Anda di halaman 1dari 14

TUGAS STRUKTUR BAJA LANJUT

(REVIEW JURNAL UNTUK ALTERNATIF JUDUL PENELITIAN)

ALTERNATIF JUDUL PENELITIAN : EVALUASI STRUKTUR JEMBATAN


RANGKA BAJA CALLENDAR HAMILTON BERDASARKAN PERATURAN
PEMBEBANAN JEMBATAN SNI 1725 2016

Oleh :

ADITIA RESHI DISTA


1725011001

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
EVALUASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA CALLENDAR HAMILTON
BERDASARKAN PERATURAN PEMBEBANAN JEMBATAN SNI 1725 2016
Aditia Reshi Dista

ABSTRAK

Jembatan mempunyai peranan penting karena bersama jalan menjadi tulang punggung sistem
transportasi. Kegagalan fungsi jembatan dapat menyebabkan terputusnya hubungan fisik dan
hubungan perekonomian suatu daerah dengan daerah lainnya. Karena itu, maka perlu dilakukan
evaluasi komponen jembatan terhadap pembebanan-pembebanan tertentu secara berkala, sehingga
jembatan dapat berfungsi optimal, aman, nyaman, dan lancar dengan masa layanan yang maksimal
atau lebih panjang. Salah satu jenis jembatan yang ada di Indonesia adalah Jembatan Callendar
Hamilton. Tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja
Callendar Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan) yang ada di
Indonesia, maka perlu adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar Hamilton
berdasarkan peraturan pembebanan jembatan SNI 1725 2016.

Evaluasi struktur Jembatan Callendar Hamilton dapat dilakukan dengan cara perhitungan analisis
nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode rating factor berdasarkan peraturan pembebanan
untuk jembatan (SNI 1725 2016). Adapun pengumpulan data primer yang dilakukan adalah dengan
cara survey dan pengujian di lapangan yang meliputi : survey kondisi jembatan, uji beban statik, dan
uji beban dinamik.Kegagalan struktur yang sering terjadi pada struktur jembatan rangka baja antara
lain : lendutan yang melebihi batas lendutan izin, kegagalan pada sambungan, dan kerusakan pada
pelat lantai. Retrofiting dan perkuatan struktur yang dapat dilakukan pada Jembatan Callendar
Hamilton yaitu : perkuatan struktur rangka menggunakan prategang eksternal, penggantian lantai
jembatan menggunakan pelat lantai pre-cast double tee maupun dek baja orthoporic, penambahan
gelagar melintang jembatan (stringer), serta melapisi serat tarik pelat lantai jembatan menggunakan
materia Fiber Reinforced Polymer (FRP).

PENDAHULUAN

Jembatan mempunyai peranan penting karena bersama jalan menjadi tulang punggung sistem

transportasi. Meningkatnya transportasi maka perkembangan jembatan juga menjadi suatu keharusan

agar terjadi keselarasan dengan prasarana lain. Jika suatu jembatan runtuh atau tidak berfungsi dengan

baik (mengalami kegagalan fungsi), maka akan mengganggu fungsi sistem transportasi. Dalam masa

pelayanan suatu jembatan dimungkinkan terjadi penurunan kondisi yang diakibatkan beberapa faktor,

diantaranya faktor lingkungan seperti korosi dan faktor fisik berupa kondisi fisik jembatan dan

besarnya beban yang melebihi kapasitas jembatan. Kinerja jembatan dapat mengalami penurunan

yang tak terduga oleh perencana, sehingga membuat jembatan dapat mengalami kegagalan fungsi

secara tiba-tiba. Kegagalan fungsi jembatan dapat menyebabkan terputusnya hubungan fisik dan
hubungan perekonomian suatu daerah dengan daerah lainnya. Karena itu, untuk dapat menghindari

terjadinya kegagalan prematur dan kegagalan fungsi jembatan akibat kegagalan layan dan penurunan

kekuatan secara tiba-tiba, maka perlu dilakukan evaluasi komponen jembatan terhadap pembebanan-

pembebanan tertentu secara berkala, sehingga jembatan dapat berfungsi optimal, aman, nyaman, dan

lancar dengan masa layanan yang maksimal atau lebih panjang.

Jembatan Rangka yang dipergunakan di Indonesia umumnya menggunakan beberapa tipe rangka,

dimana jumlah rangka baja tersebut dibandingkan dengan jumlah jembatan pada ruas jalan nasional

adalah sebagai berikut : Rangka Baja Callender Hamilton (CH) dari Inggris (kode BMS : RBU) –

berjumlah sekitar 0,87%, Rangka Baja Hollandia Klos (Belanda Baru) dari Belanda (kode BMS :

RBB) – berjumlah sekitar 1,07%, Rangka Baja Transfield dari Australia (kode BMS : RBA) –

berjumlah sekitar 3,32 %, Rangka Baja Waagner Biro dari Austria (kode BMS : RBR) – berjumlah

sekitar 0,50 %, Rangka Baja Bukaka dari Indonesia (kode BMS : RBK) – berjumlah sekitar 0,25 %,

Rangka Baja Karunia Berca Indonesia (KBI) (kode BMS : RBC), Rangka Baja Centunion dari

Spanyol (kode BMS : RBE), dan rangka baja lainnya baik yang ada setelah rangka baja Spanyol atau

sebelum rangka baja Callender Hamilton.

Akibatnya tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja

Callendar Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan), maka perlu

adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar Hamilton berdasarkan peraturan

pembebanan jembatan SNI 1725 2016.

METODE PENELITIAN

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Evaluasi Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar

Hamilton adalah sebagai berikut :

1. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah tahapan pengumpulan data, baik itu data primer maupun

data sekunder. Untuk data primer dilakukan survey dilapangan. Dan untuk data sekunder
diperoleh dari instansi terkait. Pengukuran data primer dilakukan untuk memperoleh kecocokan

antara gambar rencana yang didapat dari instansi terkait.

2. Ditetapkan pembebanan untuk analisis struktur atas jembatan mengacu pada standar pembebanan

jembatan yang berlaku (SNI 1725 2016).

3. Untuk perhitungan nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode analisis rating factor yang

sesuai dengan Pedoman Penentuan Nilai Kapasitas Jembatan 024/BM/2011. Dalam analisis rating

factor untuk penentuan nilai sisa kapasitas jembatan hanya ditinjau efek akibat beban mati dan

beban hidup. Pembebanan dilakukan dengan cara melakukan Uji Beban Statik. Pembebanan yang

dilakukan adalah beban truk dengan pemodelan 3 kombinasi pembebanan. Pada tiap-tiap

kombinasi pembebanan tersebut nantinya akan dilakukan pencatatan penurunan (defleksi) balok

dan pelat lantai jembatan dengan menggunakan dial gauge yang ditempatkan di beberapa titik

pada pelat dan balok jembatan yang diuji.

4. Berikutnya dilakukan pengujian beban static dengan cara proof load testing. Test dengan cara ini

dilakukan untuk mendapatkan operating rating dengan beban truk “T” (SNI 1725 2016) sebagai

legal load, sedangkan inventory rating didapat dengan membagi operating rating factor dengan

nilai 1,67. Dalam pelaksanaan pengujian pembebanan statis pelat jembatan, pembebanan yang

digunakan berasal dari beban truk kendaraan.

5. Setelah melakukan uji beban static maka dapat dilakukan analisis struktur untuk mendapatkan

gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur. Analisis struktur dapat menggunakan cara manual

maupun dengan cara numeric dengan perangkat lunak (software) yaitu SAP 2000 versi 14.

6. Setelah melakukan analisa struktur maka dapat dilakukan perhitungan rating factor dengan

menggunakan perhitungan metode beban terfaktor (Factored Load Method).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jembatan Callendar Hamilton

Jembatan Callender Hamilton adalah jembatan rangka pra-fabrikasi portabel modular. Jembatan

ini utamanya dirancang untuk digunakan sebagai jembatan sipil permanen serta untuk

penggantian jembatan darurat maupun konstruksi oleh unit teknik militer. Proses pelaksanaan
konstruksi dari jembatan Callender Hamilton membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

Jembatan Bailey karena terbuat dari baja galvanis dengan panjang individu yang dibaut bersama

dengan baut baja berkekuatan tinggi galvanis, yang semuanya memerlukan pengaturan torsi. Ini

lebih kuat dan lebih sederhana dalam konsep desain daripada jembatan Bailey namun

memerlukan waktu yang sedikit lebih lama.

2. Sejarah Jembatan Callendar Hamilton

Sistem Jembatan Callender Hamilton dirancang oleh insinyur sipil Selandia Baru, A.M.

Hamilton, dan dipatenkan olehnya pada tahun 1935. Sistem ini saat ini dibuat oleh Painter

Brothers, Hereford, yang beroperasi di dalam Divisi Jaringan Listrik Balfour Beatty yang dulunya

adalah British Insulated Kabel Callender. Konsep jembatan Hamilton terinspirasi oleh karyanya

antara 1928 dan 1932 sebagai insinyur utama di 'Hamilton Road' melalui Kurdistan Irak. Dia

menggambarkan pembangunan jalan ini dalam bukunya, Jalan Melalui Kurdistan: Perjalanan di

Irak Utara, 1937. Hamilton menjadi sadar akan perlunya jembatan yang kuat dan mudah

beradaptasi yang terbuat dari komponen sederhana yang dapat dengan mudah dipindahkan dan

didirikan di lokasi terpencil atau di tempat yang sulit medan perang. Hamilton dianugerahi £

4.000 pada tahun 1936 oleh Kantor Perang untuk penggunaan jembatan awalnya dan Komisi

Penghargaan Kerajaan untuk Penemu menghadiahinya £ 10.000 pada tahun 1954 untuk

pelanggaran parsial dari patennya dengan desain jembatan Bailey.

3. Desain Jembatan Callendar Hamilton

Sistem jembatan Callender Hamilton adalah sistem Panel / Lantai Balok / Deck prefabrikasi yang

dirancang untuk menjembatani panjang berkisar antara 30 hingga 150 meter dengan lebar jalan

satu hingga tiga atau lebih jalur. Jembatan ini biasanya dibangun di atas falsework. Sebuah dek

beton bertulang kemudian ditumpangkan dan bertindak secara komparatif pada dek rangka baja,

sehingga menghilangkan penggunaan perancah.


Gambar 1. Jembatan Rangka Baja Callendar Hamilton Tipe A (Though Type)

4. Kegagalan Struktur pada Struktur Jembatan Rangka Baja

Kerusakan komponen struktur dapat terjadi selama masa konstruksi maupun setelah selesai masa

konstruksi atau selama masa layan struktur, hal ini bisa terjadi antara lain karena beberapa faktor

diantaranya adalah beban berlebihan (overloading), perencanaan yang tidak baik, penggunaan

material yang tidak sesuai dengan persyaratan, kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan faktor

lingkungan yang belum diantisipasi sebelumnya. Kegagalan dalam suatu struktur jembatan dapat

berupa lendutan. Lendutan yang telah melebihi lendutan izin akan menyebabkan

ketidaknyamanan selama jembatan tersebut digunakan, bahkan hal yang paling buruk ialah

kontruksi jembatan akan rubuh jika lendutannya terlalu besar.

Gambar 2. Kegagalan Struktur pada Jembatan Lempuyang Provinsi Lampung


Disamping lendutan juga harus diperhitungkan kekuatannya dalam hal ini adalah kekuatan

masing-masing batang, karena dimungkinkan terjadi overstress mengingat lendutan yang terjadi

cukup besar. Selain kekuatan batang perlu juga dicek sambungannya yang meliputi baut dan pelat

buhul. Perlu dicek juga metode pelaksanaan perakitan jembatan karena metode yang tidak tepat

juga bisa menyebabkan kegagalan jembatan.

Gambar 3. Kerusakan pada sambungan Jembatan

Selain itu, luasan pelat yang dipikul oleh shear connector pada gelagar jembatan haruslah

diperhitungkan. Jika luasan pelat terlalu luas maka akan menyebabkan beban pelat yang ditumpu

oleh shear connector akan meningkat sehingga melebihi kapasitas yang mampu ditahan oleh shear

connector dan hal tersebut akan membuat retakan pada pelat jembatan yang mengakibatkan

kegagalan struktur pada struktur pelat jembatan.

Gambar 3. Kerusakan pelat lantai Jembatan Way Tulang Bawang A Provinsi Lampung
Berikut adalah daftar jembatan jenis Callendar Hamilton di Indonesia yang pernah mengalami

kegagalan struktur :

a. Jembatan Babat /Cincin Lama

Lokasi : Surabaya

Jenis Jembatan : Callendar Hamilton Tipe A (Though Type/rangka di atas slab)

Dibangun tahun : 1983

Tahun runtuh : 2018

Usia Jembatan : 2018 – 1983 = 35 tahun

Panjang : 260 m

Lebar :7m

Segmen : 5 segmen

Panjang segmen 1-4 : 55 m

Panjang segmen 5 : 40 m

Beban : 45 – 70 ton

Segmen yang runtuh : segmen 3

Penyebab runtuh : overload (100 ton)

b. Jembatan Kali Krasak

Lokasi : Perbatasan Jawa Tengah – D.I.Y

Jenis Jembatan : Callendar Hamilton Tipe A (Though Type/rangka di atas slab)

Dibangun tahun : 1976

Tahun runtuh : 1991

Usia Jembatan : 1991 – 1976 = 15 tahun (akibat kebakaran)

Dibangun kembali : 1991

Panjang : 224 m

Lebar :7m

Segmen : 2 segmen

Panjang segmen 1 : 104 m


Panjang segmen 2 : 120 m

Segmen yang runtuh : segmen 1

Penyebab runtuh : kebakaran

c. Jembatan Lempuyang

Lokasi : Lampung Tengah

Jenis Jembatan : Callendar Hamilton Tipe A (Though Type/rangka di atas slab)

Dibangun tahun : 1979

Tahun runtuh : 2015

Usia Jembatan : 2015 – 1979 = 36 tahun

Panjang : 18,5 meter

Lebar : 7 meter

Segmen : 1 segmen

Beban : 30 ton

Penyebab runtuh : Overload (60 ton)

5. Perkuatan Struktur Jembatan Rangka Baja

Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan pembangunan, ekonomi dan teknologi beberapa

dekade ini, menyebabkan terjadi peningkatan volume dan beban kendaraan berat pada jalan

dan jembatan. Sehingga banyak jembatan yang dibangun dengan menggunakan desain standar

terdahulu tidak dapat melayani kebutuhan lalu lintas saat ini dan memerlukan pembatasan

beban, perkuatan, dan bahkan penggantian total. Memperhatikan Kecenderungan tersebut,

timbul kebutuhan akan metode untuk meningkatkan kapasitas jembatan dengan efektif dan

murah tanpa banyak menghambat arus lalu-lintas yaitu dengan metode perkuatan yang

dimungkinkan jenis dan variasinya. Secara umum, perkuatan jembatan dengan metode

prategang external merupakan alternatif yang efektif dan ekonomis untuk memperkuat atau

merehabilitasi jembatan yang ada, sehingga tidak diperlukan penggantian atau pembangunan

jembatan yang baru. Keuntungan dari teknik ini adalah meningkatkan kapasitas lentur dan

geser dari struktur balok atau komponen, meningkatkan kapasitas dan umur layan misalnya
peningkatan kekakuan yang diberikan dengan prategang external, dapat mereduksi defleksi

dan vibrasi selama umur layan. jangkauan tegangan pada lokasi kritis dapat juga direduksi

sehingga dapat meningkatkan kinerja ketahanan terhadap fatik, sehingga deformasi atau

lendutan ke bawah akibat beban pada jembatan dapat direduksi.

Gambar 4. Model Perkuatan Struktur Jembatan Rangka Baja Menggunakan Prategang Eksternal

Untuk mengatasi pelat lantai jembatan yang rusak, pelat yang lama harus diganti dengan pelat

yang baru. Ada beberapa alternatif pengganti pelat lantai jembatan yang sering digunakan pada

saat ini, antara lain : pelat lantai pre-cast double tee dan deck baja tipe ortotrophic.

Gambar 5. Pelat Lantai Pre-Cast Double Tee


Gambar 6. Deck Baja Tipe Orthotropic

Selain dilakukan penggantian lantai, pelat lantai jembatan harus dilakukan perkuatan struktur

untuk mengantisipasi kegagalan struktur kembali dikemudian hari. Perkuatan struktur yang dapat

dilakukan antara lain : menambah jumlah gelagar melintang jembatan (stringer) untuk

mengurangi jumlah luasan pelat yang ditahan oleh gelagar memanjang jembatan ataupun

menambah kekuatan pada serat tarik pelat lantai dengan menambahkan bahan Fiber Reinforced

Polymer (FRP).

6. Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian penentuan nilai sisa kapasitas jembatan yang dilakukan oleh Yosephine L.

Shintike terhadap Jembatan Bahanapu yaitu Jembatan Jenis Rangka Baja Australia. Penelitian ini

dilakukan dengan cara melakukan perhitungan analisis nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan

metode rating factor berdasarkan peraturan pembebanan untuk jembatan (RSNI T02 2005).

Adapun pengumpulan data primer yang dilakukan adalah dengan cara survey dan pengujian di

lapangan yang meliputi : survey kondisi jembatan, uji beban statik, dan uji beban dinamik.

Berdasarkan penelitian tersebut nilai rating factor pada Jembatan Bahanapu (Jembatan Rangka

Baja Australia) < 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jembatan harus

diberlakukan pembatasan beban lalu lintas dan juga perbaikan jembatan secara keseluruhan.
Penelitian lain dilakukan oleh Widi Nugraha dan Gatot Sukmara tentang Evaluasi Struktur

Jembatan Apung Pejalan Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan.

Penelitian ini secara garis besar menggunakan metode penelitian evaluasi dengan pendekatan

kuantitatif terhadap model struktur dalam perencanaan awal terhadap perilaku jembatan terhadap

uji pembebanan pada jembatan apung Cilacap.

Uji pembebanan yang dilakukan pada jembatan apung Cilacap menggunakan metode pengujian

beban secara statis, dimana beban uji ditempatkan pada pelat lantai dan kemudian respons dari

jembatan dicatat dan diamati, baik berupa tegangan elemen maupun deformasi dari titik-titik

pengamatan. Respons tegangan didapat dari konversi regangan statis yang diperoleh dari bacaan

sensor strain gage pada elemen jembatan yang dihubungkan dengan data logger yang berfungsi

sebagai perekam dan pemantau data respons regangan dari sensor. Sedangkan deformasi jembatan

diukur dengan pengamatan menggunakan alat Total Station.

Setelah uji pembebanan dilakukan, selanjutnya ialah melakukan pemodelan struktur jembatan

untuk analisis struktur jembatan. Setelah mendapatkan pemodelan yang paling mewakili perilaku

jembatan aktual akibat uji pembebanan dilakukan evaluasi terhadap beban layan izin. Dari

pemodelan tersebut kemudian dilakukan analisis struktur dengan proyeksi beban ujicoba pada

model hingga mencapai batasan kriteria keamanan dan kenyamanan struktur, yang disebut beban

layan ijin.

Berdasarkan evaluasi beban layan ijin yang telah dilakukan berdasarkan uji pembebanan,

didapatkan hasil bahwa struktur jembatan layak untuk difungsikan sebagai jembatan pejalan kaki

dengan pembatasan beban layan yang diijinkan yaitu setara dengan 125 % beban uji statis atau

1,10 kN/m dan setara dengan 2 orang yang berjalan bersama dalam luasan lantai 1 m x 1 m

dengan berat rata-rata 55 kg per orang. Pembatasan beban ini dilakukan untuk memenuhi aspek

keamanan penggunaan jembatan. Selain itu, didapat juga hasil uji dinamis, yaitu frekuensi natural

jembatan sebesar 2,2 Hz, sehingga jembatan apung ini layak untuk digunakan dan memenuhi

aspek keamanan serta kenyamanan struktur jembatan, baik secara statis maupun dinamis.
KESIMPULAN

1. Tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja Callendar

Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan) yang ada di

Indonesia, maka perlu adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar

Hamilton berdasarkan peraturan pembebanan jembatan SNI 1725 2016.

2. Evaluasi struktur Jembatan Callendar Hamilton dapat dilakukan dengan cara perhitungan analisis

nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode rating factor berdasarkan peraturan

pembebanan untuk jembatan (SNI 1725 2016).

3. Kegagalan struktur yang sering terjadi pada struktur jembatan rangka baja antara lain : lendutan

yang melebihi batas lendutan izin, kegagalan pada sambungan, dan kerusakan pada pelat lantai.

4. Retrofiting dan perkuatan struktur yang dapat dilakukan pada Jembatan Callendar Hamilton yaitu

: perkuatan struktur rangka menggunakan prategang eksternal, penggantian lantai jembatan

menggunakan pelat lantai pre-cast double tee maupun dek baja orthoporic, penambahan gelagar

melintang jembatan (stringer), serta melapisi serat tarik pelat lantai jembatan menggunakan

materia Fiber Reinforced Polymer (FRP).


DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Tri. 2013. Evaluasi Penyebab Kegagalan dan Perbaikan Struktur Jembatan

Rangka Baja dengan Bentang 54 m. Tangerang. Balai Besar Teknologi Kekuatan

Struktur.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011. Pedoman Penentuan Nilai Sisa

Kapasitas Jembatan. Jakarta Selatan. Direktorat Jenderal Bina Marga.

Nugraha, Widi. dan Sukmara, Gatot. 2017. Evaluasi Beban Layan Jembatan Apung Pejalan

Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan. Bandung. Pusat

Litbang Jalan dan Jembatan.

Rasidi, Nawir. 2017. Analisis Alternatif Perkuatan Jembatan Rangka Baja (Studi Kasus :

Jembatan Rangka Baja Soekarno-Hatta Malang). Malang. Universitas Tribhuwana

Tunggadewi.

Shintike, Yosephine L. 2015. Analisa Nilai Sisa Kapasitas Bangunan Atas Jembatan

Bahanapu dengan Menggunakan Metode Rating Factor. Kupang. Universitas Nusa

Cendana.

Surviyanto, Anton. Analisis Elemen Hingga Komponen Diafragma pada Dek Baja Tipe

Ortotropik Melintang Jembatan. Bandung. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.

Anda mungkin juga menyukai