Anda di halaman 1dari 7

Tulisan Jenderal A H Nasution tentang

Pokok-pokok Gerilja

Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah (Jenderal Soedirman)

Summary nya sbb :

I.POKOK-POKOK GERILYA

1. Peperangan abad ini adalah perang rakyat semesta

Dalam peperangan bukan hanya kedua belah pihak angkatan bersenjata yang berperang. Peperangan
telah menjadi lebih luas dan lebih dalam, antara lain pula karena kemajuan teknik. Peperangan dewasa
ini meminta sifat yang semesta, seantero rakyat baik harta dan tenaganya tersedia untuk diolah, untuk
mencapai kemenangan. Semua sumber-sumber yang tersedia harus dipergunakan. Untuk mengalahkan
bangsa lawan, bukan saja harus dibinasakan angkatan bersenjatanya, melainkan harus demikian pula
semua susunan dan lembaga politik dan sosial ekonominya. Perang dewasa ini, bergolak sekaligus di
sektor militer, politik, psikologis, dan sosial-ekonomis. Maka sifat serangan adalah semesta, demikian
pula yang diserang menggunakan pertahanan rakyat semesta.

Angkatan bersenjata tidak dapat menyelamatkan kemenangan perang jika front politik, ekonomi, sosial
dan psikologis tidak cukup kuat buat menunjangnya dan mengimbangi malah melebihi musuh. Maka
pimpinan perang bukan cuma pimpinan militer, melainkan pimpinan pergolakan rakyat yang total. Akan
tetapi janglah disalahartikan, bahwa perang itu tidak lagi ditentukan oleh hasil pertarungan kedua
angkatan bersenjata. Sesungguhnya kekalahan musuh baru terjadi, kalau angkatan perangnya kalah.
Akan tetapi buat kemenangan angkatan perang itu adalah syarat mutlak keteguhan front politik,
psikologis, sosial dan ekonomis. Maka seantero lapangan kehidupan rakyat turut dalam pergolakan,
dalam hubungan perang yang semesta.

Usaha perang bukanlah cuma usaha angkatan perang saja, melainkan telah menjadi usaha rakyat
semesta dipelbagai sektor kehidupannya, yang masing-masing ikut serta dalam usaha yang seluruhnya,
yang tak dapat lalai melalaikan lagi. Maka si penyerang mengadakan perang kilat untuk memecah-
mecah organisasi lawan, sebelum ia mampu mengerahkan segenap tenaga dan harta rakyatnya buat
pertahanan yang semesta. Maka negara-negara yang melalaikan persiapan-persiapan perangnya, adalah
yang menjadi mangsa perang yang demikian, sehingga terlambat membangkitkan pertahanan rakyat
semestanya. Ini adalah suatu bahaya bagi negara-negara demokrasi, yang dengan sendirinya lazim
menjadi yang terserang sehingga ia ketinggalan waktu dalam pengerahan pertahanannya.

Maka dalam perang kemerdekaan Indonesia yang kita alami sendiri Belanda telah melancarkan serangan
semesta pula terhadap Republik dan kita telah membalasnya dengan perlawanan rakyat yang semesta.
Belanda telah mengolah maksimum kemampuan perang dari rakyatnya yang 10 juta, dan mengerahkan
suatu angkatan perang seperti belum pernah sebelumnya. Belanda telah mengadakan ganti-mengganti
dan bareng-membarengi ofensif politik, ofensif psikologis, ofensif militer, dan ofensif ekonomi.
Gerakan politiknya menghasilkan kota-kota di Jawa dan Sumatera dengan gencatan senjata serta
“Linggarjati” 1947, yang memberi tempo dan ruangan buat mendatangkan dan menyusun tentara
penyerbuannya. Gerakan militernya yang pertama membulatkan daerah-daerah tiap suku bangsa untuk
menjadi negara-negara bagian buat pengepungan dan pengecilan arti Republik, sambil merebut daerah-
daerah padi, daerah-daerah perkebunan, pelabuhan-pelabuhan, dan perhubungan-perhubungan.
Gerakan politik “Renville” menghasilkan pengosongan kantong-kantong yang tak dapat dicapai oleh aksi
militernya. Gerakan psikologis terus memecah-mecah front dalam negeri kita dengan pertengkaran dan
provokasi yang tak habis-habisnya. Blokadenya melaparkan dan mengeringkan daerah-daerah Republik.

Maka kita pun pada pokoknya telah mengolah pertahanan rakyat semesta, walaupun tidak serapi cara
lawan kita yang mempunyai organisasi yang jitu. Banyak kekurangan kita karena tiadanya koordinasi
militer dan politik, tiadanya ketegasan siasat, sehingga musuh dapat kesempatan untuk mengalahkan
kita sektor demi sektor dan taraf demi taraf, walaupun pada permulaannya posisi kita, baik politik dan
militer, maupun psikologis, dan sosial-ekonomis, jauh lebih kuat, karena semua syarat ada pada kita.
Belanda dapat masuk hanya dengan membonceng pada Inggris-Australia dan mula-mula hanya dapat
berkuasa dalam kamp-kamp kawat berduri, sedangkan revolusi rakyat telah menguasai de facto hampir
seluruh Indonesia, dan senjata-senjata Jepang yang kita rebut cukup buat beberapa divisi, sambil semua
alat-alat produksi kita kuasai.

Maka dengan demikian pada umumnya pertahanan rakyat semesta kita itu adalah baru pada semboyan
saja, belumlahh suatu usaha yang nyata. Demikian pula pertahanan rakyat semesta kita itu bukanlah
keistimewaan kita, karena lawan kita pun dan lain-lain bangsa berbuat demikian, bangsa yang kecil
maupun bangsa yang besar, yang berkehendak hati untuk menyelematkan kemerdekaan dan
kedaulatannya terhadap lawan yang melanggar.

Rakyatlah yang berperang, dan bukan cuma angkatan bersenjata. Rakyatlah yang memaklumkan perang
dan menentukan damai dan yang melahirkan angkatan bersenjatanya. Kaum militer haruslah senantiasa
mengingat akan hal ini, ia adalah ujung tombak dari rakyat itu, yang diarahkan oleh rakyat itu pula.

Maka karena itu pulalah tentara-tentara di masa ini adalah tentara rakyat belaka, yakni bukan lagi suatu
kaum yang terpisah dan tersendiri. Rakyat sendiri berlatih dan dari rakyat itu sendiri dikeluarkan dan
diutuslah putra-putra buat memanggul senjata, kalau rakyat itu menggap perlu untuk berperang.
Kepada rakyat itulah putra-putra itu kembali, jika perang selesai. Rakyat memobilisir putra-putranya
untuk bertempur, rakyat kemudian mendemobilisir, memulihkannya lagi sehabis perang.

Buat ketertibannya oleh rakyat itu diatur milisi, dengan kewajiban milisi. Dan dalam kesemestaan
perang itu diadakan pula kewajiban berlatih, buat lain lapangan juga kewajiban sipil dan pelbagai
keharusan yang khusus.

******
Pokok-pokok Gerilja

1. Peperangan abad ini adalah perang rakjat semesta

Usaha perang bukanlah cuma usaha angkatan perang saja, melainkan dan malah telah menjadi usaha
rakyat semesta pelbagai sektor kehidupannya, yang masing-masing menjadi pesertaan dalam usaha
yang seluruhnya, yang tak dapat lalai-melalaikan lagi.

Perang yang sekarang bukan lagi perang antara tentara dengan tentara saja, bukan lagi cuma perang
militer. Melainkan sekarang yang berperang adalah rakyat, rakyat seluruhnya. Perang bergolak secara
semesta, walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata
yang berhadapan.

Maka ilmu perang itu bukan cuma ilmu perang yang khusus dengan strategi, taktik dan logistiknya,
meainkan pula politik militer, politik, psychologi dan ekonomi. Lapangan perang bukan lagi cuma yang
militer, melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Pimpinan perang bukan lagi mengenai medan
militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta. Syarat-syarat yang diminta dari padanya
bukan lagi keahlian cuma keahlian militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan
ekonomi.

2. Perang Gerilja adalah perang sikecil/silemah melawan sibesar/sikuat.

Berperang gerilja bukanlah karena menganut “ideologi” bergerilja, melainkan karena kita diharuskan,
karena telah tidak mampu menyusun kekuatan yang berorganisasi secara modern, yang setara dengan
musuh. Maka gerilja kitapun baru pada tingkatan melelahkan musuh, belum sampai dapat
menghancurkannya walaupun bagian demi bagian.

3. Perang gerlija tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilja hanya untuk
memeras darah musuh. Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam
perang yang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif dan hanya
offensiflah yang dapat menaklukan musuh.

Defensif tidak dapat mengalahkan musuh, hanya offensiflah yang mampu demikian. Deffensif sekedar
sementara menyiapkan dan menantikan untuk melakukan offensif pada suatu waktu.

Perang gerilja strategis hayalah defensif. Kemenangan perang hanya mungkin oleh offensif, offensif
oleh suatu tentara yang teratur, oleh suatu tentara yang setara.

4. Perang gerilja biasanya adalah perang ideologi. Perang gerilja adalah perang rakyat semesta.

Prajurit gerilja bukanlah cuma prajurit pemanggul senjata seperti yang lazim dalam perang biasa,
melainkan ia adalah pemanggul ideologi. Ia bukan cuma pelopor pertempuran melainkan terutama
pelopor ideologi.
Sejarah cukup menunjukan bahwa perang gerilja adalah senantiasa sebagai pelopor perjuangan
ideologi. Rakyat yang tertindas, rakyat yang terjajah, rakyat yang teraniaya oleh pendudukan,
mengepalkan tangannya untuk mengenyahkan penjajahan, sipenindas dan sipenduduk yang kejam.
Penderitaan perjuangan yang bagaimanapun rasanya enteng jika dibandingkan dengan kesengsaraan
penindasan, penjajahan dan pendudukan yang kejam.

Ideologi, semangat kemerdekaan, menjadi sumber kekuatan dan kesanggupan untuk memulai
peperangan melawan musuh yang kuat dan teratur dengan segala tentaranya.

Maka hanya dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang teguh, yang dapat meledakan perang gerilja
yang cukup tabah buat menempuh jalan penderitaan yang panjang dan sulit sampai pada tingkatan
mengalahkan musuh yang kuasa.

Tindakan-tindakan sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan pertempuran-pertempuran, melainkan


haruslah pula mengutamakan psyichologis dan sosial ekonomis dengan gerakan-gerakan propaganda,
politik non-kooperasi, politik bumi-hangus, infiltrasi dll.

5. Akan tetapi perang gerilja tidaklah berarti bahwa seluruh rakyat bertempur.

Rakyat adalah sendi bagi gerilja

Pemimpin-pemimpin kita selalu mengibaratkan gerilja sebagai ikan dan rakyat sebagai air, mencontoh
pelajaran dari Mao Tse Tung. Maka “air” itu harus dipelihara dalam “hawa” politik dan sosial-ekonomi
yang sewajarnya untuk menyuburkan pertumbuhan gerilja yang “berenang” didalamnya.

Perang gerilja adalah perang rakyat, gerilja lahir dan tumbuh diatas haribaan rakyat yang berjuang,
gerilja berjuang dengan bantuan, pemeliharana dan perlindungan rakyat pula. Gerilja adalah prajurit
rakyat yang sedjati.

Massa bisa gampang diagitir untuk mengganas beramai-ramai, tetapi pula massa itu gampang pecah
dan kacau balau, sehingga menjadi sangat sulit untuk dipimpin. Suatu sukses bisa menjalankan
semangat massa dengan cepat, tetapi kegagalan bisa pula merosotkan dan mematahkan semangatnya
sekaligus. Pula massa sangat gampang dikacaubalaukan oleh gerakan desas-desus.

6. Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”

Kaum gerilja juga harus berdisiplin, juga harus berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus
mempelajari taktik bertempur, juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan. Kaum gerilja juga
mempunyai pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu harus lebih berat disadari.

Gerilja harus bersifat geriljis terhadap musuh, sehingga ia tetap pusing dan kacau mengenai keadaan
dan maksud-maksud gerila, akan tetapi harus bersifat teratur dan berdisiplin kepada pemimpin sendiri.

7. Gerilja berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu, merawat dan menyembunyikan gerilja, serta
menyelidik untuk keperluannya.
Gerilja berpangkalan dalam rakyat, mempersiapkan diri ditengah-tengah rakyat, bersembunyi
ditengah-tengah rakyat. Gerilja berpangkalan dimana-mana, asal saja ada rakyatnya dan asal saja
buminya cukup ruangan dan persembunyian.

8. Gudang senjata gerilja adalah gudang senjata musuh.

Persenjataan dan amunisi teramat sangat penting dan teramat sulit dalam suatu perang gerilja.
Perang gerilja adalah perang sikecil melawan sibesar, maka kekuatannya adalah cara-cara geriljanya,
yang muncul dan hilang dimana-mana menurut keprluan keadaan.

Sebagai sikecil dapat dimengerti, betapa pentingnya penghematan tenaga dan penghematan peluru.

9. Menyimpulkan strategi dan taktik perang gerilja.

Perang gerilja dan pertahanan rakyat total sebagai obat mujarab untuk mengatasi tiap-tiap agresi
terhadap negara kita. Maka perlulah secara obyektif disadari lagi sepenuh-penuhnya arti strategis dari
perang gerilja. Gerilja memang dapat hebat dan dahsyat, dapat mengikat dan melemahkan musuh yang
berpuluh-puluh jumlahnya. Namun perang gerilja adalah strategis tetap defensif pada hakekatnya, dan
tidak mampu mengalahkan musuh.

Siasat gerilja adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melalhkan, memeras darah dan keringatnya
sebanyak mungkin, dan menggoncangkan urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang,
mondar-mandir dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun, tapi dirasakan
menggempur dimana saja.

Siasat gerilja ialah untuk memaksa musuh tersebar kemana-mana menjadi immobil sebanyak-
banyaknya, dan terpaksa mengadakan stelsel pembentengan yang tetap. Musuh disebar-sebar, dipecah-
pecah dan dipakukan, sambil sigerilja terus memeras darah, keringat dan urat syarafnya. Musuh yang
besar harus dihindari, atau diganggu secara dicubiti dimana-mana. Musuh yang kecil harus dikepung dan
dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.

Untuk dapat melakukan tindakan yang muncul menghilang yang tak dapat dicari tetapi selalu terasa
dimana-mana, gerilja memerlukan “pangkalan” diantara kedudukan musuh, yang diladeni oleh rakyat,
yang cukup tersedia dipelbagai pelosok buat keperluan gerilya yang mondar-mandir.

“Pangkalan” itu harus dipilih didaerah yangbumi dan rakyatnya cukup memenuhi syarat. Bumi yang
sulit didatangi oleh musuh, yang cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, yang tak dapat
diserbu oleh musuh secara besar-besaran denga peralatan yang berat, dimana sigerilja dapat memaksa
musuh untuk berhadapan dengan peralatan yang sama, yakni setara infanteri belaka. Bumi yang dikenal
sedalam-dalamnya oleh para gerilja. Bumi yang didiami oleh rakyat yang bersemangat, yang
memperjuangkan ideologi yang sama dengan gerilya, atau paling sedikitnya yang menyukai gerilya.
Syarat-syarat bumi dan rakyat adalah yang terbaik, jika gerilja bersarang dalam daerah kampung
halamannya ditengah-tengah sanak saudaranya sendiri.
10. Sifat pokok perang gerilja ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yang cukup dan adanya
perang yang lama.

Rakyat yang membantu itu memang kuat batinnya, kuat ideologinya, kuat semangat
kemerdekaannya, kuat semangat perjuangannya, tabah menderita kesengsaraan perjuangan.

Syarat geografis yang diminta wilayah-wilayah yang cukup luas dan daerah-daerah yang sulit dilintasi,
tidak begitu banyak jalan raya, banyak gunung dan bukitnya, banyak hutan dan belukarnya. Daerah
demikian adalah sarang-sarang gerilja.

Untuk memenuhi syarat perang lama, maka perlulah sungguh-sungguh tabah rakyat dan tentaranya,
dengan seksama berjuang menderita sampai tercapai kemenangan perang yang terakhir. Rakyat dan
lebih-lebih pemimpin-pemimpin harus tabah terhadap intimidasi musuh yang saling berganti dengan
bujukan manis seperti madu. Tabah untuk tetap menolak kolaborasi, tabah untuk tetap bernon-
kooperasi, dan tetap lebih suka menderita daripada menerima pekerjaan dari musuh, daripada
menerima perlindungan di rumah yang disediakan musuh atau kota-kota yang dipasifisirnya.

11. Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total dan bukan saja pada puncak nasional,
melainkan juga pada daerah-daerah gerilja yang terbawah.Kesatuan dan kebulatan pemimpin adalah
syarat mutlak untuk kesempurnaan perang rakyat yang semesta.

12. Perang anti-gerilja harus menuju kepada memisah gerilja dari rakyat pangkalnya, dan karena itu
lebih-lebih harus mengutamakan gerakan politik, psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan
dengan senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan flexible.

Perang anti-gerilya adalah usaha pasifikasi, dan pasifikasi adalah terutama usaha membangun,
sedangkan perang biasa adalah terutama usaha menghancur.

Perang anti-gerilja adalah memberantas perlawanan rakyat yang bbersifat total, baik yang aktif
menggerilja dan menyabotir, maupun yang passif melawan belaka seperti bergerak di bawah tanah,
dilapangan propaganda dan intelligence.

Pertikaian politik dalam negeri biasa menggunakan kegiatan gerilja dan perlawanan bawah tanah.
Tugas anti-gerilja dalam arti yang luas adalah tugas yang tiada henti bagi banyak negara apalagi negara
yang muda.

Tujuan pokok dalam anti gerilja ialah memisahkan rakyat dari gerilja. Hanya atas dasar itu dapat
berhasil tindakan anti-gerilja secara militer.

Kemenangan politik-ideologis, kemenangan sosial-ekonomis dan psychologis adalah pangkal untuk


dapat mencapai kemenangan militer.

Menangkapi rakyat bersama-sama, menghukum rakyat secara kolektif, membakari rumah-rumahnya,


semuanya karena membantu atau menyembunyikan agen-agen gerilja adalah menjadi senjata yang
paling kuat yang “dihadiahkan” kepada kaum gerilja. Kaum gerilja yang akan semakin muncul sebagai
pelindung rakyat. Sebaliknya maka siasat anti-gerilja haruslah mengikhtiarkan keadilan dan kebajikan
yang sebenar-benarnya.

Soal pokok adalah menawan hati rakyat. Inilah strategi perang anti-gerilja. Mengenal rakyat,
mengenal cita-citanya, mengenal adat-istiadatnya, mengenal masalahnya adalah senjata utama dalam
tangan pihak anti-gerilja.

Perlu sekali pihak anti-gerilja sebanyak mungkin menggerakan tenaga-tenaga rakyat, mempergunakan
pemimpin-pemimpin rakyat. Gagallah usaha-usahanya, kalau ia harus bertindak dengan cuma
tentaranya, gagallah kalau ia tiada dapat menggerakan tenaga rakyat. Sedapat mungkin haruslah ia
usahakan, supaya pemimpin-pemimpin rakyat yang berpengaruh tertarik kepada pihaknya dengan
pelbagai macam daya upaya. Sedapat mungkin rakyat jangan merasakan langsung paksaannya dan
kebutuhannya, haruslah ia disalurkan melalui pemimpin-pemimpin rakyat sendiri.

Perang psychologisnya mengusahakan memperoleh keterangan tentang ketegangan-ketegangan dan


perselisihan di dalamnya, apalagi antara pemimpin atau pemimpin dengan pengikutnya. Hanya inilah
yang bisa dipergunakan untuk memisahkan mereka, dan tidak akan berhasil cuma desas-desus atau
fitnah belaka.

Peristiwa perselisihan kecil atau keteledoran yang kecil pada pihak gerilja, yang sungguh terjadi bisa
dipergunakan dengan sangat bermanfaat oleh pihak anti-gerilja

Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran anggota-anggota gerilja sendiri, terutama yang
telah tertawan. Dengan sikap yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih
tinggi daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya, supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran
mereka.

Gerilja harus dipisah dari rakyat. Gerilja harus dihadapi dengan senjata-senjatanya sendiri. Inilah
pokok pegangan anti-gerilja.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…..

Anda mungkin juga menyukai