Anda di halaman 1dari 37

BAB I

METODA PEMISAHAN STANDAR

Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari
suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang
tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain.
Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia
dalam keadaan murni atau proses produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses
pemisahan perlu dilakukan.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa.
Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis dan kimiawi.
Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan
secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari
pemisahan secara kimiawi.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat
berupa campuran homogeny (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu
campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-gas, cair-cair, cair-gas,
gas-gas, campuran padat-cair-gas dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses
pemisahan yang diinginkan.

Metode Pemisahan Campuran

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan
suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu
bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk
mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai
pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis
laboratorium). Berdasarkan tahap proses pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1. Metode pemisahan sederhana, yaitu metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini
terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana
2. Metode pemisahan kompleks, yaitu pemisahan yang memerlukan beberapa tahap kerja,
diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi
kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana.

Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau
melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup,
apakah bahan terikat secara kimia dan sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadp campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar
3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah
menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih dan sebagainya
4. Standar yang diinginkan. Kemurnian 100% memerlukan tahap yang berbeda dengan 96%
5. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya
6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga dan biaya proses pemisahan

Dasar-dasar Metode Pemisahan

Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini
dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut:

1. Ukuran partikel, bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan), jika partikel
zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media
berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati
penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang
2. Titik didih, bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat
dipisahkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat
pencampur, maka bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat
pencampur. Zat hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam
keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan
dasar perbedaan titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih
ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari
campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih
campuran.
3. Kelarutan, suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat selalu
memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut dalam pelarut A
tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua,
yaitu pelarut polar, misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik) seperti
alkohol, aseton, metanol, petroleum eter, kloroform dan eter. Dengan melihat kelarutan suatu
zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka dapat memisahkan zat yang
diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
4. Pengendapan, suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu
campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan derajat jenis yang lebih besar daripada
pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau
beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan yang diinginkan hanya salah
satu zat maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika
dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang diinginkan maka digunakan metode
presipitasi. Metode presipitasi biasanya dikombiansi dengan metode filtrasi.
5. Difusi, dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir
dan mencampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik
yang diatur sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik
partikel zat hasil ke arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat
dengan menggunakan bantuan arus listrik disebut elektrodialisis atau elektroforesis, yaitu
pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satan penyusun DNA) dapat dilakukan
dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6. Adasorbsi, merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorpsi secara kuat sehingga
menempel pada permukaan dari bahna pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada
pemurnian air dan kotoran renik satu organisme.
Jenis-Jenis Metode pemisahan

1. Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari
cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring).

Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar daripada
pori saringan dan menruskan pelarut. Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam
bentuk larutan atau berwujud cair kemudian disaring. Filtrasi akan menyingkirkan padatan dari cairan
dan merupakan metoda pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Hasil penyaringan disebut
filtrat sedangkan sisa yang tertinggal disebut residu (ampas). Filtrasi tidak hanya digunakan dalam skala
kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air. Kertas saring dan saringan
digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau larutan. Dengan mengatur ukuran mesh,
ukuran partikel yang disingkirkan dapat dipilih.
Fraksi cairan melewati kertas saring dan padatan yang tinggal di atas kertas saring. Bila sampel
cairan terlalu kental, filtrasi dengan penghisapan dapat digunakan. Alat khusus untuk mempercepat
filtrasi dengan memvakumkan penampung filtrat juga digunakan. Filtrasi dengan penghisapan tidak
cocok bila cairannya adalah pelarut organik mudah menguap. Dalam kasus ini tekanan harus diberikan
pada permukaan cairan atau larutan (filtrasi dengan tekanan). Pada tingkat produksi diperlukan alat
penyaringan yang lebih sesuai antara lain:

a. Ayakan, peralatan ini digunakan untuk menyaring secara kasar. Pada umumnya ayakan
digunakan sebagai penyangga alat penyaring lain yang lebih halus
b. Alat penyaring dari tekstil atau saringan logam. Keuntungan penggunaan penyaring dari
tekstil:
- Kerapatan bervariasi
- Ringan dan mudah pengerjaannya
Kerugian penggunaan penyaring tekstil:
- Tidak tahan lama
- Mudak rusak oleh bahan kimia atau panas
- Susah dicuci
Saringan logam lebih kuat, lebih stabil terhadap pengaruh mekanis, bahan kimia atau
pemanasan.
c. Alat penyaringan dengan lapisan bahan seperti karton, asbes atau serabut selulosa, yang
dimampatkan. Lapisan ini umumnya mempunyai tebal antara 2 mm sampai 6 mm.
d. Alat penyaring dengan menggunakan kieselgurh, asbes, arang penyerap dan lain-lain. Sebagai
penguat digunakan ayakan atau lapisan bahan saringan lain.
e. Alat penyaring dengan bahan masir, seperti keramik atau logam masir
f. Alat penyaring membran. Mebran dapat dibuat dari kulit hewan atau sintetik. Sebagai
membrane penyaring digunakan berbagai bahan seperti selulosa, polivinil klorida (PVC),
nilon, seflon dan sebagainya.
g. Alat pemusing (sentrifuse) untuk memisahkan bahan padat dari cairan dengan cara
pemusingan. Sentrifus yang lazim mempunyai angka putar 500 – 4000 putaran/menit. Ultra
sentrifus mempunyai angka putaran sampai 50.000 putaran/menit.
2. Adsorbsi

Adsorbsi adalah metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari pengotornya dengan
cara penarikan bahan pengadsorpsi secara kuat sehingga menempel pada permukaan bahan
pengadsorbsi

Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan filtrasi sebab partikel semacam
ini akan cenderung menyumbat penyaringnya. Dalam kasus semacam ini direkomendasikan penggunaan
penyaring yang secara selektif mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan
bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi yang kaku. Celit,
keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan
yang besar dan dapat mengadsorbsi banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan
zat yang berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air. Silika gel dapat
mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai desikan.
Lapisan-lapisan penyaring dalam unit pengolah air terdiri atas lapisan-lapisan material. Lapisan
penyaring yang mirip untuk penggunaan domestik sekarang dapat diperoleh secara komersial.

3. Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran/pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok.

Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan
kelarutan zat pencampur/pencemarnya dan perbedaan titik beku. Larutan yang terjadi dipisahkan satu
sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya. Kristalisasi
ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi pendinginan.
Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti
distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda
yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena
keefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padat ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi
(pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika
larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya
menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena
konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.
Walaupun rekristalisasi adalah metoda yang sangat sederhana, dalam praktek, bukan berarti mudah
dilakukan. Saran-saran yang bermanfaat diberikan di bawah ini.
Saran untuk membantu rekristalisasi:

a. Kelarutan material yang akan dimurnikan harus memiliki ketergantungan yang besar pada
suhu. Misalnya, kebergantungan pada suhu NaCl hampir dapat diabaikan. Jadi pemurnian
NaCl dengan rekristalisasi tidak dapat dilakukan.
b. Kristal tidak harus mengendap dari larutan jenuh dengan pendinginan karena mungkin
terbentuk super jenuh. Dalam kasus semacam ini penambahan kristal bibit, mungkin akan
efektif. Bila tidak ada kristal bibit, menggaruk dinding mungkin akan berguna.
c. Untuk mencegah reaksi kimia antara pelarut dan zat terlarut, penggunaan pelarut non-polar
lebih disarankan. Namun, pelarut non polar cenderung merupakan pelarut yang buruk untuk
senyawa polar. Harus hati-hati bila menggunakan pelarut polar. Bahkan bila tidak ada reaksi
antara pelarut dan zat terlarut, pembentukan kompleks antara pelarut-zat terlarut.
d. Umumnya, pelarut dengan titik didih rendah umumnya lebih diinginkan. Namun, sekali lagi
pelarut dengan titik didih lebih rendah biasanya non polar. Jadi, pemilihan pelarut biasanya
bukan masalah sederhana.

Zat campuran dari hasil reaksi pembuatan preparat yang akan dimurnikan dilarutkan dalam
pelarut yang cocok yang telah dipilih, biasanya dengan cara coba-coba atau dapat dilihat dalam
handbook kimia. Sebaiknya dilarutkan pada temperatur dekat titik didihnya, saring untuk memisahkan
dari zat pencampurnya yang tidak larut dalam pelarut yang digunakan itu, kemudian larutan (zat cair
hasil saringan) diuapkan sampai jenuh, dan diamkan zat tersebut sampai mengkristal. Apabila zat
tersebut larut dalam keadaan panas maka larutan akan mengkristal bila larutan tersebut didinginkan.
Selanjutnya saring kristal yang terbentuk, keringkan dan uji sifat fisiknya.
Cara memilih pelarut yang cocok:

Dipilih zat pelarut yang hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dalam keadaan
panas, sedangkan zat pencampurnya tidak larut dalam pelarut tersebut.
Dipilih pelarut yang titik didihnya rendah untuk dapat mempermudah proses pengeringan kristal
yang terbentuk.
Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari pada titik leleh zat padat yang dilarutkan supaya
zat yang akan dilarutkan tidak terurai.
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.

Cara melakukan rekristalisasi:

Panaskan pelarut kemudian masukan pelarut yang sudah panas pada labu erlenmeyer yang
berisi zat sampel sambil diaduk sampai tepat semua zat melarut. Untuk menjaga agar larutan tetap
panas pada waktu melarutkan dapat menggunakan bantuan penangas listrik. Saring cepat dalam
keadaan panas, bisa menggunakan corong tembaga, corong buchner, atau corong biasa, dan tampung
filtratnya. Bilas zat yang menempel pada corong dengan pelarutnya dalam keadaan panas. Dinginkan
sampai terbentuk kristal kembali. Caranya bisa di udara, dalam air dingin, atau dalam es. Jika kristal
tidak terbentuk jenuhkan larutan dengan menggunakan bantuan penangas sampai terbentuk lapisan
tipis di atas permukaan larutan, kemudian dinginkan kembali. Saring kristal yang terbentuk. Untuk
memeriksa apakah masih terdapat zat terlarut lakukan penjenuhan kembali dan seterusnya seperti
langkah di atas. Cuci kristal yang terbentuk dengan sedikit pelarut dalam keadaan dingin. Keringkan dan
periksa titik leleh dan bentuk kristalnya, selanjutnya bandingkan dengan data dari handbook.

Jika kita gunakan definisi konvensional yang menyatakan bahwa hablur atau kristal adalah
padatan homogen yang dibatasi oleh bidang muka rata yang terbentuk secara alamiah, maka adalah
benar bahwa kebanyakan padatan yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari tidak nampak sebagai
kristal. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari dua hal berikut: pada satu pihak, banyak
padatan merupakan campuran dari berbagai senyawa yang biasanya terdiri dari banyak molekul besar
dengan berbagai ukuran. Tetapi kalau bahan tersebut dipisah-pisahkan untuk menghasilkan senyawa
murni, maka cenderung terjadi struktur kristal. Misalnya, beberapa jenis protein dan selulosa, yang
keduanya adalah bahan penyusun padatan yang terjadi secara alamiah telah diperoleh dalam tahanan
kristal, walaupun kedua zat tersebut tidak ditemukan di alam dalam tahanan kristal .
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat
seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuwan
menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara simetris.
Kita tak boleh menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar, semata-
mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat
terbentuk dengan tumbuh lebih ke satu arah daripada ke lain arah. Sebagaimana sebuah kubus kecil
dapat berkembang menjadi salah satu dari tiga bentuk yang mungkin sebuah kubus besar, sebuah
lempeng datar atau struktur panjang mirip jarum. Ketiga zat padat ini mempunyai struktur kristal kubik
yang sama, namun bentuk keseluruhannya berbeda .
Struktur kristal ditentukan oleh gaya antar atom dan ukuran atom yang terdapat dalam kristal.
Untuk menyederhanakan persoalan, kita dapat menganggap ion atau atom sebagai bola padat berjari-
jari r. Struktur ada yang hexagonal close packing. Cara penyusunan bola dalam kristal tidak dapat
sesederhana pada kristal logam, karena kristal ionik terdiri dari ion-ion yang bermuatan dan memiliki
jenis yang berbeda .
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal yang
terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan mungkin
sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan
membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana seperti kubus,
oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan, karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal
dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan
cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari
kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai .
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat yang
memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal
dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung
dalam larutan dan komposisi pelarutnya .
Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk), contohnya NaF
dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak selalu dapat
mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan
partikel lain. Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl
sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimorfik (banyak bentuk),
contohnya karbon dan belerang. Karbon mempunyai struktur grafit dan intan, belerang dapat
berstruktur rombohedarl dan monoklin.
Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor penting yaitu
laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak
sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh,
makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti .
Garam dapur atau natrium klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh
dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan NaOH berair.
NaCl nyaris tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut dalam air sambil menyedot panas, perubahan
kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal, suatu garam yang tak mengandung hidrogen
atau gugus hidroksida yang dapat digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal tidak selalu netral
terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap; yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan
campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan
K2SO4Al4(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang
akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-
ion kompleks dalam larutan

4. Destilasi

Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair
yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar
pemisahan adalah titik didih yang berbeda

Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini
adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau
cair, tahan pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang
dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan.
Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor).
Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan
sisanya disebut residu.

5. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut
yang sesuai.

6. Sublimasi

Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa
melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
Bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, misalnya kamfer,
iod dan alkaloid.

7. Kromatografi

Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut


pada suatu lapisan zat tertentu.

Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan tertentu, daya absorbs oleh bahan penyerap, dan
volatilitas (daya penguapan).
BAB II
EKSTRAKSI

PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang berlimpah, salah satunya adalah tanaman obat.
Maka dari itu kita perlu tahu bagaimana caranya bahan baku dari alam agar dapat diperoleh dan
dikonsumsi untuk mengatasi problema kesehatan yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita.

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut
untuk menyari zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan, dan
beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut,
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Sampel baik yang berasal dari tanaman, mikroba (hasil fermentasi maupun bentuk padat), hewan laut
(koral, siput, ikan) ataupun serangga, disebut sebagai biomassa. Untuk tanaman, setelah
diidentifikasi/dideterminasi, sampel dapat dalam bentuk segar atau kering untuk dilakukan ekstraksi.
Secara umum terdapat 4 situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini,
prosedur yang telah dipubliaksikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid,
flavonoid, atau saponin meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum diketahui, dalam situasi seperti ini metode umum yang dapat digunakan
untuk senyawa yang diminati dapat diperoleh dari pustaka.
3. Organisme (tanaman/hewan) digunakan pengobatan tradisional & biasanya dibuat

TAHAP PERSIAPAN

1. PEMBUATAN SERBUK SIMPLISIA


Penyarian merupakan pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik
oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya
penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan
penyari semakin luas. Dengan demikian maka semakin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik
penyariannya. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak selalu demikian, karena penyarian masih tergantung
juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan.
Simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses penyarian. Hal ini
disebabkan karena simplisia yang terlalu halus maka ruang antar sel berkurang sehingga ruang antar sel
berkurang. Ruang antar sel ini merupakan jalan yang mudah ditembus oleh cairan.
Serbuk yang terlalu halus akan mempersulit penyaringan, karena butir-butir halus tadi membentuk
suspense yang sulit dipisahkan dengan hasil penyarian. Dengan demikian hasil penyarian tidak murni lagi
tetapi bercampur dengan partikel-partikel halus tadi. Dinding sel merupakan saringan, sehingga zat yang
tidak larut masih tetap berada di dalam sel. Dengan penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan
banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan pun ikut ke dalam hasil penyarian.
Dari uraian tersebut maka masing-masing simplisia mempunyai derajat halus tertentu, misalnya
Akar kelembak (8/24); buah cabe (10/24); kulit kayu manis (18/24); kulit kina (34/40); biji kola (24/34)
dan lain-lain.
Pada waktu pembuatan serbuk simplisia, beberapa sel ada yang dindingnya pecah dan ada yang
dindingnya masih utuh. Sel yang dindingnya telah pecah, proses pembebasan sari tidak ada yang
menghalangi. Proses penyarian pada sel yang dindingnya masih utuh, zat aktif yang terlarut pada cairan
penyari untuk keluar dari sel, harus melewati dinding sel. Peristiwa osmosa dan difusi berperan pada
proses penyarian tersebut.
Tanpa memperhatikan keadaan sel tersebut maka larutan harus melintasi lapisan batas antara
butir serbuk dengan cairan penyari. Kecepatan melintasi lapisan batas dipengaruhi oleh faktor yang
mempengaruhi pemindahan massa yaitu: derajat perbedaan konsentrasi, tebal lapisan batas serta
koefisien difusi.
Perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari pusat butir serbuk simplisia sampai ke
permukaannya maupun pada perbedaan konsentrasi yang terdapat lapisan batas, sehingga suatu titik
akan dicapai oleh zat-zat yang tersari jika ada daya dorong yang cukup untuk melanjutkan pemindahan
massa. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut sehingga makin cepat
penyarian. Makin kasar serbuk simplisia makin panjang jarak, sehingga konsentrasi zat aktif yang terlarut
dan tertinggal dalam sel makin banyak. Dengan demikian serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin
dan dijaga jangan terlalu banyak sel yang pecah. Cairan penyari harus dapat mencapai seluruh serbuk
dan secara terus-menerus mendesak larutan yang memiliki konsentrasi yanglebih tinggi keluar.

2. PEMBASAHAN
Dinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia segar dikelilingi oleh
air. Jika simplisia tersebut dikeringkan lapisan air menguap sehingga terjadi pengerutan, sehingga terjadi
pori-pori. Pori-pori pada sel tersebut diisi oleh udara.
Bila serbuk simplisia dibasahi, maka serabut selulosa tadi akan membengkak kembali. Pembengkakan
terbesar terjadi pada pelarut yang mengandung gugus OH. Dan pembengkakan tersebut akan makin
besar bila perbandingan antara volume gugusan OH dengan volume molekul pelarut tersebut semakin
besar.
Agar penyarian dapat berjalan dengan baik,maka udara yang terdapat dalam pori-pori harus dihilangkan
dan diganti dengan cairan penyari
Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah
penyarian selanjutnya.

3. PENYARIAN
Pemilihan pelarut ekstraksi sangat penting. Jika tanaman diteliti dari sudut pandang etnobotani.

Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tanaman dengan
segala kompleksitasnya dan biasanya berdasarkan pengamatan terperinci dan studi mengenai
kegunaan tanaman di masyarakat termasuk semua kepercayaan dan praktik budaya yang
berkaitan dengan penggunaannya.

a. Pemilihan Cairan Penyari


Pemilihan pelarut ekstraksi sangat penting. Jika tanaman diteliti dari sudut pandang
etnobotani, ekstraksi harus mengikuti pemakaiannya secara tradisional. Sebagai contoh jika penduduk
asli menggunakan bahan ekstraksi khusus, seperti ekstrak air, seduhan panas/dingin, alkohol atau
campuran air-alkohol, kemudian di laboratorium harus di pakai metode yang sama atau identik sehingga
bahan alam yang sama dapat diekstraksi. Kegagalan mengekstraksi biomassa dapat menyebabkan
kehilangan akses untuk mendapatkan zat aktif.
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk
senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif dengan demikian senyawa tersebut dapat
dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya serta ekstrak hanya mengandung sebagian
besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang
melarutkan hamper semua metabolit sekunder yang terkandung. Pemilihan cairan penyari harus
mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memperhatikan kriteria berikut ini:

1) Murah dan mudah diperoleh


2) Stabil secara fisika dan kimia
3) Bereaksi netral
4) Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
5) Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
6) Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
7) Diperbolehkan oleh peraturan

Pelarut organik kurang digunakan dalam penyarian, kecuali dalam proses penyarian tertentu.
Salah satu contoh eter minyak tanah digunakan untuk menarik lemak dari serbuk simplisia sebelum
dilakukan proses penyarian. Pada prinsipnya cairan pelarut harus memenuhi syarat kefarmasian atau
dalam perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi “pharmaceutical grade”. Sampai saat ini
berlaku aturan dalam Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,
etanol, etanol-air atau eter. Penyarian pada perusahaan obat tradisional masih terlalu terbatas pada
penggunaan cairan penyari air, etanol, atau etanol air.

1) Air, dapat dipertimbangkan sebagi cairan penyari karena:


 Murah dan mudah diperoleh
 Stabil
 Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
 Tidak beracun
 Alamiah

Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak atsiri, glikosida, tannin dan gula, juga
melarutkan gom, pati, protein, lender, enzim, lilin, lemak, pektin, zat warna dan asam organik. Dengan
demikian penggunaan air sebagai cairan penyari kurang menguntungkan. Di samping zat aktif ikut tersari
juga zat lain yang tidak diperlukan atau malah mengganggu proses pembuatan sari seperti gom, pati,
protein, lemak, enzim, lender dan lain-lain.
Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang, dan khamir, karena itu pada pembuatan sari
dengan air harus ditambah zat pengawet. Pada beberapa sediaan sering ditambahkan etanol, gliserin,
gula atau kloroform.
Air dapat melarutkan enzim, enzim yang terlarut dengan adanya air akan menyebabkan
reaksi enzimatis yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping itu adanya air akan mempercepat
proses hidrolisis.
Untuk memekatkan sari air dibutuhkan waktu dan bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan
etanol.

2) Etanol, dapat dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena:


 Lebih selektif
 Kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas
 Tidak beracun
 Netral
 Absorpsinya baik
 Etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan
 Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
Sedangkan kerugiannya adalah bahwa etanol mahal harganya.

Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, antrakinon,
flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tannin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan
demikian zat pengganggu yang larut hanya terbatas.
Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran antara etanol dan air. Perbandingan
jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari.
Jenis pelarut lain seperti methanol (alkohol turunannya), heksana (hidrokarbon aliphatik),
toluene (hidrokarbon aromatik), kloroform (dan segolongannya), aseton, umumnya digunakan sebagai
pelarut untuk yahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khusus methanol, dihinadri
penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik, namun demikian jika dalam uji ada sisa
pelarut dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol sebenarnya pelarut yang lebih baik dari
etanol.

Proses Pembuatan Ekstrak


Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal sebagai berikut :

1) Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien, namun makin halus
serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
2) Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan
benda keras (logam) maka akan timbul panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada
senyawa kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen
cair.

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk
senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat
terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian
besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total. maka cairan pelarut dipilih yang
mampu melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut :

1) Selektivitas
2) Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut
3) Ekonomis
4) Ramah lingkungan
5) Keamanan

Namun demikian kebijakan dan peraturan pemerintah dalam hal ini juga ikut membatasi,
cairan pelarut apa yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Pada prinsipnya cairan pelarut harus
memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi
"pharmaceutical grade". Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air
dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol dll. (alkohol turunannya),
heksana, (hidrokarbon aliphatik), toluene, (hidrokarbon aromatik), kloroform (dan segolongannya),
aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi).
Khusus metanol, dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik, namun demikian
jika dalam uji ada sisa pelarut dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol sebenarnya pelarut
yang lebih baik dari etanol.

b. Pemilihan Metode Ekstraksi


Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi dengan cara panas (soxhlet,
refluks, destilasi) dan ekstraksi dengan cara dingin (maserasi, perkolasi).

1) Ekstraksi Dingin
a) Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandunga aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati yang dibuat dengan
menyari simplisia dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.

Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar
oleh kuman dan kapang, oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh
disimpan lebih dari 24 jam.
Infus dibuat dengan cara:
(1) Membasahi bahan bakunya biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga
4 kali, bobot bahan dan untuk karagenan 10 kali bobot bahan
(2) Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada sugu 90-
980C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 100 bagian sari diperlukan 10
bagian bahan.
Pada simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian, hal ini disebabkan karena:
(a) Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan 6
bagian
(b) Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam pengobatan, misalnya daun
kumis kucing sekali minum infuse 100 cc, karena itu diambil ½ bagian
(c) Berlendir, misalnya karagen digunakan 1 1/2 bagian
(d) Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian
(3) Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia,
misalnya:
(a) Asam sitrat untuk infus kina
(b) Kalium atau natrium karbonat untuk infuse kelembak
(4) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang
mengandung bahan yang mudah menguap.

Gambar Panci Infus


(Keterangan: A. Panci berisi bahan dan air; B. Tangas air)
Cara pembuatan:
Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur
dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit,
dihitung mulai suhu di dalam panci mencapai 900C, sambil sekali-kali diaduk. Infus diserkai sewaktu air
masih panas melalui kain flannel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui
ampasnya. Infus simplisia yang mengandung minyak atsiri harus diserkai setelah dingin. Infus asam jawa
dan simplisia yang berlendir tidak boleh diperas. Infus kina biasanya ditambah dengan asam sitrat
sepersepuluh dari bobot simplisia. Infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon ditambahkan
natrium karbonat sebanyak sepersepuluh dari bobot simplisia. Asam jawa sebelum dipakai dibuang
bijinya dan sebelum direbus dibuat massa seperti bubur. Buah adas dan adas manis harus dipecah
terlebih dahulu.

b) Ekstraksi secara maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana dengan cara merendam serbuk


simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar

Cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat di desak ke
luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keselamatan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel.
Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan
diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga
dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang
sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.

Gambar Alat Maserasi


(Keterangan A. Bejana maserasi; B. tutup; C. pengaduk)

Cara melakukan:
Ekstraksi maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia dengan derajat
yang cocok ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75 bagian, ditutup dan dibiarkan selama
5 hari, terlindung dari cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya dimaserasi
kembali dengan cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak berwarna lagi, lalu dipindahkan
ke dalam bejana tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya, setelah dua hari lalu endapan
dipisahkan.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah pengerjaan dan peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari
yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut:

(1) Modifikasi maserasi melingkar


Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Cairan
penyari dipompa dari bawah bejana penyari (A) melalui pipa penghubung (B),
masuk ke bejana penyari. Cairan penyari oleh alat penyembur (D) disemburkan ke
permukaan serbuk simplisia. Dengan cara ini diharapkan cairan penyari akan
membasahi seluruh butir serbuk yang disari. Cairan penyari akan turun kebawah
sambil melarutkan zat aktifnya. Saringan (E) berfungsi untuk menghalangi
dipompa kembali ke bejana penyari.

Gambar Alat Maserasi Melingkar (A. Bejana penyari; B.Pipa penghubung;


C.Pompa; D. Alat penyembur; E. Saringan; F. Serbuk simplisia dan cairan penyari)

Proses tersebut dilakukan berulang-ulang, sehingga cairan penyari jenuh terhadap


zat aktif.
Keuntungan cara ini :
(a) Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas.
(b) Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan
memperkecil kesepakatan setempat.
(c) Waktu yang diperlukan lebih pendek.

(2) Modifikasi maserasi digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40-500C.

Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain:

(a) Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya


lapisan-lapisan batas
(b) Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan
(c) Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu
dinaikkan.

Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap akan
kembali ke dalam bejana.

Gambar alat Digesti (A. Alat pendingin; B. Tutup gabus; C. Panci digesti; D. Tangas air;
E. Sumber panas)

(3) Modifikasi remaserasi


Cairan penyari dibagi 2, seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua.

(4) Maserasi dengan pengaduk


Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

c) Ekstraksi secara perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui sebuk simplisia
yang telah dibasahi.

Perkolator (A) dilengkapi dengan tutup (D) dari karet atau bahan lain, yang berfungsi
untuk mencegah penguapan. Tutup karet lengkapi dengan lubang tertutup yang dapat
dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa perkolator sering
dilengkapi dengan botol (B) yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke perkolator
melalui pipa yang dilengkapi dengan keran, aliran perkolat diatur oleh keran (C). Pada
bagian bawah, pada leher perkolator tepat diatas keran (C) diberi kapas yang diatur di
atas sarangan (F) yang dibuat dari porselin atau diatas gabus bertoreh (E) yang telah
dibalut kertas tapis.
Gambar Alat Perkolator (A. Perkolator; B. Botol cairan penyari; C.Keran; D.Tutup karet;
E. Gabus bertoreh; F. Sarangan; G. Botol perkolat)

Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung lemak. Untuk
menampung perkolat digunakan botol perkolat (G), yang bermulut tidak terlalu lebar
tetapi mudah dibersihkan

Cara melakukan:
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang
cocok, menggunakan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup
sekurang-kurangnya 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator, ditambahkan
cairan penyari. Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1
ml per menit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan
dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.
Sebelum serbuk yang telah dimaserasi itu dimasukkan ke dalam perkolator, bagian leher
perkolator diberi kapas, gabus bertoreh atau dengan cara lain. Kapas atau gabus harus dijaga jangan
dibasah oleh air, kecuali bila cairan penyari mengandung air. Hal tersebut perlu diperhatikan terutama
bila serbuk simplisia mengandung damar. Perkolat yang mengandung damar akan mengendap, karena
adanya air dalam kapas atau gabus tersebut. Endapan tersebut akan menghalangi aliran perkolat
berikutnya.
Setelah maserasi, massa dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan sedikit
demi sedikit sambil tiap kali ditekan. Penekanan ini merupakan salah satu usaha untuk mengatur
kecepatan pengaliran cairan penyari. Bila ada kekekhawatiran bahwa alliran cairan penyari terlalu cepat,
hingga zat aktif tidak tersari sempurna maka penekanan dapat dilakukan dengan agak kuat. Sebaliknya
bila perkolat tidak menetes berarti massa terlalu padat atau serbuk simplisia terlau halus. Bila hal ini
terjadi, isi dengan penekanan yang agak longgar. Bila diperlukan dapat dibantu dengan mencampur
sejumlah kerikil yang telah dibersihkan pada massa tersebut.
Setelah serbuk yang telah dimaseri itu dimasukkan ke dalam perkolator, kemudia dtutup
degan kertas saring. Kertas saring memiliki garis tengah lebih besar dari pada garis tengah bejana
perkolator. Pada pinggir kertgas saring digunting beraturan, agar dapat menempel pada dinding
perkolator. Di atas kertas saring tersebut diberi pemberat kerikil, kaca atau bahan inert lainnya, untuk
mencegah agar kertas saring tidak terangkat ke atas pada saat dituangi cairan penyari.
Cairan penyari dituangkan perlahan-lahan hingga di atas permukaan massa masih tergenang
dengan cairan penyari. Cairan penyari harus selalu ditambahkan sehingga terjaga adanya lapisan cairan
penyari diatas perkolator dipasang botol cairan penyari. Karena penetes cairan penyari diatur kecepatan
menetes cairan penyari sama dengan kecepatan menetes sari.
Setelah massa didiamkan 24 jam dalam perkolator, keran dibuka. Keran diatur sehingga
kecepatan menetes 1 ml tiap menit. Jika penetesan terlalu cepat, penyarian tidak sempurna, sebaliknya
jika terlalu lambat akan membuang waktu dan kemungkinan menguap lebih besar. Beberapa istilah yang
digunakan untuk menyatakan kecepatan mengalir adalah: lambat untuk kecepatan menetes 1 ml per
menit; sedang untuk kecepatan antara 1 ml sampai 3 ml tiap menit dan cepat untuk kecepatan antara 3
ml sampai 5 ml tiap menit.
Untuk menentukan akhir perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat
terakhir. Penyarian kina, pula pandak, pulai, perkolat dihentikan bila reaksi alkaloid sudah negatif. Untuk
jenitri dan teh ditentukan dengan reaksi terhadap zak aktif tanin. Untuk obat yang belum diketahui zat
aktifnya dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna, dan bentuknya.

(1) Reperkolasi
Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara
perkolasi diganti dengan cara Reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan
sari dengan pemanasan. Pada reperkolasi tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi
dilakukan dengan cara: simplisia dibagi dalam beberapa perkolator, hasil
perkolator pertama dipisahkan menjadi perkolat I dan sari selanjutnya disebut
susulan II. Susulan II digunakan untuk menyari perkolator II. Hasil perkolator
kedua dipisahkan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya disebut susulan II.
Pekerjaan tersebut diulang sampai mendapat perkolat yang diinginkan.

(2) Perkolasi Bertingkat


Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal.
Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran
melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya.
Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan
pertama dan pada tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi bertingkat.
Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelu dibuang, disari dengan
cairan penyari yang baru. Penyari akhir serbuk simplisia dengan menggunakan
cairan dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari
dengan perkolat yang hampir jenuh. Dengan demikian akan diperoleh perkolat
akhir yang jenuh. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.
Cara ini cocok jika digunakan untk perusahaan obat tradisional, termasuk
perusahaan yang memprodusi sediaan galenik. Agar diperoleh cara yang tepat,
perlu diperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan
percobaan tersebut dapat dapat ditetapkan :

(a) Jumlah perkolator yang diperlukan


(b) Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
(c) Jenis cairan penyari
(d) Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
(e) Besarnya tetesan dan lain-lain.
Perkolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan
perkolator biasa. Perkolator ini harus dapat diatur, sehingga :
(a) Perkolat dari suatu perkolator dapat dialirkan ke perkolator lainnya.
(b) Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan

Perkolator diatur dalam suatu deretan dan tiap perkolator berlaku debagai
perkolator pertama.

Keuntungan dari metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu
sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks,
dan pelarut dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen
secara efisien.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena :
(a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
(b) Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan
untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang kelar
dari perkulator disebut sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya
penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi.
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator
berbentuk tergantung paruh dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan
perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk kina
yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi
dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan
berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan
penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut
pembuatan sediaan digunakan perkolator lebar untuk mempercepat proses
perkolasi.

Gambar Bentuk Perkolator (A. Bentuk tabung; B. Bentuk paruh; C. Bentuk corong)

Ukuran perkolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang
disari. Jumlah bahan yang disari tidak leih dari 2/3 tinggi perkolator.
Perkolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling
mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.
Ekstraksi Panas

1. Ekstraksi secara soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan


sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik
dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon.

Gambar Alat soxhlet

Cara melakukan: Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap penyari akan naik melalui
pipa samping, kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat
aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke
labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat dalam
simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon.

Keuntungan metode ini adalah:

 Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung
 Digunakan pelarut yang lebih sedikit
 Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini:

 Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus –
menerus dipanskan sehingga dapat menyebabkab reaksi peruraian oleh panas
 Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya
 Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin cocok menggunakan pelarut dengan titik didih yang
relatif tinggi seperti methanol, atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah kondensor
perlu pada tempratur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksana:diklormetan = 1:1, atau
pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uappnya akan mempunyai komposisi yang berbead
dalam pelarut cair di dalam wadah.

2. Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan dimana cairan
penyari secara kontinyu akan menyari zat aktif dalam simplisia.

Gambar Alat Refluks

Cara melakukan: Bahan yang akan diektraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari
akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat
aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
diekstraksi selama 4 jam.

Keuntungan dari metode ini adalah


 digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung.
 Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil lebih pekat.
 Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif yang lebih
banyak.

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar.

3. Ekstraksi secara destilasi

Destilasi adalah metode pemisahan bahan kimia dengan beradsarkan pada perbedaan titik didih
atau kecepatan/kemudahan menguap senyawa yang dipisahkan.

Destilasi dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi pada tekanan udara normal, yang pada pemanasan
biasanya terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, maka penyari dilakukan dengan
destilasi. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap.
Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan
diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu system, sehingga produk akan
diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian di dalam suatu system sehingga produk akan
terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses
penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media yang bergerak.
Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui
dinding sel dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah ke rongga
uap yang bergerak melalui antar fasa. Proses ini disebut hidrodifusi.

Gambar Alat Destilasi Uap

4. SEPARATION/PEMURNIAN

Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan/memisahkan senyawa yang tidak dikehendaki
semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni. Sebagai contoh adalah senyawa tanin, pigmen-pigmen dan
senyawa-senyawa lain yang akan berpengaruh pada stabilitas senyawa kandungan, termasuk juga dalam
hal ini adalah sisa pelarut yang tidak dikehendaki.
Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
dekantasi, filtrasi serta proses adsorbsi dan penukar ion.

5. PEMEKATAN/PENGUAPAN (VAPORASI & EVAPORASI)

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solut (senyawa terlarut) secara penguapan
pelarut tanpa pelarut sampai menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat.
Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan. Kecepatan terbentuknya
uap tergantung atas dasar terjadinya difusi uap melalui lapisan batas di atas cairan yang bersangkutan.
Pada penguapan, terbentuknya uap berjalan sangat lambat, sehingga cairan tersebut mendidih. Selama
mendidih uap tersebut terlepas melalui gelembung-gelembung udara yang terlepas dari cairan.
Kecepatan penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan:

a. Suhu
Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat penguapan. Di
samping mempengaruhi kecepatan penguapan suhu juga berperanan terhadap kerusakan bahan
yang diuapkan. Banyak glikosida dan alkaloid terurai pada suhu dibawah 1000C. Hormon, enzim,
antibiotika lebih peka lagi terhadap pemanasan. Karena itu pengaturan suhu sangat penting agar
penguapan dapat berjalan cepat dan kemungkinan penting agar penguapan dapat berjalan cepat
dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk zat-zat yang sangat
peka terhadap panas dilakukan penguapan secara khusus missal dengan pengurangan tekanan
dan lain-lain.

b. Waktu
Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang menimbulkan kerusakan
dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu rendah tetapi memerlukan waktu lama.

c. Kelembaban
Beberapa senyawa kimia lebih mudah terurai bila kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan
suhu. Beberapa reaksi peruraian seperti hidrolisa memerlukan air sebagai medium untuk
berlangsungnya reaksi tersebut. Hal ini diterapkan pada pengeringan ekstrak yang sudah kental.
Pengeringan ekstrak encer dilakukan pada suhu rendah sedangkan pada sisa terakhir yang telah
amat kecil kadar airnya dapat dilakukan pada suhu tinggi untuk menghilangkan sisa-sisa air yang
tertinggal.

d. Cara penguapan
Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara penguapan yang tepat. Panci penguapan dan alat
penyuling akan menghasilkan produk bentuk cair atau padat. Penguapan lapis tipis menghasilkan
produk bentuk cair. Umumnya pemekatan tidak dilakukan dengan satu cara tetapi lebih dari satu
cara.

e. Konsentrasi
Pada penguapan cairan akan menjadi lebih pekat, sehingga kadar bentuk padatnya makin
bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan titik didih larutan tersebut. Dengan kenaikan
suhu dan kadar zat padat akan memperbesar resiko kerusakan zat yang tidak tahan pemanasan
dan mengurangi perbedaan suhu yang merupakan daya dorong untuk pemindahan panas. Kedua
masalah ini dapat dikurangi dengan cara memberkan arus turbulensi.

Alat Penguap
Alat penguap dapat digolongkan berdasarkan bentuk gerakan. Gerakan dapat mempengaruhi
pemindahan panas yang diperlukan untuk penguapan. Atas dasar bentuk gerakan, alat penguap dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu:
a. Alat penguap dengan sirkulasi lemah
Alat penguap yang termasuk golongan ini adalah alat yang aliran cairan di dalamnya terjadi karena
adanya proses pemanasan, dan karena adanya aliran ini terjadi penghantaran panas. Alat tersebut
antara lain:
1) Panci penguap
Bentuk panci penguap adalah sebagai berikut:
Panci penguap terdiri dari sebuah panci yang terbentuk setengah bola atau yang lebih dangkal.
Panci dibuat dari baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Panci dikelilingi oleh jaket
(selimut) uap (B). Bentuk setengah bola merupakan bentuk yang terbaik untuk penguapan,
karena memberikan permukaan yang luas untuk menerima panas dan melepaskan uap cairan.
Uap dipanaskan dimasukkan melalui lubang (C). Hasil penguapan dikeluarkan melalui (D). Hasil
embunan dikeluarkan melalui (E).

Keuntungan dengan cara ini antara lain:


a) Mudah dibuat dan biayanya murah
b) Mudah digunakan, dibersihkan dan mudah dipelihara

Kerugiannya:
a) Karena hanya tergantung pada sirkulasi alamiah, maka pemindahan panas sangat rendah.
Zat padat yang dihasilkan mungkin mengendap dan lengket pada permukaan dalam.
Dengan pemanasan yang terus- menerus pada endapan tersebut kemungkinan zat aktifnya
dapat terurai.
b) Cairan dipanskan terus-menerus, sehingga untuk bahan yang tidak tahan panas penguapan
tersebut kurang menguntungkan.
c) Permukaan pemanasan terbatas, makin besar panci secara proporsional luas
permukaannya berkurang. Pada penguapan cairan, setelah terjadi pemekatan luas
permukaan makin lama makin berkurang juga.
d) Panci terbuka, sehingga uap terlepas ke udara. Makin banyak lengas yang masuk ke udara
akan memperlambat penguapan.
e) Panci terbuka tidak dapat digunakan untuk proses pengurangan tekanan, sehingga suhu
penguapan tidak dapat diturunkan. Panci penguap hanya dapat digunakan untuk
memekatkan cairan yang berair dan termostabil. Penggunaan panci penguap untuk sediaan
galenik sangat terbatas karena kebanyakan menggunakan pelarut organik seperti etanol
dan bahan umumnya termolabil.

2) Alat penyuling
Alat ini terdiri dari bejana yang bentuknya seperti panci penguap, bagian atasnya dihubungkan
dengan pendingin. Terhadap bagian atas alat tersebut dapat dilakukan bongkar pasang
sehingga pengambilan hasil penguapan dan pembersihan bagian dalam dapat dilakukan.

Keuntungan:
a) Alat sederhana, mudah digunakan dan mudah dibersihkan
b) Uap yang keluar diembunkan oleh pendingin sehingga dapat mempercepat penguapan
c) Alat ini dapat digunakan untuk pelarut organic seperti etanol. Dengan cara ini pelarut dapat
dikumpulkan kembali dan digunakan untuk pelarut pada proses yang sama
d) Penampung dan pompa hisap dapat dipasang pada kondensor (pendingin) dengan demikian
penguapan dapat dilakukan pada tekanan yang dikurangi hingga suhu didih dapat
diturunkan.

Kerugian:
a) Pemanasan menggunakan sirkulasi alamiah jadi termasuk system konveksi (hantaran panas
karena adanya aliran), sehingga pemindahan panas kecil
b) Seluruh cairan mengalami pemanasan sepanjang waktu
c) Permukaan untuk pemanasan terbatas

Alat penyuling ini dapat digunakan untuk menguapkan pelarut, baik air maupun pelarut
lainnya. Untuk bahan yang termolabil dapat dilakukan dengan tekanan yang dikurangi. Karena
bagian atas alat ini dapat mudah dibongkar pasang, penguapan dengan cara ini cocok untuk
penguapan ekstrak samapi menjadi kering, karena hasil akhirnya mudah dikeluarkan. Cara
penyulingan ini banyak digunakan untuk industri kecil.

3) Alat penguap pipa pendek


Untuk menguapkan bahan dalam jumlah besar, penguapan dengan cara penyelimutan uap
tidak memadai lagi. Untuk penguapan secara besar-beasran dirancang suatu alat penguapan
pipa pendek.
Alat terdiri dari tabung-tabung (pipa-pipa) yang masing-masing panjangnya 1-2 m, diameter
antara 40-80 mm. tabung tersebut berjumlah lebih kurang 1000 buah dan ditempatkan dalam
bejana dengan diameter 2,5 m atau lebih. Bagian bawah dari alat penguapan yang terdiri dari
tabung-tabung iini disebut kalandria.
Cairan diatur permukaannya sedikit di atas ujung atas tabung-tabung tersebut (kalandria) dan
di atas permukaan ini diberi ruangan untuk pelepasan uap dari cairan yang mendidih. Pada
panci penguap panas berasal dari jaket uap air panas, sedang pada alat penguap pipa pendek
berasal dari uap air panas yang menyelimuti pipa-pipa dalam kalandria.
Pada waktu dipnasi, cairan akan mendidih. Pendidihan ini akan mengakibatkan adanya
sirkulasi, cairan yang mendidih naik melalui antar pipa dan kembali melalui pipa tengah yang
lebih besar.

A = Lubang masuk cairan


B = Permukaan cairan
C = Silinder cairan turun
D = Uap cairan ke pendingin
E = Kalandria
F = Jalan masuk uap air panas untuk pemanasan
dalam cairan kalandria
G = Jalan keluar uap air sesudah proses pemanasan

Gambar Alat penguap pipa pendek


Keuntungan:
a) Dengan penggunaan kalandria yang berbentuk tabung-tabung akan memperbesar
pemanasan
b) Sirkulasi yang kuat akan mengurangi lapisan batas dan mempertahankan padatan dalam
suspensi, sehingga meningkatkan kecepatan pemindahan panas
c) Seperti alat penyuling, penampung dan pompa vakum dapat dipasang pada pendingin

Kerugian:
a) Alat rumit, biaya mahal, dan sulit pemeliharaannya
b) Cairan diisikan sampai di atas permukaan kalandria, maka sejumlah besar cairan akan
mengalami pemanasan dalam waktu lama. Pengaruh ini dapat dikurangi dengan
pemindahan cairan pekat secara perlahan-lahan melalui pintu keluar pada bagian bawah
bejana

Alat ini berguna untuk menguapkan suatu jenis produk dalam jumlah besar secara terus-
menerus. Alat ini kurang cocok untuk menguapkan produk-produk yang berlainan.

b. Alat penguap dengan sirkulasi paksa


Secara umum alat penguap sirkulasi paksa merupakan alat penguap sirkulasi alamiah dengan
diberi tambahan alat pengaduk. Dalam bentuk sederhana alat tersebut berupa panic penguap
yang diberi perlengkapan batang pengaduk atau baling-baling yang digerakkan secara mekanik.
Alat penguap tersebut dapat juga berupa alat penyuling atau alat penguap pipa pendek yang
isinya mengalami pengadukan.

Alat penguap sirkulasi paksa

Cairan disirkulasikan dengan menggunakan suatu pompa, cairan akan melalui tabung-tabung yang
terdapat dalam alat tersebut. Karena jalannya menyempit, cairan mengalami kenaikan tekanan,
sehingga titik didihnya akan naik dan tidak terjadi pendidihan. Cairan tersebut setelah
meninggalkan tabung-tabung tersebut masuk ke dalam bejana penguap dan terjadi penurunan
tekanan, uap akan keluar dari cairan yang mengalami pemanasan tinggi (superheataed).
Bila dibandingkan dengan alat penguap sirkulasi alamiah, alat ini mempunyai keuntungan, yakni
dengan adanya gerakan cairan yang cepat, maka pemindahan panas dapat ditingkatkan terutama
untuk cairan kental atau bahan yang dapat mengendapkan padatan atau cairan yang mudah
membuih.
Bila alat ini dilaksanakan dengan penurunan tekanan akan lebih menguntungkan lagi karena
sirkulasi paksa akan mengatasi pengaruh makin besarnya kekentalan cairan bila terjadi penguapan
di bawah tekanan. Kenyataan tersebut dan kecepatan berlangsungnya penguapan, meyebabkan
cara ini cocok untuk penguapan bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan.

c. Alat penguap lapis tipis


Alat penguap yang diuraikan di atas dilaksanakan dengan cara mendidihkan cairan dalam suatu
bejana, uap terlepas melalui gelembung-gelembung dari dalam cairannya. Pada alat penguap lapis
tipis bahan diratakan dalm bentuk lapisan tipis pada permukaan yang dipanaskan. Perbedaan
dasar antara 2 golongan alat penguap ini sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan
pemindahan panas dan kecepatan penguapan. Lapisan tipis dapat dibentuk secara alamiah dapat
juga secara mekanik.

1) Alat penguap pipa panjang


Alat penguap jenis ini terdiri atas tabung-tabung yang diselimuti oleh uap air panas.
Perbandingan panjang tabung dan diameternya adalah antara 140 dengan 1.

Gambar Alat Penguap pipa panjang

Cairan dimasukkan melalui lubang (A). Lapisan tipis akan dibentuk di dinding dan merayap ke
atas. Alat ini disebut juga alat penguap lapis memanjat. Pada ujung atas campuran uap dengan
cairan pekat memasuki alat memisah. Caiarn pekat ditampung di penampung dan uap menuju
ke pendingin.
Cairan dalam tabung merambat ke atas, sejauh 5 m sampai 6 m tanpa bantuan tenaga
mekanik, hal ini nampaknya tidak mungkin.

Cairan merambat dalam tabung

Keuntungan alat ini:


a) Kecepatan merayap cairan cukup tinggi, sehingga mengurangi lapisan-lapisan batas yang
dapat memberikan peningkatan pemindahan panas.
b) Penggunaan pipa yang sempit dan panjang memberikan permukaan yang luas untuk
pemindahan panas
c) Dengan kenaikan efisiensi pemindahan panas, perbedaan suhu yang kecil saja sudah cukup
untuk menguapkan. Dengan demikian akan mengurangi kerusakan bahan-bahan yang tidak
tahan pemanasan.
d) Waktu penguapan sangat cepat
e) Cara ini dapat digunakan untuk menguapkan bahan yang berbuih
f) Walaupun pipa ini sangat panjang, tetapi pipa ini tidak terendam cairan seperti pada alat
penguap dengan pipa pendek sehingga tidak terdapat kenaikan titik didih yang disebabkan
oleh tekanan hidrostatik di bagian atas.

Kerugian penggunaan alat ini:


a) Mahal harganya
b) Sukar pemeliharaannya
c) Harus dilakukan oleh orang yang berpengalaman. Kecepatan penguapan yang terlalu tinggi
menyebabkan caiaran tidak cukup mengalami pemekatan, jika terlalu lambat maka lapian
tipis cairan tersebut tidak dapat dipertahankan dan mungkin akan terbentuk kerak pada
dinding pipa.
Karena penguapannya cepat, perbedaan suhu kecil serta waktu pemanasan singkat maka
cara ini cocok untuk penguapan sediaan galenik.

2) Alat penguap lapis tipis menurun


Alat penguap ini merupakan bentuk modifiaksi dari alat penguap pipa panjang yang
menyerupai alat penguap lapis tipis memanjat tetapi susunannya merupakan kebalikannya.

Gambar Alat penguap lapis tipis menurun

Cairan yang akan diuapkan masuk melalui lubang di bagian atas alat ini, yakni di atas pipa-pipa,
sedangkan konsentrat dan juga uap keluar melalui lubang keluar di bagian bawah alat.
Penggunaan alat ini menguntungkan karena gerakan cairan dibantu oleh gaya gravitasi yang
memungkinkan penanganan cairan yang amat kental.
Di dalam beberapa hal alat penguap lapis tipis memanjat dan alat penguap lapis tipis menurun
dihubungkan satu sama lain. Dalam hal ini larutan yang encer mengalami pemekatan melalui
alat penguap lapis tipis memanjat, dan selanjutnya penguapan disempurnakan melalui alat
penguap lapis tipis menurun.
Penguapan dengan cara lapis tipis menurun ini diperlukan jika dikehendaki proses penguapan
yang kuat dan juga jika cairan yang diuapkan itu sangat kental.

3) Alat penguap lapis tipis datar

4) Alat penguap lapis tipis rata


Alat ini terdiri dari suatu bejana silindris sempit dengan panjang 1 sampai 2 m. Bejana silindris
tersebut dinding sebelah luarnya diselimuti oleh jaket panas. Di dalam silinder tersebut
terdapat suatu pisau rotor yang berputar pada sumbu silinder.

Jika cairan yang akan diuapkan dimasukkan ke dalam silinder dari bagian atas dan pisau rotor
berputar, maka cairan tersebut akan merupakan lapis tipis pada dinding silinder sebelah
dalam. Sambil merayap turun karena adanya gaya gravitai, pada permukaan dinding silinder
sebelah dalam akan terjadi lapisan tipis. Lapisan tipis cairan tersebut mengalami penguapan
dan uap yang terjadi dilairkan ke pendingin, sedangkan konsentrat (larutan pekat) yang terjadi
dikeluarkan dari bagian bawah alat.
Alat ini merupakan alat penguap lapis tipis menurun dengan bejana tunggal, dimana lapisan
tipis cairan tersebut terbentuk secara mekanik karena gerakan pisau rotor. Oleh karena itu
berlangsungnya pemindahan panas sangat baik. Alat penguap ini berlangsungnya pemindahan
panas sangat baik. Alat penguap ini sangat berguna untuk cairan yang sangat kental.

5) Alat penguap ganda


Alat ppenguap tunggal seperti yang telah diuraikan menggunakan uap air untuk memanaskan
cairan. Dalam hal ini uap air tadi memindahkan panasnya untuk menguapkan cairan tersebut.
Dan selanjutnya uap yang terjadi disalurkan ke dalam suatu pendingin. Dalam pendingin ini
panas yang telah diterima oleh uap cairan tersebut diserahkan kembali kepada air pendingin
atau merupakan panas yang terbuang. Karena panas ini jumlahnya sangat besar, maka jelaslah
banyak sekali panas yang terbuang itu. Untuk mengefisienkan uap ini dapat digunakan alat
penguap ganda.
Alat penguap ganda yang paling sederhana terdiri atas dua alat penguap tunggal yang satu
sama lain dihubungkan dengan pipa sedemikian rupa, sehingga kalandria-kalandria dalam alat
penguap tersebut dapat mengalami pemanasan dengan uap. Uap yang dihasilkan dari
kalandria yang pertama digunakan untuk memanasi kalandria kedua. Dengan demikian
kalandria kedua ini berfungsi sebagai pendingin untuk uap yang berasal dari kalandria pertama
dan panas yang dimiliki oleh uap yang berasal kalandria pertama itu digunakan untuk
menguapkan cairam yang terdapat dalam kalandria kedua. Oleh karena itu panas ini tidak
terbuang percuma. Selanjutnya uap yang berasal dari kalandria kedua ini dialirkan ke dalam
pendingin seperti biasa.

Secara teoritik, berapapun banyaknya alat penguap tunggal tersebut dapat saja dihubungkan
dengan cara seperti diuraikan di atas dalam rangka meningkatkan efisiensinya. Namun dalam
prakteknya jumlah alat penguap tunggal tersebut terbatas. Alasannya adalah sebagai berikut:

a) Kalau alat-alat penguap tunggal tersebut dihubungkan satu dengan yang lain, maka masing-
masing alat tersebut harus dapat dioperasikan pada suhu yang makin rendah, sebab jika
tidak demikian tidak akan ada perbedaan suhu antara uap yang masuk dengan uap yang
akan dihasilkan dari alat penguap yang bersangkutan dan dengan demikian tidak akan
terjadi pemindahan panas pada alat-alat penguap tersebut.
b) Jumlah alat penguap tunggal tersebut ternyata juga tergantung kepada hasil penghematan
biaya proses dan biaya yang relatif diperlukan oleh masing-masing alat penguap tunggal
yang disambungkan dengan uap yang dapat dihemat atau dimanfaatkan.

Penguapan dengan pengurangan tekanan


Penguapan dengan pengurangan tekanan didasarkan atas prinsip bahwa tekanan uap suatu
cairan dipengaruhi oleh suhu dan suatu cairan akan mendidih jika tekanan uap cairan tersebut sama
dengan tekanan atmosfer yang mengelilinginya. Penggunaan proses penurunan tekanan tersebut
mempunyai tiga keuntungan yaitu:

a. Penguapan dapat berlangsung pada suhu yang lebih rendah dengan resiko kerusakan yang keil
untuk bahan-bahan yang peka panas
b. Suhu pengoperasian yang lebih rendah memberikan tingkat perbedaan suhu yang lebih tinggi,
tanpa memerlukan tekanan uap yang berlebihan
c. Makin rendah suhu pengoperasian makin rendah pula tekanan yang digunakan.
Namun derajat kekentalan akan semakin meningkat jika tekanan uap makin turun. Aliran cairan
akan mengalami perubahan dari aliran turbulen ke aliran yang lurus. Lapisan-lapisan batas akan
bertambah tebal diikuti dengan kesulitan-kesulitan dalam proses pemindahan panas serta kemungkinan
terjadinya pemanasan yang terlalu tinggi.

PENDINGIN UAP
Semua alat penguap, kecuali panci penguap selalu dalam keadaan terbuka, menggunakan
pendingin untuk memisahkan uap yang terjadi. Pendingin yang digunakan pada hakekatnya dapat dibagi
dalam dua golongan besar yaitu:

a. Pendingin permukaan atau pendingin tak langsung


Dalam alat ini tidak terjadi persentuhan langsung antara bahan yang mendingin dengan uap
yang didinginkan. Dalam hal ini uap tersebut terkondensasi pada permukaan yang didinginkan. Dalam
skala besar pendingin pipa gandalah yang umum. Uap umumnya terdapat di bagian dalam pipa
sedangkan air pendingin terdapat di bagian luarnya, tetapi dapat pula terjadi hal yang sebaliknya. Hal
yang perlu dicatat adalah bahwa kerja alat ini didasarkan atas aliran yang berlawanan arah, dimana
antara uap dan air pendinginnya mempunyai arah aliran yang berlawanan. Cairan kondensat pada saat
meninggalkan pendingin mengalami pendinginan oleh air dingin yang masuk, sedangkan air pendingin
segera meninggalkan pendingin setelah bertemu dengan uap yang masuk. Dengan demikian air
pendingin tersebut membawa panas sebanyak-banyaknya.

b. Pendingin Pancaran atau pendingin sentuhan

Gambar Pendingin Pancaran


Dalam alat ini uap yang didinginkan dengan air pendinginnya bersentuhan langsung. Karena uap
yang didinginkan bercampur dengan air pendinginnya, amka pendingin ini hanya dapat digunakan pada
alat-alat penguap yang dioperasikan untuk larutan-larutan zat dalam air.
Kondensasi uap akan menurunkan tekanan dan dengan demikian membantu upaya penurunan
tekanan pada alat penguap, namun pompa penghisap dapat juga dihubungkan dengan bagian atas
bejana yang bersangkutan.

Pengeringan ekstrak
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa
kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan. Pengeringan merupakan salah satu
proses yang dapat menentukan baik buruknya mutu produk yang dihasilkan. Karena itu proses
pengeringan harus memperhatikan sifat-sifat zat aktif, cara pemanasan, tinggi suhu dan lamanya
pemanasan. Pengeringan yang baik adalah yang dapat menghasilkan produk dengan zat aktif yang
maksimal, yang dapat mencegah kerusakan, menghasilkan butiran-butiran produk yang mudah
dihaluskan, mudah larut, curah bebas (free flowing) dan warna sebuk yang dihasilkan tidak terlalu gelap.
Pada penyimpanan yang kurang baik serbuk akan menghisap lengas udara sehingga serbuk
menjadi basah kembali. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak, yaitu dengan cara :

a. Pengeringan Evaporasi.
b. Pengeringan Vaporasi.
c. Pengeringan Sublimasi.
d. Pengeringan Konveksi.
e. Pengeringan Kontak.
f. Pengeringan Radiasi.
g. Pengeringan Dielektrik

Dari jenis bahan yang dikeringkan, jenis pengeringan adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan larutan atau suspensi


1) Pengeringan tangas air
Pengeringan dengan cara ini merupakan pengeringan yang paling sederhana. Kerugiannya
cairan penyari tidak dapat ditampung kembali. Pemekatan cairan mula-mula dapat dilakukan
dengan pemanasan agak cepat di dalam tangas air. Bila dikehendaki untuk menghasilkan
ekstrak kental atau ekstrak kering, maka pemanasan dapat diteruskan. Pemanasan harus
dilakukan dengan pengontrolan suhu, agar zat aktifnya tidak rusak. Suhu di dalam larutan
harus dijaga antara 50-600C. Pengeringan dilakukan di ruang tertutup dengan aliran udara
yang akan dapat membantu kecepatan pengeringan karena uap air yang keluar akan disedot
keluar.
Pengeringan ekstrak untuk keperluan kapsul, pil dan tablet sebaiknya hanya sampai ekstrak
kental saja. Pada pembuatan serbuk untuk untuk kapsul, ekstrak kental ditambah dengan zat
inert, misalnya aerosol, kalsium fosfat dan sebagainya. Massa tersebut kemudian dikeringakan.

2) Tong berputar
Pengeringan dengan system tong berputar belum banyak digunakan oleh perusahaan obat
tradisional. Tong yang berputar mempunyai 2 fungsi yaitu meneruskan panas dan membawa
cairan dalam bentuk lapisan tipis untuk dikeringkan. Alat pengering ini terdiri atas: Tong (A)
yang dialiri dengan udara panas dan diputar oleh as longitudinal. Permukaan tong secara
longitudinal menyentuh permukaan ekstrak cair yang akan dikeringkan, yang terdapat dalam
bejana (B). Tong panas tersebut diputar dan dengan demikian membawa ekstrak cair dalam
bentuk lapisan tipis karena permukaan tersebut panas, maka cairan sedikit demi sedikit akan
kehilangan cairannya dan mongering. Lempeng pengatur (C) berfungsi sebagai pengatur
ketebalan lapisan dan mencegah jangan sampai ekstrak cair tersebut keluar mengotori
ruangan. Lapisan tipis yang telah mengering kemudian dikerok dengan pisau (D).

Keuntungan dengan cara ini:


a) Pengeringan lebih cepat lapisan tipis merata pada daerah yang luas dan terus-menerus
b) Merupakan peralatan yang ringkas hingga membutuhkan sedikit tempat
c) Waktu pemanasan pendek
d) Alat dapat dimasukkan ke dalam ruangan pengurangan tekanan sehingga suhu penguapan
dapat diturunkan
e) Hasil yang diperoleh berbentuk serpihan yang mudah digunakan untuk berbagai keperluan

Kerugiannya:
a) Cara pemakaian harus teliti, ketebalan lapisan tipis, kecepatan berputar dan suhu harus
diatur
b) Diperlukan tenaga ahli

3) Pengeringan Kabutan
Pengeringan kabutan adalah suatu alat yang dapat mengubah cairan menjadi butir-butir padat
yang halus. Pengeringan dengan cara kabutan dilakukan dengan menyemprotan cairan dalam
bentuk butir-butir halus ke dalam aliran udara panas.
Bentuk pengering kabutan beraneka ragam. Salah satu contoh alat dengan cara kerja sebagai
berikut: udara panas dimasukkan melalui lubang (A). Cairan berupa larutan, suspensi atau
emulsi dimasukkan melalui lubang (B). Pemasukan cairan tersebut diubah bentuknya menjadi
butir-butir halus oleh atomizer (C), butir-butir halus cairan tersebut oleh udara panas diuapkan
sehingga partikel yang terlarut dapat dikeringkan dan turun ke dasar bejana pengering (D).
Penyemprotan dan suhu udara diatur sehingga butir-butir halus cairan tadi oleh udara panas
dapat dikeringkan secara sempurna. Hasil pengeringan berupa butir-butiran dapat dikeluarkan
melalui lubang (E) dan udara dapat dikeluarkan melalui lubang (F).
A = Lubang masuk udara panas
B = Lubang masuk cairan
C = Atimiser
D = Bejana pengering
E = Lubang keluar hasil pengeringan
F = Lubang keluar udara

Gambar Pengering Kabutan

Keuntungan pengeringan menggunakan pengering kabutan:


1. Waktu pengeringan cepat
2. Dapat digunakan untuk mengeringkan bahan yang tidak tahan pemanasan
3. Butiran yang dihasilkan mudah larut; bentuk hamper sama
4. Serbuk curah bebas (“free flowing”)

Kerugian:
1. Peralatan mahal, dan memerlukan ruangan yang luas
2. Panas banyak yang kurang dimanfaatkan

b. Pengeringan Bahan Padat


Alat pengering bermacam-macam jenisnya. Berdasarkan cara pemindahan panas yang terjadi
alat pengering digolongkan menjadi alat-alat pengering:
- Aliran (konveksi), pemindahan panas melalui partikel-partikel yang bergerak atau mengalir
- Hantaran (konduksi), pemindahan panas melalui bahan yang dapat menghantarkan panas
- Pancaran (radiasi), pemindahan panas yang terjadi dengan cara pancaran

1) Almari pengering
Almari pengering tergolong alat pengering sederhana dan cara pemindahan panasnya
termasuk cara konveksi. Agar suhu dan kepekatan udara dalam almari merata, almari dilengkapi
dengan kipas angin penghisap. Kipas angin penghisap tersebut membantu pemindahan panas
agar tidak terpusat pada satu tempat, tetapi akan tersebar.
Almari pengering yang baik harus dapat diatur besarnya aliran udara panas yang
mengalir melalui bahan yang dikeringkan. Udara dimasukkan melalui lubang (A) dan keluar
melalui lubang (B). Udara dipanaskan oleh pemanas (C) yang terdapat pada dinding almari.
Bahan yang dikeringkan ditempatkan pada talam. Talam diletakkan pada sekat (D) yang
dipasang berselang-seling. Udara panas mengalir mengikuti arah anak panah. Udara panas
ketika melewati tiap rak, sejumlah panas diberikan pada bahan yang dikeringkan. Panas
digunakan untuk menguapkan zat cair yang terdapat pada bahan tersebut. Agar udara tetap
panas, maka sebelum melalui sekat selanjutnya udara tersebut dipanaskan kembali oleh
pemanas yang terdekat dengan sekat tersebut.
A = Udara masuk
B = Udara keluar
C = Pemanasan
D = Sekat dengan talam
diatasnya

Gambar Almari pengering

Dengan pengaturan suhu dan kecepatan pengaliran udara, maka dapat dicegah terjadinya
kerusakan atau kerinh hanya bagian luarnya saja. Alat pengering ini sangat menguntungkan
karena rak-raknya dapat diatur sesuai dengan jumlah bahan yang dikeringkan dan suhu serta
kelembabannya dapat dikendalikan.

2) Pengeringan terowongan
Alat ini berbentuk terowongan cocok untuk pengeringan dalam skala besar. Alat ini
dasarnya sama dengan almari pengering. Bahan yang telah kering dikeluarkan dan bertemu
dengan udara yang baru masuk, sehingga terjadi pengeringan yang maksimal. Udara yang
keluar bertemu dengan bahan yang masih basah, sehingga udara mengalami penjenuhan yang
setinggi-tingginya.
Pemindahan bahan yang berlawanan dengan aliran udara disempurnakan dalam alat
pengering terowongan. Udara panas dimasukkan dari salah satu ujung, dan bahan yang
dikeringkan dimasukkan dari ujung yang lain. Alat pengering terowongan dibuat dalam
berbagai ukuran sesuai dengan keperluan. Pemindahan bahan yang dikeringkan dilakukan
dengan rel. Talam diletakkan di atas rel dan dalam waktu tertentu talam didorong kea rah
pintu masuk udara. Alat pengering ini dapat dilengkapi dengan alat pengontrol waktu
pemindahan talam, pengendali suhu dan kelembaban.

3) Pengering Putar
Alat pengering putar cocok untuk mengeringkan bahan berupa serbuk atau granul. Bila
bahan tersebut dikeringkan dalam almari pengering atau dalam pengering terowongan maka
pengeringan kurang merata. Hal ini disebabkan karena lapisan bahan yang dikeringkan dalam
keadaan tidak bergerak.
Pada alat pengering putar bahan dilewatkan dalam sebuah silinder yang berputar yang
arahnya berlawanan dengan arah aliran udara panas. Karena silinder tersebut berputar, maka
bahan yang dikeringkan akan mengalami pengolak-alikan. Pada gambar 34 dilukiskan suatu
pengering putar yang terdiri dari sebuah silinder yang diletakkan agak miring. Kedudukan
tersebut diperlukan agar bahan secara perlahan-lahan turun ke bawah. Silinder diputar
dengan kecepatan 10 putaran tiap menit. Untuk meningkatkan pengeringan alat pengering
dilengkapi dengan alat yang dapat mengangkat bahan dan menumpahkan kembali. Demikian
seluruh uadar panas akan bersentuhan dengan bahan yang dikeringkan.
Alat Pengering Putar
A = Bahan yang dikeringkan
B = Bahan yang telah dikeringkan
C = Udara panas
D = Udara keluar

c. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dari massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar
bahan sesedikit mungkin terkena panas.
Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau
sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak
mengandung senyawa aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung
membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan
(dekantasi). Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari
ekstrak yang sesuai.
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapal dipandang sebagai bahan awal,
bahan antara atau bahan produk jadi ekstrak sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahari
baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara
berarti masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal
ataupun tetap sebaga campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak yang
berada dalam sediaan obat jadi siap digunakan oleh penderita.

Faktor Yang Berpengaruh Pada Mutu Ekstrak


1) Faktor biologi
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya dan khusus dipandang dari
segi biologi. Faktor biologi, baik untuk bahan dan tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar)
ataupun dari tumbuhan liar (wild crop) yang meliputi beberapa hal, yaitu :

a) Identitas jenis (species): Jenis tumbuhan dari sudut keragaman hayati dapat dikonfirmasi
sampai informasi genetik sebagai faktor internal untuk validasi jenis (species).
b) Lokasi tumbuhan asal: Lokasi berarti faktor eksternal, yaitu lingkungan (tanah dan
atmosfer) dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperatur, cahaya) dan
materi (air, senyawa organik dan anorganik).
c) Periode pemanenan hasil tumbuhan: Faktor ini merupakan dimensi waktu dari proses
kehidupan tumbuhan terutama metabolisme sehingga menentukan senyawa kandungan.
Kapan senyawa kandungan mencapai kadar optimal dari proses biosintesis dan sebaliknya
kapan sebelum senyawa tersebut dikonversi/ dibiotransformasi/ biodegradasi menjadi
senyawa lain.
d) Penyimpanan bahan tumbuhan: Merupakan faktor efsternal yang dapat diatur karena
dapat berpengaruh pada stabilitas bahan serta adanya kontaminasi (biotik dan abiotik).
e) Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.

Selain 5 faktor tersebut, maka untuk bahan dari tumbuhan obat hasil budidaya (kultivar) ada
lagi faktor GAP (Good Agriculture Practice) sedangkan untuk bahan dari tumbuhan liar (wild
crop) ada faktor kondisi proses pengeringan yang umumnya dilakukan di lapangan.

2) Faktor kimia
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal yaitu tumbuhan obatnya, khususnya dipandang dari
segi kandungan kimianya. Faktor kimia, baik untuk bahan dari tumbuhan obat hasil budidaya
(kultivar) ataupun dan tumbuhan liar (wild crop), meliputi beberapa hal, yaitu :

a) Faktor internal
(1) Jenis senyawa aktif dalam bahan
(2) Komposisi kualitatif senyawa aktif
(3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif
(4) Kadar total rata-rata senyawa aktif
b) Faktor eksternal
(1) Metode ekstraksi
(2) Perbandingan ukuran alat ekstraksi (diameter dan tinggi alat)
(3) Ukuran. kekerasan dan kekerinqan bahan
(4) Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
(5) Kandungan logam berat
(6) Kandungan pestisida

Mutu ekstrak ditinjau dan dipandang dari senyawa kimia yang dikandung dalamnya seiring
dengan paradigma ilmu kedokteran modern, bahwa respon biologis yang diakibatkan oleh
ekstrak pada manusia disebabkan oleh senyawa kimia, bukannya dari unsur lain seperti
bioenergi dan spiritual. Senyawa kimia dalam ekstrak ditinjau dari asalnya dapat dibedakan
menjadi 4 kelompok, yaitu :
a) Senyawa kandungan asli dari tumbuhan asal
Senyawa asli sebenarnya berarti senyawa yang memang sudah ada sejak masa tumbuhan
tersebut hidup. Jika proses preparasi simplisia dan ekstraksi dijamin tidak menyebabkan
perubahah kimia, maka hasil analisis kimia terhadap ekstrak mencerminkan komposisi
senyawa kandungan asli.
b) Senyawa hasil perubahan dari senyawa asli
Dari kajian dan riset memang sudah dapat diprediksi terjadi perubahan kimia senyawa asli
karena memang sifat fisikokimia senyawa asli dan proses penstabilan yang sulit.
c) Senyawa kontaminasi, baik sebagai polutan atau aditif proses. Senyawa kontaminasi
merupakan senyawa eksogen yang tercampur pada ekstrak, baik polusi yang tidak
terhindari atau sebagai sisa atau resiriu proses.
d) Senyawa hasil interaksi kontaminasi dengan senyawa asli atau senyawa perubahan
Pengertian dan kesadaran akan adanya 4 kelompok senyawa terkandung dalam ekstrak akan
meningkatkan validasi standardisasi dan parameter mutu ekstrak. Kelompok pertama dan
kedua terkait dengan parameter standar umum yang bersifat spesifik sedangkan kelompok tiga
dan ernpat merupakan parameter standar umum nonspesifik.

Anda mungkin juga menyukai