Anda di halaman 1dari 24

Implementasi Karakteristik Kurikulum PTK

1. Orientasi
a. Proses mencapai kelulusan
b. Produk kegiatan disekolah dan prestasi dikaitkan dengan kemampuan bekerja
di dunia kerja yang sesungguhnya
2. Pertimbangan (Justification)
3. Fokus
a. Membantu murid untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap
(attitudes), nilai dalam kaitannya dengan kesiapan kerja lulusan (employbility)
b. Pengintegrasian antara pengetahuan akademik dan skill, sikap dan nilai untuk
diterapkan pada dunia kerja baik dengan simulasi ataupun tempat kerja
sesungguhnya
4. Standar keberhasilan di sekolah
a. Standar keberhasilan murid adalah pengalaman langsung atau penerapan
(hands on)
b. Standar menyerupai yang ada di industri atau tempat kerja lulusan
c. Tugas – tugas dikaitkan dengan penerapannya di industri atau tempat kerja
5. Standar keberhasilan di luar sekolah
a. Indikator keberhasilan adalah keberhasilan lulusan di industri
b. Beberapa indikator yang digunakan adalah : affective jobskills, technical
skills, occuptional survival skills, job search skill, and entrepreneurial skills
6. Hubungan sekolah – tempat kerja – Masyarakat
a. Sekolah menghasilkan lulusan
b. Masyarakat memerlukan lulusan
c.
7. Keterlibatan Pemerintah
a. Pengetahuan jam efektif
b. Standar isi
c. Standar Proses
d. Evaluasi
8. Responsif
Harus merespon perkembangan teknologi yang tiada henti
9. Logistik
a. Kebutuhan alat
b. Kebutuhan sumber belajar
c. Kebutuhan bahan
d. Dll
10. Pembiayaan
a. Operasional sehari – hari
b. Pembaharuan alat
c. Perjalanan ke industri

ARTIKEL KASAR

Karakteristik Pendidikan Kejuruan

Substansi dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan


kejuruan yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu
:

a. Orientasi (Orientation)
Kurikulum pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan.
Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan keberhasilan
pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil prestasi kerja dalam dunia
kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan
kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman dan aktivitas dalam lingkungan sekolah)
dan hasil (pengaruh pengalaman dan aktivitas tersebut pada peserta didik).

b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)


Pengembangan program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang
jelas. Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata tenaga
kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar kebenaran/justifikasi
pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984 : 12), meluas hingga lingkungan
sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum berorientasi pada peserta didik, maka dukungan
bagi kurikulum tersebut berasal dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.

c. Fokus (Focus)
Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan
pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan mempersiapkan
peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984 : 13) mengemukakan bahwa :
Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk
mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang luas. Setiap aspek
tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa kemampuan kerja lulusan. Lingkungan
belajar pendidikan kejuruanmengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta
didik, keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan
aplikasinya bagi lingkkungan kerja yang sebenarnya. Seluruh kemampuan tersebut di atas,
dapat dikuasai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa
rangsangan yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar
mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri
(pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah dikuasai
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga
mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

d. Standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards)


Kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruandiukur dari
keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia masuki.
Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau
kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa dalam standar keberhasilan
sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan,
dengan kriteria yang digunakan oleh guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja
yang telah ditentukan oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri).

e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)


Penentu keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Standar
keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang
biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut Starr (1975), bahwa :
Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan antar Negara, tetapi keberhasilan
tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan pegawai dengan keahlian lulusan, suatu
persentase tinggi lulusan yang mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang
yang berhubungan, kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan. Sebagai contoh,
untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada SMK adalah
dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji kompetensi untuk kelas XII
yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri berdasarkan standar kompetensi nasional
sesuai bidang keahlian. Standar kelulusan di luar sekolah (out-of school success standards)
dilakukan oleh dunia usaha dan industri yang mengacu pada standar kompetensi sesuai
bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri.

f. Hubungan kerja sama dengan masyarakat (School-community relationships)


Suatu usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula
dengan pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan
hubungan yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.
Pengertian msyarakat yang dimakasud adalah dunia usaha dan dunia industri.
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha
atau industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha atau
industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan kejuruan.
Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau industri, menampung
peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar di lapangan kerja atau industri,
merpakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan.

g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)


Keterlibatan pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan
dialokasikan, karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya : Ketentuan jam
pengajaran kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel atau
laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih tinggi.

h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
kejuruan harus mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan
masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan
teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa, besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah pendidikan kejuruan
harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, dengan upaya
lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir
peserta didik dalam jangka panjang.

i. Logistik
Kurikulum pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu
didukung oleh fasilitas beajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar yang
dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif, diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja dan laboratorium adalah
kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada sebagai fasilitas bagi peserta
didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan
industri. Kebutuhan untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan industri di
masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi peserta
didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik.

j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang
kegiatan pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian peralatan,
biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang) yang jauh dari sekolah. Di
samping itu, peralatan harus diperbaharui secara periodik juga guru berharap untuk
memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya bagi peserta didik sebagaimana layaknya
di industri, maka ini bisa menjadi mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian
adalah pembelian bahan habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai
dengan program keahlian yang dikembangkan pada SMK masing-masing. Dari uraian
mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton
(1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan
di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa seyogianya
mengacu pada karakteristik sebagai berikut :

 Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki


lapangan kerja
 Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
 Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
 Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-
on” atau performance dalam dunia kerja
 Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan
kejuruan
 Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan
teknologi
 Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing”
 Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri

Asumsi PTK adalah :

Adapun Asumsi dalam penyelenggaraan PTK antara lain :

a) PTK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja baik bekerja
secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang merupakan salah satu institusi
yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang
diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah
tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya
saing yang tinggi. Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar
industri, maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang memadai.

b) PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk dapat
berkompetensi di DUDI.

Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana pelatihan
pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan kompetensi untuk proses
yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan
bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa alasan dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan sebagai
lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dapat langsung
dinikmati oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi secara langsung dapat
memperoleh hasil dari perusahaan.

c) Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum


Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam pencapaian
kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik
dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Hal
ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula
yang menentang. Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta didik
dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke pendidikan tinggi ataukah
langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan pendidikan di sekolah kejuruan
seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan
pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum cenderung lebih banyak dari
jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK
dengan SMU yang dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan
kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah memproduksi
peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu. Dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan
kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu,
hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat
dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut
tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.

d) PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan dan pertumbuhan
ekonomi nasional
Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan/ life
skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu memperoleh pekerjaan pada
industry atau mendirikan usaha mandiri untuk menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak
oleh SMK merupakan investasi besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa. Herdi,
2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di Indonesia pada tahun
90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan
yang menyebabkannya? Bila dipelajari, salah satu kebijakan pemerintahan China yang
mendukung perkembangan industri di China adalah adanya pengembangan Vocational School
yang disupport oleh pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-industri
rumahan. Vocational School dberikani support penuh oleh Pemerintah China agar berkembang
menjadi sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang ada diminta berpartner dengan Vocational
School Industri. SDM nya terdiri dari peserta didik2 yang dilatih dengan real praktek (learning by
doing) dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga berjalan dengan waktu, China yang
semula mempunya produk2 yang dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik (ini dikarenakan
merupakan hasil produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan
waktu adanya improvement yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk dengan
kualitas nomor 1. Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis manufaktur/industri
produk dari sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu produk jepang, jerman, amerika
dll dari mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc, dll), dll semua dibuat oleh di china yang
notabene merupakan hasil dari pengembangan vocational school industri yang didukung
pemerintah dan industrinya.

e) PTK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi dan kecepatan


mendapatkan pekerjaan
Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat
dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil pendidikan
kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah
semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan
umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan
(rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut
dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan
perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan
karir peserta didik. Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan
oleh dunia usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar – benar dievaluasi seberapa
besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia kerjadan terhadap perkembangan
ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis dengan dunia industry dapat dilihat dengan lulusannya
yang terserap di dunia industri dengan cepat sesuai dengan bidang keahliannya.

f) PTK hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungannya


Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya pemerintah daerah
dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya.
Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya
manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan pariwisatanya, maka pemerintah daerah
fokus pada pembangunan Kompetensi keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang
terkenal sebagai pusat budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang berbasis
kerajinan furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun komptensi keahlian
emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan
anggaran untuk membangun infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau
mengundang investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita
arahkan untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa adanya
“link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala peralatan, gedung dan
investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak gedung sekolah dengan segala
peralatannya yang canggih tidak berfungsi dengan baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat
menjalankannya. Sudah saatnya kita bekerjasama membangun kompetensi unggulan daerah.
Anggaran pendidikan yang begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga pelatihan
industri yang sudah terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil
dibidang otomotif, tidak perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana tersebut
misalnya kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan otomotifnya. Untuk
mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic Gobel misalnya untuk
memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini hanya untuk melayani kebutuhan
internal.

g) PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja pemula
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match” antara
keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun besarnya “gap”
itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya.
Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam
penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari kerja
angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di industri atau di UKM
(Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai, maka ketrampilan
bekerja seseorang menjadi meningkat.

h) PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian nasional.


Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif,
untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah
ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan
manusia untuk bekerja bukan berarti menganggap manusia semata mata sebagai factor
produksi karena pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara yang
baik dan bertanggung jawab serta produktif. Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan
seseorang, akan semakin produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas
nasional dan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.

C. MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN

Tujuan dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang
berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta menentukan tingkat
dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan
berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial.
Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran
atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir.
Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media
pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial. Mohammad ali, 2009,
mengemukakan bahwa Sekurang- kurangnya ada tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi SMK secara regional maupun nasional yaitu :
1. Implementasi program pendidikan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber
daya local, dengan mengoptimalkan kerjasama secara intensif dengan institusi pasangan
2. Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pendekatan yang fleksibel sesuai dengan
kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kompetensi yang diperoleh
peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan memiliki adaptasi yang tinggi
3. Program pendidikan beljar tuntas dengan melibatkan peran aktif dan partisipatif para
pemangku kepentingan pendidikan, termasuk optimalisasi peran pemerintah daerah untuk
merumuskan pemetaan kompetensi ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK
dalam penyelenggaraan diklat berkelanjutan. Pendayagunaan potensi sumber daya local,
dengan pelaksanaan kurikulum serta kerjasama dari pemerintah daerah harus seiring sejalan
dalam rangka membuka peluang lebar pengembangan SMK sesuai dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Untuk mencari solusi dari tantangan tersebut di atas,
SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus
mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi
fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional
terbesar yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK.
Pembukaan dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan
kebutuhan pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan
institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber daya manusia
yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro
(1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 %
tenaga kerja di lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya
kurang dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan
kejuruan jelas merupakan hal penting”. Penutupan suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika
secara hukum tidak dapat dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama
sekali tidak dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk
menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi serta tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku.pengembangan (pembukaan)
program keahlian SMK harus Link and Match dengan kebutuhan pasar kerja. link and
match pada dasarnya adalah supplay-demand dalam arti luas, yaitu dunia pendidikan sebagai
penyiapan SDM, dan individu, masyarakat, serta dunia kerja sebagai pihak yang membutuhkan.
Ada empat aspek kebutuhan yang perlu diantisipasi oleh pendidikan, yaitu (a) kebutuhan pribdai
atau individu, (b) kebutuhan keluarga, (c) kebutuhan masyarakt/bangsa, dan (d) kebutuhan dunia
kerja atau dunia usaha.Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja/
usaha/industri,diperlukan usaha-usaha secara reciprocal antara kedua pihak. Dunia
kerja/usaha/idustri dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam arti sikap
maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan praktek lapangan bagi
para peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut untuk melakukan konsolidasi mulai
tahap perencanaan sampai implementasi dan evaluasinya sehingga kebijakan ini mempunyai
arti yang maksimal, sesuai dengan tujuannya. Adapun strategi dasar implementasi untuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam link and match adalah :1. Menggiatkan kunjungan
lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral kurikulum 2. Meningkatkan program
magang di dunia usaha/industri 3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan
tenaga 4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang baik
untuk masa depan. Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai
perkembangan industri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang dibutuhkan saat
ini. Jadi apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah tidak
dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu ditutup dahulu untuk
menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka
program keahlian tersebut bisa dibuka kembali.

D. KESIMPULAN

Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa
yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja
secara produktif dan professional dan juga siap melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi.
Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun tentu mempunyai
kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja,
tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan
kurikulum. Oleh Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial.

SUMBER KEDUA

Tugas Individu: Filsafat Ilmu,Dosen: Prof.Dr.Sapto Haryoko,M.Pd, Program Studi:


Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Negri Makassar, Oleh: Bustamin B,
S.T/13B20052

A. PENDAHULUAN

Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional


mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan
pengembangan potensi diri yang diharapkan dapat memperkuat keutuhan Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajara n agar peserta dididk secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dunia pendidikan merupakan ruang yang selalu bersentuhan langsung dengan


manusia. Pendidikan yang berkwalitas akan memberikan kemajuan bagi umat
manusia dari berbagai segi kehidupan. Satuan pendidikan pendidikan yang ada di
Indonesia terbagi atas pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dimulai
dengan Jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sedangkan model penyelenggaraan pendidikan terbagi terbagi dua yakni pendidikan
umum/ akademik dan pendidikan kejuruan/ vokasi/ professional. Pendidikan
menengah kejuruan memiliki peran untuk mempersiapkan peserta didik agar siap
bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan di
dunia industri. Untuk dapat bekerja dan bersaing di industry maupun berwiraswasta,
lulusan SMK harus memiliki kompetensi nyakni kemampuan yang disyaratkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi
terhadap kemampuan tersebut.
Paradigma pendidikan Kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum.
Pendidkan kejuruan yaitu menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan
dengan permintaan pasar (demand driven). Kebersambungan (link) diantara
pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan dan kecocokan
(match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan
ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat dari tingkat
mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang
pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya.
Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik. Meskipun
pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan,
namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum. Oleh
Karena itu, prinsip, karakteristik dan asumssi tidak boleh diabaikan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

B. PRINSIP, KARAKTERISTIK, DAN ASUMSI PENDIDIKAN PTK

1. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan

Prinsip-prinsip pendidikan teknologi dan kejuruan ada dua sumber yang


membahas tentang prinsip PTK ini. Yang pertama adalah Dr. Charles Allen Prosser
(1871-1952) dalam bukunya “Vocational Education in a Democracy”, dan Melvin L.
Barlow dalam artikelnyaFoundation of Vocational Education dalam American
Vocational Journal (1967).

a. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Dr. Charles Allen Prosser

Menurut Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952), bahwa sekolah harus membantu
para siswanya untuk mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut
dan terus maju dalam karir. Dr. Charles Allen Prosser yakin bahwa harus ada
sekolah vokasional untuk publik sebagai alternatif terhadap sekolah umum yang
sudah ada. Sekolah vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan
pelajaran untuk berbagai jenis pekerjaan yang ada di industri. Dr. Charles Allen
Prosser percaya bahwa pendidikanvokasional di jenjang sekolah menengah atas
akan mampu menjadikan para siswa lebih independen.

Dr. Charles Allen Prosser adalah seorang praktisi dan akademisi Amerika
Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di
Amerika. Professor juga adalah seorang guru Fisika dan Sejarah di New Albany
High School dan mendapatkan gelar PhD dari Columbia University. Di kalangan
akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal
sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai 16
Dalil Prosser:

1) Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
2) Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat
kerja.
3) Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir
dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
4) Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
5) Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan
hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang
menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
6) Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk
kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai
seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
7) Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang
sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses
kerja yang akan dilakukan.
8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh
seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9) Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11) Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi
tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
12) Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.
13) Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai
dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling
efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14) Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan
hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik
tersebut.
15) Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16) Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

b. Prinsip Pendidikan adn Kejuruan Menurut Miller

Dalam kaitannya dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga


memberikan 8 prinsip sebagai berikut:

1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan khususnya
pada proses awal pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan merupakan bagian
dari masyarakat (public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia kerja/
dunia industry.
4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat menengah.
5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui pendidikan
kejuruan.
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat dilakukan
melalui pendidikan kejuruan.

c. Prinsip Pendidikan PTK Menurut Melvin L. Barlow

Sedangkan menurut Melvin L. Barlow dalam artikelnya Foundation of Vocational


Education dalam American Vocational Journal(1967), menyampaikan pokok-pokok
pikiran tentang pendidikan vokasi atau kejuruan (vocational education). Ada 7 poin
penting yang dikemukakan, yaitu:
1) Vocational education is a national concern. Pendidikan vokasi adalah hal penting
yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional.
2) Vocational education provides the common defense and promotes the general
welfare. Pendidikan vokasi yang efektif akan bermanfaat bagi pertahanan negera
(seperti dukungan pada saat kondisi perang), serta mendukung peningkatan
kesejahteraan ekonomi warga negara dan keluarganya.
3) Vocational preparation of youth and adults is a public school responsibility. Sekolah
publik memainkan peranan penting dalam menyiapkan generasi muda dan juga
warga dewasa untuk mempersiapkan pekerjaan mereka.
4) Vocational education requires a sound basic education.
Pendidikan vokasi memerlukan adanya fondasi dasar yang baik dan kuat dari
jenjang sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin tingginya
teknologi yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan.
5) Vocational Education is planned and conducted in close cooperation with business
and industry. Hal ini adalah fondasi penting keberhasilan pendidikan vokasi,
umumnya melalui komite penasihat (advisory committee) yang terdiri dari kalangan
bisnis dan industri.
6) Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the labor market.
Materi pembelajaran ditentukan berdasar analisis kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan
juga studi penempatan dan tindak lanjut terhadap para lulusan agar diketahui
bagaimana hasil program diterima, dimanfaatkan dan dimodifikasi di pasar kerja.
7) Vocational education provides continuing education for youth and adults.
Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus ada di industri dan
berbagai program vokasi untuk orang dewasa, hal ini berkontribusi nyata
meningkatkan tingkat intelegensia (industrial intelligence) tenaga kerja.
Permasalahan dalam pelatihan ulang (retraining) dan pembelajaran sepanjang hayat
adalah elemen penting yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.
PTK akan efektif jika lingkungan peserta didik dilatih seperti replica di lingkungan
kerja. Untuk menciptakan suatu suasana belajar yang mirip dengan dunia kerja dan
dunia industri, diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan prasarana.
Ketersediaannya bengkel yang lengkap dengan alat dan bahannya akan
memberikan pengalaman belajar yang hampir sama dengan di lapangan sehingga
ketika peserta didik berinteraksi langsung dengan dunia industri, telah memiliki
kemandirian dan keterampilan kerja sesuai yang diharapkan. Untuk membuat suatu
replica sesuai lingkungan kerja, maka diperlukan biaya yang besar sehingga kami
yakin bahwa tidak semua sekolah kejuruan dapat melakukan hal tersebut karena
masalah pendanaan. Oleh karena itu, kerjasama dengan industri sangat diperlukan
untuk mewujudkan hal ini. Misalnya menerima peserta didik.
1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri karena
tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di industri dan di
sekolah, dan
3. 3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek peserta didik yang murni dilakukan
sepenuhnya di industri.

Sarana Prasarana belajar mengajar dan praktikum di SMK harus berstandar


dan selalu mengikuti perkembangan teknologi sehingga bermafaat bagi peserta
didik.Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang
menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih.
Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan
pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu
diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam
implementasinya tidak salah arah. Dan juga pendidikan teknologi dan kejuruan
harus memperhatikan permintaan
pasar sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan
nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu
mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada
peserta didik pentingnya penguasaan pengetahuan dan teknologi, keterampilan
bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam
kariernya sepanjang hayat. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan
kejuruan diorientasikan pada permintaan pasar kerja. Orientasi berdasarkan
permintaan pasar dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum yang
mempertimbangan perkembangan dunia industri.
2. Karakteristik Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan
Dewasa ini negara-negara didunia menempatkan pendidikan menengah
teknologi dan kejuruan sebagai pendukung pengembangan perekonomian dengan
tujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional yang pada gilirannya diharapkan
dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakatnya. Pendidikan teknologi kejuruan itu
diperlukan untuk menghasilkan teknisi dengan kompetensi tertentu gunda
menjalankan roda perindustrian dan perdagangan serta bidang-bidang kejuruan
lainnya, baik pada tataran nasional maupun regional. Namun hingga saat ini masih
banyak negara-negara berkembang yang belum berhasil meletakkan landasan
pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sesuai dengan kondisi
sumber daya manusia dan sumber daya alam negara masing.
Bagi indonesia, dengan dikelurkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen srta
pembentukan badan standarisasi nasional pendiidkan (BSNP) menunjukkan adaya
upaya pemerintah dan dewan perwakilan rakyat RI dalam membenahi sistem
pendidikan nasional. Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan waktu
yang panjang karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN (PP No.
19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebgai hasil yang optimal dalam
arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.
Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam hal ini
adalah departemen pendidikan nasional (depdiknas), maka setiap satuan pendidikan
terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan mengacu pada pedoman-
pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah dimana satuan pendidikan
(sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh karakteristik pendidikan
teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kurikulum, yakni:
4. Orientasi
5. Justifikasi
6. Fokus
7. Standar
8. Keberhasilan disekolah
9. Perindustrian dan masyarakat
10. Keterlibatan pemerintah
11. Responsiveness
12. Logistik dan pembiayaan
Untuk memahami tentang pendidikan kejuruan, semestinyalah kita harus
memahami karakteristik pendidikan kejuruan terlebih dulu. Meskipun pendidikan
kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah
barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam
definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin
dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
1. Orientasi pendidikan kejuruan
Sebagai suatu system pendidikan yang bertujuan mempersiapkan lulusannya
memasuki lapangan kerja, maka orientasi pendidikan kejuruan haruslah tertuju
kepada keberhasilan belajar berupa output atau lulusannya yang dapat dipasarkan
di pasar tenaga kerja. Lebih jauh keberhasilan program pendidikan kejuruan secara
tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan kerja.
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan program pendidikan kejuruan perlu alasan atau jastifikasi
khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus
adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan tenaga kerja di lapangan kerja atu
industri baik jasa maupun barang.
3. Fokus kurikulumnya
Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada aspek skill material saja, tetapi
juga menekankan kepada aspek belajar yang lainnya. Rangsangan dan pengalaman
belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan
pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor
berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang
tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya.
Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan
kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan 2 kriteria yaitu
keberhasilan di sekolah (in school success) dan out of school succes. Kriteria
pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler
yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua
diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia
kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap
perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-
penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar
pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis
dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang
lain. Bengkel kerja dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai
eksistensi suatu sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat sekolah kejuruan
membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya
serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu
lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang
ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory
commitee), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam
program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar di
lapangan.
Dalam implementasinya, ketujuh karekteristik pendidikan kejuruan tersebut di
atas, mempunyai implikasi dan konsekuensi yang luas terhadap proses perencanan
kurikulum pendidikan kejuruan itu sendiri. Meskipun pendidikan kejuruan tidak
terpisahkan dari sistim pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu
mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi
dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang
erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum seperti yang dijelaskan diatas.
3. Asumsi-Asumsi Pada Pendidikan Teknologi Kejuruan
Menurut John Thompson (1973) ada tiga asumsi besar yang disampaikan dalam
bukunya yang berjudul “Foundations of Vocational Education” dan bisa kita lihat
dibawah ini:
b. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu
mempersiapkan para siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam masyarakat
yang didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang riil.
Kata kuncinya adalah "real jobs" atau pekerjaan yang benar-benar ada didalam
dunia kerja. Bagaimana intitusi pendidikanvokasi mampu mengidentifikasi jenis-jenis
pekerjaan yang benar-benar ada dan dibutuhkan dunia industri? Ini adalah
pertanyaan yang sulit namun harus bisa dijawab sebelum suatu program pendidikan
dijalankan. Program pendidikan vokasiharus dirancang sesuai kebutuhan pekerjaan
spesifik yang ada di industri. Metode analisis pekerjaan (job analysis) adalah teknik
yang sering digunakan dalam upaya para pendidik untuk mendapatkan gambaran
yang pasti tentang kebutuhan pekerjaan di dunia kerja.
c. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu menjamin
adanya pasokan tenaga kerja untuk suatu wilayah.
Ekonomi yang berkembang akan selalu membutuhkan tenaga kerja untuk
mendukung perkembangannya. Pendidikan vokasidibuat untuk mampu menjadi
pemasok (supplier) kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan agar ekonomi suatu
wilayah bisa berkembang. Pasokan tenaga kerja ini haruslah stabil dan sesuai
kebutuhan. Pasokan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dibanding kebutuhan
adalah hal yang tidak baik, harus sesuai baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Perencanaan pendidikan vokasi haruslah didasarkan prediksi yang baik atas
kebutuhan tenaga kerja suatu daerah. Pendidikan vokasiharus mampu menjadi mitra
sejalan dari pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan modernisasi industri, maka tenaga
kerja pun harus selalu ditingkatkan kompetensinya. Karena itu Thompson juga
menyinggung tentang tanggung jawab pendidikan vokasi dalam upaya peningkatan
kemampuan para pekerja yang telah bekerja didalam dunia kerja. Upaya ini krusial
dalam meningkatkan efisiensi ekonomi suatu wilayah. Tenaga kerja yang tidak
kompeten akan membebani ekonomi.
d. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para lulusannya
mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih.
Berbagai survey dilakukan di Amerika untuk mengukur seberapa efisiensi
pendidikan vokasi telah dijalankan. Hampir semua asumsi yang dikembangkan
didasarkan pada seberapa tinggi kesesuaian penempatan para lulusan di industri
dengan apa yang telah mereka pelajari di dunia pendidikan sebelumnya.
ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin karena
menyalahi prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan menghasilkan
lulusan yang bekerja di bidang yang berbeda dari bidang yang dipilih saat sekolah,
maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan tidak efisien secara ekonomi.
Ada juga yang mengemukakan beberapa asumsi tentang pelaksanaan
pendidikan teknologi dan kejuruan yang berbeda dengan pendidikan umum memiliki
prinsip dalam penyelenggaraannya antara lain:

1. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dapat mengembangkan tenaga kerja yang


marketable

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja
baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan tertentu. PTK yang
merupakan salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat dan
dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki
kompetensi sesuai dengan bidangnya, memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi.
Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar industri,
maka perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum yang
memadai.

2. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain untuk menguasai keterampilan dasar


yang essensial untuk dapat berkompetensi di DUDI.

Pendidikan sistem ganda (PSG) adalah konsep belajar dan bekerja dimana
pelatihan pekerjaan harus berorientasi pada pengelompokkan qualifikasi dan
kompetensi untuk proses yang berhubungan dengan bekerja. Perusahaan
bersedia bekerja sama dalam program PSG ini dikarenakan ada beberapa ala
san dan
keuntungan yaitu dengan memberikan training maka keberadaanya dinyatakan
sebagai
lembaga yang mmeberikan pertimbangan untuk penawaran pelatihan yang dap
at langsung dinikmati oleh perusahaan dengan mengajak beberapa praktisi
secara langsung dapat memperoleh hasil dari perusahaan.

3. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum

Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan peserta didik dalam


pencapaian kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai, dilain pihak
menuntut peserta didik dapat menguasai pelajaran umum untuk dapat melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini merupakan suatu yang pro kontra. ada yang
menerima dengan baik tetapi tidak sedikit pula yang menentang. Dualisme
pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke pendidikan tinggi
ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya, penataan pendidikan di
sekolah kejuruan seimbang antara antara pelajaran kejuruan dengan pelajaran
umum. Dalam artian tujuan pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam
pelajaran umum cenderung lebih banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat
membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan SMU yang dibekali
dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan kejuruan lebih berfokus
kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya adalah memproduksi peserta
didik siswi yang siap bekerja yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu.

Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta maupun pemerintah


semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada
pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan pendidikan
umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi pendidikan kejuruan
dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas
pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.

4. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan didesain berbasis masafe konomi oleh kanena
itu sangat berperan dan pertumbuhan ekonomi nasional

Lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan


atau life skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu
memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk
menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan investasi
besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa.

Herdi, 2009, 10th yang lalu ternyata China lebih terpuruk dibanding kondisi di
Indonesia pada tahun 90an. Namun kondisi sekarang jauh lebih baik, dibanding
Indonesia. Cukup jauh. Apa gerangan yang menyebabkannya? Bila dipelajari, salah
satu kebijakan pemerintahan China yang mendukung perkembangan industri di
China adalah adanya pengembangan Vocational School yang disupport oleh
pemerintahan untuk menjadi cikal bakal industri-industri rumahan. Vocational
School dberikani support penuh oleh Pemerintah China agar berkembang menjadi
sebuah pabrik/industri. Industri-industri yang ada diminta berpartner dengan
Vocational School Industri. SDM nya terdiri dari peserta didik yang dilatih
dengan real praktek (learning by doing) dan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
Sehingga berjalan dengan waktu, China yang semula mempunya produk yang
dikenal dengan kualitasnya yang kurang baik (ini dikarenakan merupakan hasil
produksi yang baru mulai/tahap belajar) namun kemudian beriring dengan waktu
adanya improvement yang berkelanjutan, akhirnya China dapat membuat produk
dengan kualitas nomor 1. Sekarang China menjadi tempat produksi segala jenis
manufaktur/industri produk dari sebagian besar merk terkenal di dunia, apakah itu
produk jepang, jerman, amerika dll dari mulai otomotif (motor, mobil), it (laptop, pc,
dll), dll semua dibuat oleh di china yang notabene merupakan hasil dari
pengembangan vocational school industri yang didukung pemerintah dan
industrinya.

5. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi


ekonomi, relevansi dan kecepatan mendapatkan pekerjaan

Hubungan dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual


dapat dijelaskan dari kerangka investasi dan nilai balikan (value of return) dari hasil
pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, baik swasta
maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki konsekuensi investasi
lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan
seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.

Relevansi sekolah kejuruan adalah seberapa besar lulusannya dibutuhlkan oleh


dunia usaha dan dunia industri. Sekolah kejuruan harus benar-benar dievaluasi
seberapa besar kontribusinya terhadap relevansi lulusan terhadap dunia kerjadan
terhadap perkembangan ekonomi. Sekolah kejuruan yang sinergis dengan dunia
industry dapat dilihat dengan lulusannya yang terserap di dunia industri dengan
cepat sesuai dengan bidang keahliannya.

6. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan hendaknya diarahkan untuk memenuhi tenaga


kerja dilingkungannya

Untuk memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri, Seharusnya


pemerintah daerah dengan kekuasaan otonominya mengetahui dengan pasti apa
keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk keunggulan daerahnya, maka dibangun
kompetensi sumber daya manusianya. Misalnya di Bali yang terkenal dengan
pariwisatanya, maka pemerintah daerah fokus pada pembangunan Kompetensi
keahlian yang berbasis pariwisata. Di Jawa Tengah yang terkenal sebagai pusat
budaya dan juga kerajinan furniture, dibangun kompetensi yang berbasis kerajinan
furniture. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun komptensi keahlian
emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu keahlian yang khusus, unik dan
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran untuk membangun
infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan perlengkapannya atau mengundang
investor membangun industri di daerah. Maka sudah saatnya investasi kita arahkan
untuk pembangunan sumber daya manusianya dulu. Tanpa kompetensi. tanpa
adanya “link and match” antara pendidikan dan dunia industri, maka segala
peralatan, gedung dan investasi menjadi tidak maksimal dan sia-sia.Berapa banyak
gedung sekolah dengan segala peralatannya yang canggih tidak berfungsi dengan
baik, karena tidak ada tenaga ahli yang dapat menjalankannya. Sudah saatnya kita
bekerjasama membangun kompetensi unggulan daerah. Anggaran pendidikan yang
begitu besar seharusnya juga diberikan kepada lembaga pelatihan industri yang
sudah terbukti berhasil, misalnya untuk mendidik tenaga kerja yang trampil dibidang
otomotif, tidak perlu membangun sekolah otomotif sendiri, tapi serahkan dana
tersebut misalnya kepada ASTRA group untuk mengembangkan lembaga pelatihan
otomotifnya. Untuk mencetak tenaga ahli elektronik, berikan anggaran kepada
Panasonic Gobel misalnya untuk memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang
selama ini hanya untuk melayani kebutuhan internal.

7. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk


mempersiapkan tenaga kerja pemula

Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match”
antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap
tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan
memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri yang
sangat maju masih ada “mis-match” dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini
diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari kerja angkatan muda untuk
melaksanakan program magang. Dengan magang di industri atau di UKM (Usaha
Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai, maka ketrampilan
bekerja seseorang menjadi meningkat.

8. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah system pendidikan untuk menata


system perekonomian nasional.

Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi


manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan
dengan peningkatan nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat
dikatakan bahwa lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi
lebih cepat dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan manusia untuk bekerja
bukan berarti menganggap manusia semata mata sebagai factor produksi karena
pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara yang baik
dan bertanggung jawab serta produktif.

Semakin tinggi kwalitas pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin


produktif orang tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional dan
meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.

C. MODEL PENYELENGGARAAN PTK BERBASIS KEBUTUHAN

Adapun tujuan dari pada pendidikan kejuruan adalah senantiasa dibentuk oleh
kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan
aktif dan ikut serta menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam
bidang kejuruannya tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan
perkembangan tuntutan masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau
tugas, dan perilaku yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan
karir. Institusi sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya
sebagai media pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan
sosial.
Model peyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan berbasis kebutuhan
terhadap masyarakat kita bisa lihat dari segi kurikulum seperti apa yang diterapkan
disetiap daerah dimana proses pendidikan (sekolah) dilaksanakan. Berikut model
kurikulum pendidikan PTK sebagai berikut:

9. Perencanaan kurikulum
 Mengumpulkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
sisdiknas
 Mengumpulkan data komuditas dan budaya
 Mengumpulkan data yang berkaitan dengan sekolah
 Merumuskan proses pengambilan keputusan
 Merumuskan tujuan dan sasaran kurikulum
 Mengumpul materi dan sarana pembelajaran

10. Penetapan isi kurikulum


 Pemilihan desain kurikulum,
 Pemilihan strategi dan metode pembelajaran,
 Penetapan sasaran kompetensi,
 Penetapan materi dan sarana pembelajaran,
 Menetapan prosedur implementasi,
 Menetapkan prosedur penafsiran hasil tes, pengamatan wawancara dan lain-lain,
 Menetapkan metode evaluasi hasil belajar,
 Penilaian guru (evaluasi diri, evaluasi sejawat).
11. Implementasi kurikulum
 Penerapan strategi belajar. Seperti belajar mandiri, diskusi, kerja proyek,
karyawisata, laporan, beljar terprogram, investasi kelompok, belajar kooperatif,
belajar tuntas dan lain-lain.
 Mengadakan tes formatif-sumatif, pengamatan perilaku siswa, studi khusus dan lain-
lain
 Membuat annecdotal record siswa
 Identifikasi kebutuhan perubahan materi, metode, sarana dan lain-lain
12. Evaluasi kurikulum
 Menetapkan teknik evaluasi
 Pengumpulan data mengenai implementasi, kurikulum, kecakapan guru, kemajuan
siswa, dan revisi kurikulum.
Pendayagunaan potensi sumber daya local, dengan pelaksanaan kurikulum
serta kerjasama dari pemerintah daerah harus seiring sejalan dalam rangka
membuka peluang lebar pengembangan SMK sesuai dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat dan dunia industri. Untuk mencari solusi dari tantangan
tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan
pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan pendidikan terbaik kepada
peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat beragam. Seperti diketahui,
bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem SMK. Pembukaan dan
penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan
pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat.
Pembukaan institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan
kebutuhan sumber daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK.
Sebagaimana yang dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik
pendidikan kejuruan sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di
lapangan kerja adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang
dari 20 % bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan
kejuruan jelas merupakan hal penting”.
pengembangan (pembukaan)
program keahlian SMK harus Link and Match dengan kebutuhan pasar kerja.
link and match pada dasarnya adalah supplay-demand dalam arti luas, yaitu dunia
pendidikan sebagai penyiapan SDM, dan individu, masyarakat, serta dunia kerja
sebagai pihak yang membutuhkan. Ada empat aspek kebutuhan yang perlu
diantisipasi oleh pendidikan, yaitu:
 kebutuhan pribdai atau individu
 kebutuhan keluarga,
 kebutuhan masyarakt/bangsa,
 kebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.
Untuk menciptakan link and mach antara pendidikan dan dunia kerja (usaha
mandiri dan industri), diperlukan usaha-usaha secarareciprocal antara kedua pihak.
Dunia kerja dituntut untuk lebih membuka diri terhadap pendidikan, baik dalam arti
sikap maupun tindakan nyata termasuk menjadi menjadi tempat magang dan
praktek lapangan bagi para peserta didik. Di pihak lain, dunia pendidikan dituntut
untuk melakukan konsolidasi mulai tahap perencanaan sampai implementasi dan
evaluasinya sehingga kebijakan ini mempunyai arti yang maksimal, sesuai dengan
tujuannya. Adapun strategi dasar implementasi untuk Sekolah Kejuruan dalam link
and match adalah:
1. Menggiatkan kunjungan lapangan dan praktek lapangan sebagai bagian integral
kurikulum
2. Meningkatkan program magang di dunia usaha/industri
3. Meningkatkan jumlah dan mutu sarana, prasarana, dan tenaga
4. Meningkatkan daya tarik SMK sebagai pilihan yang mempunyai prospek yang baik
untuk masa depan.
Kegiatan kunjungan ke industri akan memberikan informasi mengenai
perkembangan industri, tenaga kerja yang sangat dibutuhkan dan yang kurang
dibutuhkan saat ini. Jadi
apabila program keahlian tertentu dibutuhkan oleh industri, maka perlu dibuka
program keahlian baru dan jika lulusan dari program keahlian tersebut sudah ti
dak dibutuhkan oleh masyarakat industry maka program keahlian tesebut perlu
ditutup dahulu untuk menghemat biaya operasional, dan jika di suatu saat
dibutuhkan lagi oleh masyarakat, maka program keahlian tersebut bisa dibuka
kembali.
tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia industri atas kompetensi siswa
di bidang komputerisasi dan kewirausahaan.’Tongkat estafet’ peningkatan mutu
lulusan SMK, dilanjutkan Dr. Joko Sutrisno dengan peningkatan kualitas guru
kejuruan yang juga dibidani oleh P4TK (Pusat Pengembangan Penataran Pendidik
dan Tenaga Kependidikan) melalui program pendidikan dan pelatihan yang
diadakan rutin lima tahun sekali dengan jumlah peserta sekitar 4.000 s/d 5.000
orang guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai format
yang baku. Untuk kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal PMPTK
(Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dapat membuat format baku
pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan peningkatan mutu
lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya
pasokan tenaga guru kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini
pasokan tenaga guru kejuruan hanya mencapai angka 4.500 pertahun dan masih
jauh dari kebutuhan tenaga guru (sebanyak 10.000 orang pertahunnya) di seluruh
Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian
jumlah kebutuhan guru SMK di seluruh Indonesia yang dipandu oleh Universitas
Negeri Semarang. “Targetnya diselesaikan akhir tahun 2007. Data kebutuhannya
akan lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong pemerintah pusat dan
daerah untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga guru kejuruan,“ tegas Joko.
Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapannya, dibawah bimbingan BSNP
(Badan Standar Nasional Pendidikan). Sekolah sudah bisa improvisasi dalam
penyusunan kurikulum. Hal ini mendukung pengembangan bobot jam belajar teori
dan ptraktik. Kini, bobot disamakan menjadi sama rata, dan bukan mengurangi jam
belajar teori untuk kemudian menggelembungkan waktu belajar praktik.
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK, pemerintah
mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan mutu SMK. Tahun 2007,
alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun 2006, menjadi sekitar Rp 1,6
triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK tahun 2008, sudah ada kenaikan
mencapai 25% hingga dananya meningkat menjadi Rp 1,9 triliun. Jumlah yang
sangat menggembirakan untuk mendukung program peningkatan mutu para
lulusannya.
D. KESIMPULAN
Berikut ini disajikan beberapa pemikiran awal untuk pengembangan Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, yaitu, Pertama: pendidikan teknologi dan kejuruan harus
memberi ruang cukup untuk memudahkan learning how to lear dan learning to
unlearn. Untuk itu aspek-aspek kecakapan hidup harus built in dalam mata kuliah.
Jadi yang diperlukan adalah reorientasi pelaksanaan pendidikan dari subject mater
oriented menjadi life skill oriented. Pendidikan teknologi kejuruan harus diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan berpikirdivergen sehingga siswa mampu
melihat suatu masalah dari berbagai dimensi dan akhirnya mampu memecahkannya
secara kreatif.Kedua: pendidikan harus mampu menjadi bentuk quality assurance.
Oleh karena itu kurikulum harus menunjuk mahasiswa/siswa atau ujian akhirnya.
Yang dimaksud layanan kepada siswa paling tidak pola pengajaran yang diterima
(sebagai layanan) siswa/mahasiswa.Ketiga: pendidikan harus dapat memandu
terbentuknya budaya mutu di kampus. Keempat: pendidikan harus memandu
hubungan kolaboratif-sinergis antara kampus/sekolah dengan pelanggan. Pengguna
lulusan harus terlibat dalam desain maupun pelaksanaan pendidikan teknologi dan
kejuruan. Kelima: pendidikan harus memberi ruang gerak kepada universitas untuk
melakukan penyesuaian dengan kondisi setempat, sekaligus untuk melakukan
inovasi.
Demikian sekilas uraian yang dapat kami sampaikan dalam makalah singkat ini,
dengan harapan semoga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka
pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan yang sedang disusun. Apa yang
telah ditulis masih merupakan pemikiran awal, tentunya masih banyak
kekurangannya. Namun yang penting kapan lagi kita akan mengembangkan
pendidikan teknologi dan kejuruan ini kalau tidak dimulai dari sekarang.

Anda mungkin juga menyukai