Diktat Fungsi Dua Peubah Atau Lebih PDF
Diktat Fungsi Dua Peubah Atau Lebih PDF
KALKULUS MULTIVARIABEL I
Oleh
Daftar Gambar v
1.1.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.4.5 Keterdiferensialan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
ii
1.4.7 Hubungan Turunan Berarah dengan Gradien . . . . . . . . . . 24
3 Kalkulus Vektor 67
Pembahasan 84
Daftar Gambar
2.11 Partisi-partisi R . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
iv
2.12 Himpunan Sederhana-r . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
2.14 Lamina . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
3.2 Partisi P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
3.5 kurva C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
BAB 1
1.1.1 Pendahuluan
Sejauh ini kita telah membahas kalkulus dengan fungsi-fungsi variabel tunggal.
Tetapi pada dunia nyata, besaran-besaran yang digunakan seringkali bergantung
pada dua variabel atau lebih. Misalkan pada perhitungan suhu T di sebuah titik
pada permukaan bumi pada sebarang waktu yang diberikan bergantung pada lin-
tang x dan bujur y titik tersebut. Kita dapat memikirkan T sebagai fungsi dua
variabel x dan y, atau sebagai fungsi dari pasangan (x, y). Ditunjukkan ketergan-
tungan fungsional ini dengan menuliskan T = f (x, y).
Pada bagian ini akan dibahas perluasan konsep pada fungsi satu peubah ke fungsi
dua peubah atau lebih. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
• Menentukan domain dan range suatu fungsi dua peubah atau lebih
1
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Pada Kalkulus I, kita telah membahas tentang fungsi satu peubah, baik eksplisit
maupun implisit.
Berikut kita ingat kembali fungsi satu peubah
f (x, y) = 2x2 + y 2
g(x, y, z) = 2xeyz
h(x1 , x2 , x3 , x4 ) = 2x1 − 2x2 + 4x3 + x4
2
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Fungsi z = f (x, y) adalah fungsi dengan dua peubah, dengan peubah bebas x dan
y, serta z sebagai peubah tak bebas.
Fungsi w = g(x, y, z) adalah fungsi dengan tiga peubah. Peubah x, y dan z meru-
pakan peubah bebas dan w peubah tak bebas.
Misalkan :
Suhu T di sebuah titik pada permukaan bumi pada sebarang waktu yang diberikan
bergantung pada lintang x dan bujur y titik itu. Kita dapat memikirkan T sebagai
fungsi dua variabel x dan y, atau sebagai fungsi dari pasangan (x, y). Kita tun-
jukkan ketergantungan fungsional ini dengan menuliskan T = f (x, y).
Nilai dari fungsi dengan dua peubah atau lebih dapat ditentukan dengan mema-
sukkan nilai - nilai x dan y.
Contoh 1:
f (x, y) = 2x2 + y 2
f (2, 3) = 2.22 + 32 = 17
f (4, −3) = 2.42 + (−3)2 = 41
Definisi
Suatu fungsi f dari dua variabel adalah suatu aturan yang memberikan kepada
masing - masing pasangan terurut bilangan real (x, y) di sebuah dalam himpunan
D sebuah bilangan real unik yang dinyatakan oleh f (x, y). Himpunan D adalah
daerah asal dari f dan daerah nilainya adalah himpunan nilai yang digunakan
f , atau dengan kata lain,f (x, y)|(x, y) ∈ D.
3
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Jika domain tidak diberikan, maka domain adalah himpunan semua titik sedemikian
sehingga fungsi terdefinisi.
Contoh 2:
Pada bidang xy, Tentukanlah daerah asal alami untuk
p
x2 + y 2 − 25
f = (x, y) = (1.1)
x
penyelesaian
Domain dari f adalah himpunan semua pasangan (x, y) yang memenuhi x2 + y 2 −
p
25 ≥ 0 dan x 6= 0, sebab x2 + y 2 − 25 akan bernilai riil jika x2 + y 2 − 25 ≥ 0.
Jadi, domain f adalah himpunan (x, y) yang berada di luar dan pada lingkaran
x2 + y 2 = 25, tapi x 6= 0.
Contoh 3:
Carilah daerah asal dari fungsi
p
f (x, y) = 25 − x2 − y 2 (1.2)
penyelesaian
Domain f (x, y) adalah himpunan semua titik yang memenuhi:
25 − x2 − y 2 ≥ 0 (1.3)
25 ≥ x2 + y 2 (1.4)
Perhatikan bahwa domain akan berupa himpunan titik di pada dan di dalam lingkaran:
x2 + y 2 = 25 (1.5)
p
g(x, y, z) = x2 + y 2 + z 2 − 16 (1.6)
4
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Penyelesaian
Perhatikan bahwa g adalah fungsi dengan tiga peubah, sehingga domainnya tidak
berada dalam bidang XY, tetapi di sistem koordinat tiga dimensi. Sehingga, fungsi
akan terdefinisi jika:
x2 + y 2 + z 2 − 16 ≥ 0 atau x2 + y 2 + z 2 ≥ 16 (1.7)
Ketika kita menyebut grafik (graph) dari fungsi f dengan dua peubah, yang di-
maksud adalah grafik dari persamaan z = f (x, y). Grafik ini normalnya merupakan
sebuah permukaan, dan karena terhadap masing - masing (x, y) di dalam daerah
asal hanya berhubungan dengan satu nilai z, maka setiap garis yang tegak lurus
terhadap bidang xy akan hanya memotong permukaan di satu titik.
Penggambaran grafik fungsi akan sangat membantu dalam memahami suatu fungsi.
Grafik dapat memberikan ilustrasi atau sebagai representasi visual dari suatu per-
samaan.
dalam subbab ini kita akan mencoba menggambarkan grafik fungsi dua peubah
tetapi tidak dapat menggambarkan grafik dari fungsi dengan 3 peubah atau lebih.
Contoh 5: Tentukan domain dan range dari fungsi berikut dan buat sketsa grafiknya.
p
z = f (x, y) = 25 − x2 − y 2 (1.8)
Penyelesaian: Dari contoh 1 kita telah tahu bahwa domainnya berupa himpunan
titik - titik pada da di dalam lingkaran dengan jari – jari 5, yaitu himpunan titik -
titik yang memenuhi pertaksamaan:
x2 + y 2 ≤ 25 (1.9)
5
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
x2 + y 2 ≤ 25 (1.10)
p
z= 25 − x2 − y 2 (1.14)
dan persamaan:
x2 + y 2 + z 2 = 25 (1.15)
2. Jejak di bidang yz (x = 0)
p
z = 25 − y 2 atau y 2 + z 2 = 25 Lingkaran berpusat di O berjari - jari 5 pada
bidang yz.
3. Jejak di bidang xz (y = 0)
6
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
√
z = 25 − x2 atau x2 + z 2 = 25
Lingkaran berpusat di O berjari - jari 5 di bidang xz.
Selanjutnya kita dapat menggambarkan jejak di bidang yang sejajar dengan
bidang koordinat.
4. Untuk z = 3
p
3 = 25 − x2 − y 2 atau x2 + y 2 = 16
Jadi pada bidang z = 3, yang sejajar dengan bidang xy, jejak berupa lingkarang
berpusat di (0, 0, 3) dengan jari - jari 4.
5. Untuk z = 4
p
4 = 25 − x2 − y 2 atau x2 + y 2 = 9
Maka pada bidang z = 4, yang sejajar dengan bidang xy, jejak berupa lingkarang
berpusat di (0, 0, 4) dengan jari - jari 3.
Berdasarkan kelima jejak di atas, yaitu tiga jejak di bidang koordinat ditambah
dua jejak di bidang yang sejajar dengan bidang xy, maka diperoleh sketsa grafiknya
sebagai berikut:
7
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 1.
Sketsakan grafik (luasan permukaan) dari fungsi:
1. z = 36 − x2 − y 2
p
2. z = 31 36 − x2 − y 2
Secara umum, teorema limit dan konsep ketaktehinggaan, dan sebagainya pada
fungsi satu peubah juga berlaku untuk fungsi - fungsi dengan dua variabel atau
8
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
lebih, dengan modifikasi yang sesuai. Definisi limit diberikan sebagai berikut.
Definisi
Diketahui fungsi bernilai real f dengan daerah definisi himpunan terbuka D di R2
dan (a, b) ∈ D,
Jika dan hanya jika untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan δ > 0 sehingga
untuk setiap (x, y) ∈ D yang memenuhi
p
0< (x − a)2 + (y − b)2 berlaku |f (x, y) − L| < ε. (1.17)
Contoh
2x3 − y 3
1. lim(x,y)→(0,0) =0
x2 + y 2
2. lim(x,y)→(a,b) y = b
Beberapa sifat yang dimodifikasi berdasarkan sifat limit pada fungsi satu peubah:
Teorema 1 Jika lim(x,y)→(x0 ,y0 ) f (x, y) = L1 dan lim(x,y)→(x0 ,y0 ) g(x, y) = L2 maka
Catatan:
Dalam konsep limit ini:
9
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Contoh
2 2
Jika f (x, y) = xx2 −y
+y 2
maka lim(x,y)→(0,0) tidak ada.
Bukti:
Titik (0, 0) dapat didekati melalui tak hingga banyak arah. Untuk itu akan dilihat
ketika (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang sumbu x, sumbu y dan garis y = mx.
Jika (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang (melalui) sumbu x, jadi, y = 0, maka
x2 − y 2 x2 − 0 x2
lim f (x, y) = lim = lim = lim =1
(x,y)→(0,0) (x,y)→(0,0) x2 + y 2 (x)→(0) x2 + 0 (y)→(0) x2
Di sisi lain (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang (melalui) sumbu y(x = 0), maka
x2 − y 2 0 − y2 −y 2
lim f (x, y) = lim = lim = lim = −1
(x,y)→(0,0) (x,y)→(0,0) x2 + y 2 (y)→(0) 0 + y 2 (y)→(0) y 2
Terlihat bahwa dari dua arah yang berbeda diperoleh nilai yang berbeda, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa limit f tidak ada untuk (x, y) → (0, 0).
Pada contoh diatas kita tidak perlu mencari limit f dari arah lain, karena dari dua
arah sudah didapatkan nilai yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa lim-
itnya tidak ada.
Jika dari dua arah tersebut nilainya saman maka perlu dicari dari nilai atau pen-
dekatan garis yang lain yg melalui titik tersebut misalnya y = mx.
Latihan 2.
Tentukan nilai limit fungsi berikut jika ada.
x2 + y
1. lim(x,y)→(3,−2)
x2 + y 2
x2 + 3xy + 2y 2
2. lim(x,y)→(−2,1)
x + 2y
3. lim(x,y)→(3,−2) x2 + y
x2
4. lim(x,y)→(0,0) p
x2 + y 2
y2
5. lim(x,y)→(0,0) p
x2 + y 2
10
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
x2 y
6. lim(x,y)→(0,0) p
x4 + y 2
xy
7. lim(x,y)→(0,0)
x4 + y2
Fungsi f dikatakan kontinu pada D jika f kontinu di setiap titik di D. Jadi un-
tuk menunjukkan f kontinu di titik (a, b) harus ditunjukkan ketiga syarat berikut
dipenuhi.
i. f (a, b) ada
Jika salah satu syarat di atas tidak dipenuhi, maka f tidak kontinu di (a, b).
Sifat Operasi Aljabar Pada Fungsi Kontinu
Jika f dan g keduanya kontinu di (a, b) maka
1. f + g kontinu di (a, b)
2. f − g kontinu di (a, b)
3. f g kontinu di (a, b)
f
4. g
kontinu di (a, b) asalkan g(a, b) 6= 0.
11
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Penyelesaian:
Dengan menggunakan kriteria kekontinuan fungsi:
x2 y x2 0
lim f (x, y) = lim 2 2
= lim 2 2
= lim 2 = 0
(x,y)→(0,0) (x,y)→(0,0) x + y (x)→(0) x .0 + 0 (x)→(0) x
Jika (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang (melalui) sumbu y(x = 0), maka
x2 y 0.y 2 0
lim f (x, y) = lim 2 2
= lim 2 2
= lim 2 = 0
(x,y)→(0,0) (x,y)→(0,0) x + y (y)→(0) 0 + y (x)→(0) y
x2 y x2 x x3 x
lim f (x, y) = lim = lim = lim = lim =0
(x,y)→(0,0) (x,y)→(0,0) x2 + y 2 (x)→(0) x2 + x2 (x)→(0) 2x2 (x)→(0) 2
x2 y
Dapat disimpulkan bahwa lim(x,y)→(0,0) =0
x2 + y 2
x2 y
(iii) lim(x,y)→(0,0) = 0 = f (0, 0)
x2 + y 2
Jadi f kontinu di (0, 0).
Latihan 3.
1. Carilah limit, jika memang ada, atau perlihatkan jika tidak mempunyai limit
12
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
13
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Umumnya, jika f adalah fungsi 2 peubah x dan y, andaikan kita misalkan hanya
x saja yang berubah-ubah sedangkan y dibuat tetap, katakan y = b, dengan b
konstanta. Baru sesudah itulah kita sebenarnya meninjau fungsi satu peubah x
yaitu g(x) = f (x, b). Jika g mempunyai turunan di a, maka kita menamakannya
turunan parsial dari f terhadap x di (a, b) dan menyatakannya dengan fx (a, b).
Jadi
g(a + h) − g(a)
g 0 (a) = lim (1.19)
(h)→(0) h
f (a + h, b) − f (a, b)
fx (a, b) = lim (1.20)
(h)→(0) h
f (a, b + h) − f (a, b)
fy (a, b) = lim (1.21)
(h)→(0) h
Misalkan titik (a, b) berubah-ubah dalam persamaan diatas, fx dan fy menjadi fungsi
dua peubah yang dapat disimpulkan sebagai berikut
Jika f adalah fungsi dua peubah, turunan parsialnya adalah fx dan fy yang
didefisikan oleh
f (x + h, y) − f (x, y)
fx (x, y) = lim (1.22)
(h)→(0) h
14
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
f (x, y + h) − f (x, y)
fy (x, y) = lim (1.23)
(h)→(0) h
∂f ∂ ∂z
fx (x, y) = fx = = f (x, y) = = f1 = D1 f = Dx f (1.24)
∂x ∂x ∂x
∂f ∂ ∂z
fy (x, y) = fy = = f (x, y) = = f2 = D2 f = Dy f (1.25)
∂y ∂y ∂y
Untuk menghitung turunan parsial, yang harus dilakukan adalah mengingat dari
persamaan fx (a, b) bahwa turunan parsial terhadap x tidak lain adalah turunan bi-
asa dari fungsi g dari variabel tunggal yang diperoleh dengan membuat y tetap.
x ∂f ∂f
Contoh 2 Jika f (x, y) = sin , carilah dan Penyelesaian
1+y ∂x ∂y
15
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Diferensiasi F [x, y, f (x, y)] = 0, variabel - variabel bebas adalah x dan y dan
∂f ∂f
bahwa z = f (x, y). Untuk menentukan dan , pada mulanya kita menulis
∂x ∂y
(amati bahwa F (x, t, z) adalah nol untuk semua pasangan domain (x, y), dengan
kata lain adalah konstanta):
0 = dF = Fx dx + Fy dy + Fz dz (1.26)
∂f Fx ∂f Fy
=− , =− (1.27)
∂x Fz ∂y Fz
dz dz
Contoh 3 Carilah dan , jika z didefinisikan secara implisit sebagai
dx dy
fungsi x dan y oleh persamaan
x3 + y 3 + z 3 + 6xyz = 1
Penyelesaian
Jika F (x, y, z) = 0 = x3 + y 3 + z 3 + 6xyz − 1 dan z = f (x, y) maka Fx = 3x2 + 6yz,
Fy = 3y 2 + 6xz, dan Fz = 3z 2 + 6xy. Maka
∂f 3x2 + 6yz
=− 2 ,
∂x 3z + 6xy
∂f 3y 2 + 6xz
=− 2
∂y 3z + 6xy
Turunan parsial dapat juga didefinisikan untuk fungsi tiga variabel atau lebih. Mis-
alnya, jika f adalah fungsi tiga variabel x, y, dan z, maka turunan parsialnya ter-
16
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
f (x + h, y, z) − f (x, y, z)
fx (x, y, z) = lim
(h)→(0) h
dan ditemukan dengan cara memandang y dan z sebagai konstanta serta mendefer-
∂ω
ensialkan f (x, y, z) terhadap x. Jika ω = f (x, y, z), maka fx = dapat ditafsirkan
∂x
sebagai laju perubahan ω terhadap x ketika y dan z dianggap konstan. Tetapi untuk
kasus 3 peubah kita tidak dapat menafsirkannya secara geometrik karena grafik f
terletak di ruang empat dimensi.
∂u ∂f
= = fxi = fi = Di f
∂xi ∂xi
jika f adalah fungsi dua peubah, maka turunan parsialnya fx dan fy juga fungsi
dua peubah, sehingga kita dapat menghitung untuk turunan parsial kedua dari f .
17
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
∂ 2f ∂ 2z
∂ ∂f
(fx )x = fxx = f11 = = =
∂x ∂x ∂x2 ∂x2
∂ 2f ∂ 2z
∂ ∂f
(fx )y = fxy = f12 = = =
∂y ∂x ∂y ∂x ∂y ∂x
2
∂ 2z
∂ ∂f ∂ f
(fy )x = fyx = f21 = = =
∂x ∂y ∂x ∂y ∂x ∂y
2 2
∂ ∂f ∂ f ∂ z
(fy )y = fyy = f22 = = 2
= 2
∂y ∂y ∂y ∂y
Latihan Soal
2
1. Jika φ(x, y) = x3 y + exy tentukanlah
a. φx (x, y)
b. φy (x, y)
c. φxx (x, y)
d. φyy (x, y)
e. φxy (x, y)
f. φyx (x, y)
dz dz
2. Tentukan dan dari:
dx dy
a. x2 z + yz 2 + 2xy 2 − z 3 = 0
y
b. x2 tan−1 =0
x
c. x2 yz − xy + yz = 0
d. x3 ey+z − ysin(x − z) = 0
e. xy − z 2 + 2xyz = 0
18
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
1.4.5 Keterdiferensialan
p
Gambar 1.5: Output Fungsi f (x, y) = −10 |xy|
Untuk fx (0, 0) dan fy (0, 0) keduanya ada dan sama dengan 0; meskipun tidak
dapat dipastikan bahwa grafiknya mempunyai sebuah bidang singgung di titik asal.
Alasannya adalah, tentu bahwa grafik dari f tidak dapat dihampiri dengan baik
di titik asal tersebut oleh sebarang bidang (khususnyam bidang xy) kecuali dalam
dua arah. Sebuah bidang singgung seharusnya akan menghampiri grafik tersebut
dengan sangat baik dalam segala arah.
Cara lain untuk dapat melihat keterdiferensialan sebuah fungsi dengan peubah tung-
gal adalah sebagai berikut:
Ilustrasi:
Jika f dapat dideferensialkan di a, maka terdapat sebuah garis singgung yang melalui
19
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
(a, f (a)) yang mendekati fungsi tersebut untuk nilai x dekat a. Dengan kata lain,
f hampir mendekati linier dekat a. gambar berikut mngilustrasikan hal ini untuk
fungsi satu peubah, ketika grafik y = f (x) diperbesar, garis singgung dan fungsi
tersebut hampir tidak dapat dibedakan. Untuk lebih tepatnya, kita dapat men-
gatakan bahwa sebuah fungsi f disebut linier setempat di a jika terdapat sebuah
konstanta m sedemikian rupa sehingga
f (a + h) = f (a) + hm + hε(h)
dimana ε(h) adalah sebuah fungsi yang memenuhi limh→0 ε(h) = 0. Dengan menye-
lesaikan ε(h) akan menghasilkan
f (a + h) − f (a)
ε(h) = −m
h
Fungsi ε(h) adalah perbedaan antara kemiringan garis potong yang melalui titik
(a, f (a)) dan titik (a + h, f (a + h)) dengan kemiringan garis singuung yang melalui
(a, f (a)). Jika f bersifat linear setempat di a, maka
f (a + h) − f (a)
lim ε(h) = lim −m =0
h→0 h→0 h
f (a + h) − f (a)
lim =m
h→0 h
20
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
f (a + h) − f (a)
limh→0 = f 0 (a) = m, sehingga f linear setempat. Dengan demikian,
h
pada kasus satu peubah, f akan linear setempat di a jika dan hanya jika f dapat
didefensialkan di a.
Konsep kelinieran setempat ini juga berlaku pada situasi sama dimana f adalah
fungsi dua peubah. Berikut definisi linear setempat untuk fungsi dua peubah Defin-
isi Fungsi f dikatakan linear setempat di (a, b) jika
Definisi
Fungsi s dapat dideferensialkan di p jika fungsi tersebut linear setempat di p. Fungsi
f dapat dideferensialkan pada sebuah himpunan terbuka R jika fungsi tersebut dapat
dideferensialkan di setiap titik di R.
Vektor (fx (p), fy (p)) = fx (p)i + fy (p)j dilambangkan dengan ∇f (p) dan dise-
but gradien dari f . Jadi, f dapat dideferensialkan di [p] jika dan hanya jika
dimana ε(h) → 0 ketika h → 0. Operator ∇ dibaca ”del” dan sering disebut oper-
ator del.
Dalam hal-hal yang telah dikemukakan diatas, gradien menjadi analog dengan tu-
runan. Aspek-aspek yang tersirat dari definisi diatas adalah:
1. Turunan f 0 (x) adalah sebuah bilangan, sedangkan gradien ∇f (p) adalah se-
buah vektor.
Teorema
21
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
jika f (x, y) mempunyai turunan-turunan parsial kontinu fx (x, y) dan fy (x, y) pada
sebuah himpunan D yang bagian dalamnya mengandung (a, b), maka f (x, y) dapat
dideferensialkan di (a, b).
Harusnya menjadi hampiran yang baik untuk f (p) jika p dekat dengan p0 . Per-
samaan z = T (p) mendefinisikan sebuah bidang yang menghampiri f di dekat p0 .
Biasanya ini disebut bidang singgung.
∂f ∂f
= ey + 2xy dan = xey + x2
∂x ∂y
Latihan Soal
Tentukan persamaan bidang singgung
1. f (x, y) = x2 y − xy 2 , di p=(-2,3)
22
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Limit ini, jika ada disebut turunan berarah (dirrectional derivative) dari f di p
pada arah u
Gambar dibawah menunjukkan interpretasi geometrik dan turunan berarah. Vektor
u menentukan sebuah garis L di bidang xy melalui (x0 , y0 ). Bidang yang melalui
L ini tegak lurus terhadap bidang xy dan memotong permukaan z = f (x, y) pa-
da kurva C. Persinggungannya di titik (x0 , y0 , f (x0 , y0 )) mempunyai kemiringan di
Du f (x0 , y0 ). Interpretasi yang lain adalah bahwa Du f (x0 , y0 ) mengukur laju pe-
rubahan f terhadap jaraka dalam arah u.
berdasarkan
didapatkan
Teorema A
Misalkan f dapat didefernsialkan di p. Maka f mempunyai turunan berarah di p
23
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
yakni
Contoh:
1. Jika f (x, y) = 4x2 − xy + 3y 2 , tentukan turunan berarah dari f di (2, −1) pada
arah vektor a = 4i + 3j
π
2. Tentukan turunan berarah dari fungsi f (x, y, z) = xysinz di titik (1, 2, )
2
pada arah vektor a = i + 2j + 2k
Jika z = f (x, y), dimana x dan y adalah fungsi-fungsi dari t, maka masuk akal
dz
apabila kita menyatakan , dan tentunya terdapat sebuah rumus untuk itu.
dt
Teorema Aturan Rantai Misalkan x = x(t) dan y = y(t) dapat diderensialkan
di t, dan misalkan z = f (x, y) dapat dideferensialkan di (x(t), y(t)), maka z =
f (x(t), y(t)) dapat dideferensialkan di t dan
dz ∂z dz ∂z dy
= +
dt ∂x dx ∂y dt
24
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Contoh
dz
1. Andaikan z = x3 y dimana x = 2t dan y = t2 . Tentukan
dt
2. Ketika sebuah silinder lingkaran tegak yang padat dipanaskan, jari-jari r dan
tingginya h akan meningkat, sehingga luas permukaannya S juga meningkat.
Andaikan pada waktu sesaat ketika r = 10 cm, dan h = 100 cm, r meningkat 0,2
cm per jam dan h meningkat 0,5 cm per jam, Seberapa cepatkah peningkatan
S pada waktu tersebut ?
Jika z = f (x, y), dimana x = x(s, t) dan y = y(s, t), maka masuk akal apabila kita
∂z ∂z
menanyakan dan
∂s ∂t
Teorema Aturan Rantai (Versi Kedua) Misalkan x = x(s, t) dan y = y(s, t)
mempunyai turunan parsial pertama di (s, t) dan misalkan z = f (x, y) dapat didef-
erensialkan di (x(s, t), y(s, t)). Maka z = f (x(s, t), y(s, t)), mempunyai turunan
parsial pertama yang dinyatakan dengan
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= +
∂s ∂x ∂s ∂y ∂s
dan
∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
= +
∂t ∂x ∂t ∂y ∂t
Contoh
∂z
1. Jika x = 3x2 − y 2 , dimana x = 2s + 7t dan y = 5st, tentukan dan nyatakan
∂t
dalam s dan t.
∂w
2. w = x2 + y 2 + z 2 + xy, dimana x = st, y = s − t, dan z = s + 2t. tentukan
∂t
∂w
dan
∂s
25
BAB 1 : Turunan dalam Ruang Berdimensi n
Misalkan p=(x,y) adalah sebuah titik peubah dan p0 = (x0 , y0 ) adalah sebuah titik
tetap apada bidang berdimendi dua (kedua titik tesebut berlaku untuk titik-titik
pada ruang berdimensi n)
Definisi
Misalkan f adalah fungsi dengan daerah asal S, dan misalkan p0 adalah sebuah titik
di S.
1. f (p0 ) adalah nilai maksimum global dari f di S jika f (p0 ) ≥ f (p) untuk
seluruh p di S.
2. f (p0 ) adalah nilai minimum global dari f di S jika f (p0 ) ≤ f (p) untuk
seluruh p di S.
3. f (p0 ) adalah nilai ekstrim global dari f di S jika f (p0 ) bukan nilai maksi-
mum global dan bukan nilai minimum global.
Teorema A
Jika f kontinu pada sebuah himpunan S tertutup terbatas, maka f mencapai nilai
maksimum (global) dan nilai minimum (global) di himpunan tersebut.
1.
26
BAB 2
Pada bab sebelumnya, kita telah mempelajari mengenai pendiferensialan dalam ru-
ang berdimensi n, selanjutnya yang akan kita pelajari adalah pengintegralan dalam
ruang berdimensi n. Pada dasarnya, masalah-masalah yang dipecahkan dengan
menggunakan integral pada ruang berdimensi n memiliki prinsip yang sama dengan
integral pada satu variabel. Pada bab ini, kita akan menggunakan integral lipat un-
tuk menghitung volume benda padat, luas permukaan, dan pusat massa dari lapisan
tipis (lamina), dan benda-benda padat dengan berbagai kerapatan. Pengintegralan
berlipat ini akan disederhanakan menjadi pengintegralan tunggal berurutan di mana
Teorema Dasar Kalkulus Kedua memainkan peranan yang penting.
Ingat kembali mengenai integral Riemann pada fungsi satu variabel di mana
kita membagi interval [a, b] menjadi interval-interval kecil dengan panjang ∆xk ,
k = 1, 2, . . . , n, berdasarkan partisi p : x1 < x2 < . . . < xk mengambil sebuah titik
contoh x̄k dari interval ke-k, kemudian
Zb n
X
f (x)dx = lim f (x̄k )∆xk
|p|→0
a k=1
27
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Prinsip tersebut berlaku pula pada ruang berdimensi dua sehingga kita dapat
mendefinisikan integral untuk fungsi dua peubah. Misalkan f (x, y) kontinu pada
himpunan berbentuk persegi panjang R yaitu
R = {(x, y) : a ≤ x ≤ b, c ≤ y ≤ d}
28
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Misalkan f adalah fungsi dengan dua peubah yang didefinisikan pada sebuah
persegi panjang tertutup R. Jika
n
X
lim f (x¯k , y¯k )∆Ak ,
|p|→0
k=1
Contoh:
RR
Hampirilah f (x, y)dA berikut dengan menghitung jumlah Riemann di mana
R
64−8x+y 2
f (x, y) = 16
dan R = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 4, 0 ≤ y ≤ 8}
Penyelesaian:
29
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
57
(x¯1 , y¯1 ) = (1, 1), f (x¯1 , y¯1 ) =
16
65
(x¯2 , y¯2 ) = (1, 3), f (x¯2 , y¯2 ) =
16
81
(x¯3 , y¯3 ) = (1, 5), f (x¯3 , y¯3 ) =
16
105
(x¯4 , y¯4 ) = (1, 7), f (x¯4 , y¯4 ) =
16
41
(x¯5 , y¯5 ) = (3, 1), f (x¯5 , y¯5 ) =
16
49
(x¯6 , y¯6 ) = (3, 3), f (x¯6 , y¯6 ) =
16
65
(x¯7 , y¯7 ) = (3, 5), f (x¯7 , y¯7 ) =
16
89
(x¯8 , y¯8 ) = (3, 7), f (x¯8 , y¯8 ) =
16
30
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Teorema Keterintegralan
Jika f terbatas pada suatu persegi panjang tertutup R dan jika fungsi ini
kontinu di R, kecuali pada sejumlah hingga kurva mulus, maka f dapat diitegralkan
pada R. Secara khusus, jika f kontinu di seluruh R, maka f dapat diintegralkan di
R.
1. Bersifat linear
RR RR
a. kf (x, y)dA = k f (x, y)dA;
R R
RR RR RR
b. [f (x, y) ± g(x, y)]dA = f (x, y)dA ± g(x, y)dA
R R R
2. Bersifat aditif (penjumlahan) pada daerah yang saling tumpang tindih hanya
pada sebuah ruas garis
ZZ ZZ ZZ
f (x, y)dA = f (x, y)dA + f (x, y)dA
R R1 R2
31
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Contoh:
Misalkan f adalah fungsi tangga, yaitu misalkan
1 0 ≤ x ≤ 3, 0 ≤ y ≤ 1
f (x, y) = 2 0 ≤ x ≤ 3, 1 ≤ y ≤ 2
3 0 ≤ x ≤ 3, 2 ≤ y ≤ 3
RR
Hitung f (x, y)dA di mana R = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 3, 0 ≤ y ≤ 3}.
R
Penyelesaian:
Buat persegi panjang R1 , R2 , dan R3 sebagai berikut
R1 = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 3, 0 ≤ y ≤ 1}
R2 = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 3, 1 ≤ y ≤ 2}
R3 = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 3, 2 ≤ y ≤ 3}
32
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
33
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 2.1
RR
1. Misalkan R = {(x, y) : 1 ≤ x ≤ 4, 0 ≤ y ≤ 2}, hitung f (x, y)dA di mana
( R
2 1 ≤ x ≤ 3, 0 ≤ y ≤ 2
f (x, y) =
3 3 ≤ x ≤ 4, 0 ≤ y ≤ 2
2. Misalkan:
R = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ 2}
R1 = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ 1}
R2 = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 1 ≤ y ≤ 2}
Misalkan pula: ZZ
f (x, y)dA = 3
R
ZZ
g(x, y)dA = 5
R
ZZ
g(x, y)dA = 2
R1
. Hitunglah:
RR
a. [3f (x, y) − g(x, y)]dA
R
RR
b. [2g(x, y) + 3]dA
R1
RR
3. Hitunglah (1 + x)dA di mana R = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ 1}.
R
(Petunjuk: sketsalah benda padat tersebut).
34
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Terdapat cara lain untuk menghitung volume benda padat yaitu dengan men-
giris benda padat tersebut menjadi lempengan-lempengan tipis yang sejajar dengan
bidang xz atau yz. Misalkan kita akan menggunakan lempengan-lempengan tipis
yang sejajar dengan bidang xz, perhatikan Gambar 2.3 berikut.
∆V ≈ A(y)∆y
atau
Zd
V = A(y)dy
c
35
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zb
A(y) = f (x, y)dx
a
Dengan demikian, volume dari benda padat tersebut dapat diperoleh yaitu
Zd Zd Zb
V = A(y)dy = f (x, y)dx dy (2.2)
c c a
Selanjutnya, dengan cara yang sama, penghitungan volume juga dapat di-
lakukan dengan mengiris lempengan sejajar dengan sumbu yz.
36
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Contoh:
Tentukan volume V suatu benda padat di bawah permukaan z = 4 − x − y dan di
atas persegi panjang R = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ 1}.
Penyelesaian:
ZZ ZZ
V = f (x, y)dA = A(x)dx
R R
Zx=2 Zy=1 Zx=2 1
y2
= (4 − x − y)dy dx = 4y − xy − dx
2 0
x=0 y=0 x=0
Zx=2
7
= − x dx = 5
2
x=0
37
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 2.2
Z2 Z1
|x2 y 3 |dy dx
−2 −1
38
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
1. Himpunan Sederhana-y
Sebuah himpunan S dikatakan sederhana-y jika himpunan tersebut sederhana
pada arah y, artinya bahwa sebuah garis pada arah ini memotong S dalam
selang tunggal (atau titik atau tidak sama sekali).
39
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Untuk tiap nilai x, luas penampang yang diperoleh jika benda diiris tegak
lurus sb-x adalah
y=g
Z 2 (x)
A(x) = f (x, y)dy
y=g1 (x)
40
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zx=b Zx=b y=g
Z 2 (x)
V = A(x)dx = f (x, y)dy dx
x=a x=a y=g1 (x)
atau
ZZ Zx=b y=g
Z 2 (x)
f (x, y)dA = f (x, y)dy dx
S x=a y=g1 (x)
2. Himpunan Sederhana-x
Himpunan S disebut sederhana-x jika terdapat fungsi h1 (y) dan h2 (y) pada
selang [c, d] sedemikian rupa sehingga
Untuk tiap nilai y, luas penampang yang diperoleh jika benda diiris tegak
lurus sb-y adalah
x=h
Z 2 (y)
A(y) = f (x, y)dx
x=h1 (y)
41
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zy=d Zy=d x=h
Z 2 (y)
V = A(y)dy = f (x, y)dx dy
y=c y=c x=h1 (y)
atau
ZZ Zy=d x=h
Z 2 (y)
f (x, y)dA = f (x, y)dx dy
S y=c x=h1 (y)
Contoh:
Gunakan integral lipat-dua untuk menentukan volume dari tetrahedron yang di-
batasi oleh bidang-bidang koordinat dan bidang 3x + 6y + 4z − 12 = 0.
Penyelesaian:
Daerah segitiga pada bidang xy yang membentuk alas tetrahedron dilambangkan
dengan S. Kita akan menghitung volume benda padat di bawah permukaan 3x +
6y + 4z − 12 = 0 atau 43 (4 − x − 2y) dan di atas daerah S.
42
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
x
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 4, 0 ≤ y ≤ 2 − }
2
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 4 − 2y, 0 ≤ y ≤ 2}
43
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 2.3
44
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Terdapat beberapa kurva tertentu pada suatu bidang yang lebih mudah dijelaskan
dengan menggunakan koordinat Kutub. Misalkan z = f (x, y) menentukan sebuah
permukaan atas R (lihat gambar) dan andaikan f kontinu dan tak negatif.
R = {(r, θ) : a ≤ r ≤ b, α ≤ θ ≤ β}
Kita akan menghitung volume V dengan cara baru yaitu dengan menggunakan ko-
ordinat kutub.
45
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
dan misalkan ∆rk dan ∆θk menyatakan dimensi potongan Rk . Luas A(Rk ) diny-
atakan dengan
A(Rk ) = r̄k ∆rk ∆θk
Ketika kita menggunakan limit sebagai aturan pembagian partisi yang mendekati
nol, maka kita akan memperoleh volume yang sebenarnya. Limit ini adalah sebuah
integral lipat-dua.
ZZ ZZ
V = F (r, θ)r dr dθ = f (r cos θ, r sin θ)r dr dθ
R R
46
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Contoh:
Tentukan volume V dari benda padat di atas persegi panjang kutub (lihat gambar)
n πo
R = (r, θ) : 1 ≤ r ≤ 3, 0 ≤ θ ≤
4
2 +y 2
dan di bawah permukaan z = ex .
Penyelesaian:
Karena x2 + y 2 = r2 , maka
ZZ
2 +y 2
V = ex dA
R
Zπ/4 Zπ/4
3
Z 3
r 2 1 r 2
= e r dr dθ = e dθ
2 1
0 1 0
Zπ/4
1 9 π
= (e − e)dθ = (e9 − e) ≈ 3181
2 8
0
Daerah Umum
1. Himpunan Sederhana-r
Himpunan S dikatakan himpunan sederhana-r jika himpunan tersebut berben-
tuk
S = {(r, θ) : φ1 (θ) ≤ r ≤ φ2 (θ), α ≤ θ ≤ β}
47
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zθ=β r=φ
Z 2 (θ)
V = f (r, θ)r dr dθ
θ=α r=φ1 (θ)
2. Himpunan Sederhana-θ
Himpunan S dikatakan himpunan sederhana-θ jika himpunan tersebut berben-
tuk
S = {(r, θ) : a ≤ r ≤ b, ψ1 (r) ≤ θ ≤ ψ2 (r)}
48
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zr=b θ=ψ
Z 2 (r)
V = f (r, θ)r dθ dr
r=a θ=ψ1 (r)
Contoh:
RR
Hitunglah ydA di mana S adalah daerah di kuadran pertama yang berada di
S
luar lingkaran r = 2, serta di dalam kardioid r = 2(1 + cosθ)
Penyelesaian:
Karena S adalah himpunan sederhana-r, kita dapat menuliskan integral di atas
sebagai integral kutub berulang dengan r sebagai peubah pengintegralan sebelah
dalam. Di dalam pengintegralan sebelah dalam ini, θ dibuat tetap; pengintegralan
dilakukan di sepanjang garis tebal (pada gambar) dari r = 2 sampai r = 2(1 + cosθ).
ZZ Zπ/2 2(1+cosθ)
Z
ydA = (rsinθ)r dr dθ
S 0 2
Zπ/2 2(1+cosθ)
r3
= sinθ dθ
3 2
0
49
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Zπ/2
8
= [(1 + cosθ)3 sinθ − sinθ]dθ
3
0
π/2
8 1 4
= − (1 + cosθ) + cosθ
3 4
0
8 1 22
= − + 0 − (−4 + 1) =
3 4 3
Integral Probabilitas
Pada materi ini, kita dapat membuktikan bahwa integral dari fungsi kepadatan
peluang normal standar bernilai satu yaitu
Z∞
f (x)dx = 1
−∞
dengan
1 2
f (x) = √ e−x /2
2π
R∞ 2
e−x dx =
pπ
Pertama, kita akan menunjukkan bahwa I = 2
.
0
Z∞ Zb
−x2 2
I= e dx = lim e−x dx
b→∞
0 0
50
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
b
Zb Zb Zb Z
2 −y 2 2 2
Vb = e−x dy dx = e−x e−y dy dx
−b −b −b −b
b 2
Zb Zb Z
2 2 2
= e−x dx e−y dy = e−x dx
−b −b −b
b 2
Z
2
= 4 e−x dx
0
2 −y 2
Ternyata volume daerah di bawah z = e−x dan di atas seluruh bidang xy
adalah
2
Zb
2
V = lim Vb = lim 4 e−x dx
b→∞ b→∞
0
2
Z∞
2
= 4 e−x dx = 4I 2
0
51
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Z2π Za
2
V = lim Va = lim e−r r dr dθ
a→∞ a→∞
0 0
Z2π a
1 2
= lim − e−r dθ
a→∞ 2 0
0
Z2π h
1 −a2
i
= lim 1−e dθ
a→∞ 2
h0 i
−a2
= lim π 1 − e =π
a→∞
R∞ 2
e−x dx =
pπ
Selanjutnya, setelah diperoleh I = 2
, akan ditunjukkan bahwa
0
Z∞
1 2
√ e−x /2 dx = 1
2π
−∞
52
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Z∞ Z∞
1 2 1 2
√ e−x /2 dx = 2 √ e−x /2 dx
2π 2π
−∞ 0
√
Lakukan substitusi u = √x2 sehingga dx = 2du. Batas-batas pada integral
tetap sama sehingga kita memperoleh
Z∞ Z∞
1 2 1 2√
√ e−x /2 dx = 2 √ e−u 2du
2π 2π
−∞ 0
√ Z∞
2 2 2
=√ e−u du
2π
0
√ √
2 2 π
=√ =1
2π 2
Jadi terbukti bahwa integral dari fungsi kepadatan peluang normal standar
bernilai satu.
53
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 2.4
Rπ 1−cos
R θ
b. r sin θ dr dθ
0 0
RR
2. Tentukan luas daerah S dengan menghitung r dr dθ dan sketsa daerah terse-
S
but terlebih dahulu
3. Hitung integral berikut dengan menggunakan koordinat kutub dan sketsa daer-
ah pengintegralannya terlebih dahulu
RR 2 +y 2
a. ex dA, di mana S adalah daerah yang dibatasi oleh x2 + y 2 = 4
S
RR p
b. 4 − x2 − y 2 dA, di mana S adalah sektor kuadran pertama dari lingkaran
S
x2 + y 2 = 4 di antara y = 0 dan y = x
54
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Penerapan lain dari integral lipat-dua antara lain adalah menghitung pusat mas-
sa, momen inersia, dan luas permukaan. Tinjaulah sebuah lembaran tipis yang
sedemikian tipisnya sehingga kita dapat memandangnya sebagai objek berdimensi
dua, kita menyebut lembaran ini lamina. Di sini, kita akan mempelajari lamina-
lamina dengan berbagai kerapatan, yaitu lamina yang terbuat dari material tak-
homogen.
Andaikan sebuah lamina menutupi sebuah daerah S pada bidang xy, dan
misalkan kerapatan (massa per satuan luas) di (x, y) disimbolkan dengan δ(x, y).
Daerah S dipartisi menjadi persegi panjang-persegi panjang kecil R1 , R2 , . . . , Rk
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15. Ambil sebuah titik (x̄k , ȳk ) pada Rk .
Maka massa Rk secara hampiran adalah δ(x̄k , ȳk )A(Rk ), dan massa total lam-
55
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Contoh 1:
Sebuah lamina dengan kerapatan δ(x, y) = xy dibatasi oleh sumbu x, garis x = 8,
dan kurva y = x2/3 . Tentukan massa totalnya.
Penyelesaian:
ZZ x2/3
Z8 Z
m= xy dA = xy dy dx
S 0 0
Z8 x2/3 Z8
xy 2
1
= dx = x7/3 dx
2 0 2
0 0
8
1 3 10/3 768
= x = = 153.6
2 10 0 5
56
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Pusat Massa
Lebih lanjut, koordinat (x̄, ȳ) dari pusat massa (titik keseimbangan) adalah
n
P n
P
xk mk yk mk
My Mx
x̄ = = k=1
n ȳ = k=1
= Pn
m P m
mk mk
k=1 k=1
Contoh 2:
Tentukan pusat massa dari lamina pada Contoh 1.
Penyelesaian:
768
Pada Contoh 1, kita telah mendapatkan massa m dari lamina yaitu 5
. Momen My
dan Mx yang mengacu pada sumbu y dan sumbu x adalah
57
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
ZZ x2/3
Z8 Z
My = xδ(x, y)dA = x2 y dy dx
S 0 0
Z8
1 12288
= x10/3 dx = = 945.23
2 13
0
ZZ x2/3
Z8 Z
Mx = yδ(x, y)dA = xy 2 dy dx
S 0 0
Z8
1 1024
= x3 dx = = 341.33
3 3
0
Maka
My 2 Mx 2
x̄ = = 6 = 6.15 ȳ = = 2 = 2.22
m 13 m 9
Momen Inersia
Dari pelajaran fisika kita pelajari bahwa energi kinetik, KE, dari sebuah par-
tikel dengan massa m, dan kecepatan v, yang bergerak dalam sebuah garis lurus
dirumuskan dengan
1
KE = mv 2 (2.3)
2
Jika suatu partikel tidak bergerak dalam sebuah garis lurus tetapi berputar
dalam sebuah sumbu dengan kecepatan sudut sebesar ω radian per satuan waktu,
maka kecepatan linearnya adalah v = rω, di mana r adalah jari-jari dari lintasan
perputarannya. Ketika kita mensubstitusikan ini ke dalam (2.3), maka kita akan
memperoleh
1
KE = (r2 m)ω 2
2
Suku r2 m disebut momen inersia dari suatu partikel dan dilambangkan den-
58
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
1
KE = Iω 2 (2.4)
2
Kita simpulkan dari (2.3) dan (2.4) bahwa momen inersia dari benda dalam
gerak berputar memainkan peranan yang serupa dengan massa benda dengan gerak
linear.
Untuk sebuah sistem dengan n partikel pada suatu bidang dengan massa
m1 , m2 , . . . , mn dan pada jarak-jarak r1 , r2 , . . . , rn dari garis L, maka momen in-
ersia sistem terhadap L didefinisikan sebagai
n
X
I = m1 r12 + m2 r22 + . . . + mn rn2 = mk rk2
k=1
Dengan kata lain, kita melakukan penjumlahan momen inersia dari setiap
partikel.
ZZ
Iz = (x2 + y 2 )δ(x, y)dA = Ix + Iy
S
Contoh 3:
Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, y, dan z dari lamina pada Contoh 1.
Penyelesaian:
59
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
ZZ x2/3
Z8 Z Z8
3 3 1 6144
Ix = xy dA = xy dy dx = x11/3 dx = ≈ 877.71
4 7
S 0 0 0
ZZ x2/3
Z8 Z Z8
3 3 1
Iy = x ydA = x y dy dx = x13/3 dx = 6144
2
S 0 0 0
49152
Iz = Ix + Iy = ≈ 7021.71
7
Luas Permukaan
Pada materi ini, kita akan membahas mengenai luas permukaan yang didefin-
isikan dengan z = f (x, y) atas sebuah daerah spesifik.
Andaikan G adalah permukaan atas sebuah daerah S yang tertutup dan ter-
batas pada bidang xy. Asumsikan bahwa f mempunyai turunan-turunan parsial
pertama kontinu fx dan fy . Kita akan mulai dengan membuat partisi P pada daer-
ah S dengan garis-garis sejajar dengan sumbu x dan sumbu y (Gambar 2.16 kiri).
Misalkan Rm , m = 1, 2, . . . , n, menyatakan persegi panjang-persegi panjang yang di-
hasilkan dan terletak sepenuhnya di dalam S. Untuk setiap m, misalkan Gm adalah
bagian dari permukaan yang diproyeksikan ke Rm , dan misalkan Pm adalah suatu
titik dari Gm yang diproyeksikan ke sudut Rm dengan koordinat x dan koordinat y
yang terkecil. Misalkan Tm menyatakan suatu jajaran genjang dari bidang singgung
di Pm yang diproyeksikan ke Rm , seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16 kiri, dan
perincian selanjutnya ditunjukkan pada Gambar 2.16 kanan.
60
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
61
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Singkatnya, ZZ q
A(G) = fx2 + fy2 + 1dA
S
Gambar 2.16 dibuat seolah-olah daerah S pada bidang xy adalah sebuah perse-
gi panjang, tapi prakteknya tidak selalu demikian. Gambar 2.17 berikut memperli-
hatkan apa yang terjadi ketika S bukan merupakan sebuah persegi panjang.
Contoh 1:
Jika S adalah daerah persegi panjang pada bidang xy yang dibatasi oleh garis x = 0,
√
x = 1, y = 0, dan y = 2, tentukan luas dari bagian permukaan silindris z = 4 − x2
yang diproyeksikan ke S.
62
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Penyelesaian:
√ x
Misalkan f (x, y) = 4 − x2 . Maka fx = − √4−x 2 , fy = 0, dan
ZZ r
x2
ZZ q ZZ
2
A(G) = 2 2
fx + fy + 1dA = 2
+ 1dA = √ dA
4−x 4 − x2
S S S
Z1 Z2 Z1
2 1 h x i1 2π
= √ dy dx = 4 √ dx = 4 sin−1 =
4 − x2 4 − x2 2 0 3
0 0 0
Contoh 2:
Tentukan luas permukaan z = x2 + y 2 di bawah bidang z = 9.
Penyelesaian:
Bagian G (yang diarsir) dari permukaan tersebut diproyeksikan ke daerah melingkar
S di dalam lingkaran x2 +y 2 = 9. Misalkan f (x, y) = x2 +y 2 . Maka fx = 2x, fy = 2y,
63
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
dan ZZ p
A(G) = 4x2 + 4y 2 + 1dA
S
Z2π Z3 √
A(G) = 4r2 + 1r dr dθ
0 0
Z2π 3
1 2 2 3/2
= (4r + 1) dθ
8 3 0
0
Z2π
1 π
= (373/2 − 1)dθ = (373/2 − 1) ≈ 117.32
12 6
0
64
BAB 2 : Integral dalam Ruang Berdimensi n
Latihan 2.5
1. Tentukan massa m dan pusat massa (x̄, ȳ) dari lamina yang dibatasi kurva-
kurva berikut dengan kerapatan yang diberikan.
a. x = 0, x = 4, y = 0, y = 3; δ(x, y) = y + 1
b. y = ex , y = 0, x = 0, x = 1; δ(x, y) = 2 − x + y
2. Tunjukkan bahwa momen inersia dari sebuah lamina persegi panjang homogen
dengan panjang sisi a dan b terhadap sumbu tegak lurus melalui pusat mas-
sanya adalah
1
I = (a3 b + ab3 )
12
Di sini k adalah konstanta kerapatan.
65
BAB 3
Kalkulus Vektor
Perhatikan sebuah fungsi F yang menghubungkan sebuah vektor F(p) dengan setiap
titik p dalam ruang berdimensi-n. Contoh yang khas dalam ruang berdimensi dua
adalah
1 1
F(p) = F(x, y) = − yi + xj
2 2
Berdasarkan sejarahnya, kita menyebut fungsi seperti ini sebagai medan vek-
tor. Bayangkan setiap titik p pada sebuah daerah ruang dikenai sebuah vektor F(p)
yang memancar dari p. Kita tidak dapat menggambar seluruh vektor ini, tetapi se-
buah contoh yang cukup mewakili dapat memberikan gambaran pemahaman yang
baik tentang medan vektor. Gambar 3.1 merupakan gambaran untuk medan vektor
F(x, y) = − 21 yi + 12 xj.
66
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Medan vektor ini merupakan medan kecepatan dari putaran roda pada laju
konstan sebesar 12 radian per satuan waktu (lihat Contoh).
Contoh:
Tunjukkan bahwa setiap vektor dari medan vektor
1 1
F (x, y) = − yi + xj
2 2
menyinggung sebuah lingkaran yang berpusat di titik asal dan mempunyai panjang
setengah jari-jari lingkaran tersebut.
Penyelesaian:
Jika r = xi + yj adalah vektor posisi dari titik (x, y), maka
1 1
r.F(x, y) = − xy + xy = 0
2 2
Jadi, F(x, y) tegak lurus terhadap r, dan dengan demikian menyinggung lingkaran
yang berjari-jari |r| tersebut. Maka
s 2 2
1 1 1
|F(x, y)| = − y + x = |r|
2 2 2
∂f ∂f ∂f
F(x, y, z) = ∇f (x, y, z) = i+ j+ k
∂x ∂y ∂z
Sebuah medan vektor F yang merupakan gradien dari medan skalar f disebut
medan vektor konservatif, dan f adalah fungsi potensial-nya.
67
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Contoh:
Misalkan F adalah gaya yang dihasilkan dari hukum kuadrat invers, yakni, misalkan
r xi + yj + zk
F(x, y, z) = −c 3
= −c 2
|r| (x + y 2 + z 2 )3/2
c
f (x, y, z) = = c(x2 + y 2 + z 2 )−1/2
(x2 y22
+ +z )1/2
adalah fungsi potensial untuk F, dan oleh karenanya F bersifat konservatif (untuk
r 6= 0).
Penyelesaian:
∂f ∂f ∂f
∇f (x, y, z) = i+ j+ k
∂x ∂y ∂z
c
= − (x2 + y 2 + z 2 )−3/2 (2xi + 2yj + 2zk)
2
= F(x, y, z)
68
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Latihan 3.1
1. Tentukan ∇f
a. f (x, y, z) = x2 − 3xy + 2z
b. f (x, y, z) = sin(xyz)
c. f (x, y, z) = y 2 e−2z
2. Sebuah benda dengan massa m, yang berputar dalam orbit melingkar dengan
kecepatan sudut yang konstan ω, dikenai gaya sentrifugal yang dinyatakan
dengan
F(x, y, z) = mω 2 r = mω 2 (xi + yj + zk)
Tunjukkan bahwa
1
f (x, y, z) = mω 2 (x2 + y 2 + z 2 )
2
adalah sebuah fungsi potensial untuk F.
69
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Misalkan C adalah sebuah kurva bidang mulus; dalam hal ini, misalkan C
dinyatakan secara parametris dengan
di mana x0 dan y 0 kontinu dan tidak secara simultan nol pada (a, b). Kita men-
gatakan bahwa C berorientasi positif jika arahnya berhubungan dengan pen-
ingkatan nilai-nilai t. Andaikan C berorientasi positif dan C hanya dapat ditelusuri
sekali ketika t berubah dari a ke b. Jadi, C mempunyai titik awal A = (x(a), y(a)),
dan titik akhir B = (x(b), y(b)). Perhatikan pembagian partisi P dari selang pa-
rameter [a, b] yang diperoleh dengan memasukkan titik-titik
Partisi dari [a, b] ini menghasilkan pembagian kurva C menjadi n subbusur Pi−1 Pi
di mana titik Pi berhubungan dengan ti .
70
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Jika f taknegatif, jumlah ini akan menghampiri luas tirai vertikal melengkung
yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Jika f kontinu pada daerah D yang mengandung kurva C, maka jumlah Rie-
mann ini memiliki sebuah limit ketika |P | → 0. Limit ini disebut integral garis
dari f di sepanjang C dari A ke B terhadap panjang busur, dalam hal ini
Z n
X
f (x, y)ds = lim f (x̄i , ȳi )∆si
|P |→0
C i=1
Untuk f (x, y) ≥ 0, fungsi tersebut mewakili luas eksak dari tirai melengkung
pada Gambar 3.3. Hasil perhitungan terbaik dapat dicapai dengan menyatakan
segala sesuatunya dengan menggunakan parameter t dan menghasilkan integral ten-
71
BAB 3 : Kalkulus Vektor
p
tu biasa. Dengan menggunakan ds = [x0 (t)2 ] + [y 0 (t)2 ] akan dihasilkan
Z Zb p
f (x, y)ds = f (x(t), y(t)) [x0 (t)2 ] + [y 0 (t)2 ]dt
C a
Definisi dari sebuah integral garis dapat diperluas untuk kasus di mana C,
meskipun tidak mulus seluruhnya, adalah mulus sepotong-sepotong yaitu, terdiri
dari beberapa kurva mulus C1 , C2 , . . . , Ck yang digabung, seperti ditunjukkan Gam-
bar 3.4. Kita tinggal mendefinisikan integral di sepanjang C sebagai jumlah dari
integral-integral pada kurva-kurva individunya.
Contoh 1:
R
Hitung x2 y ds, di mana C ditentukan oleh persamaan parametrik x = 3 cos t,
C p
y = 3 sin t, 0 ≤ t ≤ π/2. Tunjukkan pula bahwa parametrisasi x = 9 − y 2 , y = y,
0 ≤ y ≤ 3 menghasilkan nilai yang sama.
72
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Penyelesaian:
• Parametrisasi I
Z Zπ/2 p
2
x y ds = (3 cos t)2 (3 sin t) (−3 sint)2 + (3 cos t)2 dt
C 0
Zπ/2 π/2
2 81 3
= 81 cos t sin t dt = − cos t = 27
3 0
0
• Parametrisasi II
s 2 s
dx y2 3
da = 1+ dy = 1+ 2
dy = p dy
dy 9−y 9 − y2
dan
Z Z3
2 3
x y ds = (9 − y 2 )y p dy
9 − y2
C 0
Z3 p
=3 9 − y 2 y dy
0
Contoh 2:
Sebuah kabel tipis dibengkokkan dalam bentuk setengah lingkaran
Jika kerapatan kabel di sebuah titik sebanding dengan jaraknya dari sumbu x, ten-
tukan massa dan pusat massa kabel tersebut.
73
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Penyelesaian:
Gunakan prinsip iris, hampiri, dan integralkan. Massa seutas kabel dengan panjang
∆s dapat dihampiri dengan δ(x, y)∆s, di mana δ(x, y) = ky adalah kerapatan di
(x, y) (k adalah konstanta). Jadi, massa m di seluruh kabel adalah
Z Zπ √
m= ky ds = ka sin t a2 sin2 t + a2 cos2 tdt
C 0
Zπ
= ka2 sin t dt = [−ka2 cos t]π0 = 2ka2
0
Z Zπ
Mx = y ky ds = ka3 sin2 t dt
C 0
Zπ
ka3
= (1 − cos 2t)dt
2
3
0 π
ka 1 ka3 π
= t − sin 2t =
2 2 0 2
Jadi,
1
Mx ka3 π 1
ȳ = = 2 2 = πa
m 2ka 4
Berdasarkan sifat simetri, x̄ = 0, sehingga pusat massanya ada di (0, πa/4).
74
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Contoh 3:
Tentukan massa dari seutas kabel dengan kerapatan δ(x, y, z) = kz jika kabel ini
mempunyai bentuk heliks C dengan parametrisasi
x = 3 cos t, y = 3 sin t, z = 4t 0 ≤ t ≤ π
Penyelesaian:
Z Zπ √
m= kz ds = k (4t) 9 sin2 t + 9 cos2 t + 16dt
C 0
Zπ π
t2
= 20k t dt = 20k = 10 kπ 2
2 0
0
Kerja
Andaikan gaya yang bekerja pada sebuah titik (x, y, z) dalam ruang dinyatakan
dengan medan vektor
di mana M, N, dan P kontinu. Kita akan menentukan kerja W yang dilakukan oleh
F pada sebuah partikel yang bergerak di sepanjang kurva berorientasi yang mulus,
C. Misalkan r = xi + yj + zk adalah vektor posisi untuk titik Q(x, y, z) pada kurva
tersebut (Gambar 3.5). Jika T adalah vektor singgung satuan dr/ds di Q, maka
F . T adalah komponen singgung dari F di Q.
75
BAB 3 : Kalkulus Vektor
sehingga Z Z
W = F.dr = M dx + N dy + P dz
C C
Contoh 1:
Tentukan kerja yang dilakukan oleh medan gaya hukum kuadrat invers
untuk menggerakkan sebuah partikel di sepanjang kurva garis lurus C dari (0, 3, 0)
76
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Penyelesaian:
Di sepanjang C, y = 3 dan z = 0, sehingga dy = dz = 0. Dengan menggunakan x
sebagai parameter, diperoleh
Z Z
x dx + y dy + z dz
W = M dx + N dy + P dz = −c
(x2 + y 2 + z 2 )3/2
C C
Z4 4
x c −2c
= −c 2 3/2
dx = =
(x + 9) (x + 9)1/2
2
0 15
0
Contoh 2:
Hitung integral garis Z
(x2 − y 2 ) dx + 2xy dy
C
77
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Penyelesaian:
Karena dx = 2t dt dan dy = 3t2 dt,
Z Z3/2
(x2 − y 2 ) dx + 2xy dy = [(t4 − t6 )2t + 2t5 (3t2 )]dt
C 0
Z3/2
8505
= (2t5 + 4t7 )dt = ≈ 16.61
512
0
Contoh 3:
R
Hitunglah xy 2 dx + xy 2 dy di sepanjang lintasan C = C1 ∪ C2 seperti ditunjukkan
C
gambar. Hitung pula integral ini di sepanjang lintasan lurus C3 dari (0, 2) ke (3, 5).
Penyelesaian:
• Pada C1 , y = 2, dy = 0, dan
Z Z3
2 2
xy dx + xy dy = 4x dx = [2x2 ]30 = 18
C1 0
78
BAB 3 : Kalkulus Vektor
• Pada C2 , x = 3, dx = 0, dan
Z Z5
2 2
xy dx + xy dy = 3y 2 dy = [y 3 ]52 = 117
C2 2
Z Z3
2 2
xy dx + xy dy = 2 x(x + 2)2 dx
C3 0
Z3
=2 (x3 + 4x2 + 4x)dx
0
3
x4 4x3
297
=2 + + 2x2 =
4 3 0 2
Perhatikan bahwa kedua lintasan dari (0, 2) ke (3, 5) menghasilkan nilai yang berbe-
da untuk integral ini.
79
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Latihan 3.2
80
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Zb
f 0 (x)dx = f (b) − f (a)
a
Bukti:
Z Zb
∇f (r).dr = [∇f (r(t)).r0 (t)]dt
C a
Zb
d
= f (r(t))dt = f (r(b)) − f (r(a))
dt
a
= f (b) − f (a)
Contoh:
c c
f (x, y, z) = f (r) = =p
|r| x2 + y 2 + z 2
adalah sebuah fungsi potensial untuk medan hukum kuadrat invers F (r) = −cr
|r|3
.
R
Hitunglah F (r).dr, di mana C adalah kurva mulus sepotong-sepotong sederhana
C
dari (0, 3, 0) ke (4, 3, 0) yang tidak melewati titik asal.
81
BAB 3 : Kalkulus Vektor
Penyelesaian:
Karena F (r) = ∇f (r), maka
Z Z
F (r).dr = ∇f (r).dr = f (4, 3, 0) − f (0, 3, 0)
C C
c c −2c
=√ −√ =
16 + 9 9 15
82
Pembahasan
Latihan 2.2
R2 R3
1. a. (xy + y 2 )dx dy
1 0
Penyelesaian:
Z2 Z3 Z2
1
(xy + y 2 )dx dy = ( x2 y + xy 2 )dy
2
1 0 1
Z2
9 2
= y + 3y dy
2
1
2
9 2 3
= y +y
4
1
9 55
=9+8− +1 =
4 4
ln
R 3 ln
R2
b. ex+y dy dx
0 0
Penyelesaian:
83
Pembahasan
ln
R 3 R1 2
c. xyexy dy dx
0 0
Penyelesaian:
du
Misalkan u = xy 2 maka du = 2xy dy → dy = 2xy
R2 R2
2. a. (x2 + y 2 )dy dx
0 0
Penyelesaian:
Z2 Z2 Z2
2 2 2 1 3 2
(x + y )dy dx = x y + y |0 dx
3
0 0 0
Z2
8
2
= 2x + dx
3
0
2 8 16 16 32
= x3 + x|20 = + =
3 3 3 3 3
84
Pembahasan
Z1 Z1 Z1 Z1
2 2
(x + y + 2 − 1)dy dx = (x2 + y 2 + 1)dy dx
−1 0 −1 0
Z1 Z1
2 1 3 1 2 1
= x y + y + y |0 dx = x + + 1 dx
3 3
−1 −1
1 3 4 1 1 4 1 4 10
= x + x|−1 = + − − − =
3 2 3 3 3 3 3
R2 R1
3. |x2 y 3 |dy dx
−2 −1
Penyelesaian: (
−(x2 y 3 ), jika y ≤ −1
Maka |x2 y 3 | =
(x2 y 3 ) , jika y > −1
Sehingga diperoleh
Z2 Z1 Z2 Z0 Z1
|x2 y 3 |dy dx = −(x2 y 3 )dy + (x2 y 3 )dy dx
−2 −1 −2 −1 0
Z2 " 0 0 #
1 1 2 4
= − x2 y 4 + x y dx
4 −1 4 −1
−2
Z2
1 2 1 2
= 0− x + x − 0 dx
4 4
−2
Z2 2
1 2 1 3 8 8 16 8
= x dx = x = − − = =
2 6 −2 6 6 6 3
−2
85
Pembahasan
Latihan 2.3
1. a. Sketsa grafik z = 6 − 2x − 3y
Himpunan Sederhana-y
2
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 3, 0 ≤ y ≤ − x + 2}
3
Maka volumenya:
2
Z3 −Z3 x+2
V = (6 − 2x − 3y)dy dx
0 0
Z3 − 32 x+2
3
= 6y − 2xy − y 2 dx
2 0
0
Z3
2 2
= x − 4x + 6 dx = 6
3
0
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ 2, 0 ≤ y ≤ −2x + 4}
86
Pembahasan
Maka volumenya:
Z2 −2x+4
Z
1
V = 2x + y dy dx
4
0 0
Z2 −2x+4
1
= 2xy + y 2 dx
8 0
0
Z2
7 2
= − x + 6x + 2 dx
2
0
2
7 3 2 20
= − x + 3x + 2x =
6 0 3
Himpunan Sederhana-x
87
Pembahasan
√
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ y, 0 ≤ y ≤ 1}
Maka volumenya:
√
Z1 Z y
4
V = (1 − y)dx dy =
15
0 0
√
2. Sketsa batas y = x, y = 2, x = 0
Himpunan Sederhana-x
S = {(x, y) : 0 ≤ x ≤ y 2 , 0 ≤ y ≤ 2}
Maka volumenya
Z2 Zy2
V = sin(y 3 ) dx dy
0 0
Z2
2
= x sin(y 3 )|y0 dy
0
Z2
= y 2 sin(y 3 ) dy
0
1 1 1
= − cos(y 3 )|20 = − cos8
3 3 3
88
Pembahasan
Latihan 2.4
π/2
R cos
Rθ
1. a. r2 sin θ dr dθ
0 0
Penyelesaian:
Zπ/2 cos
Z θ Zπ/2
1 3
r2 sin θ dr dθ = r sin θ|cos
0
θ
dθ
3
0 0 0
Zπ/2
1 3 1
= cos θ sin θ dθ =
3 12
0
Rπ 1−cos
R θ
b. r sin θ dr dθ
0 0
Penyelesaian:
Zπ 1−cos
Z θ Zπ 1−cos θ
1 2
r sin θ dr dθ = r sin θ
2 0
0 0 0
Zπ
1 2 4
= (1 − cos θ) sin θ dθ =
2 3
0
Zπ/3 4Zcos θ √
4
2 r dr dθ = π + 2 3
3
0 2
89
Pembahasan
1
2
cos−1 ( 94 ) 3√cos 2θ
√
Z Z
−1 4
4 r dr dθ = 65 − 4 cos
9
0 2
RR 2 +y 2
3. a. ex dA, di mana S adalah daerah yang dibatasi oleh x2 + y 2 = 4
S
Penyelesaian:
Zπ/2Z2
2
4 er r dr dθ = π(e4 − 1)
0 0
RR p
b. 4 − x2 − y 2 dA, di mana S adalah sektor kuadran pertama dari lingkaran
S
x2 + y 2 = 4 di antara y = 0 dan y = x
Penyelesaian:
90
Pembahasan
Zπ/4Z2 √
2
( 4 − r2 )r dr dθ = π
3
0 0
91