2. Tegangan (σ)
Tegangan (stress) secara sederhana dapat didefinisikan penampang.
σ = (N/m
F : gaya (N)
A : luas penampang (mm2)
3. Regangan
Regangan (strain) merupakan pertambahan panjang suatu struktur atau batang akibat
pembebanan.
ε = ΔL
L
ΔL
• Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain konstruksi mesin.
• Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses pembentukan material.
• Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses pemotongan
material.
Dalam desain komponen mesin yang membutuhkan kondisi konstruksi yang kuat dan
kaku, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
• Daerah kerja : daerah elastis atau daerah konstruksi mesin.
•Beban yang terjadi atau tegangan kerja yang timbul harus lebih kecil dari tegangan yang
diijinkan.
•Konstruksi harus kuat dan kaku, sehingga diperlukan deformasi yang elastis yaitu
kemampuan material untuk kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan.
•Perlu safety factor (SF) atau faktor keamanan sesuai dengan kondisi kerja dan jenis material
yang digunakan.
σ
ε
Menurut Hukum Hooke tegangan sebanding dengan regangan, yang dikenal dengan
deformasi aksial :
σ = Eε
Thomas Young (1807) membuat konstanta kesebandingan antara tegangan dan regangan
yang dikenal dengan Modulus Young (Modulus Elastitas) : E
Variasi hukum Hooke diperoleh dengan substitusi regangan ke dalam persamaan tegangan.
A
ΔL
F ΔL
=E
A
AE
ΔL =
E
F. L
ΔL = δ =
A Eharus dipenuhi dalam pemakaian persamaan di atas adalah sebagai berikut :
Syarat yang
• Beban harus merupakan beban aksial
• Batang harus memiliki penampang tetap dan homogen
• Regang tidak boleh melebihi batas proporsional
γ : sudut geser
F γ
(radian)
s
τ : tegangan geser
(−)
Harga ν berkisar antara : 0,25 s/d 0,35
Harga ν tertinggi adalah dari bahan karet dengan nilai 0,5 dan harga ν terkecil adalah beton
dengan nilai : 0,1.
Efek ν yang dialami bahan tidak akan memberikan tambahan tegangan lain,
kecuali jika
ν =
ε
σ σ
SF = σ = σ
Perbandingan tegangan luluh (σy) dengan tegangan kerja atau tegangan ijin.
SF =σ
σ
Perbandingan tegangan ultimate dengan tegangan kerja atau tegangan ijin.
σ
SF =
σ
Dalam desain konstruksi mesin, besarnya angka keamanan harus lebih besar dari 1 (satu).
Faktor keamanan diberikan agar desain konstruksi dan komponen mesin dengan tujuan agar
desain tersebut mempunyai ketahanan terhadap beban yang diterima.
Pemilihan SF harus didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :
• Jenis beban
• Jenis material
• Proses pembuatan / manufaktur
• Jenis tegangan
• Jenis kerja yang dilayani
• Bentuk komponen
Makin besar kemungkinan adanya kerusakan pada komponen mesin, maka angka keamanan
diambil makin besar. Angka keamanan beberapa material dengan berbagai beban dapat
dilihat pada Tabel 3.
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan dari suatu bagian
mesin. Misalnya sebuah mesin diberi efek yang disebut sebagai F, diumpamakan bahwa F adalah
suatu istilah yang umum dan bisa saja berupa gaya.
Kalau F dinaikkan, sampai suatu besaran tertentu, sedemikian rupa sehingga jika dinaikkan
sedikit saja akan mengganggu kemampuan mesin tersebut, untuk melakukan fungsinya secara
semestinya. Jika menyatakan batasan ini sebagai batas akhir, harga F sebagai Fu, maka faktor
keamanan dapat dinyatakan sebagai berikut:
F
Bila “F” sama dengan “Fu” maka FS = 1, dan pada saat ini tidak ada keamanan. Akibatnya
sering dipakai istilah batas keamanan (margin of safety). Batas keamanan dinyatakan dengan
persamaan :
M = FS – 1
Istilah faktor keamanan, batas keamanan dan Fu banyak digunakan dalam perancangan.
Faktor keamanan untuk memperhitungkan ketidaklenturan yang mungkin terjadi atas
kekuatan suatu bagian mesin dan ketidaklenturan yang mungkin terjadi atas beban yang bekerja
pada bagian mesin tersebut.
Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan bahwa “jika gaya tari tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya”. Secara matematis ditulis
sebagai berikut.
F = -k ∆x
Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
Δx = Pertanbahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)
hukum Hooke berlaku jika benda elastis dapat kembali ke bentuk semula, dan perbandingan
antara gaya penarik dengan penambahan panjang masih linear. Dimana Perbandingan Gaya F
dengan perpanjangan x.
Aplikasi Hukum Hooke
Mikroskop yang berfungsi untuk melihat jasad-jasad renik yang sangat kecil yang tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang
Teleskop yang berfungsi untuk melihat benda-beda yang letaknya jauh agar tampak
dekat, seperti benda luar angkasa
Alat pengukur percepatan gravitasi bumi
Jam kasa atau kronometer yang dimanfaatkan untuk menentukan garis atau kedudukan
kapal yang berada di laut
Sambungan tongkat-tongkat persneling kendaraan baik sepeda motor maupun mobil
Beberapa benda yang telah disebutkan diatas memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia. Dengan kata lain, gagasan Hooke memberi dampak positif terhadap kualitas
hidup maunsia.
Note : hubungan antara tegangan dan perubahan suhu secara matematis adalah ΔV=SΔT .
Dimana ΔV adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien seebeck, dan ΔT adalah perubahan suhu.
Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak pada nilai keluaran berupa tegangan
termokopel tersebut, dan nilai S akan bersifat non-linear di atas rentang tegangan dari termokopel
tersebut.
Tegangan Geser
Gaya Geser ialah gaya yang bekerja sejajar terhadap permukaan benda (dalam hal ini
tangential / berhimpit dengan permukaan benda) . Sedangkan Gaya yang bekerja tegak lurus
terhadap permukaan benda disebut Gaya Normal.
Tegangan geser berbeda dengan tegangan tarik maupun tegangan tekan, karena tegangan geser
adalah tegangan yang disebabkan oleh gaya yang bekerja sepanjang atau sejajar dengan luas
penahan gaya, sedangkan tegangan tarik atau tegangan tekan disebabkan oleh gaya yang tegak
lurus terhadap luas bidang gaya.
Tegangan Geser terjadi ketika Suatu tarikan menyatakan suatu gaya tarik yang cenderung
memperpanjang batang, sedangkan suatu tekanan adalah gaya tekan yang cenderung
memperpendek batang. Sedangkan gaya geser merupakan suatu tahanan total akibat geseran
salah satu sisi penampang suatu bagian terhadap bagian yang lain. Tegangan geser terjadi
apabila beban terpasang menyebabkan salah satu penampang benda cenderung mengelincir
pada penampang yang bersinggungan.
Sebagai ilustrasi tentang aksi tegangan geser, maka kita dapat meninjau sambungan baut.
Sambungan tersebut terdiri dari batang datar, pengapit,dan baut yang menembus lubang di
batang dan pengapit. Akibat aksi beban tarik, batang dan pengapit akan menekan baut dengan
cara menumpu (bearing) . Selain itu, batang dan pengapit cenderung menggeser baut dan
kecenderungan ini ditahan oleh tegangan geser pada baut.
Tegangan yang terjadi pada bagian yang tergeser adalah: σ=F/A dengan A adalah luas
penampang melintang. Untuk penampang bulat, maka A = ¼π. D2, dengan D adalah diameter
penampang. Jadi dapat dituliskan tegangan geser tunggal yang terjadi adalah: σ=4F/ π. D2
Pada beberapa konstruksi tertentu dijumpai paku keling atau baut pengencang yang menerima
beban geser ganda. Dalam hal demikian maka luas penampang yang menahan beban geser
menjadi dua kali, sehingga paku keling atau baut akan menerima tegangan geser sebesar
σ=F/2A. Selanjutnya untuk kondisi pembebanan geser ganda, persamaan di atas dapat dituliskan
Regangan geser ialah perbandingan antara transvers dan perpindahan panjang awal.
Sudut (Teta) merupakan ukuran distorsi atau perubahan
Bentuk dari elemen dan disebut dengan regangan geser.
Dimana :
Δx=adalah perpindahan transvers (mm)
Modulus Geser
Modulus geser (atau modulus rigiditas), yaitu rasio dari tegangan geser dan regangan geser.
Pemahamannya sama dengan modulus Young, hanya saja perbedaannya ada pada arah gaya
dan tegangan yang terjadi. Pada tegangan geser, gaya diaplikasikan secara tangensial,
sedangkan pada tegangan biasa, gaya diaplikasikan secara tegak lurus. Sehingga arah
regangannya pun berbeda.
G=
MOMEN BENGKOK
Balok merupakan struktur yang menerima beban tegak lurus terhadap arah panjang. Karenanya balok umumnya
mengalami lenturan dan geseran pada bagian di dekat dudukan. Gaya geser, sering disebut gaya lintang akan
menyebabkan tegangan geser. Gambar menunjukkan diagram geser balok yang terjadi di sepanjang batang. Ditunjukkan
pula diagram gaya momen yang menyebabkan lenturan pada balok. Momen penyebab lenturan tersebut disebut sebagai
momen bengkok/lengkung
Dalam menganalisis suatu balok, seringkali dibutuhkan pembedaan antara bengkok/lentur murni dan lentur tak seragam.
Lentur murni mengandung arti lentur pada suatu balok akibat momen lentur konstan. Dengan demikian,bengkok/lentur
murni terjadi hanya di daerah balok dimana gaya geser adalah nol. Sebaliknya bengkok/ lentur tak seragam mengandung
arti lentur yang disertai adanya gaya geser, yang berarti bahwa momen lentur berubah pada saat kita menyusuri sepanjang
sumbu balok.
Pada suatu balok yang dibebani, kemungkinan balok akan melengkung akibat gaya momen yang bekerja.
Terdapat dua macam momen bengkok/lentur, momen bengkok/ lentur positif dan momen lentur negatif. Tampang balok
yang mengalami lenturan positif akan mengalami tegangan dengan arah sejajar panjang batang (tegangan normal). Di
bagian atas sumbu tengah tampang akan mengalami tegangan tekan (Compression Stress). Bagian bawah sumbu tampang
mengalami tegangan tarik (tension stress). Sedangkan tampang dengan bengkok/ lenturan negatif berlaku kebalikannya,
tegangan Tarik di bagian atas dan tegangan tekan di bagian bawah sumbu tampang.
Momen Inersia
Momen inersia penampang terhadap suatu garis yaitu jumlah luas penampang (elemen) terkecil dikalikan dengan kwadrat
jarak normal terhadap titik beratnya, atau luas penampang dikalikan kwadrat jaraknya .
Mb
Tegangan Lengkung/Bengkok ( b) =
Wb
b = Teg. Bengkok/Lengkung
(N/mm2) Wb = Momen tahanan
bengkok (mm3) Mb= Momen
bengkok (N.mm)