TENTANG
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
TENTANG
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT KADALUWARSA
DI LINGKUNGAN PUSKESMAS KIANGROKE
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KIANGROKE TENTANG
LARANGAN PEMBERIAN OBAT KADALUARSA
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki ijazah minimal SLTA/sederajat;
b. Mampu mengoperasikan komputer;
c. Berpenampilan menarik; dan
d. Mampu berkomunikasi secara efektif (komunikatif).
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan cara
identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien,
alamat/tempat tinggal, jaminan pembayaran (Umum, BPJS, atau
SKTM) dan nomor rekam medis/nomor indeks.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan
fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat
pendaftaran.
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan dan
diinformasikan pada keseluruhan proses pelayanan yang dimulai
dari pendaftaran.
7. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghambat lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti.
8. Hak-hak pasien meliputi :
a. Berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Puskesmas;
b. Berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien;
c. Berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi;
d. Berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
e. Berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. Berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan;
g. Berhak memilih tenaga kesehatan jika dimungkinkan;
h. Berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat IzinPraktik (SIP)
baik di dalam maupun di luar Puskesmas;
i. Berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
j. Berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan;
k. Berhak memberikan persetujuan atau penolakan atas
tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya, termasuk menolak pengobatan atau
tidak melanjutkan pengobatan dan menolak jika dirujuk ke
sarana kesehatan lain;
l. Berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m.Berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Puskesmas;
n. Berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan
Puskesmas terhadap dirinya;
o. Berhak menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila
Puskesmas diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana;
9. Kewajiban pasien meliputi :
a. Berkewajiban mematuhi peraturan yang berlaku di
Puskesmas;
b. Berkewajiban menggunakan fasilitas Puskesmas secara
bertanggungjawab;
c. Berkewajiban menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung
dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja
di Puskesmas;
d. Berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang
masalah kesehatannya;
e. Berkewajiban memberikan informasi mengenai kemampuan
finansial dan jaminan kesehatan yang dimilikinya;
f. Berkewajiban mematuhi rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan
disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Berkewajiban menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang
direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya;
h. Berkewajiban memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima.
C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan klinis dilakukan menggunakan pedoman
atau standar yang berlaku untuk menjamin kesinambungan
pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan klinis Puskesmas berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Pedoman serta prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan
medis, keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan
yang lain.
4. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu
5. Pelayanan terpadu dan komprehensif dengan melibatkan antar
tim kesehatan.
6. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang bila diperlukan, perencanaan layanan,
pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
7. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat
dalam rekam medis.
8. Isi rekam medis terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang bila diperlukan, diagnosa dan rencana
terapi (termasuk pengobatan yang diberikan pada pasien atau
rujukan ke fasilitas tingkat kesehatan tingkat dua)
9. Dokter dan/atau paramedis lain yang memasukkan data rekam
medis pasien ke dalam Sistem Informasi Kesehatan dan Register
wajib memberitahu dokter yang bersangkutan, apabila dalam
pengisian terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam pemberian
obat maupun pemeriksaan fisik yang tidak sesuai penyakit yang
diderita oleh pasien.
10. Kesinambungan layanan klinis dilakukan melalui perpaduan
yang baik serta tepat antara layanan klinis yang diberikan
kepada pasien dan layanan penunjang sehingga menjamin
kesinambungan serta menghindari pengulangan yang tidak
perlu.
11. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
12. Pemberian surat keterangan sehat dan surat keterangan sakit
diberikan oleh dokter pemeriksa.
13. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informedconsent)
wajib didokumentasikan dan dievaluasi untuk perbaikan
kedepannya.
14. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan
ditindak lanjuti.
15. Pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
berencana dilakukan oleh bidan.
16. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pelayanan harus
diidentifikasi.
17. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
18. Kasus-kasus gawat darurat dan/atau berisiko tinggi harus
diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan
medis yang berlaku.
19. Jika kasus-kasus gawat darurat dan/atau berisiko tinggi tidak
dapat ditangani di Puskesmas, maka dilakukan rujukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi atau rumah sakit.
20. Daftar kasus-kasus gawat darurat dan berisiko tinggi yang biasa
terjadi di Puskesmas Kiangroke sebagaimana tercantum pada
lampiran IV keputusan ini.
21. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus dicegah sedini mungkin serta ditangani
dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
22. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
23. Daftar obat dan/atau cairan intravena yang tersedia di
Puskesmas Kiangroke sebagaimana tercantum pada lampiran V
keputusan ini.
24. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
25. Jika pasien menolak atau tidak melanjutkan untuk pengobatan
atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak pasien
untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan
tanggungjawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
26. Keluhan pasien dan atau keluarga pasien harus diidentifikasi,
didokumentasi, dan ditindak lanjuti.
27. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
standar dan prosedur yang baku.
28. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas kesehatan yang kompeten dan berwenang.
29. Dalam hal keterbatasan tenaga atau petugas pelayanan
kesehatan maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan
pelimpahan wewenang kepada perawat, perawat gigi, atau bidan
untuk melakukan anestesi lokal dan pembedahan sesuai
instruksi dokter atau dokter gigi.
30. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan kepada pasien,
terlebih dahulu harus mendapatkan informed consent dari pasien
atau keluarga pasien.
31. Status fisiologi pasien wajib dimonitor sebelum, selama dan
paska/setelah pemberian anestesi lokal dan pembedahan.
32. Tenaga atau petugas kesehatan yang berwenang melakukan
anestesi lokal dan tindakan pembedahan di Puskesmas
Kiangroke sebagaimana tercantum pada lampiran VI keputusan
ini.
33. Jenis-jenis anestesi lokal dan sedasi yang tersedia di Puskesmas
Kiangroke sebagaimana tercantum pada lampiran VII keputusan
ini.
34. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan permasalahan kesehatan pasien.
35. Dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain bekerja sama untuk
memantau pasien guna mengevaluasi efek pengobatan terhadap
gejala pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien
terhadap Kejadian yang Tidak diharapkan (KTD).
D. RENCANA RUJUKAN
1. Tindak lanjut pasien rawat jalan baik yang bertujuan untuk
kelangsungan layanan maupun rujukan dipandu oleh prosedur
pelayanan medis yang baku.
2. Rujukan yang terdapat di Puskemas Kiangroke terbagi atas 2
jenis yaitu rujukan internal dan rujukan eksternal/ke rumah
sakit.
3. Rujukan internal adalah rujukan yang bersifat horizontal yang
dilakukan antar poli pelayanan kesehatan dalam satu lingkup
Puskesmas.
4. Rujukan eksternal adalah rujukan yang bersifat vertikal yang
dilakukan dilakukan pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan yaitu dari Puskesmas ke rumah sakit.
5. Petugas kesehatan mencatat rencana pelaksanaan rujukan pada
rekam medis pasien.
6. Dalam melakukan rujukan ke rumah sakit, petugas kesehatan
terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari pasien atau
keluarga pasien.
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat
rujukan dan rumah sakit rujukan mana saja yang bisa melayani
(sesuai kategori dan kondisi pasien).
8. Petugas yang mempunyai kewenangan untuk memonitor dan
mendampingi pasien saat rujukan disesuaikan dengan kondisi
pasien atau keadaan kesehatan pasien.
9. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses rujukan.
10. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh
dokter yang menangani.
11. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib
memberikan alternatif penanganan.
12. Untuk rujukan kasus-kasus emergensi, petugas kesehatan harus
melakukan pertolongan pertama atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit.
13. Setelah melakukan rujukan pasien, maka petugas kesehatan
membuat resume klinis pasien yang dirujuk tersebut.
14. Resume klinis meliputi: nama pasien, nama petugas yang
merujuk, tanggal serta alasan atau tujuan rujukan, kondisi klinis
meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik, terapi/pengobatan
yang telah dilakukan, serta kebutuhan tindak lanjut.
15. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas
yang kompeten.
16. Pasien dirujuk sejak diagnosa ditegakkan (Dinas Kesehatan
membuat suatu sistem rujukan secara online antara puskesmas
dengan seluruh RS yang ada di Kab Bandung, Jawa Barat dan
membuat kebijakan dimana pasien gawat darurat yang akan
dirujuk dapat ditangani di RS terdekat tanpa pembatasan
wilayah dan jaminan kesehatan).
17. Kriteria merujuk pasien meliputi :
a. Dari hasil pemeriksaan sudah dapat terindikasi bahwa
keadaan pasien tidak dapat diatasi di Puskesmas.
b. Apabila telah diobati berulangkali di Puskemas dengan terapi
yang sesuai tetapi belum menunjukan tanda-tanda adanya
perbaikan.
c. Memerlukan pemeriksaan, pengobatan, serta perawatan medis
yang lebih lanjut karena keterbatasan fasilitas yang ada di
Puskesmas.
d.Kondisi penyakit pasien tersebut disertai komplikasi penyakit
lainnya serta keluhan atau gejala yang dapat memperberat
kondisi pasien.
e. Jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit
yang lebih berat.
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP berwenang untuk
menyelenggarakan praktik kedokteran yang meliputi :
1. Mewawancarai atau anamnesa pasien
2. Pemeriksaan fisik
3. Menentukan pemeriksaan penunjang
4. Menegakkan diagnosis
5. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien
6. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
7. Menulis resep obat
8. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi
9. Memberikan pertolongan pada keadaan darurat guna
penyelamatan nyawa, dokter atau dokter gigi dapat
melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi diluar
kewenangan klinisnya sesuai dengan kebutuhan medis.
2. Pelayanan kesehatan anak, yaitu pada bayi baru lahir, anak balita,
dan anak prasekolah. Dalam hal ini bidan berwenang untuk :
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini,
injeksi vit K1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk.
Penanganan kegawatdaruratan dan dilanjutkan dengan
merujuk.
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan
anak pra sekolah.
Pemberian konseling dan penyuluhan.
Pemberian surat keterangan kelahiran.
Pemberian surat keterangan kematian.
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
Yulianti Hasanah, SKM
NIP. 197407181996032001
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
1. Dexamethasone
2. Diphenhidramin
3. Efinefrin 1:1000
4. Glukosa 5%
5. NaCl 0.9%
6. Ringer Laktat 500 ml
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke
1. Lidocain
2. Efinefrin 2%
3. Chloroetyl
JENIS-JENIS SEDASI
1. Diazepam rectal
2. Diazepam oral 2 mg
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal :
Kepala Puskesmas Kiangroke