mana arah yang mereka tuju, dan yakin bahwa mereka akan tiba
di sana”.2
orang lain.4
henti.
3Leroy
Eims, Dua Belas Ciri Kepemimpinan Yang Efektif
(Bandung: Kalam Hidup, 2003), 12.
6Ibid., 71.
Rendah Hati
Allah.
sikap itu dia akan bertindak tanpa perhitungan dan tidak dapat
bertahan lama.”9
7Yosafat
Bangun, Integritas Pemimpin Pastoral
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 40.
8Ignatius
Suharyo, Gereja Yang Melayani Dengan Rendah
Hati (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 88.
9Lanny
Kusumawati, Kerendahan Hati: Kunci Menuju
Kepemimpinan Yang Sukses, 76
http://download.sabda.org/publikasi/pdf/e-leadership/
e_leadership_2007.pdf diakses pada tanggal 16 Januari 2012
Konsisten dengan Hukum Allah
menuliskan,
pemimpin oleh orang lain. “Orang yang kompeten akan disegani dan diikuti oleh orang-
orang di sekitarnya dan hal itu akan mendorong terciptanya sebuah kepemimpinan yang
sukses.”13
tulisannya tersebut dijelaskan bahwa “kompetensi adalah lebih dari sekedar kata-kata.
dengan sedemikian rupa sehingga orang lain mengetahui bahwa ia mengetahui caranya dan
kompetensi kepemimpinan terdiri dari tiga elemen yaitu, pengetahuan, karakter dan
pengembangan kepemimpinan kristen. Dengan kata lain pemimpin yang kompeten adalah
pemimpin yang tahu kepemimpinan, berkarakter unggul dan kapabel atau terampil
memimpin.
yang memberikan nilai lebih bagi dirinya sebagai pemimpin. Pemimpin kompeten harus
memiliki karakter unggul, yang ditandai oleh sikap etis moral yang tinggi yang dihidupinya
secara konsisten dan pemimpin kompeten juga harus memiliki kecakapan, keahlian atau
keterampilan baik dalam bidang sosial maupun dalam bidang teknis (hubungan dengan
13
Dian Pradana, Arti Penting Kompetensi Dalam Kepemimpinan, 89.
http://download.sabda.org/publikasi/pdf/e-leadership/ e_leadership_2007.pdfdiakses pada tanggal 16 Januari
2012
14
Ibid.
kecakapan tersebut di atas dengan mengatakan “kecakapan disini menyangkut kemampuan
melakukan sesuatu yang baik. Pengetahuan yang lebih yang ada pada seseorang membuat
orang lain mengakuinya sebagai ahli serta mendapat kredensi sosial. Itulah mengapa
pengetahuan adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat menjadi
biasanya selalu penuh keingintahuan. “Hal ini akan mendorong dirinya menjadi orang yang
selalu haus akan informasi terbaru dan terus melakukan pengembangan berkelanjutan.”16
Yakub Tomatala memberikan penjelasan mengenai kompetensi seorang pemimpin dari segi
tersistem, efektif, dan efisien, serta dapat berpikir secara kreatif-inovatif yang bersifat
pragmatis dan produktif. Singkatnya dapat menggunakan pikirannya lebih dari dari yang
lain.
2. Dapat memahami dengan baik manfaat berpikir proaktif (aktif positif: cara berpikir yang
menandakan adanya kemauan baik serta semangat untuk maju dan sukses) dan sinergetik
(cara berpikir yang menandakan bahwa seseorang memperhitungkan segala faktor yang
15
Djokosantoso Moeljono, Delapan Langkah Strategis Mendaki Karier Puncak (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2004), 85.
16
Andre Wongso, 7 Prinsip Sukses Menjadi Pemimpin
http://www.andriewongso.com/artikel/viewarticleprint.php?idartikel=3907 diakses pada tanggal 08 Januari
2012.
17
Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, 335-337.
terkait dan saling memengaruhi/bekerja sama yang mendukung keberhasilan) sehingga
untuk berpikir terencana atau strategis sehingga dapat meletakkan dasar serta merancang
4. Memahami bagaimana berpikir cermat dan tepat yang membantu untuk membuat
baik dan kemampuan untuk berpikir cermat dan tepat akan membuat seseorang
mempunyai kemampuan lebih, yakni yang sering disebut "naluri kepemimpinan", yang
Berkaitan dengan empat poin kriteria yang Yakub Tomatala paparkan di atas,
peneliti mencoba memberikan pemaparan yang lebih luas khususnya dalam hal berpikir
kreatif, berpikir proaktif dan berpikir terencana yang ketiga bagian ini menjadi elemen
Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah berpikir dengan tidak membatasi diri pada hal-hal yang
biasa dan rutin, tetapi mencari terobosan baru atau ide-ide baru agar terjadi perubahan atau
peningkatan.18 Seorang pemimpin perlu berpikir kreatif, khususnya dalam hal merancang,
memecahkan masalah, melakukan perubahan dan perbaikan serta guna memperoleh gagasan
baru. Tidak semua pemimpin mau menggunakan pikirannya untuk berpikir kreatif. Alasan
umum yang sering muncul adalah “anggapan bahwa berpikir kreatif adalah bakat yang tidak
dimiliki semua orang”.19 Asumsi ini tidaklah tepat mengingat “kemampuan berpikir kreatif
18
Yuprieli Hulu, Suluh Siswa I Bertumbuh Dalam Kristus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 51.
19
Edward De Bono, Revolusi Berpikir (Bandung: Kaifa, 2007), 35.
tidak hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu, melainkan dapat diasah, dibiasakan dan
adalah bahwa “kreatifitas sejati bukanlah proses memikirkan, misalnya seratus manfaat dari
masalah baru dengan menciptakan dan mewujudkan ide-ide yang mengeluarkan nilai
tambah”.21 Terkadang ide-ide tersebut merupakan gagasan yang dinilai tidak logis. Sifatnya
yang berbeda dengan cara berpikir laretal membuat “berpikir kreatif melaju kencang saat
tidak ada solusi yang terbatas”,22 demikianlah yang diungkapkan oleh Bernadette Tynan.
Dengan kata lain berpikir kreatif memiliki arti “dapat memahami suatu
permasalahan dengan baik dan berani mengambil cara baru yang kadang menyimpang dari
cara tradisional yang sudah ada atau menyempurnakan cara yang sudah ada”. 23 Pengertian di
atas memberikan gambaran mengenai dua model berpikir kreatif yaitu “menyimpang dari
cara tradisional” dan “menyempurnakan cara yang sudah ada”. Berkaitan dengan hal ini,
maka pemimpinpun dapat diklasifikasikan dalam dua model. Golongan pertama adalah
pemimpin dengan adaptive problem solving yaitu pemimpin dengan model berpikir kreatif
yang cenderung berpikir dan bekerja untuk menyempurnakan sistem yang sudah ada.24
Pemimpin jenis ini sangat kreatif menyempurnakan sistem yang sudah ada menjadi lebih
baik, lebih cepat, lebih efektif, lebih murah dan lebih efisien. Intinya menjadi sempurna
dibanding sebelumnya. Golongan kedua adalah inovative problem solving yaitu pemimpin
dengan cara berpikir atau kerja yang cenderung menantang dan mengubah sistem yang sudah
20
Hulu, Suluh Siswa I Bertumbuh Dalam Kristus, 51.
21
Andy Green, Kreatifitas Dalam Public Relations (Jakarta: Erlangga, 2004), 26.
22
Bernadette Tynan, Melatih Anak Berpikir Seperti Jenius (Jakarta: Gramedia, 2005), 106.
23
Eko Jolu Santoso, The Art Of Life Revolution (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), 171.
24
Ibid.
ada.25 Lebih berorientasi menemukan hal-hal yang berbeda dari kebiasaan yang sudah ada
sistem yang baru yang kadang sangat berbeda dari biasanya. Pemimpin model ini lebih
sering dikenal sebagai pelawan arus yang berani melakukan hal-hal yang tidak lazim dalam
pandangan umum.
Berpikir kreatif mempunyai arti penting serta membawa manfaat yang konstruktif
bagi suatu kepemimpinan. Salah satu manfaatnya adalah mempermudah penemuan solusi
suatu masalah. George Lois mempertegas hal ini dengan menuliskan “kreatifitas bisa
segala persoalan”.26
Berpikir Proaktif
Berpikir proaktif berarti memiliki sikap mental yang positif, berinisiatif, serta
bertanggung jawab penuh pada setiap tugas yang diberikan kepadanya. “Mereka yang
berpikir proaktif selalu berpikir dibalik, dibalik rintangan pasti ada tantangan dan tentu saja
ada jalan keluar”.27 Sikap berpikir proaktif seperti inilah yang pada akhirnya memperkuat
seorang pemimpin untuk memengaruhi dan mengubah keadaan. Seperti yang diungkapkan I
Ketut Gede Yudantara “pemimpin yang berpikir proaktif memulai dengan menganggap setiap
permasalahan merupakan awal perbaikan”.28 Para pemimpin yang tidak berpikir secara
proaktif biasanya “cara-cara yang dilakukan dalam mengatasi turbulensi internal yang terjadi
pada suatu organisasi, kelompok atau masyarakat akan cenderung lebih simptomatis”.29
Berpikir proaktif mempunyai dua sisi. Sisi yang pertama adalah proaktif
memberikan respon terhadap stimulus yang datang, yaitu dengan “menghadapi segala macam
25
Ibid., 172.
26
Yopi Jalu Paksi, 101 Tips Kilat Berpikir Positif dan Berjiwa Besar (Yogyakarta: Media Pressindo,
2010), 74.
27
Hermawan Kartajaya et al., Marketing in Venus (Jakarta: Gramedia, 2003), 60.
28
I Ketut Gede Yudantara, Semestinya Hidup itu Bahagia (Jakarta: Praninta Aksara, 2008), 80.
29
Taufik Baharudin, Brainware Leadership Matery (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), 45.
stimulasi atau rangsangan baik itu yang negatif maupun yang positif dengan respon yang
positif”.30 Pada bagian ini seorang pemimpin mempunyai kepekaan yang sangat mendalam
terhadap situasi yang ada di sekitarnya, tidak menjadi orang-orang yang apatis dan skeptis.
Sisi yang kedua adalah proaktif “berpikir untuk menciptakan stimulus itu sendiri”.31 Pada
bagian ini seorang pemimpin bukan hanya mempunyai kemampuan merespon melainkan juga
kemampuan menciptakan stimulus guna memiliki proaktifitas tinggi. Proaktifitas tinggi yang
TUHAN yang diberikan secara khusus kepada manusia, yakni: kesadaran diri, hati nurani,
Sikap proaktif atau berpikir proaktif ini merupakan syarat penting yang perlu
dimiliki oleh seorang pemimpin. Sikap ini menjadi penting karena dengannya seorang
pemimpin “mempunyai kemampuan berpikir kreatif kritis untuk mengatasi masalah hingga
tuntas (problem solving), mempunyai kemampuan berpikir strategis (strategic thinking), dan
kemampuan untuk melihat apa yang akan terjadi dan mampu memanfaatkan peluang
kesejahteran bagi para pengikut, terlebih juga kesejahteraan bagi pemimpin itu sendiri.
Berpikir Terencana
Kemampuan berpikir terencana merupakan bagian integral yang perlu dimiliki oleh
seorang pemimpin. Perencanaan yang baik sangat menentukan keberhasilan bagi suatu
kegiatan maupun proyek tertentu dalam suatu organisasi atau lembaga. Seorang pemimpin
tanpa adanya rencana tidak mungkin efektif kepemimpinannya. Dengan kata lain berpikir
terencana merupakan hal yang vital untuk dikuasai. Pemimpin dengan visi yang jelas tanpa
30
Reza Syarief, Life Excellent: Menuju Hidup Lebih Baik (Jakarta: Prestasi, 2008), 13.
31
Arvan Pradiansyah, You Are A Leader (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), 37.
32
Andreas Harefa, Membangkitkan Etos Profesionalisme (Jakarta: Gramedia, 2004), 167.
33
Farel Panjaitan, Firman Hidup 68 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 136.
kemampuan untuk berpikir secara terencana dapat mengalami kesulitan dalam penataan
tahap-tahap kerja guna perealisasian visinya. Berpikir terencana berkohorensi dengan proses
untuk “mengembangkan sasaran” dan “rencana kegiatan”, kedua elemen tersebut merupakan
dokumen rencana. Dokumen rencana merupakan alat yang berfungsi sebagai peta petunjuk
untuk mencapai suatu tujuan dengan indikator pencapaian yang telah ditetapkan. Baik
perencanaan yang sifatnya jangka pendek (perencanaan program dan kegiatan) 34 maupun
perencanaan jangka panjang sesuai dengan visi yang ada. Kriteria lain pemimpin dengan
kecakapan berpikir terencana dapat terlihat dalam penyusunan perencanaan, pemimpin ini
cenderung memperhatikan pentingnya analisa yang dilakukan secara komprehensif. Hal ini
dimaksudkan supaya perencanaan yang dihasilkan merupakan rencana yang matang dan
Berpikir kreatif, berpikir proaktif dan berpikir terencana merupakan bagian dari
kompetensi dari sudut pengetahuan. Berkaitan dengan elemen pengetahuan ini pemimpin
kristen sepatutnya menjadi thought leaders,36 yaitu mempunyai pemikiran strategis, inovasi
tinggi, terobosan, solusi transformatif, juga kemampuan untuk membawa kebenaran Allah
kepada dunia kontemporer diberbagai bidang, sehingga kebenaran normatif tersebut dapat
mendarat dan menjadi konkret melalui kontekstualisasi yang strategis. Mandat untuk
menjadi thought leaders bukanlah pilihan melainkan sebuah keharusan demi kemajuan, baik
yang benar, pemimpin harus menjadi manusia pembelajar. Membaca buku mengenai
kepemimpinan, mengikuti seminar, dan memilih rekan kerja yang berwawasan luas serta
cerdas untuk bertukar pikiran, apa pun itu caranya, tetapi pemimpin kompeten tidak akan
berhenti belajar untuk menjadi lebih baik. Pemimpin tidak punya pilihan lain selain benar-
benar memikirkan secara serius bagaimana rasio yang telah Allah berikan dapat dipakai dan
penerapan pengetahuan (konsep) dan karakter secara praktis. Yakob Tomatala membagi
kompetensi pemimpin ini dalam dua sudut yang berbeda. Pertama, kompetensi sosial
Kecakapan Sosial
Seorang pemimpin yang baik tidak hanya menyadari bahwa dirinya membutuhkan
orang lain, tetapi juga dengan penuh tanggung jawab dapat membina hubungan baik dengan
orang lain yang menjamin kerja sama yang baik dan keberhasilan kerja. Hubungan baik
dengan orang lain harus dikerjakan secara terencana dan dimulai oleh pemimpin. Pemimpin
Dengan kata lain seorang pemimpin perlu memiliki kecerdasan sosial yang baik.
Keterampilan ini merupakan bagian yang begitu penting yang perlu dimiliki dan ditingkatkan
37Keterampilan atau kecakapan sosial menjelaskan tentang hubungan baik antar manusia yang
dilaksanakan dengan benar dan baik akan menentukan dasar keberhasilan kerja. Keterampilan atau keahlian/
kecakapan tugas berkaitan erat dengan hal-hal praktis yang bersifat teknis, sehingga dapat juga disebut sebagai
keahlian teknis atau keahlian praktis. Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, 338 dan 340.
dalam diri seorang pemimpin. “Semakin baik kecerdasan sosial (seorang pemimpin) peluang
Kecakapan sosial atau kecerdasan sosial ini menyangkut beberapa aspek penting.
“kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun
kelompok. Dalam kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill dan
menuliskan kecerdasan sosial berarti “kemampuan anda bergaul dengan orang lain,
menghargai, memuji, berempati, merasakan perasaan orang lain melalui ekspresi wajah,
gerak dan intonasi suara baik dalam hubungan perorangan maupun kelompok bahkan pemirsa
di media massa.”40 Sedangkan menurut Tony Buzan, kecerdasan sosial adalah “ukuran
sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Kecerdasan sosial dibangun antara
lain atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, secara khusus perbedaan besar dalam
melihat kecerdasan sosial sebagai penerapan kecerdasan umum pada situasi-situasi sosial –
kemampuan yang terutama bersifat kognitif.”42 Konklusi yang dapat ditemukan adalah telah
38
Pangkalan Ide, Whole Brain Training For Soial Intelligent (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2010), 95.
39
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Jakarta: Gema Insani, 2001), 49.
40
Putu Putrayasa, Design Ulang Hidup Anda (Jakarta: Gramedia, 2010), 134.
41
Lia aryanti, Kecerdasan Sosial
http://blogs.unpad.ac.id/liaaryanti/2011/11/26/ kecerdasan-sosial/diakses pada tanggal 11 Januari
2012
42
Daniel Goleman, Social Intelligence (Jakarta: Gramedia, 2007), 445.
terjadi perkembangan mengenai pengertian kecerdasan ini, sekarang kecerdasan sosial bukan
Berkaitan dengan hal ini, banyak tokoh telah menyuarakan argumennya. Tony Buzan
“rasa percaya diri untuk menjadi diri sendiri, visi hidup untuk mengetahui arah hidup,
rasa perhatian terhadap orang lain yang melekat pada diri, menghormati orang lain,
empati dan kemampuan membaca dan menggunakan bahasa tubuh, menyadari kapan
pantas berbicara dan kapan pantas mendengarkan, sikap yang positif.”43
Sedangkan menurut Karl Albrecht secara garis besar, ada lima elemen kunci yang
dapat mengasah kecerdasan sosial44 seorang pemimpin, yang pertama adalah kesadaran
situasional (situational awareness). Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kehendak untuk
dapat memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain. Kedua adalah kemampuan
membawa diri (presense). Bagian ini menyangkut etika, penampilan, tutur kata, gerak tubuh
ketika bicara dan mendengarkan. Sedangkan yang ketiga yaitu, authenticity (autensitas) atau
sinyal dari perilaku seseorang yang akan membuat orang lain memberikan penilaian
kepadanya sebagai orang yang layak dipercaya, jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan
ketulusan. Elemen ini sangat penting sebab melalui aspek inilah seorang pemimpin dapat
membentangkan relasi yang unggul. Berikutnya yang keempat yaitu kejelasan (clarity).
Aspek ini menjelaskan sejauh mana seseorang dibekali kemampuan untuk menyampaikan
gagasan secara persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka.
Bagian yang terakhir adalah empati. Aspek ini merujuk pada sejauh mana seseorang dapat
43
Tony Buzan, Sepuluh Cara Menjadi Orang Yang Pandai Bergaul (Jakarta: Gramedia, 2007), 142.
44
Yodhia Antariksa, Lima Dimensi Kunci dalam Kecerdasan Sosial
http://strategimanajemen.net/2009/03/02/merajut-kecerdasan-sosial/ diakses pada tanggal 11 Januari 2012.
berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana seseorang memiliki
keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain.
sosialnya akan membawa manfaat yang positif. Manfaat-manfaat tersebut antara lain
“mampu mempelajari sudut pandang dan cara memotivasi orang lain, mampu menjaga
hubungan baik dengan orang lain dan mampu meningkatkan kualitas kepemimpinan agar bisa
kecakapan sosial ini, yaitu: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Mat. 7:12). Tekanan utama yang
diberikan di sini adalah bahwa apa saja yang dilakukan oleh seorang pemimpin,
mencerminkan apa saja yang akan/nanti/telah diperbuat orang kepadanya. Apabila pemimpin
menghendaki dan melaksanakan/membina hubungan baik dengan siapa saja, ia pun akan
Seseorang yang disebut ahli itu tahu dan dapat melakukan tugasnya dengan baik
dan benar. Keahlian ini berkaitan erat dengan "bagaimana melaksanakan tugas", yang harus
dilaksanakan dengan baik. John Mac Arthur dalam bukunya mengatakan ”seorang pemimpin
yang cakap tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dirinya sehingga harus memamerkan embel-
embel pangkat atau status yang melekat di dalam dirinya, agar orang lain terkagum-
kagum.”46 Senada dengan John Mac Arthur, Napoleon Hill juga berpendapat “pemimpin
yang kompeten tidak memerlukan ‘gelar’ untuk mendapatkan rasa hormat para
45
Sutanto Winduro, Brain Management Series (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), 87.
46
John Mac Arthur, Kitab Kepemimpinan, 130.
pengikutnya.“47 Cukup dengan menunjukkan keterampilan praktis dan kemampuan untuk
mengorganisir dan mengatur kegiatan tim dengan hasil kerja yang nyata, hal tersebut akan
menjadi role model bagi pengikutnya. Pemimpin yang terlalu berlebihan dalam meresponi
tugas, pengikut akan bekerja keras tanpa mengeluh. Pemimpin yang cakap adalah
“pemimpin yang memimpin bawahan dengan menggunakan contoh dirinya sendiri.”48 Jadi,
menjadi teladan dalam hal kecakapan menyelesaikan tugas merupakan salah satu rahasia
untuk menjadi pemimpin yang berhasil. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan berkaitan
dirinya tidak perlu "maha ahli". Wawasan yang luas yang diperoleh dari belajar dengan
berbagai cara, akan menolong pemimpin mendapatkan kecakapan ini. Khusunya dalam
merumuskan dan menentukan “sejauh mana dan sebaik mana” pemimpin dapat memberi
b. Pemimpin harus memiliki keahlian khas, khususnya yang berkenaan dengan kecakapan
memimpin.
“dalam kaitannya dengan keahlian tugas, kompetensi pemimpin pada sisi lain
mengandaikan adanya kecakapan lebih pada diri pemimpin. Dalam kaitan ini pemimpin
diandaikan sebagai seorang strategos (Jenderal) yang memiliki kelebihan di atas mereka
yang rata-rata. Kelebihan ini akan nampak melalui keandalan strategi, daya taktis dan
performa tinggi yang menempatkan kepemimpinannya pada tataran atas dan depan yang
tidak tersaingi. Lebih lanjut, pemimpin strategos memiliki daya suai tinggi, keteguhan
47
Napoleon Hill, The New Think and Grow Rich (Jakarta: Ufuk Press, 2009), 214.
48
Agus Sutoyo, Kiat Sukses Prof. Hembing (Jakarta: Prestasi Insan, 2000), 173.
49
Yakub Tomatala, Arti Penting Kompetensi Dalam Kepemimpinan, 89
http://download.sabda.org/publikasi/pdf/e-leadership/ e_leadership_2007.pdf diakses pada tanggal 16 Januari
2012.
tinggi, kerahasiaan tinggi, kecepatan tinggi, dengan daya penyelesaiaan tuntas tinggi,
yang menyebabkannya selalu tangguh.”50
Pada sisi yang lain, pemimpin sejati dan pemimpin yang memiliki kecakapan
dalam melaksanakan tugas, tidak cukup hanya menjalankan fungsi kepemimpinan dalam arti
mengatur sesuai prosedur atau bahkan memerintah. Lebih dari itu pemimpin “memengaruhi
masyarakat yang dipimpinnya agar tercipta situasi yang memberi peluang agar semua
anggota yang dipimpin bertumbuh, berkembang sebagai pribadi-pribadi yang sehat, utuh,
sempurna, selamat.”51 Dengan kata lain pemimpin bukan hanya peduli dengan terlaksananya
tugas dengan baik, malainkan juga menaruh kepedulian terhadap para pengikut sebagai
menyeluruh.
mengembangkan kompetensi sosial seorang pemimpin akan mempunyai jaringan yang luas.
tidak dapat dibeli dan “membangun kompetensi juga merupakan usaha yang tidak kenal
henti.”53 Karena itu pemimpin yang ingin diakui sebagai pemimpin kompeten sebaiknya
hidup dalam tanggung jawab bahwa ia pemimpin serta melakukan dengan baik dan benar
tugas-tugasnya. Baik itu tugas dalam perkara kecil maupun tugas dalam perkara besar.
50
Yakub Tomatala, Apakah Anda Pemimpin Kompeten
http://yakobtomatala.com/2010/02/11/apakah-anda-pemimpin-kompeten/ diakses pada tanggal 10 Januari 2012.
51
G. Tri Wardoyo, Melepas Panah Melukis Pelangi (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), 205.
52
Seorang pemimpin kompeten akan membuktikan dirinya sebagai kompeten dengan menjaga serta
mempertahankan keseimbangan antara kadar hubungan sosial dan kadar hubungan entrepreneurial. Dengan
kadar hubungan sosial yang tinggi pemimpin dapat memastikan hubungan harmonis antara manusia dalam
organisasinya yang menjalani kerjasama yang baik, sedangkan, dengan hubungan entrepreneurial yang tinggi
pemimpin dapat memastikan bahwa tugas dapat dilaksanakan dengan baik yang menjamin kemajuan dan
keberhasilan kerja dalam kepemimpinannya. Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, 345.
53
Toto Tasmara, Spiritual Centered Leadership (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 56.
Kompetensi dari Sudut Karakter
dengan baik pula. Pemimpin kristen harus memperhitungkan kompetensi dari sudut karakter.
Kompetensi dari sudut ini dapat dibaca melalui perilaku atau tindakan. Adapun kompetensi
karakter seorang pemimpin dapat dilihat melalui beberapa hal, diantaranya sikap loyal atau
Bagi seorang pemimpin sudah menjadi tugasnya untuk memiliki dan membangun
komitmen kepada Tuhan, organisasi/pemimpin dan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya kesetiaan, kejujuran, kerajinan, sikap bertanggung jawab, dan yang lainnya, yang
Perilaku nyata dari seorang pemimpin menggambarkan isi hatinya (sikap batin)
serta kebiasaan hidupnya. Dari rasa loyalitas yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin,
sering kali dapat memunculkan motivasi serta inspirasi bagi para pengikutnya. Komitmen
yang dibangun oleh seorang pemimpin untuk menghidupi dan menunjukkan sifat-sifat
Dalam hal kesetiaan, “seorang pemimpin bijak memupuk kesetian dengan bersikap
setia, yaitu setia kepada Tuhan, setia kepada kebenaran dan setia kepada orang-orang yang
sesuai kebenaran, membangun hidup yang sepadan dengan kebenaran, melakukan praktik
kepemimpinan dalam koridor kebenaran yang sesuai dengan nilai-nilai firman. Kesetiaan
kepada organisasi dapat ditempuh dengan berbagai macam cara. Sebagai pemimpin yang
baik, kesetiaan kepada organisasi dapat ditunjukkan dengan cara menjaga rahasia-rahasia
54
Arthur, Kitab Kepemimpinan, 86.
organisasi, bekerja dengan tidak membagi loyalitas (sikap mendua), rajin, antusias dan yang
lainnya. Kesetiaan kepada pengikut dapat tercermin melalui komitmen pemimpin untuk terus
membangun hidup guna dapat diteladani, turut mengupayakan kemajuan dan pertumbuhan
pengikut.
merupakan bagian yang penting yang diperlukan oleh seorang pemimpin. Kejujuran seorang
membangun sikap pura-pura hanya untuk menyenangkan atasannya. Istilah yang sering
manfaatnya. Salah satu dampaknya yaitu pemimpin akan menjadi figur yang disegani.
Seperti yang diungkapkan Soemarso Soedarsono “kejujuran merupakan mahkota yang sangat
Loyal juga berkaitan dengan kerajinan, pemimpin sejati menyadari bahwa tidak
ada hal besar yang dapat diraih tanpa kerajinan. Hal ini membawanya untuk selalu bertindak
giat dan rajin bekerja. Kerajinannya akan tercermin melalui sikap penuh inisiatif, antusias,
gesit dan pantang menyerah. Pada sisi yang lain pemimpin sejati akan mengarahkan
kerajinannya untuk melayani dan bukan hanya mengharap dilayani. Bertindak mengasihi dan
Inilah aspek loyal atau setia yang menyangkut kesetian kepada Tuhan, organisasi
dan pengikut yang didalamnya juga mengandung unsur kejujuran dan kerajinan. Jadi
55
Ping Hartono, Marlan Mardianto, Entrepreneurship: No Pain No Gain (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2005), 36.
56
Soemarso Soedarsono, Hasrat Untuk Berubah (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), 52.
kesetiaan sejati bukan saja sebuah pengabdian membabi buta terhadap seorang manusia biasa.
Tanggung Jawab
kemampuan dalam menghadapi masalah yang ada. Tanggung jawab yang pemimpin berhasil
buktikan akan membawa kepada kesuksesan. Sir Winston Churchill mengatakan “harga
kebesaran adalah tanggung jawab”.58 Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas kepemimpinan
seseorang dapat dilihat dan dinilai dari besar atau kecilnya tanggung jawab yang dipikulnya.
Hal ini juga berarti kepemimpinan mempunyai kaitan erat dengan tanggung jawab. Tepatlah
mengemban tugas (mengemban tanggung jawab) sebagai pengurus -sumber daya material,
waktu, peluang, talenta dan energi- untuk memperkuat karya pelayanan dan menunaikan
misinya.”59 Tanpa memiliki tanggung jawab seorang pemimpin tidak akan menjadi apa-apa
atau siapa-siapa.
kemampuannya untuk menjadi pengurus yang baik dan bijaksana. Sebagai pengurus yang
baik pemimpin akan berhati-hati dalam menggunakan wewenang atau kekuasaan yang
dimilikinya. “Pemimpin-pemipin tak bertanggung jawab memiliki sikap ‘aku dulu’ dan
57
AN. Ubaedy, Imam Ratrioso, Refleksi Kehidupan (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), 73.
58
Wuryanano, The 21 Principles to Build and Develop Fighting Spirit (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007), 29.
59
Anthony D’Souza, Ennoble Enable Empower Kepemimpinan Yesus Sang Almasih (Jakarta:
Gramedia, 2009), 46.
60
John C. Maxwell, Winning With People (Jakarta: Gramedia, 2007), 80.
bertanggung jawab memiliki sikap sebaliknya, bertindak dengan penuh pemahaman bahwa
agar timnya sukses, mereka harus menempatkan orang ain terlebih dahulu. Dengan penuh
menggunakan posisi untuk melayani orang, untuk mengambil tanggung jawab dan menjadi
teladan.
Para pemimpin sejati mengambil tanggung jawab untuk sukses atau gagalnya
sebuah proyek atau misi. Pemimpin ini akan “mengambil alih tanggung jawab atas
kemunduran dan kesalahan, dan kemudian secara konstruktif memfokuskan diri pada
pengkajian masalah dan memperbaikinya.”61 Secara implisit hal ini berarti pemimpin berani
lain, “mereka bertanggung jawab penuh akan tindakan mereka, tindakan dari tim termasuk
hasil yang dibuat.”62 Seperti yang diungkapkan Howard Behar “saat keadaan berlangsung
tidak sesuai yang diinginkan, para pemimpin akan bertanggun jawab; saat keadaan sesuai
dengan yang diinginkan, pemimpin akan memberikan penghargaan kepada yang lain.”63
Lebih lanjut, dalam salah satu bukunya Paul Birck mengungkapkan bahwa tidaklah
cukup bagi seorang pemimpin hanya bertanggung jawab. Sebagai pemimpin perlu juga
mengajarkan tanggung jawab kepada pengikut. Apabila hanya pemimpin yang bertanggung
jawab (tanggung jawab hanya terdapat dalam satu pihak), “hal ini akan tidak mudah dijalani,
akan terasa seperti diamati ketimbang disemangati.”64 Hal yang lain yang terjadi adalah
munculnya dua akibat yang saling bertentangan. Di satu sisi, pemimpin akan menjadi tokoh
teladan dan mendorong yang lain melakukan hal yang sama. Sebaliknya, orang lain dapat
61
Oren Harari, The Leadership Secret Of Collin Powell (Jakarta: Gramedia, 2003), 268.
62
Jim Britt, Do This Get Rich (Depok: Raih Asa Sukses, 2010), 224.
63
Howard Behar, Bukan Sekedar Kopi (Jakarta: Gramedia, 2008), 142.
64
Tom Corrigan, 101 Ide Jitu Membangun Kekompakan Dalam Kelompok Kecil (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009), 12.
juga merasa bahwa mereka tidak perlu memusingkannya karena semuanya telah pemimpin
menuliskan bahwa:
Tanggung jawab adalah kemitraan, dimana pemimpin cerdas, kreatif dan bekerja
keras mengubah ekspektasi besar menjadi kepingan yang dapat dimengerti dengan jelas,
sama-sama setuju dengan beberapa individu atau kelompok bahwa mereka harus
mengambil alih tanggung jawab dan melakukan tindak lanjut dengan umpak balik yang
berguna serta membangun.”66
Jadi adalah baik apabila seorang pemimpin bertanggungjawab. Tetapi akan lebih
baik jika seorang pemimpin juga mengajarkan tanggung jawab kepada pengikutnya, sehingga
tanggung jawab bukan saja ada pada pundak pemimpin tetapi juga menjadi milik bersama.
Menjadi kepingan yang dapat diambil dan dibawa oleh semua anggota tim.
Integritas
dalam kata dan tindakan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah realita
kehidupannya. Secara transparan selalu melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan
apa yang dilakukannya. Salim Kartono dalam penjelasannya mengenai ciri-ciri pemimpin
yang berintegritas memberikan opini yang senada, ciri-ciri tersebut antara lain:
“Pertama, secara jujur menyatukan kata dan perasaan dengan pikiran dan tindakan. Tanpa
ada keinginan untuk menipu, mengambil untung, memanipulasi atau mengontrol, selain
untuk kebaikan orang lain. Kedua, akan melakukan apa yang telah dikatakan, tidak peduli
betapapun sulitnya. Ketiga, akan hidup sesuai dengan apa yang diyakini benar, tidak
peduli betapa banyak tantangan yang harus dihadapi.”67
65
Paul Birck, Instant Leadership (Jakarta: Erlangga, 2006), 68.
Laurence Haughton, It’s Not What You Say It’s What You Do. Tindakan Anda Menentukan
66
keberadaan tulang punggung dalam tubuh seseorang. “Integritas merupakan tiang utama
berbagai macam jenis pelayanan kerohanian, bahkan juga di bidang sekuler. 69 Demikianlah
disembunyikan dan tidak memiliki hal-hal tertentu untuk ditakuti terketahui. Kehidupan
mereka seperti surat yang terbuka, baik dalam aspek moral, sosial, ekonomi dan juga dalam
pekerjaan. Integritas dalam moral, dalam hal ini berkenaan dengan bagaimana seorang
pemimpin membawa diri khususnya dalam sikapnya terhadap dosa. Ada kekompakkan
Integritas sosial, yaitu dalam hubungan dengan orang lain sehingga pemimpin
tersebut diakui sebagai "bijak" dan "baik" dalam takaran sosial. Integritas dalam ekonomi,
merupakan sikap terhadap uang. Pemimpin tersebut dianggap dapat dipercaya karena tidak
kompromi-kompromi, sekalipun itu datangnya dari atasan. ”Para pemimpin yang kuat tidak
mengijinkan diri mereka menjadi korban seorang atasan yang buruk.”70 Sebaliknya
pemimpim yang tidak mempunyai integritas ekonomi akan menjadi pemimpin yang merusak.
“Pemimpin yang berhati koruptif akan membuat sistem yang korup. Akibatnya korupsi
menjadi standar dan menjadi budaya.”71 Integritas kerja, merupakan sikap terhadap kerja di
mana pemimpin menghargai pekerjaan dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
68
Purnawan Kristanto, My Blessed Family (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 40.
69
Bambang Yudho, How to Become A Christian Leader (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), 20.
70
Jim Clemmer, Sang Pemimpin (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 103.
71
Paulus Bambang, Lead to Bless Leader (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), 3.
yang ditunjukkan pemimpin, dengannya para pengikut akan mengerti bahwa yang memimpin
mereka adalah figur yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Sebaliknya, apabila seorang
pemimpin kehilangan integritas atau gagal dalam hal integritas kepemimpinan yang ada akan
berjalan dengan sekarat, pemimpin tersebut kehilangan kapasitas untuk berfungsi dengan
baik. Singkatnya, ketika pemimpin gagal menjalani kehidupan yang berintegritas, maka
akibatnya sangatlah fatal dan destruktif. Kegagalan ini meracuni komunitas, menghancurkan
kepercayaan, menggagalkan misi dan perencanaan yang saling terkait dan menyatu. Dalam
kepemimpinan kristen, kegagalan ini akan berujung pada hal yang paling membahayakan
Integritas akan membawa pengaruh positif bagi yang memilikinya, baik secara
pribadi maupun bagi organisasi. Jerry White dalam bukunya menuliskan “suatu reputasi
integritas pribadi akan melayani anda lebih lama dan lebih baik dari pada hasil-hasil mana
saja yang diperoleh dengan menipu.”72 Kehidupan pemimpin yang terjalani dengan penuh
pemimpin akan mudah membangun hubungan dan memengaruhi orang lain. Kepemimpinan
berhubungan erat dengan kepercayaan. Seperti yang diungkapkan Raja Bambang Sutikno
“kepercayaan adalah esensi dari kepemimpinan, karena tak mungkin anda memimpin orang-
lainnya. Jonh Maxwell menuliskan beberapa alasan mengapa integritas begitu penting74
yaitu, integritas punya nilai pengaruh tinggi, integritas memudahkan standar tinggi, integritas
menghasilkan reputasi yang kuat (bukan hanya citra), integritas berarti menghayati sendiri
72
Jerry White, Kejujuran Moral dan Hati Nurani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 117.
73
Raja Bambang Sutikno, The Power of 4Q for HR & Company Development (Jakarta: Gramedia,
2010), 105.
74
Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda, 41-48.
sebelum memimpin orang lain, integritas membantu seorang pemimpin dipercaya bukan
hanya pintar.
Integritas yang tinggi akan membawa pengaruh bagi kemajuan dan pertumbuhan
Alkitab memberikan pelajaran yang sangat berharga mengenai kerja keras. Kitab
Amsal menunjuk binatang paling kecil dan lemah, namun dinilai mempunyai usaha kerja
keras yang tinggi yaitu semut. Semut pada waktu musim panas, mencari dan mengumpulkan
makanan, bekerja dengan keras dan giat. Pemimpin yang baik, hendaknya belajar dari koloni
semut. Usaha kerja keras seorang pemimpin dapat dijabarkan dalam akronim SEMUT
Smart, seorang pemimpin tahu kapan harus bekerja dan kapan mereka harus
beristirahat. Seumpama semut yang juga mempunyai kemampuan untuk tahu kapan harus
bekerja mencari makan, kapan harus membangun sarang, kapan harus menikmati makanan.
Pemimpin smart mengerti prinsip keseimbangan dalam setiap usaha kerja kerasnya.
Enthusiast, seorang pemimpin bekerja dengan sikap penuh semangat, tanpa mengeluh dan
Measurable, dalam hal ini seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk mengukur
75
Clemmer, Sang Pemimpin, 122.
76
Tomas Kristo M, Suara Pemimpin (Jakarta: Elex Media komputindo, 2009), 115-
117.
yang mampu dibawa. Unity, seorang pemimpin melibatkan orang lain dalam setiap usaha
kerja kerasnya. Hal ini membawa dampak bahwa pekerjaan yang berat akan menjadi ringan
serta cepat terselesaikan. Time-work, seorang pemimpin bekerja dalam semangat kerjasama.
Memiliki kemauan untuk bekerjasama dengan orang lain guna saling bahu-membahu.
Seperti halnya semut ketika salah satu menemukan makanan, semut itu segera
keras merupakan hal yang penting dan di hargai dalam organisasi. Pemimpin yang bekerja
keras, akan bekerja secara excellent dan menghasilkan hasil kerja yang excellent pula.
Kemauan kerasnya untuk bekerja bukan semata-mata sibuk, namun dibuktikan dengan kerja
yang baik dan kerja yang produktif. Efektif, efisien dan produktif mewarnai proses kerjanya.
Hal-hal di atas itulah yang merupakan ciri-ciri atau kriteria ukuran seorang
pemimpin yang kompeten. Namun demikian, asumsi penting dari segi kekristenan yang perlu
ditekankan ialah bahwa kompetensi seorang individu pemimpin Kristen adalah anugerah
Allah, di mana semua faktor yang disinggung di atas hanya ada karena pemimpin
menemukan dirinya ada di dalam Tuhan dan karena Tuhan.77 Di sisi lain, kompetensi adalah
tanggung jawab anugerah untuk menghidupi anugerah di atas dengan seluruh aspek secara
nyata dan kontinu. Setelah itu, kompetensi tidak perlu dituntut, kompetensi akan ada (secara
otomatis) dan yang kompeten akan diakui kompeten apabila dihidupi serta dibagi secara
77
Yakub Tomatala, Arti Penting Kompetensi Dalam Kepemimpinan, 89
http://download.sabda.org/publikasi/pdf/e-leadership/ e_leadership_2007. pdf diakses pada tanggal 16 Januari
2012.