Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan bisnis merupakan langkah awal dalam menjalankan bisnis, biasa
nya terdiri dari apa yang kita lakukan, kapan, dan bagaimana cara lebih jelasmeng
enai tipe bisnis yang akan dirintis, siapa saja yang akan menjadi pelanggan
dan produk atau jasa apa yang akan ditawarkan.
Rencana bisnis dikembangkan dengan focus kepada pemegang kepentingan.
Rencana bisnis yang lengkap biasanya termasuk suatu penaksiran lingkungan
bisnis,rencana manajemen, rencana pemasaran, dan rencana keuangan.

Penaksiran lingkungan bisnis meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan industri,


dan lingkungan global. Rencana manajemen termasuk di dalamnya rencana
operasional menitik beratkan pada usulan struktur organisasi produksi
dan sumber daya manusia dalam perusahaan.

Perencanaan pemasaran meliputi lima langkah yaitu :target pasar,


karakteristik pasar, penentuan harga, distribusi, dan promosi. Selanjutnya rencan
keuangan terdiri dari dua yaitu kelayakan bisnis dan pendanaan bisnis.

Jenis usaha kecil tidak perlu membuat rencana bisnis yang rumit untuk
memulai usahanya. Seringkali rencana bisnis dibuat bentuk catatan saat
melakukan diskusi atau tanya jawab. Seringkali juga orang memulai bisnis tanpa
rencana sama sekali, sehingga ide-ide menjadi kabur dan mereka tidak tahu apa
yang selanjutnya harus mereka lakukan. Dengan menulis sebuah rencana,
meskipun itu berupa catatan-catatan kecil, kita akan mendapatkan gambaran
yang lebih jelas mengenai jenis bisnis yang diinginkan, serta bagaimana bisnis
harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, kami merangkum
beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain :
1. Bagaimana cara membuat usaha baru ?
2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi dalam membuat
usaha baru
3. Apa indikator yang dapat dicapai ketika usaha tersebut dikatakan
berhasil?
4. Apa hambatan – hambatan yang dihadapi ketika membuat usaha
baru ?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah yang mengenai tentang cara membuat usaha
baru ini memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara – cara dalam membuat usaha baru
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam
mebuat usaha baru.
3. Usaha mengetahui indikator keberhasilan usaha
4. Usaha mengetahui hambatan – hambatan yang dihadapi dalam
membuat usaha baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Membuat Usaha Baru
Analogi seorang yang memulai kewirausahaan adalah seperti seorang yang
belajar menaiki sepeda, pertama kaliduduk diatas sadel sepeda akan merasa
gamang dan takut, ragu – ragu untuk memulai mengayuh, takut nabrak dan takut
jatuh, namun ketika pedal sepeda mulai dikayuh dan si anak dapat menguasai rasa
takutnya, ternyata naik sepeda itu mudah semudah berjalan kaki.
Menurut Suryana (2006:100) ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan untuk
memulai usaha baru yaitu :

1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru
dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan nenejemen yang dapat
dirancang sendiri.
2. Membeli usaha orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang
telah didirikan atau di rintis dan di organisir oleh orang lain dengan nama
dan organisasi yang sudah ada.
3. Kerja sama menejemen (franchising), yaitu kerja sama antara wirausahaan
dengan perusahaan besar dalam mengadakan persetujuan ± beli hak
monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).

B. Mengembangkan Ide usaha Baru


Apakah setiap orang dapat menjadi seorang wirausahawan yang sukses ?
Tentu saja jawabnnya adalah dapat. Pertanyaan lebih lanjut adalah wirausahawan
atau penusaha macam apa yang di inginkan ? Apakah kita akan memulai dengan
menjadi wirausahawan berskala kecil atau berskala menengah? Banyak orang
membayangkan bahwa yang dimaksud menjadi wirausahawanberskala kecil itu
usaha berskala rumah tangga. Misalnya toko sembako, penjual mie ayam,
pengusaha jasa laundry, penjual bubur ayam, pengecer pulsa, atau semua usaha
bisa dilakukan di rumah.Sedangkan usaha berskala menengah adalah usaha-usaha
yang sama namun sudah bercabang - cabang, memiliki sekian banyak gerai atau
sekian banyak gerobag dorong
Ada juga sementara orang yang membedakannya dengan melihat sumber
daya yang dimiliki, baik berupa sumber daya manusia, teknologi, bahan baku,
keuangan atau modal, kepemimpinan, dan sebagainya. Banyak buku pendidikan
kewirausahaan mulai dengan analisis berbagai sumber daya di atas. Biasanya
disebutkan jikalau kita memiliki sumber daya yang memadai maka
kitadapat langsung menjadi wirausahawan dengan skala menengah. Tetapi
sebaliknya, buku-buku kewirausahaan yang lebih empirik - praktis atau buku -
buku “how to” kewirausahaan yang banyak dibeli anggota masyarakat justru
berpendapat sebaliknya. Pertanyaan yang mau dijelaskan dalam buku - buku
tersebut biasanya sekitar bagaimana memulai usaha dari nol.
Buku - buku semacam ini lebih mengedepankan tekad, cita - cita, kemauan
dan semangat berusaha yang besar disertai kerja keras. Dua hal di atas sama -
sama ekstrim kendati tidak ada yang salah. Memang benar, dalam keadaan
normal, biasanya orang memulai usaha dengan berusah asekuat tenaga untuk
mencari modal sedikit demi sedikit, dengan berbagai sumber daya dan fasilitas
yang terbatas. Awalnya tentu mulai dengan menjadi wirausahawan berskala
kecil namun dengan ide - ide yang baru dalam menjalankan usaha. Sangat boleh
jadi banyak orang mengawali bisnisnya dengan perasaanragu – ragu dan
pesimistik tetapi berakhir dengan keberhasilan yang gemilang. Akan tetapi
tidak sedikit juga yang memulainya dengan optimistik, persiapan yang matang,
sumber daya yang cukup. Hasil akhirnya ada yang berhasil ada yang tidak. Yang
perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah mulailah dengan ide-ide baru.
Ide-ide untuk memulai sebuah usaha atau bisnis diawali dengan mengamati
lingkungan. Biasanya ide baru muncul sebagai hasil dari prose sinteraksi
seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu pilihan akan lingkungan dan
bentuk bisnis harus diamati dengan seksama. Di sini seorang wirausahawan harus
jeli dalam menilai dan menangani berbagai permasalahan dan peluang yang
muncul di lingkungan tersebut.
Sebagi contoh, ada dua orang calon wirausahawan datang di sebuah
masyarakat disuatu tempat. Dua orang ini menemukan kenyataan yang sama
bahwa semua orang dalam masyarakat tersebut ternyata tidak memakai sepatu
atau sandal. Setelah mempelajari dan mengidentifikasi penyebabnya, calon
wirausahawan A menyimpulkan tidak ada gunanya memulai bisnis sepatu di
sini karena A berkeyakinan perilaku masyarakat yang tidak bersepatu atau
sandal ini sudah mendarah daging dan tidak bisa diubah.Sebaliknya calon
wirausahawan B berkesimpulan sebaliknya bahwa masyarakat akan mengubah
perilakunya kalau ada upaya meng -edukasi masyarakat tersebut untuk bersepatu.
Ide – ide bisnis yang dikembangkan oleh seorang wirausahawan
padaumumnya merupakan ide-ide praktis yang diyakini memiliki kepastian untuk
berhasil. Keberhasilan ini sering berawal dari usaha berskala kecil. Oleh karena
itu banyak penulis buku kewirausahaan menyarankan, mulailah berbisnis
dalamskala kecil (Suharno, 2007 ; Frinzes, 2011 : 223)
Menurut sebuah survei yang dilakukan Peggy Lambing (2000)
sepertiyang dikutip Suryana (2003: 70), sekitar 43% responden (wirausahawan)
mendapatkan ide bisnis dari pengalaman ketika mereka bekerja di perusahaan
atautempat-tempat profesional lainnya. Dari pengalaman tersebut, mereka
mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan. Sebanyak 15% respon den
menyatakan telah mencoba dan merasa mampu mengerjakannya dengan baik.
Dari parawirausahawan yang disurvai, 11% di antaranya memulai usaha
untuk memenuhi peluang pasar, sementara 46% lainnya karena hobi. Banyak cara
atau jalan untuk menjadi berhasil dalam bisnis. Setiap orang bisa mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada satu jalan yang dianggap jalan atau
cara yang paling baik atau paling benar. Di samping faktor keberuntungan (luck
atau hoki), ada faktor lain yang mempengaruhi misalnyakerja keras, perencanaan
yang matang, pengamatan yang jeli, pemikiran kreatif, inovatifdan sebagainya.
C. Identifikasi Peluang Usaha
Sebuah (atau lebih) peluang usaha (business opportunities) dikatakan ada jika
di dalam pasar terdapat kemungkinan yang menguntungkan untuk menawarkan
atau menjual barang dan jasa yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan,
keinginan, atau preferensi konsumen (Frinzes, 2011 : 229).
Selanjutnya Frinzes (2011: 230) mengidentifikasi ada tidaknya
sebuah peluang usaha berdasarkan tiga kondisi pasar sebagai berikut :
1. ketika sebuiah produk atau jasa sudah ad adi pasaran tetapi tidak atau
belum dapat memenuhi kebutuhab, keinginan dan selera konsumen. hal ini
dapat terjadi karena : kualitasnya rendah , produk nya tidak user friendly
atau tidak ramah pemakai, harga yang terlalu nmahal atau tidak rasional.
produk tidak sesuai dengan keyakinan/ kepercayaan pemakaiannya.
produk dinilai ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan mode atau trend,
konsumen merasa kesulitan memperoleh produk tersebut , tidak memiliki
fitur yang membuat konsumen terkesan.
2. adanya kenyataan atau kondiski ketika konsumen membutuhkan sebuah
produk yang dapat mengatasi persoalan yang mereka hadapi namun tidak
abadi pasaran. Misalnya sebuah produk yang dapt mempercepat proses
persaiangan kaca atau lantai atau mobil, cairan yang dapat dengan cepat
memberikan porselin atau keramik yang sudah terlnjur kotor dan sulit di
bersihkan dengan cara biasa.
3. ketika ada sebuah inovasi (temuan baru) barang atau jasa yang sebelumnya
tidak diketahui konsumen. misalnya upaya menciptakan sebuah “atap”yang
dapat melindungi pengendara sepeda motor dari panas dan hujan, sebuah
alat serupa payung yang dapat melindungi jemuran dari terpaan hujan
dengan segera.
Kendati bukan perkara yang mudah, setidaknya ada 4 langkah strategi yang
diusulkan Frinzes (2011 : 233) untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
memilih sebuah peluang bisnis yakni,
a) pertama, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen
b) kedua, memindai (scanning) atau menyaring lingkungan, mengevaluasi
individu dan masyarakat secara umum
c) ketiga, meneliti secara cermat peluang – peluang bisnis muncul
d) keempat memilih salah satu peluang dan mempersiapkan sebuah rencana.
Dari 4 langkah diatas, disebutkan bahwa langkah pertama yakni :
Mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan
langkah yang paling banyak memberikan perhatian. Mengapa? karena setiap
peluang bisnis dimulai dengan adanya kebutuhab yang diinginkan konsumen.
kebutuhan konsumen dianggap sebagai sesuatuyang paling mendasar di dalam
kehidupan. namun demikian perlu dicatat bahwa mengidentifikasi kebutuhan saja
sebenarnya belumlah cukup memadai. Para indrustiwan atau penguaha besar yang
bergerak di bidang industri konsumsi tidak hanya mengidentifikasi kebutuhan
melainkan juga meng create kebutuhan atau menciptakan kebutuhan. artinya
menggarap konsumen agar mereka merasa butuh atau setidak- tidaknya mereka
merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri kalau tidak mengkonsumsi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh para industri konsumsi besar. pada suatu titik,
seorang wirausahawan dituntut oleh itu

Menurut lambing Suryana (2003: 70) ada dua pendekatan utama yang
digunakan wirausahawan untuk menentikan peluang untuk mendirikan usaha baru.
Pertama, pendekatan inside – out yakni pendekatan berdasarkan gagasan sebagai
kunci keberhasilan. termasuk dlam katagori ini adalah mereka yang menentukam
jenis usaha berdasarkan keterampilan, kemampuan, dan latar belakang diri sendiri.
Kedua, pendekatan the out- side tau disebut juga opportunityrecognition, yakni
pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu usaha akan berhasil
apabila menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Sudah barang
tentu hal ini didasari dengan pengamatan lingkungan yang cermat.

D. Merintis Usaha Baru


Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki
keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (busines
sowner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus
memiliki:
1. Kecakapan untuk bekerja
2. Kemampuan mengorganisir
3. Kreatif
4. Lebih menyukai tantangan

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:.

1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki


2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih
Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya
perusahaan perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu
umum dan sekutu terbatas), perseroan, dan firma
3. Tempat usaha yang akan dipilih
Dalam menentukan tempat usaha ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, artinya :
a) Apakah tempat usaha tersebut mudah di jangkau konsumen
atau pelanggan atau maupun pasar?
b) Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja ?
c) Apakah dekat ke akses bahan baku dan dan bahan penolong
lainnya seperti alat angkut dan jalan raya
4. Organisasi usaha yang akan digunakan
5. kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan
usaha dan skala usaha. fungsi kewirausahaandasarnya adalah kreatifitas
dan inovasi sedangkan manjerial dasarnya adalah fungsi – fungsi
manajemen. semakin kecil perusahaan semakin besar fungsi
kewirausahaan,tapi semakin kecil fungsi manejerial yang dimilikinya.
6. Lingkungan usaha
Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/ perusahaan
adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah
lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional perusahaan, seperti
pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen, dan lainnya. Lingkungan makro adalah lingkungan diluar
perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi, lingkungan
sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi dan gaya hidup.

E. Membeli Perusahaan yang sudah didirikan


Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah
ada dari pada mendirikan atau merintis usaha baru, antara alain:

1. resiko lebih rendah


2. lebih mudah
3. memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang sudah ditawarkan

Membeli perusahaan yang sudah adaa juga mengandung permasalahan,


yaitu: Masalah eksternal, yaitu:

1. Lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar


2. masalah internal yaitu:masalah – masalah yang ada dalam perusahaan
misalnya image atau reputasi perusahaan

F. Franchising (Kerjasama Manajemen / Waralaba)


Franchising adalah kerja sama manajemen untuk menjalankan perusahaan
cabang/ penyalur . Inti dari Franchisinng adalah memberikan hak monopoli
untuk menyelanggarakan usaha dari perushaan induk.
franchisor adalah (perusahaan induk ) adalah perusahaan yang
mmemberikan lisensi sedangkan franchise adalah perusahaan pemberi lisensi
(penyalur atau dealer )
Bentuk kelebihan Kekurangan

 Gagasan Murni  pengakuan nama


 bebas heroperasi barang
Merintis usaha
 fleksibel dan  fasilitas
mudah inefeisien
penggunaan  perusahaan
kurang diketahui

 kemungkinan  perusahaan yang


sukses di jual biasanya
Membeli Perusahaan
 lokasi sudah lemah
cocok  peralatan tak
 karyawan dan efisisen
pemasok  mahal
biasanya sudah  sulit inovasi
mantap
 sudah siao
operasi

Kerja sama  mendapat  tidak mandiri


manajemen pengalaman  kreativitas tidak
dalam logo, berkembang
nama,metode ,te  menjadi
knik produksi, independen
pelatihan dan terdominasi,rent
buruan modal an terhada p
 penggunaan perubahan
nama merek franchisor
yang sudah di
kenal

G. Manfaat Membuka Usaha

Kebanyakan wirausahawan membuka usahanya untuk kepuasan diri.


Rutinitas yang membosankan, kreasi yang dihambat – hambat, birokrasi yang
panjangdan kaku, atau suasana kerja yang tidak menyenangkan. Budaya (cultur)
perusahaan yang tidak cocok merupakan hal yang bisa menciptakan motif, dan
mendorongorang untuk segera mencari kebebasan. Jika mereka bekerja sebagai
orang gajian,maka semua yang mereka lakukan hanya untuk pimpinan perusahaan.
Sedangkan,dengan berwirausaha maka semua pekerjaan yang dilakukan untuk
dirinya sendiri
Ada beberapa keuntungan menarik yang bisa didapatkan dari membuka
usaha sendiri (Sarosa, 2003:5) adalah sebagai berikut :
1) Pontensi penghasilan yang tak terbatas
Membuka usaha berbeda dengan bekerja sebagai karyawan di perusahaan
oranglain. Kalau bekerja sebagi karyawan, penghasilan adalah sebesar gaji
(mungkin ditambah dengan tunjungan-tunjangan bila ada), di mana gaji
dan tunjangan tersebut telah ditetapkan berdasarkan jabatan (masa
kerja) oleh pemilik perusahaan

Dalam hal ini seseorang hanya bisa menerima keputusan yang dibuat
oleh pemilik perusahaan. Sebaliknya, bila membuka usaha sendiri maka
penghasilan yang didapatkan bisa dalam jumlah yang lebih besar, bahkan
tidak terbatas, tergantung dari kinerja dan pengolahan usaha. Seseorang
wirausahawan bebas menentukan berapa yang akan didapatnya,
potensi untuk menerima penghasilan yang tidak terbatas ini merupakan
daya tarik yang mengiurkan bagiseseorang untuk berwirausaha
2) Memaksimalkan kemampuan
Kemampuan yang dimaksud bisa berupa ide ataupun kemampuan yang
lain seperti menjual, bernegosiasi, dan lain-lain. Dengan memiliki
usaha sendiri maka wirausahawan memiliki kebebasan seluas-luasnya
untuk bekreasi dengan ide-ide tersebut Untuk bekerja dengan adanya
batasan-batasan yang mungkin akan sering ditemui jika memilih
untuk bekerja sebagai karyawan disuatu perusahaan. Sudah tentu
dengan adanya kebebasan bekerja dan berkreasi secara maksimal maka
semangat kerjapun tinggi. Semangat kerja yang tinggi inilahyang sangat
diharapkan dapat membuahkan hasil yang maksimum bagi usahasendiri,
dengan berwirausaha seseorang bebas berkreasi, akan tetapi
majutidaknya usaha tersebut tergantung pimpinannya dalam
mengelola usaha tersebut.

3) Bebas mengatur waktu kerja


Dengan menjadi karyawan, sebenarnya seseorang telah melakukan
suatu transaksi dengan perusahaan tempat bekerja, yaitu jual beli.
Seseorang telah menjual waktu dan kemampuannya untuk
digunakan oleh perusahaan. Jika bekerja sebagai karyawan maka ada
keterbatasan untuk bisa mengatur waktu. sebagian besar waktu dihabiskan
di luar rumah. Akan tetapi seseorang, dapat mengatur waktu kerjanya
sendiri jika memulai membuka usaha, bahkan jika usaha tersebut di
rumah. Wirausahawan adalah seperti orang bebas yang mempunyai
tanggung jawab, semakin sukses seorang wirausahawan semakin banyak
waktu luangnya. Seorang wirausahawan bukanlah seseorang yang makin
sibuk jika usahanya mulai berkembang
4) Sikap mental yang mandiri
Sebagai seorang manajer dalam usaha sendiri, maka bersikap mandiri
dalam menjalankan usahanya yang merupakan tuntutan yang harus
dilakukan. Sikap mental yang kuat dan mandiri sangat dibutuhkan pada
saat sedang menghadapimasalah yang berat sehingga menuntut untuk
dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat. Pada situasi seperti ini
tidak ada siapapun yang bisa diandalkan selain diri sendiri, karena
setiap wirausahawan merupakan manajer pada usahanya. Justru
wirausahawan tersebut yang diharapkan oleh para karyawan untuk dapat
mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Kemandirian dan sikap mental
yang kuat dalam berbisnis dan kehidupan pribadi si pengusaha
sangatberkorelasi dan saling mempengaruhi. Self manajemen (manajemen
diri sendiri)merupakan hal yang sangat pentin yang harus
dilakukan oleh seorang wirausahawan untuk memberikan contoh bagi
para bawahan atau karyawannya.

H. Keberhasilan Usaha

Menurut Nasution dalam bukunya yang berjudul ”Pengembangan


Wirausaha Baru” (2001 : 15), sebuah perusahaan dikatakan meraih
keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi
meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat
serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.
Sedangkan menurut Anoraga (2002), Apapun pilihan usaha baru yang
diputuskan, untuk menjamin keberhasilan dalam usaha harus dilaksanakan
persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana usaha
(Business Plan). Business plan merupakan dokumen yang disiapkan
sercara seksama yang menerangkanmengenai pola dari usaha yang
akan digeluti, sasaran dari entrepreneur dan rencana tindakan untuk
mencapai sasaran serta keberhasilan dalam usaha. Suatu rencana usaha
biasanya disusun berdasarkan fungsi – fungsi operasional usaha, yaitu
fungsi pemasaran, produksi, keuangan dan fungsi ketenagaan atau sumber
daya manusia.Secara garis besar seorang wirausahawan tentu akan
memulai menyusun rencana dengan pertama – tama menyusun rencana
pemasaran, kemudian rencana produksi,organisasi dan manajemen
(yang berhubungan dengan personalia) dan rencana keuangan.
I. Strategi Untuk Mempertinggi Kesempatan Sukses Usaha Baru

Berbagai buku mendefinisikan manajemen strategi dengan kata-kata yang


berbeda. Diantaranya, menurut Nawawi (2003), manajemen
strategi merupakan perencanaan strategi yang berorientasi pada
jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan
sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar
dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
(disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan
operasionaluntuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan
(disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran organisasi. Pengertian
manajemen strategi begitu banyak didefenisikan, namun pada
dasarnya manajemen strategi merupakan suatu sistem yang sebagai satu
kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi.Komponen pertama adalah perencanaan strategi dengan
unsur-unsurnya yang terdiri dari visi, misi, tujuan dan strategi utama
organisasi. Sedangkan komponen kedua adalah perencanaan operasional
dengan unsur-unsurnya, sasaran dan tujuanoperasional, pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian fungsi
pelaksanaan dan fungsi penganggaran, kebijaksanaan situsional, jaringan
kerja internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik

Melaksanakan Manajemen strategi berarti entrepreneur juga harus


membuat,perencanaan dalam bentuk formulasi bisnis secara matang.
Resnik dalam Certo dan Peter (1991) seperti dikutip I Putu Sugi
Darmawan (2004), terdapat 10 formulasistrategi yang disarankan
dirancang untuk mempertinggi kesempatan hidup dan sukses sebuah
usaha kecil.

Adapun kesepuluh formulasi strategi tersebut adalah sebagai berikut :

1. menjadi objektif. angan – angan sendiri tidak memiliki tempat didalam


bangunan sebuah bisnisn . kejujuran , penilaian yang tenang dari kekuatan
dan kelemahan perusahaan dan keahlian bisnis serta menejemennya adalah
hal yang mendaasar
2. membuat sederhana dan terfokus. dalam usaha kecil, kesederhanaan
adalah efektif. usaha dan sumber daya, seharusnya dikonsentrasikan
dimana dampak dan keuntungan adalah hal yang paling utama
3. Fokus pada pasar yang menuntungkan, kelangsungan hidup dan
keberhasilan usaha kecil oleh persediaan barang dan jasa khusu yang
menemukan keinginan dan kebutuha dari pemilihan kelompok pelanggan.

4. mengembangkan rencana pemasaran. Usaha kecil harus memutuskan


bagaimana untuk meraih dan menjuak kepada pelanggan

5. menanajemen tenaga kerja secara efektif . kesuksesan usaha kecil


tergantung pada bangunan, pengaturan dan motivasi sebuah tim pemenang

6. membuat catatn keuangan yang jelas. usaha kecil perlu untuk memiliki
catatan asset, liabilitas, penjualan, biaya dan informasii akunting lainnya
dalam urutan untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan

7. tidak pernah menghambur – hamburkan uang kas. kas adalah raja didalam
dunia usaha kecil

8. menghindari perangkap yang berulang – ualang dari pertumbuhan yang


cepat. usaha kecil harus hati – hati melakukan ekspanasi

9. mengerti seluruh fase bisnis . pengendalian usaha kecil dan kemajuan


keuntungan usaha kecil, tergantung pada pengertian yang lengkap dari
seluruh fungsi bisnis

10. merencanakan kedpan . usaha kecil harus memformulasikan secara kritis


dan menantang, pencapaian sasaran tujuan dan mengubahnya menjadi
aktifitas yang produktif

J. Hambatan – Hambatan dalam Memasuki Industri Menurut Peggy


Lambin (2000:95)

Ada beberapa hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu:


1. Sikap dan kebiasan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahan
baru masih kurang sebaliknya, perusahan yang sudah ada justru lebih
bertahan karena telah lama menhetahui sikap dan kebiasan
pelanggannya.
2. biaya perubahan. Yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali
karyawan dan penggantian alat serta sistem yang lama.
3. Respon dari pesaing yang secara adresif akan mempertahankan pangsa
pasar yang ada.
Daftar Pustaka

 R. Heru Kristanto HC, 2009, Kewirausahaan Entrepreunership:


pendekatan Manajemendan Praktek, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta
 Sonny Sumarsono, 2010, Kewirausahaan, Penerbit Graha ilmu.
Yogyakarta
 http://wiki.uii.ac.id/images/7/71/M6_MENGEMBANGKAN_
USAHA_BARU.pdf
 http://bak.usu.ac.id/file/Start%20Up%20Business%20(Buchori
).pdf
 http://formatmasadepan.forumotion..net/L4-merintis-usaha-
baru-dan-model-pengembangannya
 http://ghano/2480.file.wordpress.com/2008/04/10-03-2008-
merintis-usaha-baru-danmodel-pengembangannya.pdf
 Lupiyoadi, Rambat.2004.Entrepreneurship from mindset to
strategy.Depok:Unversitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai