Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS DAN JURNAL

ANAK DENGAN IRITASI PERISTOMA


DI RUANG CENDANA 4 RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kelompok


Stase Praktik Keperawatan Anak

Oleh:

Rina Dewi Anggraeni 17/421002/KU/20187


Agustin Wulandari 17/420942KU/20127
Cindy Safitri Utami 17/420954/KU/20141
Anas Ferhonika 17/420946/KU/20131

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ileostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Lubang Ileostomi yang
muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma.
Ileostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Murwani, 2009).
Pasien dengan pemasangan Ileostomi disertai dengan tindakan laparotomi
(operasi pembukaan dinding perut). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya yang bersebelahan dengan lubang stoma
yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi
luka (Murwani, 2009). Komplikasi pada stoma yang dapat terjadi adalah
obstruksi/penyumbatan yang diakibatkan karena adanya perlengketan usus
atau adanya pergeseran feses yang sulit dikeluarkan, stenosis akibat
penyempitan lumen, prolap pada stoma akibat kelemahan otot abdomen,
perdarahan stoma akibat tidak adekuatnya haemostasis dari jahitan batas
mucocutaneus, edema jaringan stoma akibat tekanan dari hematoma
peristomal dan pengkerutan dari kantong Ileostomi, nekrotik stoma akibat
cedera pada pembuluh darah stoma, dan retraksi/pengkerutan stoma akibat
kantong stoma yang terlalu sempit/tidak pas untuk ukuran stoma dan akibat
jaringan scar disekitar stoma (Blackley, 2004).
Penelitian Lyon, dkk (2000) dari 325 responden, 73% melaporkan adanya
masalah kulit pada penggunaan kantong stoma. Dermatosis termasuk reaksi
iritasi, terutama dari kebocoran urin atau tinja (42%); penyakit kulit yang
sudah ada, terutama psoriasis, dermatitis seboroik dan eksim (20%), infeksi
(6%);dermatitis kontak alergi (0,7%) dan pioderma gangrenosum (0,6%
kejadian tahunan). Selanjutnya 15% dari pasien mengalami dermatitis
persisten atau berulang tidak diketahui dengan pasti apakah akibat alergi,
infeksi atau iritasi dari fekal. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa
insiden peristomal kulit pada pasien ostomy berkisar 25% sampai 35%.

2
Penelitian Piccinellil,Brazzale,dan Saracco (2009) juga menunjukkan dari 48
pasien, 35 (73%) menyatakan tidak ada masalah kulit tapi secara keseluruhan
27 pasien memiliki gangguan kulit (11 dari mereka menyadari memiliki
masalah dan 16 dari mereka tidak sadar). Pasien yang melakukan perawatan
stoma tidak melaporkan masalah apapun meskipun 27 mempunyai beberapa
gangguan kulit. Tidak ada pasien yang dilaporkan memiliki erosi kulit
meskipun 13 terdeteksi oleh perawat stoma.
Dari beberapa penelitian diatas ditemukan bahwa masalah iritasi pada
pasien dengan Ileostomi sering ditemukan. Penanganan yang tepat dan
penatalaksanaan yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan
kenyamanan pasien dengan Ileostomi. Pada anak- anak perawatan Ileostomi
sangat bergantung pada orang tua. Perawatan yang kurang baik dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada anak seperti iritasi pada kulit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan iritasi kulit di sekitar
stoma?
2. Bagaimana terapi yang tepat untuk menangani iritasi kulit di sekitar stoma
pada anak?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan yang dapat
dikemukakan dari analisis jurnal ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan iritasi di sekitar
stoma.
2. Mengetahui terapi yang tepat untuk menangani iritasi di sekitar stoma
pada anak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Ileostomi adalah membuat ostomi di Ileus, dibentuk bila usus tersumbat
oleh tumor (Harahap, 2006). Ileostomi adalah Sebuah lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
feses (M. Bouwhuizen, 1991). Ileostomi adalah suatu operasi untuk
membentuk suatu hubungan buatan antara kolon dengan permukaan kulit
pada dinding perut.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ileostomi merupakan suatu
membuatan lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces
dapat bersifat sementara ataupun permanen.
Ileostomi merupakan suatu tindakan membuat lubang pada ileus kanan
maupun kiri yang dibuat sementara atau menetap. Ileostomi pada bayi dan
anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang
dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Ileostomi pada bayi dan anak
biasanya bersifat sementara. Ileostomi dapat menimbulkan komplikasi dan
perubahan konsep diri pasien.
1. Ileostomi temporer/ sementara
Pembuatan Ileostomi biasanya untuk tujuan dekompresi Ileus atau
untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian Ileus akan
dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Ileostomi
temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui
abdomen yang disebut Ileostomi double barrel. Lubang Ileostomi yang
muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang
disebut STOMA. Pada minggu pertama post Ileostomi biasanya masih
terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien
dengan pemasangan Ileostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat
beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan
lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang
dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu
memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti

4
balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus segera
mengganti kantong Ileostomi jika kantong Ileostomi telah terisi feses
atau jika kontong Ileostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen.
Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap
kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit
dan untuk kenyamanan pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami
iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli
jika pasien alergi terhadap perekat kantong Ileostomi. Pada pasien
yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi
kantong Ileostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2. Ileostomi Permanen
Pembuatan Ileostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien
sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena
adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan Ileus sigmoid atau
rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Ileostomi
permanen biasanya berupa Ileostomi single barrel ( dengan satu ujung
lubang).
B. Macam- macam Ileostomi
1. Berdasarkan lubang Ileostomi di bagi menjadi 3 :
a. Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang
atau ditutup.
b. Double barreled
Biasanya meliputi Ileus transversum. Kedua ujung Ileus yang direksesi
dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua
stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal
mengalirkan feses.
c. Ileostomi lop-lop
Yaitu Ileus transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan
diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk
adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan dari
usus dengan menggunakan pemotong.
2. Jenis Ileostomi Berdasarkan Bentuk Ileostomi
a. Loop Ileostomi

5
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya
Ileostomi tersebut akan ditutup. Jenis Ileostomi ini biasanya
mempunyai stoma yang berukuran besar.
b. End Ileostomi
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup
(disebut Kantong Hartman) dan dibiarkan didalam rongga abdomen,
end ileostomi merupakan hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.
c. Double-Barrel Ileostomi
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang
berfungsi dan stoma distal yang tidak berfungsi.
C. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang
dikenal sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih
besar menjadi resiko kanker Ileus (dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker Ileus muncul dari polip adenomatosa yang
menutupi dinding sebelah dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan
abnormal ini memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi
adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak adenomatosa mengembangkan
polip diIleus, yang pada akhirnya menyebabkan kanker usus besar. kanker
biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis
cenderung berjalan dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi
mengembangkan kanker Ileus, meliputi hal-hal berikut :
1. Kolitis useratif atau penyakit chron
2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
3. obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar
4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk
kanker usus besar.
D. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker
Ileus,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang
disebut dengan Ileostomi yaitu lubang dibuat dari segmen. Lubang tersebut
ada yang bersifat sementara dan permanen..
E. Pathway

6
Ileostomy

Ileostomy Ileostomi

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan ileostomi adalah sebagai
berikut :
1. Penempatan letak stoma yang tidak tepat.
Dimana disini mengakibatkan pemakaian stoma bag menjadi sulit
akan cenderung menjadi bocor sehingga merusak kulit, ini akan
menghalangi aktivitas sehari-hari.
2. Nekrosis dan retraksi stoma
Vaskularisasi yang tidak memadai pada stoma akan segera
mengakibatkan iskemia atau nekrosis segera setelah operasi,
perkembangan nekrosis harus segera dievaluasi dan ditentukan
perluasannya. Bila nekrosis hanya terjadi pada bagian permukaan serosa
tidak perlu dilakukan tindakan segera, mungkin jaringan yang nekrotik
akan mengelupas atau perlu debridement. Bila nekrosis meluas hingga

7
dibawah fasia maka perlu segera dilakukan laparatomy untuk mencegah
terjadinya peritonitis.
Mobilisasi yang tidak memadai dari mesentrium atau fiksasi yang
jelek dari stoma ke kulit atau fasia mengakibatkan retraksi dari stoma,
biasanya pada masa awal periode operasi. Retraksi dibawah fasia
memerlukan tindakan segera untuk mencegah peritonitis. Retraksi diatas
fasia tidak memerlukan tindakan intervensi segera. Ini biasanya akibat
pemasangan stoma bag / appliance yang jelek.
3. Kerusakan kulit
Pengotoran cairan produk stoma dikulit sekitar stoma
mengakibatkan kulit maserasi dan rusak. Hal ini lebih sering terjadi pada
ileostomi dimana produk stomanya cair dan mengandung zat proteolitik
dari enzim pancreas, hal ini bisa pula terjadi pada ileostomi di proksimal
dari pleksura lienalis atau pada Ileostomi yang diare. Biasanya terjadi
oleh karena pemasangan stoma bag / appliance yang jelek sehingga bocor.
Kerusakan kulit mungkin juga terjadi oleh karena folikulitis peristomal,
dermatitis kontak / alergi. Produk ileostomi yang tinggi, penyakit crohn’s
yang kambuh, obstruksi parsial usus halus, sepsis intra abdominal stenosis
soma dan gastro enteritis juga berperan terhadap kejadian kerusakan kulit.
Ekskoriasi kulit harus ditangani dengan pemasangan stoma bag /
appliance yang baik untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut.
Dianjurkan untuk konsultasi pada stomal terapis khususnya pada
kerusakan kulit yang berat. Bila konstruksi stoma yang tidak baik dan
perawatan enterostomal yang intensif tidak membaik maka diperlukan
tindakan pembedahan untuk merekonstruksi stoma tersebut. Perhatian
harus diberikan pada ileostomi dengan produk tinggi dengan
menggunakan obat-obat anti diare, manipulasi dengan diet serta
penggantian cairan dan elektrolit.
Untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, penting untuk mengatasi
gangguan kulit yang terjadi di sekitar stoma. Masalah kulit peristomal
menciptakan tantangan unik karena salep dan krim topikal tertentu bisa
sangat berminyak, sering karena kehadiran minyak kelapa, parafin cair,
atau gliserin. Aplikasi dari produk ini mempengaruhi adhesi peralatan
stoma. Salah satu cara untuk menghindari masalah ini adalah dengan

8
menerapkan krim steroid topikal di bawah oklusi oleh hidrokoloid atau
membran uap-permeabel lainnya sebelum menempatkan peralatan ostomy
pada pasien. Namun, ini ditemukan efektif hanya ketika iritasi setidaknya
3 cm dari peralatan stoma.
4. Striktura stoma
Walaupun striktura stoma merupakan komplikasi yang terjadi
kemudian, ini biasanya terjadi karena perkembangan serositis segera
setelah periode operasi. Paling sering disebabkan oleh nekrosis dan
retraksi yang mengakibatkan lepasnya jahitan mukokutaneus sehingga
serosa menjadi terpapar dan akibatnya terjadi serositis. Dilatasi stoma
biasanya tidak efektif, diperlukan tindakan eksisi kulit dan skar dan
menjahit ulang mukosa intestinal ke kulit untuk membuat lubang stoma
yang memadai.
5. Prolap stoma
Biasanya terjadi pada saat konstruksi stoma usus dalam keadaan
dilatasi atau edema. Lubang stoma dibuat terlalu besar dan setelah itu
usus mengecil menjadi normal kembali ukurannya. Bila kasusnya
ileostomi yang temporer maka diperlukan tindakan definitif menyambung
usus. Bilamana stomanya permanen maka konversi loop ileostomi ke end
ileostomi dengan mucous fistule pada tempat yang baru sangat
membantu. Tetapi pada prolaps Ileostomi yang berlebihan perlu
didiskusikan reseksi pada bagian yang berlebihan tersebut dan
merekonstruksi stomanya.
6. Hernia para stoma
Hernia parastomal merupakan problem paling sering yang
memerlukan tindakan koreksi pembedahan berkenaan dengan konstruksi
Ileostomi. Komplikasi ini terjadi mungkin karena pembuatan lubang
stoma yang terlalu besar atau peletakkan stoma diluar muskulus rektus.
Indikasi tindakan koreksinya adalah adanya gejala obstruksi, nyeri para
stomal, kesulitan perawatan stoma atau pemasangan stoma bag /
appliance. Relokasi stoma dan penutupan defek hernia adalah tindakan
yang paling efektif.
G. Penatalaksanaan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.

9
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FK UGM
Nama : Rina D.A // Agustin W // Cindy S.U // Anas F
Ruang : Cendana 4
Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2018
Tanggal Praktek : 14 – 20 Juni 2018

I. IDENTITAS KLIEN
No. Rekam Medis : 01.85.25.XX

Tgl Masuk RS : 13 Juni 2018

Nama Klien : An. A.Z

10
Nama Panggilan : An. Z
TTL : 20 September 2015
Umur : 2 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Bahasa yg dimengerti : Bahasa Indonesia
Orangtua/wali
Nama Ayah.Ibu/wali : Tn. M
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Alamat ayah/ibu/wali : Swasembada, Kebon Bawang

II. KELUHAN UTAMA


Nyeri dan iritasi di daerah sekitar stoma
III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
7 Mei 2018 pasien menjalani laparotomi appendictomy ec appendisitis
perforasi di RS Rajawali, perawatan 7 hari kemudian BLPL. 15 HSMRS
anak nyeri perut dan kembung, berobat ke RS PKU Muhammadiyah dan
didiagnosa ileus kemudian dilakukan operasi laparotomi ileostomy tanggal
20 Mei 2018. Tanggal 27 Mei 2018 luka operasi tidak menutup, ditemukan
iritasi sekitar stoma dan dilakukan operasi ulang, saat kondisi membaik
dipulangkan dengan kondisi iritasi di sekitar stoma. HMRS iritasi semakin
memberat dan nyeri.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Prenatal
Ibu pasien mengatakan mengunjungi bidan dan tenaga kesehatan selama
hamil lebih dari 5x. Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit, tidaak
ada riwayat hospitalisasi saat hamil. Ibu pasien mengatakan keluhan
mual dan muntah biasa di awal kehamilan. Anak lahir spontan dari ibu
G6P4A2 dengan usia 38 tahun pada saat melahirkan.
b. Perinatal dan post natal
Pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan, berat lahir 3000 gram, panjang
badan 48 cm, langsung menangis, ASI ekslusif, makanan tambahan usia
6 bulan
c. Penyakit yang pernah diderita
Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah menderita sakit
apapun, hanya batuk pilek biasa.
d. Hospitalisasi/tindakan operasi:
Pasien telah menjalani 3x operasi.
e. Injury/kecelakaan : Tidak ada

11
f. Alergi
Tidak ada
g. Imunisasi
Pasien mengikuti imunisasi lengkap
h. Pengobatan
Keluarga pasien memiliki kecenderungan untuk menuju ke tenaga medis
jika terdapat anggota keluarga yang sakit
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
Tengkurap 7 bulan
Duduk 11 bulan
Merangkak 13 bulan
Berdiri 15 bulan
Berjalan 18 bulan

VI. RIWAYAT SOSIAL


a. Yang mengasuh : orang tua
b. Hubungan dengan anggota keluarga: pasien dekat dengan semua anggota
keluarga
c. Hubungan dengan teman sebaya: pasien jarang bermain dengan teman
sebaya, pasien biasa bermain dengan kakak-kakanya dirumah
d. Pembawaan secara umum: secara umum anak berperilaku baik, akan
tetapi anak mulai rewel ketika akan dilakukan perawatan pada Ileostomi.
VII. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi: keluarga memiliki tingkat ekonomi menengah.
b. Lingkungan rumah: rumah terdiri dari 4 kamar, lantai keramik, ventilasi
cukup, air bersih, kebersihan selalu diperhatikan.
c. Penyakit keluarga: tidak ada
d. Genogram

An.PENGKAJIAN
VIII. Z. TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (Gunakan
format Denver/ DDST)
a. Personal social
Pasien merupakan anak laki laki berusia 2 tahun 8 bulan. Pasien
merupakan anak yang ceria dan suka bermain serta mandiri.
b. Adaftif motorik halus

12
Normal
c. Bahasa
Pasien mampu dan mengerti ketika diajak bicara
d. Motorik kasar
Normal
IX. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN SAAT INI
1. Persepsi kesehatan – pola manajemen kesehatan
Ketika pasien sakit, keluarga langsung membawa ke rumah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan.
2. Nutrisi
A : BB: 11 kg, TB: 83 cm
B : Tidak ada hasil lab
C : konjungtiva tidak anemis, mukosa oral lembab, mulut bersih
D : tidak terjadi perubahan nafsu makan sebelum sakit dan sesudah sakit.
Pasien makan 3x sehari dengan porsi sedang,
3. Cairan
Anak minum 7 gelas/hari.
4. Pola aktivitas – latihan
Sebelum sakit anak aktif bermain, setelah sakit anak masih aktif bermain
akan tetapi berhenti bermain jika sudah tidak nyaman saat kantong
Ileostomi sudah mulai penuh dan bocor.
5. Pola tidur – Istirahat
Pasien tidur 9 jam/hari. Kadang pasien harus bangun di malam hari
untuk melakukan perawatan Ileostomi.
6. Pola eliminasi
Miksi: kurang lebih 4x/hari
Bowel : feses keluar melalui Ileostomi.
7. Pola Hubungan: pasien tinggal bersama ayah, ibu dan 3 kakaknya.
8. Koping atau tempramen dan disiplin yang diterapkan: pasien selalu
mengamuk ketika dilakukan perawatan
9. Kognitif dan persepsi: tidak ada keluhan
10. Konsep Diri: pasien merupakan anak yang ceria
11. Seksual dan menstruasi : pasien laki-laki berusia 2 tahun 8 bulan, tidak
terpasang kateter, tidak ada kelainan pada genitalia.
12. Nilai dan Kepercayan: pasien beragama Islam

X. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 36,6
Nadi : 110x/menit
Tekanan darah :-
Pernapasan : 24x/menit
2. Kulit : sawo matang, kulit mengalami iritasi di sekitar
stoma sampai dengan punggung sebelah kanan, akral hangat.

13
3. Kepala : mesosephal, tidak terdapat luka, rambut berwarna
hitam, kondisi bersih
4. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
5. Hidung : tidak ada perdarahan, tidak ada cairan abnormal.
6. Telinga : bersih, tidak ada discharge
7. Mulut dan tenggorokan: mulut bersih
8. Paru-paru :
Inspeksi : warna sawo matang, simetris kanan kiri, tidak ada luka, pasien
sulit batuk
Palpasi : tidak ada ketertinggalan gerak
Perkusi : sonor kanan kiri
Auskultasi : vesikuler kanan kiri
9. Jantung : S1 S2 reguler, tidak ada suara jantung tambahan
10. Abdomen
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, terdapat stoma pada perut sebelah
kanan, terdapat bekas jahitan operasi, iritasi di sekitar stoma sampai ke
punggung
Perkusi : timpani, tidak ada distensi/asites
Palpasi : tidak ada respon nyeri tekan
Auskultasi :bising usus (+)

11. Genitalia : tidak ada luka, tidak ada benjolan


12. Anus dan Rectum : bersih, tidak ada luka
13. Neurologi : E4V5M6, tidak ada tingkah laku menyimpang,
tidak ada kejang
14. Muskuloskeletal
15. Kekuatan otot :
5 5

16. Gerakan : 5 5
B B

B B
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
Tidak ada
XII. INFORMASI LAIN (MENCAKUP RANGKUMAN KESEHATAN
KLIEN DARI GIZI, FISIOTERAPIS, MEDIS, DLL)
Tidak ada

14
15
XIII. ANALISIS DATA
No Hari, Tanggal Data Masalah Etiologi

1. Kamis, 14 Juni 2018 DS: Pasien menangis mengatakan sakit Nyeri Akut Agen Injuri Fisik
ketika dilakukan perawatan ostomi.
DO: Pasien menangis dan mencoba
menghindar ketika dilakukan perawatan
Ileostomi

2. Kamis, 14 Juni 2018 DS: - Kerusakan integritas kulit Faktor Mekanik


DO: Terdapat stoma, terdapat iritasi
kemerahan disekitar stoma Risiko Infeksi
Perubahan Integritas Kulit
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosis NOC NIC

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


agen injuri fisik Aktivitas :
Domain 12 : Kenyamanan Definisi : Keparahan dari nyeri yang diamati atau 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik dilaporkan 2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan
Definisi : Pengalaman sensori dan tepat
emosional tidak menyenangkan Indikator dan skala : 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
yang muncul akibat kerusakan mempengaruhi respon pasien
Indikator awal target 4. Ajarkan prinsip manajemen nyeri
jaringan aktual atau potensial atau
5. Kolaborasikan dengan orang terdekat untuk
yang digambarkan sebagai 1. Nyeri yang dilaporkan 3 4
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
kerusakan. 2. Menangis
Batasan Karakteristik : 3. Denyut nadi 2 4 nonfarmakologi
- Bukti nyeri dengan menggunakan 4. Frekuensi nafas
standar daftar periksa nyeri untuk 5 5
pasien yang tidak dapat
5 5
mengungkapkannya
- Ekspresi wajah nyeri Keterangan :
- Mengekspresikan perilaku
(merengek, menangis) 1 : Berat
Faktor yang berhubungan :
Agens cidera fisik 2 : Cukup Berat

3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada

2. Kerusakan Intgritas Kulit Integritas Jaringan : Kulit & Membran Mukosa Perawatan Ostomy
berhubungan dengan Faktor Definisi : Keutuhan structural dan fungsi fisiologis
Mekanik normal kulit dan membrane mukosa
Aktivitas :
Domain 11 : Keamanan Indikator dan skala :
Perlindungan 1. Damping klien untuk memenuhi perawatan diri
Indikator awal target 2. Monitor stoma, kondisi disekelilingnya, dan
Kelas 2 : Cidera Fisik adaptasi terhadap penggunaan peralatan untuk
Definisi : Perubahan/ gangguan 1. Integritas kulit 3 5 menunjangnya
epidermis dan atau dermis. 2. Kulit 3. Ganti atau kosongkan kantong stoma
Batasan Karakteristik: terkelupas 2 4 4. Irigasi stoma sesuai dengan kebutuhan
Gangguan permukaan kulit 5. Monitor pola eliminasi
Keterangan :
(epidermis) 6. Damping klien untuk mengidentifikasi faktor
Faktor yang berhubungan: 1 : Berat yang mempengaruhi pola eliminasi
Faktor mekanik 7. Gali kemampuan klien terhadap perawatan
2 : Cukup Berat stoma
8. Ajarkan klien/keluarga/orang lain yang berarti
3 : Sedang mengnai diet yang tepat dalam menghadapi
perubahan yang diharapkan pada fungsi
4 : Ringan eliminasinya
9. Berikan dukungan dan pendampingan saat klien
5 : Tidak ada
merawat stoma dan kulit disekitarnya
10. Ajarkan klien untuk menguyah makanan hingga
lunak, hindari makanan yang menyebabkan
pencernaan terganggu, tambahkan makanan baru
satu jenis paa satu waktu tertentu dan minum
yang banyak
11. Ajarkan klien mekanisme mengurangi bau

3. Risiko Infeksi Perubahan Integritas Keparahan Infeksi Kontrol Infeksi


Kulit Definisi : Keparahan tanda dan gejala infeksi

Domain 11 : Keamanan Indikator dan skala : Aktivitas :


Perlindungan
Indikator Awal Target 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Kelas 1 : Infeksi lokal/sistemik
1. Kem 2 4 2. Batasi jumlah pengunjung
Definisi : Rentan mengalami invasi erahan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
dan multiplikasi organisme 2. Dem 5 5 aktivitas perawatan pada setiap klien
patogenik yang dapat mengganggu am 4. Dukung istirahat
5 5
kesehatan 3. Keti 5. Dukung asupan makanan dan cairan
dakstabilan suhu 6. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
Faktor Risiko : Keterangan : antibiotik yang diresepkan
7. Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda
Gangguan integritas kulit 1 : Berat dan gejala infeksi
8. Ajarkan klien dan keluarga mengenai cara
2 : Cukup Berat untuk menghindari infeksi
3 : Sedang

4 : Ringan

5 : Tidak ada

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Diagnosis Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi

1. Nyeri akut Kamis, 14 Juni Jam 09.30 S : Ibu An. Z mengatakan terdapat iritasi disekitar
2018 stoma, anak kadang meringis karena perih skala 3-4
 Memantau ekspresi anak terkait nyeri
yang dirasakan O : N 110x/mnt, RR : 24x/mnt, terdapat iritasi
 Membantu menenangkan anak/ pasien kemerahan disekitar stoma, anak menangis dan
berteriak kesakitan saat dilakukan penggantian
Jam 10.15 kantong Ileostomi
 Melakukan pengkajian nyeri kepada A : Masalah belum teratasi
anak dan orang tua
Indikator A C T

1. Ny 3 3 4
eri yang dilaporkan
2. Me 2 2 4
nangis
3. De 5 5 5
nyut nadi 5 5 5
4. Fre
kuensi nafas
P: Mengajarkan anak dan keluarga teknik distraksi
Jum’at 15 Juni Jam 10.00 S : Bpk An.Z mengatakan sudah melakukan apa yang
2018 diajarkan dan cukup efektif anak jadi lebih tenang
 Menanyakan apakah anak masih
merasakan nyeri O : N 100x/mnt, RR 20x/mnt, saat dilakukan
 Mengajarkan anak dan keluarga teknik perawatan Ileostomi anak menangis namun lebih
tenang dari sebelumnya
distraksi untuk mengurangi nyeri
Jam 13.45 A : Masalah teratasi sebagian

 Memantau ekspresi anak terakit nyeri Indikator A C T


yang dirasakan 1. 3 3 4
Jam 16.30 Nyeri yang dilaporkan
2. 2 3 4
 Menanyakan apakah sudah melakukan Menangis
3. 5 5 5
apa yang telah diajarkan
Denyut nadi 5 5 5
 Menanyakan apakah efektif teknik yang
4.
telah diajarkan Frekuensi nafas
P : Manajemen nyeri pada anak
Sab’tu, 16 Juni Jam 09.45 S : Ibu An. Z mengatakan anak masih merasa sakit
2018 kadang-kadang
 Memantau ekspresi anak terkait nyeri
yang dirasakan O : N 105x/mnt, RR 20x/mnt, anak masih menangis
saat dilakukan perawatan Ileostomi, anak cukup
Jam 12.00 tenang jika menonton kartun di HP
 Menanyakan apakah anak bisa tidur A : Masalah teratasi sebagian
semalam
 Menanyakan apakah anak masih merasa
kesakitan didaerah stoma
 Memotivasi anak dan keluarga untuk
Indikator A C T
melakukan teknik distraksi untuk
mengurangi nyeri 1. Nyeri yang dilaporkan 3 4 4
2. Menangis
3. Denyut nadi 2 3 4
4. Frekuensi nafas
5 5 5

5 5 5

P : Manajemen nyeri

2 Kerusakan Integritas Kamis, 14 Juni Jam 09.30 S : Ibu An. Z mengatakan sering rembes dan mengenai
Kulit 2018 iritasi area sekitar stoma
 Mencuci tangan sebelum tindakan ke
& Risiko Infeksi pasien O : Stoma berwarna merah, area sekitar stoma iritasi
 Melakukan penggantian kantong sampai ke daerah punggung sedikit, kadang
berdarah. Feses berwarna kuning, rembes, S=
Ileostomi
36,0°C
 Membersihkan stoma dan area sekitar
stoma A : Masalah belum teratasi
 Memantau stoma dan area sekitar stoma
terkait tanda-tanda infeksi Indikator A C T
 Meminta ibu untuk selalu mendampingi
1. Integritas kulit 3 3 5
anak/ pasien 2. Kulit terkelupas
 Memasang kantong Ileostomi bag yang 3. Kemerahan 2 2 4
baru 4. Demam
5. Ketidakstabilan suhu 2 2 4
Jam 10.30
5 5 5
 Melakukan penggantian kantong
5 5 5
Ileostomi dan membersihkan area
sekitar stoma yang terkena rembesan P : - Perawatan stoma dan penggantian kantong
Ileostomi
Jam 14.00
- Monitor tanda dan gejala infeksi
 Melakukan penggantian kantong
Ileostomi dan membersihkan area
sekitar stoma yang terkena rembesan
 Monitor tanda dan gejala infeksi di
stoma dan area sekitar stoma
Jum’at, 15 Juni Jam 10.00 S : Ibu An. Z mengatakan masih suka rembes dan
2018 minta tolong untuk diganti kantong Ileostomi dan
 Mencuci tangan sebelum tindakan ke dibersihkan area stoma
pasien
 Melakukan penggantian kantong O : stoma berwarna merah, area sekitar stoma iritasi
berwarna merah, ada yang berdarah dan ada yang
Ileostomi
sudah mulai kering, S 36,9°C
 Membersihkan stoma dan area sekitar
stoma A : Masalah teratasi sebagian
 Memantau stoma dan area sekitar stoma
terkait tanda-tanda infeksi
 Meminta ibu untuk selalu mendampingi
anak/ pasien
Indikator A C T
 Memasang kantong Ileostomi bag yang
baru 1. Integritas 3 3 5
kulit
Jam 12.00 2 3 4
2. Kulit
 Mendorong anak untuk istirahat terkelupas
3. Kemerahan 2 3 4
 Menanyakan apakah makan siang habis
4. Demam
5 5 5
dan apakah anak makan dengan lahap 5. Ketidakstabi
 Mengajarkan ibu dan ayah anak lan suhu 5 5 5
mengenai tanda dan gejala infeksi
P : - Perawatan stoma dan penggantian kantong
Jam 13.45 Ileostomi
 Melakukan penggantian kantong - Monitor tanda dan gejala infeksi
Ileostomi dan membersihkan area
sekitar stoma yang terkena rembesan
Jam 18.00

 Melakukan penggantian kantong


Sab’tu, 16 Juni Jam 09.45 S : Ibu An.Z mengatakan rembes lagi dan bingung
2018 bagaimana cara agar tidak rembes
 Mencuci tangan sebelum tindakan ke
pasien O : stoma berwarna merah, iritasi sekitar stoma mulai
 Melakukan penggantian kantong ada yang kering namun masih ada yang basah dan
Ileostomi berdarah, feses keluar dan rembes ke balutan, S
 Membersihkan stoma dan area sekitar 36,7°C
stoma
 Memantau stoma dan area sekitar stoma A : Masalah teratasi sebagian
terkait tanda-tanda infeksi
 Meminta ibu untuk selalu mendampingi Indikator A C T
anak/ pasien 1. Integritas kulit 3 3 5
 Memasang kantong Ileostomi yang baru 2. Kulit terkelupas
Jam 13.00 3. Kemerahan 2 3 4
4. Demam
 Melakukan penggantian kantong 5. Ketidakstabilan suhu 2 3 4
Ileostomi dan membersihkan area
sekitar stoma yang terkena rembesan 5 5 5
Jam 16.30 5 5 5
 Melakukan penggantian kantong P : - Perawatan stoma dan penggantian kantong
Ileostomi dan membersihkan area Ileostomi
sekitar stoma yang terkena rembesan
Jam 20.20 - Monitor tanda dan gejala infeksi

 Melakukan penggantian kantong


Ileostomi dan membersihkan area
sekitar stoma yang terkena rembesan
 Monitor tanda dan gejala infeksi
BAB IV
ANALISIS JURNAL
A. IDENTITAS JURNAL

CARA PENCARIAN JURNAL


1. Menentukan PICO
P Peristomal MASD
I Using barrier dressing class
C S
O Management MASD
2. Menuju search engine dan ke alamat; www.scholar.google.com
3. Memasukan kata kunci sesuai dengan PICO
4. Membatasi tahun terbit 2013-2018
5. Ditemukan 65 jurnal yang sesuai kata kunci
6. Terpilih 2 jurnal yang relevan untuk menjawab pertanyaan sesuai PICO dan diharapkan
dapat menjawab kasus yang terjadi di bangsal
7. Berikut ini adalah identitas jurnal yang kami bahas:
Judul Jurnal Utama : Management of Moisture-Associated Skin Damage: A
Scoping Review
Penulis : Kevin Y. Woo, PhD, NP; Dimitri Beeckman, PhD, RN;
and Debashish Chakravarthy, PhD
Penerbit : ADVANCES IN SKIN & WOUND CARE, VOL 30 no.
11
Tahun terbit : 2017
Judul jurnal Pendukung 1 : Dressings and Products in Pediatric Wound Care
Penulis : Alice King, Judith J. Stellar, Anne Blevins, and Kara
Noelle Shah
Penerbit : ADVANCES IN WOUND CARE, VOLUME 3,
NUMBER 4
Tahun terbit : 2014

B. METODE PENELITIAN

26
Jurnal utama yang kami analisis merupakan jurnal scoping review. Berbeda dengan
systematic review, scoping review tidak melibatkan penilaian studi individual secara
detail. Peneliti mengumpulkan artikel dengan rentang tahun 2000 sampai dengan 2015.
Artikel tersebut mengenai evaluasi intervensi untuk mencegah atau mengatasi MASD,
baik yang telah dipublish ataupun belum, dengan berbagai metode penelitian (meta-
analysis, randomized controllerd trials (RCTs), case control studies, case series dan case
studies).
Kata kunci pencarian jurnal yang dilakukan peneliti adalah: moisture, skin damage,
exudate, intertrigo, ITD, IAD, MASD, periwound, Ostomy, dan Stoma. Peneliti
menggunakan berbagai mesin pencari jurnal, yaitu: Cochrane Database of Systematic
Reviews, the Joanna Briggs Institute, the Effective Practice and Organization of Care
database, CINAHL, MEDLINE, EMBASE, and the Health Technology Assessment
database. Berdasarkan kata kunci dan mesin pencari tersebut, diperoleh 283 artikel yang
memenuhi kriteria, dan sebanyak 37 artikel yang sesuai untuk direview. Lima belas
artikel mengenai evaluasi manajemen/pencegahan IAD, 15 artikel mengenai periwound
skin damage, dan 2 artikel mengenai peristomal MASD, dan 5 artikel terakhir merupakan
miscellaneous studies. Berdasarkan desain penelitian, terdapat 15 artikel RCTs, 12 quasi-
experimental, 6 prospective observational, 3 case studies, dan 1 meta-analysis.
C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan jurnal utama yang berjudul Management of Moisture-Associated Skin
Damage: A Scoping Review, diperoleh hasil bahwa terdapat empat (4) jenis MASD, yaitu:
1. Incontinence-Associated Dermatitis
Amonia pada urin dan atau feses membentuk lingkungan yang asam, yang dapat
memicu aktivitas fecal enzymes pada kulit, yang dapat menyebabkan IAD. Enzim
tersebut menyebabkan kulit mudah teritiasi dan mengakibatkan respon inflamasi.
Data menunjukkan bahwa individu yang sering mengalami kontinensia bowel
dengan odds ratio 4.15; 95%, CI 4.07-4.23, memiliki risiko 4.15 kali lebih banyak
untuk terkena pressure ulcers. Namun, pada penelitian yang dilakukan Beeckman
et al, ditemukan bahwa individu yang memiliki inkontinensia bowel dan bladder,
serta kecenderungan IAD memiliki risiko 4.99 kali lebih banyak untuk terkena
pressure ulcers daripada yang kontinensia.
2. Intertriginous Dermatitis
ITD merupakan tipe MASD yang terjadi pada lipatan-lipatan kulit, seperti
perianal, area antar jari, dan antar paha. Kombinasi antara keringat yang
berlebihan, aliran udara antar kulit yang tertutup, dan pergesekan (friction) antara
permukaan epidermal dapat menyebabkan ITD. Berdasarkan pathofisiologi, factor

27
risiko yang dapat menyebabkan ITD antara lain hyperhidrosis, immunodeficiency,
diabetes mellitus, immobility, large skin folds, dan obesitas. Menurut berbagai
jurnal, prevalensi ITD terjadi sebanyak 6% di perawatan akut, 17% pada
perawatan yang telah lama, dan 20% terjadi pada komunitas.
3. Periwound Skin Damage
Area sekitar luka menjadi area yang rentan terhadap MASD ketika volume
drainase melebihi kapasitas balutan, Selain itu, pemasangan balutan dan dressing
secara berulang-ulang dapat memperparah kerusakan kulit lainnya. Penelitian
pada 2018 responden berskala internasional berjenis survey menyebutkan 25%
responden mengalami nyeri dan menunjukkan tanda-tanda inflamasi pada area
sekitar luka.
4. Peristomal MASD
Peristomal MASD merupakan salah satu jenis MASD yang ditandai oleh
terjadinya inflmasi dan erosi mucocutaneous junction dan sekitar area peristoma.
Meskipun penutupan stoma memiliki berbagai cara, namun kebocoran feses tidak
dapat dihindari. Lebih dari 50% individu yang memiliki stoma, mengalami
kebocoran sehingga feses keluar dan mengiritasi kulit. Sebanyak 17,4% di
antaranya mengalami MASD.
D. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, kami berfokus pada jenis MASD yang ke-4, yaitu peristomal
MASD, yang meliputi pengkajian dan cara penanganan. Sebelum membahas mengenai
cara manajemen peristomal MASD, terdapat pengkajian ostomy skin tools yang disajikan
dalam 2 cara. Pertama, menentukan skor berdasarkan discoloration, erosion, dan tissue
overgrowth. Kedua, Ostomy Skin Tools menyediakan bantuan diagnostic yang dapat
ditanyakan secara langsung kepada caregiver untuk mengetahui penyebab gangguan kulit
tersebut. Berikut ini adalah DET score dan Diagnostic guide oleh A.N. Page.

28
Gambar 1. DET dan Diagnostic Guide
Sumber: http://www.o-wm.com/files/owm/Ostomyfilesdec092.png
Manajemen MASD menurut Woo, et al (2017) :
1. Bersihkan kulit yang rentan menggunakan air dengan meminimalkan penggoskan.
Hindari menggunakan sabun yang memiliki pH basa. pH kulit normal berada pada
kisaran 5-5.5, sehingga sabun ber-pH basa tidak direkomendasikan untuk
digunakan, karena akan mempercepat pertumbuhan bakteri. Pada kasus An. Z.,
perawat membersihkan area stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan air steril
dan atau normal saline 0,9% yang memiliki pH 5.5. Menurut Weiss et al (2013),
penggunaan air steril dan normal saline untuk irigasi luka tidak memiliki
perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan Ileusi bakteri.
2. Menggunakan dressing yang mudah menyerap dan disesuaikan dengan jenis luka,
beserta frekuensi penggantian dressing. Berbagai material seperti: alginate,
hydrofiber, polymers, digunakan untuk mengatasi vlume cairan yang berlebih.
Pada pasien An. Z., perawat menggunakan kantong Ileostomi yang telah ada
perekatnya dan ditambah dengan kasa steril yang direkatkan menggunakan
hepafix.

29
3. Menggunakan perekat yang tidak menyebabkan trauma. Pengaplikasian dan
perekatan yang dilakukan berkali-kali dapat mengakibatkan kerusakan kulit
berupa eritema, edema, dan lecet karena dapat mengelupaskan stratum corneum.
4. Mengaplikasikan barrier pada kulit sekitar luka yang rentan.
Pelindung kulit seperti pelarut film polimer berbasis pelarut dan zinc oxide-
thickened mechanical ointments adalah produk yang memiliki bukti ilmiah terbaik
yang dapat diterapkan sebagai barrier pada kulit sekitar luka yang rentan. Pada
kasus yang terjadi pada An. Z., perawat mengaplikasikan pasta pada sekitar stoma,
menaburkan bedak pada kulit yang teriritasi, dan menempel-nempelkan cavilon di
atas bedak yang telah ditaburkan tersebut. Hal ini sesuai dengan jurnal berjudul
Dressings and Products in Pediatric Wound Care yang ditulis oleh King et al
(2013), yang menyatakan bahwa dressing berupa barrier cocok diapliksikan untuk
pasien dengan peristomal yang berfungsi untuk mengatasi iritasi pada kulit sekitar
luka. Berbagai contoh antara lain: Stomahesive wafer, Stomahesive powder,
Coloplast wafer, Sensicare cream, Criticaid ointment, White petrolatum, Zinc
oxide ointment, Cavilon No-Sting barrier, Marathon. Namun, hal yang perlu
diperhatikan adalah residu salep atau krim yang telah diaplikasikan pada kulit
pasien sebaiknya untuk tidak dibersihkan secara paksa, karena dapat
menyebabkan luka tambahan.
MASD dihasilkan dari paparan kulit yang lama terhadap faktor-faktor seperti
seperti urin, feses, ludah, lendir, dan luka eksudat, yang dikombinasikan dengan
faktor lain seperti gesekan, mikroorganisme, dan iritasi kimia,menghasilkan
peradangan kulit. Peneliti menemukan bahwa penerapan Stomahesive Protective
Powder dikombinasikan dengan produk penghalang kulit seperti 3M Cavilon No
Sting Skin Barrier atau Coloplast Brave Skin Barrier Wipe (Teknik crusting)
diikuti dengan penerapan salep penghalang adalah strategi yang sangat efektif
untuk manajemen MASD.
Perlindungan kulit juga bisa dicapai dengan menggunakan cairan topikal
cyanoacrylate. Saat kering, agen ini menciptakan penghalang yang fleksibel
terhadap kelembaban, gesekan, dan iritasi. Dalam pengalaman salah satu penulis
produk tersebut berguna untuk perlindungan terhadap produk ostomi yang
berlebihan, inkontinensia terkait dermatitis pada pasien dengan sindrom usus
pendek,dan untuk perlindungan di sekitar berbagai saluran makan dan bedah
seperti saluran empedu.

30
5. Secara teratur menilai kulit di sekitar luka dan area yang rentan terhadap
kerusakan kelembaban.
Meskipun ada sejumlah alat yang telah dikembangkan untuk menggambarkan
status luka, tidak ada alat yang membahas periwound pada kulit sekitar luka. The
Bates-Jensen Wound Tool menginstruksikan tenaga kesehatan untuk
mendokumentasikan tepi luka dan kulit di sekitarnya luka dalam hal perubahan
warna. Untuk memberikan penilaian yang komprehensif pada kulit periwound,
disarankan bahwa kulit tersebut dievaluasi dan dinilai untuk maserasi, eritema,
dan erosi yang terkait dengan MASD.
6. Mempromosikan Kesehatan Kulit
Normalnya, stratum corneum mengandung 10%-15% pelembab. Apabila
pelembab tersebut berlebihan, akan membuat kulit rusak, sedangkan jika terlalu
kering, akan menyebabkan pengelupasan, dan fissuring, memungkinkan iritasi
menembus struktur kulit yang dalam. Menurut King et al (2013), perawatan luka
pada neonatus, bayi, dan anak-anak juga harus mencakup penilaian perkembangan
saraf yang tepat dan modifikasi dari regimen perawatan luka untuk memastikan
rasa sakit dan kecemasan yang minimal dan untuk memfasilitasi penyembuhan
luka

E. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Implikasi keperawatan yang dapat di ambil dari analisis jurnal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perawat dapat memahami jenis MASD, khususnya peristomal MASD beserta cara
penanganannya, yaitu mengaplikasikan pasta, bedak, dan 3M Cavilon No Sting
Skin Barrier atau Coloplast Brave Skin Barrier Wipe (Teknik crusting)
2. Perawat dapat mencegah terjadinya MASD pada pasien, khususnya pada
pediatric, dengan memperhatikan kesehatan kulit pediatric.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien pediatric yang memiliki Ileostomi perlu mendapat perhatian untuk menangani
peristomal-MASD, yang ditandai luka iritasi pada sekitar stoma, karena berbagai factor.
Diagnosis yang dapat ditegakkan pada pasien An. Z di Ruang Cendana 4 RSUP dr. Sardjito
yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan factor mekanik, dan resiko infeksi dengan factor resiko kerusakan kulit. Menurut analisis

31
jurnal Management of Moisture-Associated Skin Damage: A Scoping Review, hal yang
dilakukan untuk mengatasi MASD, yaitu bersihkan kulit yang rentan menggunakan air
dengan meminimalkan penggosokan, menggunakan dressing yang mudah menyerap dan
disesuaikan dengan jenis luka, menggunakan perekat yang tidak menyebabkan trauma,
mengaplikasikan barrier pada kulit sekitar luka yang rentan, secara teratur menilai kulit di
sekitar luka dan area yang rentan terhadap kerusakan kelembaban.

B. Saran
1. Bagi Perawat
a...Perawat sebaiknya menggunakan teknik pendekatan yang baik dan inovatif agar
pasien (pediatric) tidak merasa cemas saat dilakukan perawatan luka
b.. Perawat sebaiknya mengedukasi keluarga mengenai cara perawatan ostomi saat
pasien sudah diperbolehkan pulang, agar tidak kembali terjadi MASD.
2. Keluarga
a...Keluarga hendaknya memperhatikan kesehatan dan kebersihan kulit pasien,
baik itu pada stoma, maupun kulit sekitar luka
b.. Keluarga sebaiknya mempraktikkan teknik perawatan luka yang telah
dicontohkan oleh perawat

DAFTAR PUSTAKA

Blackley, Patricia. 2004. Practical Stoma Wound and Continence Management. Second
Edition. Victoria ,Australia: Research Publicationn Pty Ltd
Bouwhuizen, M. 1991 . Ilmu Keperawatan . Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M; Butcher, Howard K; Dochterman, Joanne McCloskey. 2008. Nursing
Intervention Classification fifth edition. USA: Mosby.
Dragovich, T. dan Tsikitis, V.L., 2009. Colon Cancer, Adenocarcinoma.
http//emedicine.medscape.com/
Effendi, Nasrul. 1998. Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC

32
Harahap, I.A. 2006. Perawatan Pasien Dengan Ileostomi Pada Penderita Cancer Colorectal.
Repository USU
Herdman, T. Heather. 2014. NANDA nursing diagnoses: definitions and classification 2015-
2017. Philadelphia: NANDA International.
King, et al. (2014). Dressings and Products in Pediatric Wound Care. Advances In Wound
Care, Volume 3, Number 4. doi: DOI: 10.1089/wound.2013.0477
Lyon CC, Smith AJ, Griffiths CE, and Beck MH,The Spectrum of Skin Disorders in
Abdominal Stoma Patients. The British Journal Of Dermatology [Br J Dermatol],
ISSN: 0007-0963, 2000 Dec; Vol. 143 (6), pp. 1248-60; PMID:11122029 .
Moorhead, Sue; Johnson, Marison; Maas, Meridean L; Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA: Mosby
Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
North American Nursing Diagnosis Association. 2015. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2015-2017. Philadelphia
Page, A.N. (2009). The Ostomy Files: Two New Tools for Your Ostomy Practice. Ostomy
Wound Management. Available online on
http://www.owm.com/files/owm/Ostomyfilesdec092.png. Diakses pada Minggu, 24
Juni 2018, pukul 10.00 WIB.
Piccinellil M, Brazzale R, and Saracco C (2009). Assessment of the prevalence and
perception of skin problems in patients with permanent stoma. Journal Article
Country of Publication: Nursing, 2009 Oct - Dec; Vol. 28 (4), pp. 183 - 9; PMID:
20222519.
Weiss EA, et al. (2012). Water is a safe and effective alternative to sterile normal saline for
wound irrigation prior to suturing: a prospective, double-blind, randomised,
controlled clinical trial BMJ Open 2013;3:e001504. doi: 10.1136/bmjopen-2012-
001504
Woo, et al. (2017). Management of Moisture-Associated Skin Damage: A Scoping Review.
Advances In Skin & Wound Care, Vol 30 No. 11. Diakses pada Rabu, 20 Juni 2018
pada www.woundcarejournal.com

33

Anda mungkin juga menyukai