berjalan, semua akses
yang menuju area lifting activity dan dekat dengan crane harus ditutup Crane swing area/
danarpradhipta.blogspot.com Ketika terjadi sebuah insiden, crane menabrak sebuah tiang listrik
atau power lines, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan saat terjadi keadaan tersebut ialah
bahwa jika operator harus benar – benar meninggalkan ruang kemudi crane maka : Melompat lah
dari dalam ruang kemudi. Langkahkan kaki anda dengan jarak langkah yang sangat kecil arus
dapat mengalir ke luar melalui tanah dalam bentuk gelombang dari peralatan yang mengalami
kontak dengan power lines. Namun di rekomendasikan untuk tetap dalam ruang kemudi hingga
memenuhi beberapa criteria berikut ini : Operator crane harus tetap di dalam kemudi semua
personil lainnya harus tetap di dalam kabin kemudi. lainnya harus menjauhkan diri dari crane,
tali, dan beban, karena tanah di bermuatan listrik yang keluar dari crane yang terhubung dengan
power lines. Operator crane harus mencoba untuk memutuskan crane dari kontak dengan arah
sebaliknya dari apa yang menyebabkan kontak. Jika crane tidak bisa menjauh dari power line
dan arus power line tidak bisa dimatikan, operator harus tetap dalam kabin kemudi, dan cegah
menyentuh apapun yang dari logam. Jika operator crane harus meninggalkan peralatannya
dikarenakan factor bahaya di sekitarnya, maka orang ini harus melompat keluar dari dalam kabin
dengan langkah yang kecil. Amankan area dan jangan biarkan siapapun kecuali anggota tim
penyelamat area dan pralatan yang bermuatan listrik yang kontak dengan power lines. Tekanan
ban Perhatikan juga tekanan ban dari crane (apabila menggunakan mobile crane beroda), karena
tekanan ban yang tidak memadai dapat beresiko tinggi ketika crane mengangkat beban yang
berat yang menyebabkan kesetabilan crane berkurang dan berakibat benda yang diangkat akan
terayun-ayun. Pree lift meeting Safety officer/man/inspector atau apalah namanya…..Harus
melakukan pre lift meeting sebelum dilakukan eksekusi dilapangan, lakukanlah meeting singkat
dengan operator crane, rigger, dan semua pihak yang terkait misal supervisor area dan security.
Dalam meeting ini berikanlah arahan-arahan mengenai prosedur keselamatan kerja dalam proses
pengangkatan, himbau pada security untuk memberikan informasi pada setiap orang terkait
dengan proses pengankatan di area tersebut atau bahkan menutup jalur masuk area lifting. dan
jangan lupa ajak berdoa….
Clawrer crane
Mobile crane

Tower crane
Standing crane

Jenis - Jenis Crane.


Crane merupakan salah satu pesawat pengangkat dan pemindah material yang banyak di gunakan.
Crane juga merupakan mesin alat berat (heavy equitment) yang memilki bentuk dan kemampuan
angkat yang besar dan mampu berputar hingga 360 derajat dan jangkauan hingga puluhan meter.
Crane biasanya digunakan dalam pekerjaan pekerjaan proyek, pelabuhan, perbengkelan, industri,
pergudangan dll.

Crane biasanya terdiri atas beberapa jenis crane diantaranya ialah :


1. Tower Crane

Tower crane merupakan pesawat pengangkat material/mesin yang biasa digunakan pada proyek
kontruksi. Tower crane terdiri dari beberapa bagian yang dapat dibongkar pasang ketika digunakan
sehingga mudah untuk dibawa kemana saja.

Tower crane biasanya diangkut secara terpisah menggunakan kendaraan (trailer) ke tempat proyek
kemudian dipasang kembali di tempat proyek. Dan pemasangan tower crane termasuk cukup lama
karena banyak bagian-bagian yang harus dipasang termasuk pembuatan pondasi tower crane.

2. Mobile Crane (Truck Crane)


Mobile Crane (Truck Crane) adalah crane yang terdapat langsung pada mobile (Truck) sehingga
dapat dibawa langsung pada pada lokasi kerja tampa harus menggunakan kendaraan (trailer)
Crane ini memiliki kaki (pondasi/tiang) yang dapat dipasangkan ketika beroperasi, ini dimaksukkan
agar ketika beroperasi crane menjadi seimbang.

3. Crawler Crane

Crawler crane merupakan pesawat pengangkat material yang biasa digunakan pada lokasi
proyek pembangunan dengan jangkaun yang tidak terlalu panjang.
Crane ini memiliki roda-roda rantai (crawler) yang dapat bergerak ketika digunakan dan
digunakan pada berbagai medan
Untuk bisa sampai kelokasi crawler crane diangkut menggunakan truck trailer ke tempat lokasi
dengan membongkar bagian 'Boom' menjadi beberapa bagian kemudian dipasang kembali pada
lokasi proyek.

4. Hidraulik Crane

Umumnya semua jenis crane menggunkan sistem hidraulik (minyak) dan pheneumatik (udara)
untuk dapat bekerja. Namun secara khusus Hidraulik crane adalah crane yang biasa digunakan
pada perbengkelan dan pergudangan dll, yang memilki struktur sederhana.
Crane ini biasanya diletakkan pada suatu titik dan tidak untuk dipindah-pindah dan dengan
jangkauan tidak terlalu panjang serta putaran yang hanya 180 derajat. Sehingga biasanya pada
suatu perbengkelan/pergudangan terdapat lebih dari satu Crane.

5. Hoist Crane
Hoist Crane adalah pesawat pengangkat yang biasanya terdapat pada pergudangan dan
perbengkelan. Hoist Crane ditempatkan pada langit-langit dan berjalan diatas rel khusus
yang yang dipasangi pada langit-langit tersebut. Rel-rel tadi juga dapat bergerak secara
maju-mundur pada satu arah.

6. Jip Crane

Jip crane adalah pesawat pengangkat yang terdiri dari berbagai ukuran, jip crane yang kecil
biasanya digunakan pada perbengkelan dan pergudangan untuk memindahkan barang-barang
yang relatif berat. Jip crane memilki sistem kerja dan mesin yang mirip seperti 'Hoist Crane'
dan struktur yang mirip 'Hidraulik Crane'.

Anda mungkin juga menyukai