Oleh :
ABSTRAK
Jembatan mempunyai peranan penting karena bersama jalan menjadi tulang punggung sistem
transportasi. Kegagalan fungsi jembatan dapat menyebabkan terputusnya hubungan fisik dan
hubungan perekonomian suatu daerah dengan daerah lainnya. Karena itu, maka perlu dilakukan
evaluasi komponen jembatan terhadap pembebanan-pembebanan tertentu secara berkala, sehingga
jembatan dapat berfungsi optimal, aman, nyaman, dan lancar dengan masa layanan yang maksimal
atau lebih panjang. Salah satu jenis jembatan yang ada di Indonesia adalah Jembatan Callendar
Hamilton. Tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja
Callendar Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan) yang ada di
Indonesia, maka perlu adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar Hamilton
berdasarkan peraturan pembebanan jembatan SNI 1725 2016.
Evaluasi struktur Jembatan Callendar Hamilton dapat dilakukan dengan cara perhitungan analisis
nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode rating factor berdasarkan peraturan pembebanan
untuk jembatan (SNI 1725 2016). Adapun pengumpulan data primer yang dilakukan adalah dengan
cara survey dan pengujian di lapangan yang meliputi : survey kondisi jembatan, uji beban statik, dan
uji beban dinamik.Kegagalan struktur yang sering terjadi pada struktur jembatan rangka baja antara
lain : lendutan yang melebihi batas lendutan izin, kegagalan pada sambungan, dan kerusakan pada
pelat lantai. Retrofiting dan perkuatan struktur yang dapat dilakukan pada Jembatan Callendar
Hamilton yaitu : perkuatan struktur rangka menggunakan prategang eksternal, penggantian lantai
jembatan menggunakan pelat lantai pre-cast double tee maupun dek baja orthoporic, penambahan
gelagar melintang jembatan (stringer), serta melapisi serat tarik pelat lantai jembatan menggunakan
materia Fiber Reinforced Polymer (FRP).
PENDAHULUAN
Jembatan mempunyai peranan penting karena bersama jalan menjadi tulang punggung sistem
transportasi. Meningkatnya transportasi maka perkembangan jembatan juga menjadi suatu keharusan
agar terjadi keselarasan dengan prasarana lain. Jika suatu jembatan runtuh atau tidak berfungsi dengan
baik (mengalami kegagalan fungsi), maka akan mengganggu fungsi sistem transportasi. Dalam masa
pelayanan suatu jembatan dimungkinkan terjadi penurunan kondisi yang diakibatkan beberapa faktor,
diantaranya faktor lingkungan seperti korosi dan faktor fisik berupa kondisi fisik jembatan dan
besarnya beban yang melebihi kapasitas jembatan. Kinerja jembatan dapat mengalami penurunan
yang tak terduga oleh perencana, sehingga membuat jembatan dapat mengalami kegagalan fungsi
secara tiba-tiba. Kegagalan fungsi jembatan dapat menyebabkan terputusnya hubungan fisik dan
hubungan perekonomian suatu daerah dengan daerah lainnya. Karena itu, untuk dapat menghindari
terjadinya kegagalan prematur dan kegagalan fungsi jembatan akibat kegagalan layan dan penurunan
kekuatan secara tiba-tiba, maka perlu dilakukan evaluasi komponen jembatan terhadap pembebanan-
pembebanan tertentu secara berkala, sehingga jembatan dapat berfungsi optimal, aman, nyaman, dan
Jembatan Rangka yang dipergunakan di Indonesia umumnya menggunakan beberapa tipe rangka,
dimana jumlah rangka baja tersebut dibandingkan dengan jumlah jembatan pada ruas jalan nasional
adalah sebagai berikut : Rangka Baja Callender Hamilton (CH) dari Inggris (kode BMS : RBU) –
berjumlah sekitar 0,87%, Rangka Baja Hollandia Klos (Belanda Baru) dari Belanda (kode BMS :
RBB) – berjumlah sekitar 1,07%, Rangka Baja Transfield dari Australia (kode BMS : RBA) –
berjumlah sekitar 3,32 %, Rangka Baja Waagner Biro dari Austria (kode BMS : RBR) – berjumlah
sekitar 0,50 %, Rangka Baja Bukaka dari Indonesia (kode BMS : RBK) – berjumlah sekitar 0,25 %,
Rangka Baja Karunia Berca Indonesia (KBI) (kode BMS : RBC), Rangka Baja Centunion dari
Spanyol (kode BMS : RBE), dan rangka baja lainnya baik yang ada setelah rangka baja Spanyol atau
Akibatnya tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja
Callendar Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan), maka perlu
adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar Hamilton berdasarkan peraturan
METODE PENELITIAN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Evaluasi Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar
1. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah tahapan pengumpulan data, baik itu data primer maupun
data sekunder. Untuk data primer dilakukan survey dilapangan. Dan untuk data sekunder
diperoleh dari instansi terkait. Pengukuran data primer dilakukan untuk memperoleh kecocokan
2. Ditetapkan pembebanan untuk analisis struktur atas jembatan mengacu pada standar pembebanan
3. Untuk perhitungan nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode analisis rating factor yang
sesuai dengan Pedoman Penentuan Nilai Kapasitas Jembatan 024/BM/2011. Dalam analisis rating
factor untuk penentuan nilai sisa kapasitas jembatan hanya ditinjau efek akibat beban mati dan
beban hidup. Pembebanan dilakukan dengan cara melakukan Uji Beban Statik. Pembebanan yang
dilakukan adalah beban truk dengan pemodelan 3 kombinasi pembebanan. Pada tiap-tiap
kombinasi pembebanan tersebut nantinya akan dilakukan pencatatan penurunan (defleksi) balok
dan pelat lantai jembatan dengan menggunakan dial gauge yang ditempatkan di beberapa titik
4. Berikutnya dilakukan pengujian beban static dengan cara proof load testing. Test dengan cara ini
dilakukan untuk mendapatkan operating rating dengan beban truk “T” (SNI 1725 2016) sebagai
legal load, sedangkan inventory rating didapat dengan membagi operating rating factor dengan
nilai 1,67. Dalam pelaksanaan pengujian pembebanan statis pelat jembatan, pembebanan yang
5. Setelah melakukan uji beban static maka dapat dilakukan analisis struktur untuk mendapatkan
gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur. Analisis struktur dapat menggunakan cara manual
maupun dengan cara numeric dengan perangkat lunak (software) yaitu SAP 2000 versi 14.
6. Setelah melakukan analisa struktur maka dapat dilakukan perhitungan rating factor dengan
Jembatan Callender Hamilton adalah jembatan rangka pra-fabrikasi portabel modular. Jembatan
ini utamanya dirancang untuk digunakan sebagai jembatan sipil permanen serta untuk
penggantian jembatan darurat maupun konstruksi oleh unit teknik militer. Proses pelaksanaan
konstruksi dari jembatan Callender Hamilton membutuhkan waktu yang lebih lama daripada
Jembatan Bailey karena terbuat dari baja galvanis dengan panjang individu yang dibaut bersama
dengan baut baja berkekuatan tinggi galvanis, yang semuanya memerlukan pengaturan torsi. Ini
lebih kuat dan lebih sederhana dalam konsep desain daripada jembatan Bailey namun
Sistem Jembatan Callender Hamilton dirancang oleh insinyur sipil Selandia Baru, A.M.
Hamilton, dan dipatenkan olehnya pada tahun 1935. Sistem ini saat ini dibuat oleh Painter
Brothers, Hereford, yang beroperasi di dalam Divisi Jaringan Listrik Balfour Beatty yang dulunya
adalah British Insulated Kabel Callender. Konsep jembatan Hamilton terinspirasi oleh karyanya
antara 1928 dan 1932 sebagai insinyur utama di 'Hamilton Road' melalui Kurdistan Irak. Dia
menggambarkan pembangunan jalan ini dalam bukunya, Jalan Melalui Kurdistan: Perjalanan di
Irak Utara, 1937. Hamilton menjadi sadar akan perlunya jembatan yang kuat dan mudah
beradaptasi yang terbuat dari komponen sederhana yang dapat dengan mudah dipindahkan dan
didirikan di lokasi terpencil atau di tempat yang sulit medan perang. Hamilton dianugerahi £
4.000 pada tahun 1936 oleh Kantor Perang untuk penggunaan jembatan awalnya dan Komisi
Penghargaan Kerajaan untuk Penemu menghadiahinya £ 10.000 pada tahun 1954 untuk
Sistem jembatan Callender Hamilton adalah sistem Panel / Lantai Balok / Deck prefabrikasi yang
dirancang untuk menjembatani panjang berkisar antara 30 hingga 150 meter dengan lebar jalan
satu hingga tiga atau lebih jalur. Jembatan ini biasanya dibangun di atas falsework. Sebuah dek
beton bertulang kemudian ditumpangkan dan bertindak secara komparatif pada dek rangka baja,
Kerusakan komponen struktur dapat terjadi selama masa konstruksi maupun setelah selesai masa
konstruksi atau selama masa layan struktur, hal ini bisa terjadi antara lain karena beberapa faktor
diantaranya adalah beban berlebihan (overloading), perencanaan yang tidak baik, penggunaan
material yang tidak sesuai dengan persyaratan, kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan dan faktor
lingkungan yang belum diantisipasi sebelumnya. Kegagalan dalam suatu struktur jembatan dapat
berupa lendutan. Lendutan yang telah melebihi lendutan izin akan menyebabkan
ketidaknyamanan selama jembatan tersebut digunakan, bahkan hal yang paling buruk ialah
masing-masing batang, karena dimungkinkan terjadi overstress mengingat lendutan yang terjadi
cukup besar. Selain kekuatan batang perlu juga dicek sambungannya yang meliputi baut dan pelat
buhul. Perlu dicek juga metode pelaksanaan perakitan jembatan karena metode yang tidak tepat
Selain itu, luasan pelat yang dipikul oleh shear connector pada gelagar jembatan haruslah
diperhitungkan. Jika luasan pelat terlalu luas maka akan menyebabkan beban pelat yang ditumpu
oleh shear connector akan meningkat sehingga melebihi kapasitas yang mampu ditahan oleh shear
connector dan hal tersebut akan membuat retakan pada pelat jembatan yang mengakibatkan
Gambar 3. Kerusakan pelat lantai Jembatan Way Tulang Bawang A Provinsi Lampung
Berikut adalah daftar jembatan jenis Callendar Hamilton di Indonesia yang pernah mengalami
kegagalan struktur :
Lokasi : Surabaya
Panjang : 260 m
Lebar :7m
Segmen : 5 segmen
Panjang segmen 5 : 40 m
Beban : 45 – 70 ton
Panjang : 224 m
Lebar :7m
Segmen : 2 segmen
c. Jembatan Lempuyang
Lebar : 7 meter
Segmen : 1 segmen
Beban : 30 ton
dekade ini, menyebabkan terjadi peningkatan volume dan beban kendaraan berat pada jalan
dan jembatan. Sehingga banyak jembatan yang dibangun dengan menggunakan desain standar
terdahulu tidak dapat melayani kebutuhan lalu lintas saat ini dan memerlukan pembatasan
timbul kebutuhan akan metode untuk meningkatkan kapasitas jembatan dengan efektif dan
murah tanpa banyak menghambat arus lalu-lintas yaitu dengan metode perkuatan yang
dimungkinkan jenis dan variasinya. Secara umum, perkuatan jembatan dengan metode
prategang external merupakan alternatif yang efektif dan ekonomis untuk memperkuat atau
merehabilitasi jembatan yang ada, sehingga tidak diperlukan penggantian atau pembangunan
jembatan yang baru. Keuntungan dari teknik ini adalah meningkatkan kapasitas lentur dan
geser dari struktur balok atau komponen, meningkatkan kapasitas dan umur layan misalnya
peningkatan kekakuan yang diberikan dengan prategang external, dapat mereduksi defleksi
dan vibrasi selama umur layan. jangkauan tegangan pada lokasi kritis dapat juga direduksi
sehingga dapat meningkatkan kinerja ketahanan terhadap fatik, sehingga deformasi atau
Gambar 4. Model Perkuatan Struktur Jembatan Rangka Baja Menggunakan Prategang Eksternal
Untuk mengatasi pelat lantai jembatan yang rusak, pelat yang lama harus diganti dengan pelat
yang baru. Ada beberapa alternatif pengganti pelat lantai jembatan yang sering digunakan pada
saat ini, antara lain : pelat lantai pre-cast double tee dan deck baja tipe ortotrophic.
Selain dilakukan penggantian lantai, pelat lantai jembatan harus dilakukan perkuatan struktur
untuk mengantisipasi kegagalan struktur kembali dikemudian hari. Perkuatan struktur yang dapat
dilakukan antara lain : menambah jumlah gelagar melintang jembatan (stringer) untuk
mengurangi jumlah luasan pelat yang ditahan oleh gelagar memanjang jembatan ataupun
menambah kekuatan pada serat tarik pelat lantai dengan menambahkan bahan Fiber Reinforced
Polymer (FRP).
6. Penelitian Terdahulu
Sebuah penelitian penentuan nilai sisa kapasitas jembatan yang dilakukan oleh Yosephine L.
Shintike terhadap Jembatan Bahanapu yaitu Jembatan Jenis Rangka Baja Australia. Penelitian ini
dilakukan dengan cara melakukan perhitungan analisis nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan
metode rating factor berdasarkan peraturan pembebanan untuk jembatan (RSNI T02 2005).
Adapun pengumpulan data primer yang dilakukan adalah dengan cara survey dan pengujian di
lapangan yang meliputi : survey kondisi jembatan, uji beban statik, dan uji beban dinamik.
Berdasarkan penelitian tersebut nilai rating factor pada Jembatan Bahanapu (Jembatan Rangka
Baja Australia) < 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jembatan harus
diberlakukan pembatasan beban lalu lintas dan juga perbaikan jembatan secara keseluruhan.
Penelitian lain dilakukan oleh Widi Nugraha dan Gatot Sukmara tentang Evaluasi Struktur
Jembatan Apung Pejalan Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan.
Penelitian ini secara garis besar menggunakan metode penelitian evaluasi dengan pendekatan
kuantitatif terhadap model struktur dalam perencanaan awal terhadap perilaku jembatan terhadap
Uji pembebanan yang dilakukan pada jembatan apung Cilacap menggunakan metode pengujian
beban secara statis, dimana beban uji ditempatkan pada pelat lantai dan kemudian respons dari
jembatan dicatat dan diamati, baik berupa tegangan elemen maupun deformasi dari titik-titik
pengamatan. Respons tegangan didapat dari konversi regangan statis yang diperoleh dari bacaan
sensor strain gage pada elemen jembatan yang dihubungkan dengan data logger yang berfungsi
sebagai perekam dan pemantau data respons regangan dari sensor. Sedangkan deformasi jembatan
Setelah uji pembebanan dilakukan, selanjutnya ialah melakukan pemodelan struktur jembatan
untuk analisis struktur jembatan. Setelah mendapatkan pemodelan yang paling mewakili perilaku
jembatan aktual akibat uji pembebanan dilakukan evaluasi terhadap beban layan izin. Dari
pemodelan tersebut kemudian dilakukan analisis struktur dengan proyeksi beban ujicoba pada
model hingga mencapai batasan kriteria keamanan dan kenyamanan struktur, yang disebut beban
layan ijin.
Berdasarkan evaluasi beban layan ijin yang telah dilakukan berdasarkan uji pembebanan,
didapatkan hasil bahwa struktur jembatan layak untuk difungsikan sebagai jembatan pejalan kaki
dengan pembatasan beban layan yang diijinkan yaitu setara dengan 125 % beban uji statis atau
1,10 kN/m dan setara dengan 2 orang yang berjalan bersama dalam luasan lantai 1 m x 1 m
dengan berat rata-rata 55 kg per orang. Pembatasan beban ini dilakukan untuk memenuhi aspek
keamanan penggunaan jembatan. Selain itu, didapat juga hasil uji dinamis, yaitu frekuensi natural
jembatan sebesar 2,2 Hz, sehingga jembatan apung ini layak untuk digunakan dan memenuhi
aspek keamanan serta kenyamanan struktur jembatan, baik secara statis maupun dinamis.
KESIMPULAN
1. Tingginya tingkat kegagalan struktur yang terjadi pada struktur Jembatan Rangka Baja Callendar
Hamilton (terutama pada struktur rangka, gelagar, dan pelat lantai jembatan) yang ada di
Indonesia, maka perlu adanya evaluasi terhadap Struktur Jembatan Rangka Baja Callendar
2. Evaluasi struktur Jembatan Callendar Hamilton dapat dilakukan dengan cara perhitungan analisis
nilai sisa kapasitas jembatan menggunakan metode rating factor berdasarkan peraturan
3. Kegagalan struktur yang sering terjadi pada struktur jembatan rangka baja antara lain : lendutan
yang melebihi batas lendutan izin, kegagalan pada sambungan, dan kerusakan pada pelat lantai.
4. Retrofiting dan perkuatan struktur yang dapat dilakukan pada Jembatan Callendar Hamilton yaitu
menggunakan pelat lantai pre-cast double tee maupun dek baja orthoporic, penambahan gelagar
melintang jembatan (stringer), serta melapisi serat tarik pelat lantai jembatan menggunakan
Handayani, Tri. 2013. Evaluasi Penyebab Kegagalan dan Perbaikan Struktur Jembatan
Struktur.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2011. Pedoman Penentuan Nilai Sisa
Nugraha, Widi. dan Sukmara, Gatot. 2017. Evaluasi Beban Layan Jembatan Apung Pejalan
Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan. Bandung. Pusat
Rasidi, Nawir. 2017. Analisis Alternatif Perkuatan Jembatan Rangka Baja (Studi Kasus :
Tunggadewi.
Shintike, Yosephine L. 2015. Analisa Nilai Sisa Kapasitas Bangunan Atas Jembatan
Cendana.
Surviyanto, Anton. Analisis Elemen Hingga Komponen Diafragma pada Dek Baja Tipe