Tutorial Sirkumsisi
Tutorial Sirkumsisi
I. PENDAHULUAN
Sirkumsisi adalah membuang sebagian kulit preputium yang menutupi glans penis.
Meskipun tidak ada penelitian tentang asal dari sirkumsisi, beberapa beranggapan bahwa
prosedur ini berasal dari Mesir sekitar 15.000 tahun yang lalu dan praktek ini menyebar ke
seluruh dunia mengikuti migrasi penduduk. Mumi mesir dan ukiran di dinding yang
ditemukan pada abad 19 memberikan beberapa petunjuk bahwa prosedur sirkumsisi sudah
ada kurang lebih 6000 tahun SM. Bagaimanapun, sirkumsisi dipercaya berkembang
berdasarkan budaya masing-masing.(1, 2)
Banyak budaya memiliki sejarah penggunaan sirkumsisi untuk alasan kebersihan,
upacara kedewasaan, tanda identitas cultural (seperti tato), atau upacara persembahan
terhadap dewa. Ritual sirkumsisi di Negara Timur Tengah telah dipraktekkan selama 3000
tahun. Terakhir pada abad 19, ritual kuno ini dikembangkan menjadi praktek medis rutin.(1)
Sirkumsisi rutin pada neonatus menjadi isu yang kontroversial selama 2 dekade
terakhir karena banyak diterima sebagai indikasi medis yang berasal dari penelitian yang
serius. Karena sirkumsisi neonatus memiliki keuntungan dan risiko dan karena prosedur ini
tidak terlalu penting bagi bayi, American Academy of Pediatric (AAP) tahun 1999
mengaggap bahwa sirkumsisi memiliki potensi yang bermanfaat bagi neonatus namun tidak
memberikan rekomendasi dilakukannya sirkumsisi rutin bagi neonatus. Sehingga orang tua
sebaiknya berkonsultasi supaya mereka memproleh informasi pilihan dan mampu
menentukan apakah sirkumsisi adalah yang terbaik untuk anak mereka.(1)
II. EPIDEMIOLOGI
Sekitar seperlima laki-laki di seluruh dunia telah disirkum, kebanyakan karena alasan
agama dan budaya dimana prosedur ini dilakukan setelah bayi lahir atau menjelang pubertas.
Sirkumsisi, di Amerika Serikat, mungkin merupakan suatu prosedur operasi yang paling
sering dilakukan pada laki-laki. Pada tahun 1954, sekitar 64% dari seluruh neonatus di
Amerika Serikat telah disirkum. Insiden di Negara lain lebih rendah misalnya di Canada yang
hanya mencapai 48% dan lebih rendah lagi di Eropa, Asia dan Amerika Selatan.(2, 3)
1
Frekuensi sirkumsisi di Amerika Serikat bervariasi tergantung lokasi geografis,
agama, dan klasifikasi sosioekonomi penduduk. Salah satu penelitian menunjukkan
perbedaan rasio sirkumsisi pada neonatus berdasarkan ras dan etnik: 81% pada kulit putih,
65% Afrika-Amerika, dan 54% pada Hispanis.(1)
Berdasarkan data dari National Hospital Discharge Survey, 1,2 juta (65,3%) bayi
disirkum di Amerika Serikat pada tahun 1999, menjadikan angka ini tertinggi untuk untuk
sirkumsisi neonatus rutin diantara Negara-negara berkembang. Sekarang hampir 70% ahli
obstetric, 60% dokter keluarga, dan 35% ahli anak mempraktekkan sirkumsisi pada
neonatus.(1)
Di negara berkembang, insiden sirkumsisi sangat bervariasi, di Negara Eropa barat
insiden sirkumsisi rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Australia. Di Amerika,
sirkumsisi masih sangat umum karena berhubungan dengan dua komunitas fundamentalis
yaitu Kristen dan Yahudi. Kepercayaan di Amerika Serikat masih luas bahwa sirkumsisi
diperlukan untuk menjaga kebersihan. Di Australia sebaliknya insiden sirkumsisi menurun
secara progresif sejak 1970 karena tingginya insiden komplikasi dari prosedur ini pada tahun
1960 an dan 1970 an.(4)
2
Corpus penis terletak bebas dan mudah bergarak, dibungkus oleh kulit. Dorsum penis
adalah bagian dari penis yang menghadap ke arah ventral pada saat penis berada dalam
keadaan flaccid (lemas), dan menghadap ke arah cranial pada penis yang ereksi. Urethra
menghadap ke arah caudal pada penis yang ereksi. Pada permukaan ini terdapat raphe penis,
yang melanjutkan diri pada raphe scroti. Corpus penis mengandung kedua buah corpus
cavernosum penis dan corpus spongiosum penis. Corpora cavernosa penis merupakan bagian
yang utama dari corpus penis, membentuk dorsum penis dan bagian lateral penis. Kedua
corpora tersebut bersatu pada facies urethralis, pada linea mediana, membentuk sebuah
cekungan yang ditempati oleh corpus spongiosum penis. Ujung anterior buntu dan dibungkus
oleh glans penis. (5)
3
meluas dari collum glandis. Frenulum preputi adalah lipatan kulit yang menonjol pada linea
mediana, meluas dari permukaan interna preputium menuju ke ostium urethrae externum. (5)
Kulit penis licin, halus, elastis, berwarna gelap. Dekat pada radix penis kulit
ditumbuhi rambut. Pada corpus penis kulit melekat longgar pada jaringan subcutaneus,
kecuali pada glans penis. Di daerah collum glandis dan corona glandis terdapat sejumlah
glandulae preputiales yang memproduksi smegma, yang berbau amis. (5)
Penis dibungkus oleh fascia penis superficialis, yang merupakan jaringan
subcutaneus, mengandung beberapa myofibril, dan tidak mengandung jaringan lemak. Fascia
ini melanjutkan diri pada tunica dertos (scrotum) dan fascia perinei superficialis. (5)
Fascia penis profunda merupakan lanjutan dari fascia perinealis profunda, kuat,
membungkus kedua corpora cavernosa dan corpus spongiosum penis secara keseluruhan.
Fascia ini hanya mencapai collum glandis dan tidak sampai pada glans penis. (5)
Di sebelah profunda dari fascia penis profunda terdapat tunica albuginea. Tunica
albuginea corporum cavernosum terdiridari serabut jaringan ikat longitudinal di sebelah
superficial yang membungkus kedua corpora cavernosa penis, dan jaringan ikat yang circular
berada di bagian profunda membungkus setiap corpus cavernosum penis. Jaringan ikat yang
arahnya circular ini bertemu pada bidang mediana membentuk septum penis, yang bentuknya
tebal dan utuh dekat pada radix penis, sedangkan makin ke arah terminal menjadi tipis
sehingga terjadi hubungan antara corpus cavernosum penis kiri dan kanan. (5)
Tunica albuginea corporis spongiosi membungkus corpus spongiosum penis,
berbentuk tipis dan bersifat elastis.Di dalam corpus cavernosum penis terdapat trabeculae
corporum cavernosum dan di dalam corpus spongiosum penis terdapat juga trabeculae
corporis spongiosi. Trabeculae ini meluas mulai dari permukaan tunica albuginea ke arah
medial, membatasi rongga-rongga caverve yang dapat berisi darah. Trabecula ini dibentuk
oleh jaringan ikat collagen, elastin dan serabut otot polos, dilalui oleh pembuluh arteri dan
serabut-serabut saraf. (5)
Ligamentum fundiforme penis memfiksir penis pada batas antara radix dan corpus,
dibentuk oleh serabut-serabut jaringan ikat dari linea alba dan jaringan subcutaneus, yang
terpisah menjadi pars sinistra dan pars dextra, melekat pada sisi-sisi penis. Kedua bagian
ligamentum tersebut bersatu pada facies urethralis, dan meluas sampai pada septum scroti. (5)
4
Di sebelah profunda ligamnetum fundiforme penis terdapat ligamentum
suspensorium penis, yang pada satu sisi melekat di bagian ventral symphysisosseum pubis
dan pada sisi lain melekat pada fascia penis profunda, di sisi lateral penis. (5)
5
Vena dorsalis penis cutanea (superficialis) membawa darah venous dari kulit dan
jaringan subcutaneus, bermuara kedalam vena saphena magna.Pembuluh-pembuluh lymphe
dari kulit dan preputium berjalan menuju ke lymphonodus inguinalis superficialis, sedangkan
yang berasal dari glans penis berjalan menuju ke lymphonodus inguinalis profundus dan
lymphonodus iliacus externus. (5)
6
plexus nervosus pelvicus. Beberapa cabang berjalan bersama-sama dengan
nervus dorsalis penis. (5)
Saraf-saraf tersebut di atas berfungsi membawa stimulus sensibel, termasuk rasa
nyeri dari kulit dan urethra, dan mengontrol circulasi darah penis. (5)
IV. PATOFISIOLOGI
Preputium merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis, yang terdiri dari
bagian luar berupa lapisan yang berkeratin dan lapisan dalam yang terdiri dari mukosa.
Kantong preputium dapat berisi kumpulan deskuamasi epitel membentuk mutiara keratin
pada bayi dan anak kecil. Pada remaja, debris seluler dan sekresi lokal dapat berkumpul
membentuk smegma jika penis tidak dibersihkan secara teratur. (1)
Tidak diperbolehkan bagi orang tua dan seorang dokter menarik preputium dengan
paksa untuk mengeluarkan smegma karena dapat menyebabkan nyeri pada anak dan
terbentuk parafimosis,yang megharuskan penggunaan teknik dorsal slit. Smegma padat yang
terbentuk pada akhirnya berubah menjadi cairan secara spontan dan keluar dari bawah
preputium dan tidak perlu dikeluarkan. (3)
7
Kadang terjadi penumpukan dari smegma yang dapat menyebabkan terjadinya
infeksi dan terjadi balanophostitis, yang akan menyebabkan keluarnya sekret yang purulen
dari kantong preputium. Terjadinya penyakit ini belum mengharuskan dilakukan sirkumsisi
selama preputium masih berpisah dengan glans penis dan tidak terjadi balonopostitis yang
berulang. (3)
Alternatif terapi termasuk dengan penggunaan obat-obatan dan teknik dorsal slit.
Salah satu masalah yang biasanya selalu membutuhkan prosedur sirkumsisi adalah
parafimosis. Hal ini terjadi ketika preputium tertarik ke belakang glans penis dan karena
lubang preputium kecil, terjadi jebakan pada posisi ini. Kemudian akan terjadi
pembengkakan dari glans penis dan tidak dapat mengecil. Jika tidak diobati, dapat
menyebabkan terjadinya infeksi dan kehilangan jaringan. Udem biasanya dapat diturunkan
dengan injeksi hyaluronidase pada jaringan yang udem, dengan demikian lebih mudah
mengatasi parafimosis. Jalan lain untuk mengurangi udem adalah dengan membubuhi gula di
atas jaringan yang udem sehingga gradien osmotic menarik cairan keluar. (3)
V. DIAGNOSIS
Tidak dibutuhkan diagnosis preoperative. Riwayat yang perlu digali adalah riwayat
penyakit atau riwayat perdarahan. Pada pemeriksaan fisis, harus disingkirkan adanya
kelainan kongenital dari penis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi. (3)
8
Gambar 5. Fimosis(8)
Fimosis berat pada grup usia muda jarang dan memberikan gambaran
penonjolan kulit bagian depan pada saat miksi. Pada usia 3 tahun hanya 10% dari
anak laki-laki yang tidak dapat menarik secara penuh kulit preputiumnya. Pada saat
remaja, 98-99% kulit preputium dapat tertarik sampai glans. Fimosis yang didapat
merupakan akibat dari kurang menjaga kebersihan, balanitis kronis, menarik dengan
kuat preputium secara berulang-ulang yang dapat membentuk cicin fibrosis yang
menutup orificum dari preputium dan menyebabkan terjadinya fimosis. Fimosis tidak
menyebabkan obstruksi pada traktus urinarius, namun tanpa hieginitas, akan berisiko
terjadinya iritasi kulit, infeksi jamur, balanitis, postitis, dan jika preputium ditarik
dengan paksa dapat mengakibatkan parafimosis. Seseorang dengan fimosis dapat
mengalami nyeri saat melakukan aktivitas seksual.(1)
Selama preputium normal dan ketidak mampuan tertarik tidak menyebabkan
infeksi yang rekuren serta tidak mengganggu saat berhubungan, tidak perlu dilakukan
tindakan apa-apa.(2)
Parafimosis
Parafimosis adalah ketidakmampuan untuk mengembalikan kulit preputium
yang tertarik kebelakang glans ke posisi yang seharusnya. Hal ini merupakan suatu
yang emergensi dalam bidang urologi. Jika tidak ditangani dengan cepat, dapat
menyebabkan vena tersumbat dan edema dari glans dan preputium. Selanjutnya akan
menyebabkan sumbatan terhadap arteri sehingga terjadi iskemi dan kehilangan
bagian atau seluruh glans penis. Parafimosis merupakan akibat dari jika orang tua
9
atau perawat menarik preputium dengan keras untuk membersihkan penis atau pada
percobaan kateterisasi dan preputium tidak kembali pada posisi semula. Edema, nyeri
tekan, dan kemerahan tampak pada glans, edema terjadi di daerah distal dan batang
bagian proximal dari parafimosis tetap flaxid. (1, 2, 8)
Gambar 6. Parafimosis(8)
Parafimosis merupakan suatu kegawatdaruratan dalam bidang urologi yang
mesti ditangani secepat mungkin. Mengembalikan secara manual bisanya berhasil.
Parafimosis dapat diatasi dengan menggenggam penis diantara jari kedua dan ketiga
dari kedua tangan dan menarik kulit yang terjebak kearah distal secara simultan
dengan bantuan tekanan ibu jari pada daerah glans. Jika maneuver ini tidak berhasil,
penggunaan teknik dorsal slit (insisi) penting untuk melepaskan jeratan parafimosis.
Jika inflamasi dan udem telah redah, sirkumsisi dapat dilakukan sebagai prosedur
sekunder. Tidak disarakan melakukan sirkumsisi pada saat edema parafimosis karena
hasilnya dapat tidak memuaskan. (3)
10
Gambar 7. A. Mengatasi parafimosis dengan cara maual, B. Teknik dorsal slit(3)
Balanitis atau Postitis
Postitis adalah infeksi dari preputium, sedangkan balanitis adalah infeksi dar
glans penis. Kedua jenis infeksi ini respon terhadap antibiotic oral dan topical serta
kompres dengan air hangat. Pada postitis, tanda dan gejala yang dapat ditemukan
adalah eritema, pembengkakan, panas, nyeri tekan pada kulit preputium. Pada
balanitis, eritema, pembengkakan, panas, nyeri tekan pada daerah glans penis. Bau
yang tidak enak, eksudat yang sedikit, dan seropurulen merupakan tanda yang jelas.
Balanitis, postitis atau keduanya merupakan akibat dari kurang menjaga
kebersihan.(1, 2, 9)
Pada anak-anak, beberapa mikroba merupakan penyebab infeksi ini, yaitu
trichomonas balanitis dan infeksi candida yang mungkin ditemukan pada remaja
dengan sex yang aktif. Smegma dengan warna putih atau seperti keju normal
didapatkan dan bukan merupakan tanda infeksi. Smegma dibentuk dari deskuamasi
epitel yang terjebak antara glans dan preputium selama proses alami membantu
pemisahan glans dan preputium.(1)
Balanitis, postitis atau keduanya (balanopostitis) diobati dengan kombinasi
antibiotik oral dan zalf antibiotic untuk membunuh mikroba kulit. Merendam atau
11
menyiram dengan air hangat dianjurkan untuk mengurangi rasa tidak enak dan
menjaga kebersihannya. Control nyeri dengan asetaminofen atau ibuprofen oral
biasanya cukup. (1, 9)
Meskipun ada beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi yaitu menurunkan
insiden infeksi saluran kemih, menurunkan insiden terjadinya kanker penis, keuntungan juga
memiliki risiko dari prosedur ini yaitu perdarahan, infeksi, dan hasil yang jelek. (3)
Beberapa keuntungan dilakukannya sirkumsisi:
Mencegah infeksi saluran kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) umumnya lebih sering mengenai bayi laki-laki
dari pada bayi perempuan. Dari hasil penelitian tentang hubungan antara sirkumsisi
dan ISK menunjukkan peningkatan rasio ISK pada bayi yang tidak disirkumsisi,
khususnya bayi yang berumu dibawah 1 tahun. (1)
Wiswell dan Hachey (1993) meneliti 209.399 bayi baru lahir di RS US Army
pada tahun 1985-1990. Selama tahun pertama, 1046 bayi (0,5%, 550 perempuan dan
496 laki-laki) dirawat di rumah sakit karena ISK. Bayi laki-laki yang tidak disirkum
insidennya meningkat 10 kali dibandingkan dengan bayi laki-laki yang tidak
disirkum. (1, 2)
Pada meta-analisis data dari 9 penltian tahun 1993 menunjukkan peningkatan
12 kali lipat risiko infeksi saluran kemih pada bayi laki-laki yang tidak disirkum.
Penelitian terhadap bayi dengan ISK menunjukkan 75% yang berumur kurang dari 3
bulan dan 95% diantarnya tidak disirkum. (1)
Meskipun risiko relative bayi laki-laki yang tidak disirkum berkembang
menjadi ISK sekitar 4-20 kali lebih besar daripada bayi yang disirkum, risiko
absolute untuk ISK pada bayi yang tidak disirkum masih rendah yaitu beskisar 1%.
Karena risiko absolut masih rendah, rekomendasi sirkumsisi rutin pada semua bayi
laki-laki masih kontoversial secara medis dan etik. Beberapa anak-anak memiliki
peningkatan risiko ISK, seperti anak-anak dengan neurogenic bladder yang perlu
dilakukan kateterisasi intermitten atau pada anak-anak yang kurang dapat
mengosongkan kandung kemihnya. (1)
12
Mencegah penyakit menular seksual (PMS)
Mekanisme yang menjelaskan peningkatan risiko PMS pada laki-laki yang
tidak disirkum adalah lapisan bagian dalam preputium tidak memiliki keratin
sehingga mudah untuk mengalami trauma kecil pada saat berhubungan dan
mempermudah pathogen masuk kedalam abrasi mikroskpis. Lingkungan yang hangat
oleh karena kantong preputium membuat mikroorganisme tumbuh subur dalam
smegma yang terkumpul di tempat ini. (1)
Bukti kuat yang mendukung hubungan antara sirkumsisi dengan penurunan
risiko PMS yaitu transmisi penyakit ulkus genital dan HIV. Delapan penelitian
(dengan disain yang berbeda) melaporkan peningkatan signifikan risiko penyakit
ulkus genitalia (sifilis dan cancroids) yaitu 2-7 kali pada laki-laki yang tidak
disirkum. Efek proteksi parsial dari sirkumsisi adalah sekitar 60% menurunkan risiko
(1, 2, 10)
terinfeksi HIV pada laki-laki heteroseksual.
Pada studi meta-analisis, Weiss pada review data dari 27 penelitian
menyimpulkan sirkumsisi secara subtansial menurunkan risiko terjadinya infeksi
HIV terhadap semua populasi yang dievaluasi. (1)
Mencegah infeksi virus HPV dan Kanker Serviks
Human Papilloma Virus (HPV) dapat menjadi onkogen atau non-onkogen.
HPV non-onkogen (genotip 6 dan 11) menyebabkan kutil pada genitalia wanita dan
pria. HPV onkogen (genotip 16,18,31,33) bertanggung jawab terhadap kebanyakan
kanker serviks, vulva, vagina, anus, dan penis. Sirkumsisi menurunkan secara
signifikan infeksi HPV terhadap pria dan kanker serviks pada wanita pasangannya
yang memiliki risiko tinggi seperti yang sering berganti-ganti pasangan. (1)
Mencegah Kanker Penis
Faktor yang paling penting yang berhubungan dengan perkembangan kanker
penis adalah preputium yang tidak intak. Wolbars, yang pertama kali menunjukkan
bahwa laki-laki yahudi (mayoritas telah disirkumsisi) jarang mengalami kanker
penis, yang kemudian membawa hubungan ini ke komunitas ilmiah sekitar 70 tahun
yang lalu. Akhirnya,penelitian pada populasi yang lebih luas, Schoen dkk
menyebutkan efek proteksi sirkumsisi terhadap kejadian kanker penis. Yang menarik
perhatian, hal lain yang diketahui bahwa faktor risiko mayor yang berhubungan
13
dengan kanker penis adalah fimosis, yang mana dengan sirkumsisi dapat dieliminasi.
(1, 2)
VII. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk sirkumsisi adalah prematu, anomali pada penis (misalnya
chorde, atau kelainan kelengkungan penis), hipospadia, epispadia, mikropenis, dan memliki
2 genital. Kelainan perdarahan bukan merupakan kontraindikasi absolut untuk sirkumsisi,
tetapi sirkumsisi sebaiknya dihindari pada kasus seperti ini. Jika, setelah diberikan informed
consent tentang risiko dan komplikasi, keluarga tetap meminta untuk sirkumsisi, evaluasi
ketat, izin, persiapan pasien dan pengobatan sebelum dan setelah prosedur oleh ahli
hematologi anak harus diptimalkan untuk memungkin hasil yang baik. (1)
14
anestesi untuk mengurangi nyeri post sirkumsisi pada anak-anak umur 1 bulan sampai 5
tahun. (11)
15
dan ditinggalkan beberapa menit untuk merusak jaringan dan untuk hemostasis, setelah itu
dibuka dan jaringan yang telah ditandai dengan klemp digunting. Pada orang dewasa atau
remaja akan membantu jika bagian yang akan di potong pada daerah mukosa preputium
diberi tanda dengan tinta. Yaitu sekitar 3-4 mm dibawah sulcus coronal. (3)
Metode yang umum dipake untuk eksisi preputium adalah dengan melakukan insisi 2
garis yang sebelumnya telah ditandai kemudian mengangkat jaringan diantar dua lapisan
preputium. Hemostasis dilakukan dengan menggunakan kauter meskipun perdarahan dapat
berhenti sendiri. Sebelumnya disebutkan bahwa penggunaan elektrokauter pada penis sangat
berbahaya namun pengalaman dengan alat bedah elektro memberikan kesimpulan bahwa hal
ini tidak benar. Kulit dan mukosa preputium kemudian disatukan dengan menggunakan
benang yang absorbable. (3)
Gambar 9. A. Insisi pada kulit luar preputium, B. Insisi pada mukosa dalam
preputium dibawah sulcus coronal, C. Jaringan diantaranya diangkat, D.
Mukosa dan kulit dijahit.(3)
Metode alternatif yaitu dengan merentangkan preputium dengan menggunakan
hemostat yang dipasang di bagian ventral dan dorsal dari orificium preputii. Area kulit
kemudian ditandai dibagian atas dari sudut coronal kemudian preputium ditarik melewati
ujung glans dan klemp lurus dipasang, hati-hati jangan sampai glans terjepit oleh klamp.
Preputium bagian distal dari klamp dipotong dengan pisau dan dilakukan control perdarahan,
kemudian tepi kulit dijahit.(3)
16
Beberapa metode lain yaitu :
Tara Klamp: Alat ini berasal dari Malaysia yang bekerja hampir sama dengan
Plastibell kecuali pada alat ini terdapat bahan jahitan secara melingkar sesuai dengan alur
pada bell. Lengan yang terbuat dari plastik mengunci dua bagian permukaan supaya
preputium yang telah dipotong melekat satu sama lain. Alat ini lebih besar dari plastibell
dan tinggal pada penis sekitar 7-10 hari sampai jaringannya jatuh sendiri. (13)
17
Gambar 11. Smart Clamp(15)
Zhenxi Rings: Tabung yang berarlur dipasang diatas glans sampai dibelakang
korona. Preputium ditempatkan di atas tabung. Cincin klamp plastik dipasang di atas lengan,
dengan posisi preputium biasa dan mur dieratkan untuk menjaga preputium tetap pada
tempatnya. Tali elastic kemudian mngikat dengan ketat di sekeliling penis, menekan
preputium pada alur tabung dibawahnya. Hal ini memotong suplai darah dan preputium distal
akan mati dan jatuh sendiri.(13)
18
Laser: Penggunaan laser pertama kali dilaporkan digunakan di Israel untuk
menyirkum seorang anak dengan hemophilia yang tidak dapat disirkum dengan cara yang
lain. Laser menutup pembuluh darah saat terpotong sehingga tidak terjadi perdarahan dengan
minimal trauma pada penis, tidak perlu dijahit. Glans dan frenulum tidak terlindung. (13)
19
glans dan kulit ditarik sampai tanda terlihat diatas lubang pelat. Sekrup kemudian dieratkan.
Alat tersebut dibiarkan beberapa menit dan preputium pada daerah distal pelat dieksisi
dengan pisau. Tidak dibutuhkan elektrokauter jika menggunakan Gomco Clamp karena
menyebabkan terjadinya nekrosis total pada daerah penis. Alat ini kemudian dilepaskan
secara berkebalikan pada saat dipasang. Sekrup di longgarkan, pelat dilepaskan dari bell dan
dikeluarkan. Tepi kulit yang dipotong secara hati-hati dilepaskan dari bell sehingga bell dapat
dikeluarkan. Secara umum, tidak dibutuhkan jahitan, hemostasis komplit, dan tepi luka sudah
melekat. (3, 13)
Metode Plastibell : Plastibell memiliki prinsip yang sama dengan Gomco. Sebuah
plastik bell dipasang antara glans dan preputium (dorsal slit mungkin dibutuhkan untuk
memasang bell). Setelah bell dipasang, preputium ditarik ringan ke depan dan benang yang
tebal diikatkan dengan dasar bell pada alur yang telah dibuat sebelumnya pada daerah kulit.
Distal preputium selanjutnya dieksisi. Bagian distal dari bell dilepaskan, dan menyisakan
cincin plastic pada daerah bagian dalam preputium. Dalam waktu 7-10 hari kulit bagian distal
dan cincin tersebut akan lepas sendiri. (3, 13, 18)
Metode ini menurunkan jumlah preputium mati yang akan lepas sehingga orangtua
tidak terlalu cemas. Glans dan frenulum terlindungi oleh bell. Perdarahan sangat sedikit alat
ini menutup pembuluh darah sebelum preputium di potong.(13)
Bell tidak boleh terlalu ketat karena akan tersimpan sampai 1 minggu atau lebih,
preputium tidak boleh ditarik terlalu kuat karena dapat menyebabkan luka pada glans dan
20
obstruksi pada uretra. Alur yang dibuat selalu harus berada di depan corona glans dan
mukosa dalam preputium harus ada yang ditinggalkan. Hanya ukuran kecil Plastibell yang
beredar umum dipasaran sehingga metode ini hanya untuk anak prapubertas (ukuran hanya
untuk anak sampai 12 tahun). Tidak membutuhkan keahlian bedah untuk menggunakan alat
ini. Plastibell dapat digunakan oleh bidan dan perawat jika tidak ada dokter.(13)
21
Gambar16 . Mogen Clamp(14)
X. KOMPLIKASI
Seperti halnya operasi yang lain, prosedur sirkumsisi memiliki komplikasi yang
menyertainya. Perdarahan adalah yang paling sering dan terjadi pada sekitar 0,1% kasus.
Kebanyakan berasal dari arteri frenular pada permukaan bagian ventral dari penis.
Kebanyakan episode perdarahan adalah kecil dan berespon pada tekanan. Beberapa bersifat
persisten dan membutuhkan kauter atau jahitan untuk mengontrolnya. Hati-hati jangan
sampai jahitan mengenai uretra. (3, 19)
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Angel CA. Circumcision. 2010 [cited 23rd November 2010]; Available from:
http://emedicine.medscape.com/.
2. Dean J. Circumcision 2005 [cited 22nd November 2010]; Available from:
http://www.netdoctor.co.uk/.
3. McAleer IM, Kaplan GW. Circumcision. In: Graham SD, Keane TE, Glenn
JF, editors. Glenn's Urologic Surgery. 6th ed. Virginia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2004. p. 852-6.
4. Hutson JM. Circumcision : a surgeon's perspective. J Med Ethics.
2004;30:238-40.
5. Datu AR. Diktat Anatomi Urogenitalia. Makassar: Bagian Anatomi
FK.Unhas; 2004.
6. Richard L D, et al. The Penis. 2007 [cited 2010 21st December]; Available
from: http://www.theodora.com/anatomy/the_penis.html
7. Tank PW. Grant's Dissector. 13th ed. Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins; 2005.
8. Cook A, Koury AE. Urologic Emergencies in Children : Special
Consideration. In: Hohenfellner M, Santucci RA, editors. Emergencies
in Urology. Berlin: Springer; 2007. p. 89-91.
9. Potts JM. Essential Urology A Guide To Clinical Practice. New Jersey:
HumanaPress; 2004.
10. UNAIDS. Male circumcision. 2007 [cited 22nd November 2010]; Available
from: http://www.unaids.org/.
11. Morris BJ. Circumcision and Anelgesia. 2010 [cited 22nd November 2010];
Available from: http://www.circinfo.net/.
23
12. Anthony L M, MD. Anesthesi for Neonatal Circumcision: Local Anesthesia is
Better Than Dorsal Penile Nerve Block. Obstetrics & Gynecology.
1990;75:834-8.
13. Thornhill. Principal Methods 2009 [cited 22nd November 2010]; Available
from: http://www.circumcisioncentre.co.uk/.
14. Chase S. Notes on Circumcision Clamps. 2004 [cited 2010 21st December];
Available from: http://www.chaseunion.com/.
15. Circinfo. Principal Methods Of Male Circumcision. 2004 [cited 2010
21stDecember]; Available from: http://www.circinfo.com.
16. Cong W. Zhenxi Circumcision Ring. 2004 [cited 2010 21st December];
Available from: http://www.circlist.org/chome.html.
17. Subramaniam R. Sutureless circumcision: a prospective randomised
controlled study. Pediatr Surg Int. 2004;20:783–5.
18. Morris BJ. Circumcision - The Procedure Itself. 2010 [cited 22nd November
2010]; Available from: http://www.circinfo.net.
19. Hashim H, Reynad J. Postoperative Emergencies After Urological Surgery.
In: Hashim H, Reynard J, Cowan NC, editors. Urological Emergencies
in Clinical Practice. London: Springer; 2005. p. 146.
24