HANIA PURWITASARI
HANIA PURWITASARI
E14061115
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
FAKULTAS KEHUTANAN
2011
RINGKASAN
Kata kunci : HTI Akasia mangium, stok karbon, massa karbon, biomassa,
alometrik
SUMMARY
Key words: Acacia mangium plantation, carbon stock, carbon mass, biomass,
allometric
PERNYATAAN
Hania Purwitasari
E14061115
Judul Skripsi : Persamaan Alometrik Biomassa dan Massa Karbon
Pohon Akasia mangium (Acacia mangium Willd.)
(Studi Kasus pada HTI Akasia mangium di BKPH Parung
Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III, Jawa
Barat dan Banten)
Nama : Hania Purwitasari
NIM : E14061115
Departemen : Manajemen Hutan
Menyetujui:
Dosen Pembimbing,
Mengetahui :
Ketua Departemen Manajemen Hutan,
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Model Persamaan Alometrik Biomassa dan Massa Karbon
Pohon Akasia mangium (Acacia mangium Willd.) (Studi Kasus pada HTI
Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani
Unit III, Jawa Barat dan Banten)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, adik dan nenek tercinta serta keluarga besar atas dukungan,
motivasi, kasih sayang dan doanya
2. Prof. Dr. Ir. Elias selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini
3. Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku penguji dari Departemen Teknologi Hasil
Hutan
4. Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS selaku penguji dari Departemen Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekowisata
5. Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr selaku penguji dari Departemen
Silvikultur
6. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. selaku Ketua Departemen Manajemen
Hutan, Staf Tata Usaha (Pak Syaiful, Pak Edi, Bu Asih, dll.), mamang dan
bibi serta seluruh keluarga besar Departemen Manajemen Hutan
7. Bapak Cecep, Bapak Sukidi, Bapak Kanta dan Bapak Ade serta staf pekerja di
BKPH Parung Panjang yang telah banyak membantu dalam penelitian ini
8. Bapak Yaya, Bapak Udin, Ibu Esti, Kak Medy, Kak Maung, Yudis dan Anne
yang telah membantu pelaksanaan penelitian serta Kak Afwan, Andi, Zie, Ifki
dan Dwi yang telah membantu dalam pengolahan data
9. Suci Dian Firani, Miranti Dewi, Andina Ayu Mayang Sari Putri, Elisda
Damayanti, Ratih Solichia Maharani dan May Caesarry atas persahabatan
yang indah
ii
10. Teman-teman Jungle voices dan Fireworks Enterprise (Andre, Upi, Linda S,
Danes, Yayat, Ica, Adnan, Suke, Rika, Rahma), Teman-teman MNH 43 (Budi,
Sentot, Kris, Putri, Dola, Sipuy, Apit, Bayu, Dian O, Dhani, Lisa, Eci, Ana,
Ani, Dhika, Yani, Ipeh, Ade, Aris, Anom, Indra, Radit, Ajo, Amel, Ferra, Aci,
Devi, Chika, Wulan, Lana, Wiwin, Ayu, Linda Z, Cope, Yeni, Yudhis, Adnan,
Cubluk, TB, Asep, Sesa, Bowo, Yuni, Nesya, Mince, Sofi, Hasan, Kiki,
Cindra, Kholik, Harlen, Deden, Ican, Ma‟cie, Muti, Wowo, Dian N, Ina, Nana,
Surya, Agus, Dadunk, Rangga, Ardi, Edi, Ian, Lemenk, Iyis, Aida, Adek,
Dinul, Karjo, Janu, Yoyok) atas semangat dan keceriaannya
11. Teman-teman di Fakultas Kehutanan, yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu atas segala pembelajaran hidup dan kebersamaannya selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan menambah ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang kehutanan.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 Juli 1988 dari ayah Anang
Sumarna dan Ibu Sri Utami. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN Pengadilan 2
Bogor dengan tahun kelulusan 2000 kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4
Bogor dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 5
Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan
organisasi di kampus, antara lain menjadi staf divisi acara Gebyar Nusantara dan
staf kesekretariatan acara Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru Badan
Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa (BEM-KM) tahun 2006. Selain itu
penulis aktif menjadi pengurus Music Agriculture Xpression (MAX) tahun 2006-
2007, pengurus Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia Forest Management
Student Club (FMSC) tahun 2007-2008, ketua Divisi Media dan Komunikasi
Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2008-2009, Koordinator
Konsumsi Miracle of Art for Agriculture (MAGIC) BEM-KM, panitia Bina Corps
Rimbawan (BCR) BEM Fakultas Kehutanan dan Temu Manajer Departemen
Manajemen Hutan tahun 2008 dan panitia E-Green tahun 2009.
Penulis pernah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Baturaden dan Cilacap (Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur
dan Barat), Jawa Tengah Juli-Agustus 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi dan di Tanggeung (KPH Cianjur),
Jawa Barat Juli 2009, Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Erna
Djuliawati Kalimantan Tengah selama periode Februari-April 2010.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul Persamaan Alometrik Biomassa dan Massa Karbon Pohon Akasia
mangium (Acacia mangium Willd.), dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Elias.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Model persamaan alometrik terpilih untuk pendugaan biomassa
pohon Acacia crassicarpa ................................................................... 10
2. Model persamaan alometrik terpilih untuk pendugaan karbon pohon
Acacia crassicarpa .............................................................................. 10
3. Kisaran diameter pohon Akasia mangium yang dijadikan bahan
penelitian .............................................................................................. 13
4. Kelas hutan Akasia mangium di BKPH Parung Panjang .................... 24
5. Tinggi tempat, curah hujan dan jenis tanah per kelompok hutan di
BKPH Parung Panjang......................................................................... 25
6. Rata-rata kadar air Akasia mangium berdasarkan kelas diameter ....... 28
7. Rata-rata berat jenis Akasia mangium berdasarkan kelas diameter..... 29
8. Rata-rata kadar zat terbang Akasia mangium pada berbagai bagian
pohon ................................................................................................... 30
9. Rata-rata kadar abu Akasia mangium pada berbagai bagian pohon .... 31
10. Rata-rata kadar karbon Akasia mangium pada berbagai bagian pohon 32
11. Hasil uji t-student kadar karbon Akasia mangium pada berbagai
bagian pohon ....................................................................................... 33
12. Rata-rata biomassa Akasia mangium pada berbagai bagian pohon ..... 34
13. Rata-rata massa karbon Akasia mangium pada berbagai bagian
pohon ................................................................................................... 35
14. Model penduga biomassa bagian-bagian pohon Akasia mangium ...... 37
15. Model penduga massa karbon bagian-bagian pohon Akasia mangium 38
16. Model alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia
mangium .............................................................................................. 40
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Batang .............................. 48
2. Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Cabang ............................. 51
3. Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Akar ................................. 53
4. Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Ranting ............................. 53
5. Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Daun ................................ 53
6. Potensi Biomassa dan Massa Karbon BKPH Parung Panjang ............ 54
BAB I
PENDAHULUAN
lain yang lebih rendah tingkat emisi GRKnya (pengganti bahan bakar, misal:
minyak bumi menjadi gas), dan jenis-jenis lain seperti pemanfaatan gas metan
dari pengelolaan sampah. Selain penurunan emisi, kegiatan yang bisa dilakukan
dalam CDM ialah penyerapan emisi (carbon sink) yang bisa dilakukan di sektor
kehutanan, karena hutan dapat menyerap emisi GRK. Oleh karena itu perlu
dilakukan perhitungan yang tepat mengenai jumlah karbon yang terkandung di
dalam pohon.
Pada akhir tahun 1980-an Pemerintah Indonesia mencanangkan program
pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembangunan HTI terutama
dimaksudkan untuk merehabilitasi lahan-lahan dalam kawasan hutan tidak
produktif. Di masa depan peran HTI untuk memasok kebutuhan kayu akan
semakin penting, karena pasokan kayu dari hutan alam akan terus menurun. Kayu
Akasia mangium telah menjadi salah satu spesies pohon yang penting dalam
pembangunan HTI di Indonesia.
Hingga saat ini, pohon Akasia mangium merupakan spesies yang paling
banyak ditanam, terutama pada HTI di Sumatera dan Kalimantan. Spesies ini
dikembangkan untuk HTI karena pertumbuhannya yang cepat, mempunyai
kemampuan tumbuh pada lahan marjinal seperti alang-alang, kayunya cocok
untuk berbagai keperluan seperti bahan baku pulp, MDF (medium density fiber
board), papan partikel (particle board) dan kayu pertukangan (Hardiyanto 2004
dalam Sulistyawati 2009). Karena laju pertumbuhan yang cepat tersebut Akasia
mangium juga banyak ditanam sebagai tanaman pokok di beberapa wilayah
Perum Perhutani di Pulau Jawa.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon
Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani
Unit III, Jawa Barat dan Banten
2. Mengestimasi stok karbon HTI Akasia mangium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Tanah: karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam bentuk
mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami peningkatan atau
penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan sekarang serta
kondisi pengolahan tanah.
2.3 Biomassa
Menurut Anwar et al. (1984), biomassa tumbuhan adalah jumlah berat
kering dari seluruh bagian tumbuhan yang hidup dan untuk memudahkannya
kadang-kadang dibagi menjadi biomassa di atas permukaan tanah (daun, bunga,
buah, ranting, cabang dan batang) dan biomassa di bawah permukaan tanah
(akar). Biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan
hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau
komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Sedangkan
menurut Chapman (1976) biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme
per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya dinyatakan
dalam satuan berat kering (dry weight) atau kadang-kadang dalam berat kering
bebas abu (ash free dry weight).
Biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke
atmosfer sebagai karbon dioksida ketika hutan ditebang dan atau dibakar.
Sebaliknya, melalui penaksiran dapat dilakukan perhitungan jumlah
karbondioksida yang dapat diikat dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi
atau dengan penanaman (Brown 1997).
Besarnya biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan,
sejarah perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakan (Lugo dan
Snedaker 1974 dalam Kusmana 1993). Faktor iklim, seperti curah hujan dan
suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa pohon
(Kusmana 1993). Suhu tersebut berdampak pada proses biologi dalam
pengambilan karbon oleh tanaman dan penggunaan karbon dalam aktivitas
dekomposisi (Murdiyarso et al. 1999).
Pendugaan biomassa hutan dibutuhkan untuk mengetahui perubahan
cadangan karbon dan untuk tujuan lain. Pendugaan biomassa di atas permukaan
tanah sangat penting untuk mengkaji cadangan karbon dan efek dari deforestasi
6
merkusii Jungh et de Vriese) di KPH Sukabumi, Perhutani Unit III, Jawa Barat
adalah sebagai berikut pada kelas umur I sebesar 15,9108 ton C/ha, kelas umur II
sebesar 36,4361 ton C/ha, kelas umur III sebesar 60,1183 ton C/ha, kelas umur IV
sebesar 122,1232 ton C/ha, kelas umur V sebesar 127,0875 ton C/ha dan kelas
umur ≥VI sebesar 165,3442 ton C/ha (Erlangga 2009).
Potensi kandungan karbon pohon pada tegakan sengon (Paraserienthes
falcataria L Nielsen) yang paling tinggi terdapat pada kelas diameter 50 keatas
yaitu sebesar 34,379 ton C/ha dan yang paling rendah terdapat pada kelas
diameter 5-10 cm yaitu 0,078 ton C/ha. Presentase kandungan karbon pada
bagian-bagian tegakan sengon (Paraserienthes falcataria L Nielsen) yang
tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 47,23 %, sedangkan terkecil
terdapat pada bagian daun yaitu sebesar 36, 12 % (Rachman 2009).
Kadar karbon rata-rata pada bagian pohon Akasia mangium terbesar
terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 49,30 %, tunggak sebesar 43,31 %,
bagian cabang tidak beraturan 42,55 %, bagian cabang beraturan 42,15 %, dan
bagian ranting sebesar 37,78 % sedangkan kadar karbon terkecil terdapat pada
bagian daun yaitu sebesar 37,73 %. Potensi massa karbon rata-rata dalam tegakan
Akasia mangium berdasarkan persamaan C= 0,53 D1,44 H0,667 sebesar 90.385,57 kg
C/ha (Fadhli 2009).
Fungsi hutan selain memiliki fungsi ekonomis dan sosial juga memiliki
fungsi konservasi lingkungan yaitu untuk konservasi karbondioksida (CO2),
konservasi tanah, air, gudang nutrisi serta perbaikan iklim mikro. Hutan akasia
pun dapat berperan dalam konservasi lingkungan terutama sebagai penyerap
karbon. Acacia mearnesii menunjukan potensial karbon tertinggi 78 ton C/ha
dalam rotasi 10 tahun. Sedangkan akasia jenis lain seperti Acacia nilotica
memiliki simpanan karbon rata-rata 17 ton C/ha pada tempat tumbuh sedang dan
hanya menyerap sebesar 12 ton C/ha pada tempat tumbuh terdegradasi
(Mungkomdin 1993 dalam Ismail 2005).
10
Tabel 3 Kisaran diameter pohon Akasia mangium yang dijadikan bahan penelitian
No. Kelas Diameter (cm) Jumlah Pohon Contoh
1 0-5 1
2 5-10 1
3 10-15 1
4 15-20 1
5 20-25 1
6 25-30 1
7 30-35 1
8 35-40 1
Total Jumlah Pohon Contoh 8
4. Kadar Abu
Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for
Testing Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai
berikut :
a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke
dalam tanur listrik bersuhu 900 °C selama 6 jam
b. Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian
ditimbang untuk mencari berat akhirnya
c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat
kering tanur contoh uji merupakan kadar abu contoh uji.
5. Kadar Karbon
Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon
menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995,
dimana kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100%
terhadap kadar zat terbang dan kadar abu.
T hitung =
x1 x2 d 0
s12 s22
n1 n2
Dimana : x1 = Rataan kadar karbon bagian pohon ke-1
x2 = Rataan kadar karbon bagian pohon ke-2
d0 = Selisih nilai beda tengah populasi = 0
S21 = Ragam bagian pohon ke-1
S22 = Ragam bagian pohon ke-2
n1 = Jumlah contoh bagian pohon ke-1
n2 = Jumlah contoh bagian pohon ke-2
5. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak.
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Tabel 5 Tinggi tempat, curah hujan dan jenis tanah per kelompok hutan di BKPH
Parung Panjang
Tinggi Kisaran
No Kelompok Hutan Tempat Curah Hujan Jenis Batuan Jenis Tanah
(mdpl) (mm/th)
Oliocene,
Tuff, Podsolik merah
1 Cikadu I – II 0 – 75 3000 Sedimentary
kuning
Facies
Oliocene,
Tuff, Podsolik merah
2 Yan lapa 0 – 323 3000 Sedimentary
kuning
Facies
Oliocene,
Pr. Panjang I, II Tuff, Podsolik merah
3 0 -75 3000 Sedimentary
dan III kuning
Facies
Sumber : RPKH KP Acacia mangium Jangka 1 januari 2006- 31 Desember 2010.
madu telah dikelola oleh Kesatuan Bisnis Madu (KBM) sehingga tidak hanya
dipasarkan secara lokal tetapi juga dapat dipasarkan kepada masyarakat nasional
maupun internasional (Pratama 2010)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum pada semua kelas diameter, daun merupakan bagian pohon
yang paling tinggi kadar airnya, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 97,90 % dan
bagian pohon yang kadar airnya paling rendah terdapat pada akar dengan nilai
rata-rata sebesar 86,32 %. Kadar air tertinggi pada bagian daun sejalan dengan
hasil penelitian Onrizal (2004), Salim (2005) dan Limbong (2009) untuk berbagai
jenis pohon. Daun memiliki kadar air yang tinggi karena merupakan unit
fotosintesis yang pada umumnya memiliki banyak rongga sel yang diisi oleh air
dan unsur hara mineral. Daun tersusun oleh banyak rongga stomata yang
menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat.
29
Tabel 9 Rata-rata kadar abu Akasia mangium pada berbagai bagian pohon
Kelas Kadar Abu (%)
Diameter Batang
(cm) Akar Cabang Ranting Daun
Utama
0-5 2,25 1,54 - 1,55 3,83
5-10 1,95 1,43 - 1,43 3,37
10-15 2,52 1,72 2,15 2,31 4,31
15-20 1,43 1,44 0,95 1,59 3,68
20-25 1,36 1,28 1,98 1,72 3,47
25-30 2,27 1,31 2,20 3,12 3,20
30-35 2,48 1,37 2,10 1,91 3,39
35-40 2,64 1,56 1,40 1,17 3,65
Rata-rata 2,11 1,46 1,80 1,85 3,61
Kadar abu adalah kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi,
yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium
dan magnesium. Abu adalah sisa dari pembakaran bahan yang mengandung
bahan-bahan anorganik. Pada penelitian ini daun memiliki kadar abu terbesar
karena daun mengandung lebih banyak bahan anorganik dibanding bagian pohon
yang lain.
Besarnya kadar karbon ditentukan oleh besarnya nilai kadar zat terbang
dan kadar abu. Persentase kadar zat terbang dan kadar abu pada cabang, ranting,
daun dan akar yang lebih tinggi daripada batang menjadikan kadar karbon pada
batang menjadi lebih tinggi dibandingkan bagian pohon yang lain.
Tabel 10 Rata-rata kadar karbon Akasia mangium pada berbagai bagian pohon
Kelas Kadar Karbon (%)
Diameter Batang
(cm) Akar Cabang Ranting Daun
Utama
0-5 43,42 58,45 - 36,57 28,14
5-10 42,61 58,93 - 40,99 27,85
10-15 46,31 64,94 50,30 39,97 28,25
15-20 43,05 62,56 49,00 39,97 27,57
20-25 54,25 58,11 52,25 44,87 30,10
25-30 49,42 63,42 48,18 41,32 30,20
30-35 53,76 63,03 49,00 38,54 29,55
35-40 54,30 63,55 54,00 40,35 31,09
Rata-rata 48,39 61,62 50,46 40,32 29,09
Kadar karbon pada bagian jaringan pohon lainnya seperti cabang, ranting,
daun dan akar lebih rendah dibandingkan kadar karbon pada batang, karena pada
bagian-bagian ini kadar zat terbang dan kadar abu yang relatif lebih tinggi
dibandingkan pada batang pohon.
Batang memiliki kadar karbon yang terbesar karena pada masa
pertumbuhan dan masa produktif, pohon menyerap karbon melalui daun dalam
proses fotosintesis dan hasilnya langsung disebar ke seluruh bagian pohon yang
lain. Bagian pohon yang mampu menyimpan lebih banyak adalah pada bagian
terbesar yaitu batang. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga
stomata yang berfungsi untuk pertukaran gas sehingga kurang padat dan tidak
banyak menyimpan karbon.
Tingginya kadar karbon pada bagian batang disebabkan karena unsur
karbon menurut Hilmi (2003) dalam Limbong (2009) merupakan bahan organik
penyusun dinding sel-sel batang. Kayu secara umum tersusun oleh selulosa, lignin
dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur karbon. Kadar karbon
bagian batang pohon penting dalam menduga potensi karbon tegakan dan banyak
digunakan sebagai dasar perhitungan dalam pendugaan karbon. Ini erat
hubungannya dengan dimensi diameter (Dbh) sebagai indikator penting dalam
kegiatan pengukuran dan perencanaan hutan.
Variasi kadar karbon berdasarkan variasi diameter dan umur tanaman,
adanya korelasi positif antara pertambahan diameter dan umur dengan
33
pertambahan kadar karbon. Demikian juga terdapat variasi kadar karbon pohon
dimana bagian pangkal memiliki kadar karbon yang paling besar dan semakin
keatas bagian ujung batang dan bagian pohon lainnya seperti cabang, ranting dan
daun semakin kecil. Fenomena ini cenderung sama dengan kandungan bahan
organik dan produksi biomassa pohon, variasi ini sangat dipengaruhi oleh berat
jenis, kerapatan kayu dan kadar air pada setiap bagian jaringan pohon.
Selain itu, dilakukan pengujian beda nyata kadar karbon antara bagian-
bagian pohon yang disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil uji t-student kadar karbon Akasia mangium pada berbagai bagian
pohon
Batang Utama Cabang Ranting Daun
tn
Akar 0,000** 0,254 0,003* 0,000**
Batang Utama 0,025* 0,000** 0,000**
Cabang 0,774tn 0,327tn
Ranting 0,000**
Keterangan : ** : Berbeda sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99%
* : Berbeda sangat nyata (P 0,01-0,05) pada selang kepercayaan 95%
tn
: Tidak berbeda nyata (P > 0,05) pada selang kepercayaan 95%
Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa kadar karbon yang dihasilkan pada
batang utama dengan akar, batang utama dengan cabang, batang utama dengan
ranting, batang utama dengan daun, akar dengan daun, akar dengan ranting serta
ranting dengan daun, berbeda satu terhadap yang lain karena nilai P berada pada
selang 0,01-0,05 dan nilai P < 0,01. Sedangkan pada akar dengan cabang, cabang
dengan ranting dan cabang dengan daun kadar karbon satu dengan yang lainnya
tidak berbeda karena nilai P > 0,05
5.1.5 Biomassa
Secara umun peningkatan kelas diameter setinggi dada (Dbh) akan
meningkatkan biomassa beberapa bagian pohon akasia mangium. Proporsi
biomassa merupakan persentase besarnya biomassa pada bagian pohon terhadap
biomassa total tanaman. Tabel 12 memperlihatkan proporsi biomassa tertinggi
terdapat pada bagian batang. Sebesar 57,83 % biomassa tanaman Akasia mangium
terbesar terdapat pada bagian batang, kemudian diikuti bagian akar sebesar 16,97
%, bagian daun sebesar 10,30 %, bagian ranting sebesar 8,84 % dan terkecil pada
bagian cabang sebesar 6,05 %.
34
fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan dengan bantuan sinar
matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat untuk selanjutnya didistribusikan
ke seluruh tubuh tanaman dan ditimbun dalam bentuk daun, batang, cabang, buah
dan bunga (Hairiah dan Rahayu 2007). Walaupun aktifitas fotosintesis terjadi di
daun, namun ternyata distribusi hasil fotosintesis terbesar digunakan untuk
pertumbuhan batang.
Batang umumnya memiliki zat penyusun kayu yang lebih baik
dibandingkan dengan bagian pohon lainnya. Zat penyusun kayu tersebut
menyebabkan bagian rongga sel pada batang banyak tersusun oleh komponen
penyusun kayu dibanding air, sehingga bobot biomassa batang akan menjadi lebih
besar. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang
menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat.
Hal diatas sejalan dengan hasil penelitian Adiriono (2009) pada jenis
Acacia crassicarpa dengan metode karbonasi yaitu biomassa terbesar terdapat
pada bagian batang sebesar 64,36%, sedangkan proporsi terkecil terdapat pada
bagian daun sebesar 5,05%.
Menurut Ahmadi (1990) dalam Aminudin (2008) batang merupakan kayu
yang 40-45 % tersusun oleh selulosa. Selulosa merupakan molekul gula linear
yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon, sehingga makin tinggi selulosa
maka kandungan karbon akan makin tinggi. Adanya variasi horizontal
mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan juga komponen
kimia penyusun kayu. Makin besar diameter pohon diduga memiliki potensi
selulosa dan zat penyusun kayu lainnya akan lebih besar. Lebih tingginya karbon
pada bagian batang erat kaitannya dengan lebih tingginya biomassa bagian batang
jika dibandingkan dengan bagian pohon lainnya. Faktor ini yang menyebabkan
pada kelas diameter yang lebih besar kandungan karbonnya lebih besar.
Model penduga biomassa dan massa karbon dengan diameter dan tinggi
pohon adalah berbentuk pangkat (power) dengan nilai R-sq (adj) tertinggi dan
nilai S terkecil diantara semua model yang dianalisis. Dari hasil analisis pada
tabel 14 dan 15 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara biomassa dan massa
karbon dengan diameter dan tinggi pohon memiliki korelasi yang signifikan.
Young (1982) dalam Adiriono (2009) mengatakan bahwa ukuran korelasi
dinyatakan sebagai berikut :
1. 0,70 s.d. 1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi
2. 0,40 s.d. < 0,70 menunjukkan tingkat hubungan yang substansial
39
Dalam penelitian ini, tinggi pohon diukur dengan cara mengukur panjang
pohon pada saat pohon direbahkan ke tanah setelah ditebang, sehingga kesalahan
tersebut dapat diusahakan seminimal mungkin.
Melalui analisis uji nyata (P) dan uji F, dapat dilihat bahwa pada bagian
akar, batang utama, ranting dan daun memiliki variabel bebas diameter, tinggi
bebas cabang dan tinggi total berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 95%
dan 99%. Artinya diameter, tinggi bebas cabang dan tinggi total berpengaruh
nyata terhadap perubahan persamaan pada biomassa dan massa karbon bagian
akar, batang utama, ranting dan daun. Sedangkan diameter, tinggi bebas cabang
dan tinggi total tidak berpengaruh nyata terhadap persamaan pada bagian cabang.
Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan
massa karbon total Akasia mangium disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Model alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium
R-Sq F
F tabel
Bagian Model Persamaan S P (adj) F hit tabel
(99%)
(%) (95%)
W = 0,140928 D2,31 0,0946 0,000** 98,7 514,76** 5,99 13,75
Biomassa W = 0,044668 D1,47 H1,38 0,0088 0,000** 100 29941,19** 5,79 13,27
2,29 0,055
W = 0,136144 D Hb 0,1035 0,000** 98,4 214,95** 5,79 13,27
2,39
C = 0,060255 D 0,1085 0,000** 98,3 415,94** 5,99 13,75
Massa
C = 0,016595 D1,44 H1,56 0,0252 0,000** 99,9 3899,03** 5,79 13,27
Karbon
2,38 0,017
C = 0,060255 D Hb 0,1189 0,000** 98,0 173,33** 5,79 13,27
Keterangan : W = Biomassa
C = Massa Karbon
D = Diameter Setinggi Dada (Dbh) (cm)
H = Tinggi Total (m)
Hb = Tinggi Bebas cabang (m)
R-sq (adj) = Koefisien Determinasi
P = Taraf nyata
S = Simpangan Baku
F = Uji F
** = Berbeda sangat nyata (P < 0,01) pada selang kepercayaan 99%
* = Berbeda nyata (P 0,01-0,05) pada selang kepercayaan 95%
tn
= Tidak berbeda nyata (P > 0,05)
(0,0088) dan untuk massa karbon sebesar (R2 adj. = 99,9%), nilai P terkecil
(0,000) dan S terkecil (0,0252).
Namun demikian, jika ketersediaan atau pengambilan data tinggi total
pohon Akasia mangium mengalami kesulitan dan kekhawatiran terhadap tingkat
ketepatan serta untuk kepraktisan para pelaksana di lapangan, maka model
alometrik dapat digunakan dengan variabel bebas diameter saja. Melalui uji nyata
(P) dan uji F, model alometrik dengan menggunakan variabel diameter dapat
menduga biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium sehingga bentuk
W = 0,140928 D2,31 dan C = 0,060255 D2.39 dapat diterapkan.
100
80
60
Biomassa
40
Massa Karbon
20
0
2008 2007 2006 2005 2004 2002
Tahun Tanam
Gambar 1 Potensi biomassa dan massa karbon (dalam ton/ha) di BKPH Parung
Panjang.
Potensi biomassa dan massa karbon pada tiap tahun tanam bervariasi.
Variasi terjadi karena adanya perbedaan diameter dan jumlah plot yang diukur.
Tahun tanam 2007 memiliki biomassa dan massa karbon yang paling rendah
42
dikarenakan jumlah plot yang lebih banyak pada areal ini sebanyak 27 plot. Pada
penelitian ini total potensi biomassa dan massa karbon di BKPH Parung Panjang
masing-masing adalah sebesar 47,1967 ton/ha dan 25,4183 ton/ha. Berdasarkan
citra landsat ETM+ yang diteliti oleh Dahlan (2008), massa karbon Akasia
mangium di BKPH Parung Panjang sebesar 16,25 ton/ha.
Tegakan Akasia mangium sebagai vegetasi hutan mempunyai kemampuan
untuk menyerap karbon dan menyimpannya di dalam ekosistem yang tersimpan di
dalam vegetasi sebagai carbon sink. Jika tegakan Akasia mangium dapat
dipertahankan keberadaannya maka akan memberikan kontribusi terhadap
keselamatan lingkungan dari ancaman pemanasan global sebagai efek dari emisi
gas rumah kaca.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Massa karbon terbesar pada pohon Akasia mangium terdapat pada bagian
batang utama, sedangkan massa karbon terkecil terdapat pada bagian daun
2. Persamaan alometrik penduga biomassa dan massa karbon tanaman
Akasia mangium di areal HTI BKPH Parung Panjang adalah pada bagian
akar masing-masing adalah W = 0,012882 D2,49 dan C = 0,004786 D2,58.
Bagian batang utama adalah W = 0,070794 D2,36 dan C = 0,039810 D2,39.
Bagian ranting adalah W = 0,013182 D2,32 dan C = 0,004570 D2,38. Bagian
daun adalah W = 0,060256 D1,89 dan C = 0,016218 D1,91
3. Persamaan alometrik yang telah berhasil dibangun untuk menduga potensi
biomassa pohon akasia mangium adalah W = 0,140928 D2,31 sedangkan
massa karbon total pohon Akasia mangium adalah C = 0,060255 D2,39
4. Potensi biomassa dan massa karbon di BKPH Parung Panjang, KPH
Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten masing-masing
sebesar 47,1967 ton/ha dan 25,4183 ton/ha.
6.2 Saran
Pengukuran potensi massa karbon pada HTI dalam penelitian ini hanya
difokuskan pada tegakan utama saja, sedangkan serasah, pohon mati, tumbuhan
bawah dan tanah tidak diukur potensinya. Komponen-komponen tersebut
memiliki potensi massa karbon yang besar. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian mengenai potensi massa karbon pada serasah, pohon mati, tumbuhan
bawah dan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi SS. 1990. Diktat Kimia Kayu. Bogor : Pusat Antar Universitas, Institut
Pertanian Bogor.
Adiriono T. 2009. Pengukuran Kandungan Karbon (Carbon Stock) dengan
Metode Karbonasi pada Hutan Tanaman Jenis Acacia crassicarpa [tesis].
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Aminudin S. 2008. Kajian Potensi Cadangan Karbon pada Pengusahaan Hutan
Rakyat (Studi Kasus Hutan Tanaman Rakyat Desa Dengok, Kecamatan
Playen, Kabupaten Gunungkidul) [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N, Whitten AJ. 1984. Ekologi Ekosistem
Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
[ASTM] American Society for Testing Material. 1990a. ASTM D 2866-94.
Standard Test Method For Total ash Content of Activated Carbon.
Philadelphia.
[ASTM] American Society for Testing Material. 1990b. ASTM D 5832-98.
Standard Test Method For Total ash Content of Activated Carbon.
Philadelphia.
Balinda L. 2008. Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada
Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di RPH Leuwiliang
BKPH Leuwiliang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten [skripsi]. Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan-IPB. Bogor.
(Tidak dipublikasikan).
Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A
Primer. FAO. Forestry Paper. USA. 134. 10-13.
Chapman SB. 1976. Methods in Plant Ecology. 2nd ed. Blackwell Scientific
Publisher. Oxford. 145-120 p.
Dahlan. 2008. Pendugaan Kandungan Karbon Tegakan Acacia mangium Willd
menggunakan Citra Landsat ETM+ dan Spot-5 [tesis]. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Elias. 2010. Inovasi Metodologi dan Metode Estimasi Cadangan Karbon dalam
Hutan dalam Rangka Program Reduced Emissions from Deforestation and
Degradation (REDD) Indonesia. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Erlangga J. 2009. Pendugaan Potensi Karbon pada Tegakan Pinus (Pinus Merkusii
Jungh et de Vriese) di KPH Sukabumi, Perhutani Unit III, Jawa Barat dan
Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
45
Fadhli. 2009. Pendugaan Potensi Karbon dan Limbah Pemanenan pada Tegakan
Acacia mangium Willd. di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, PT.
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Hairiah K, Sitompul SM, Noordwijk M, Palm C. 2001. Methods for Sampling
Carbon Stock Above and Below Ground. Bogor. ICRAF Southeast Asia.
Hairiah K dan Rahayu S. 2007. Pengukuran „Karbon Tersimpan‟ di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre – ICRAF,
SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.
Haygreen JG dan Bowyer JL. 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar.
Hadikusumo SA. Penerjemah; prawirohatmodjo S, Editor. Yogyakarta:
Gadjah Mada.
Ismail AY. 2005. Dampak Kebakaran Hutan terhadap Potensi Kandungan Karbon
pada Tanaman Acacia mangium Willd di Hutan Tanaman Industri (HTI)
[tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ketterings QM, Coe R, Noordwijk M, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing
Uncertainty in The Use of Allometric Biomass Equation for Predicting
Above Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests. Forest Ecology
and Management 146: 199-209
Kusmana C. 1993. A Study on Mangrove Forest Management Base on Ecological
Data in East Sumatera, Indonesia [desertation]. Japan : Kyoto University,
Faculty of agricultural.
Leksono B. 1996. Eksplorasi Benih Acacia sp. dan Eucalyptus pellita di Merauke,
Irian Jaya. Jayapura : Universitas Cendrawasih
Limbong HDH. 2009. Potensi Karbon Tegakan Acacia Crassicarpa pada Lahan
Gambut Bekas Terbakar [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Mandang YI dan Pandit IKN. 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di
Lapangan. Yayasan PROSEA, Bogor dan Pusat Pendidikan Latihan
Pegawai dan Sumber Daya Manusia Kehutanan. Bogor
Murdiyarso D, Noordwijk M, Juyanto A. 1999. Modeling Global Change Impacts
on the Soil Environment. IC-SEA Repert No. 6 BIOTROP – GTCE/
Impacts Centre for Southeast Asia (IC-SEA). Bogor.
Onrizal. 2004. Model Penduga Biomassa dan Karbon Tegakan Hutan Kerangas di
Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat [tesis]. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ojo. 2003. Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Hutan
Tanaman Jati di KPH Madiun [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Pandit IKN. 2008. Anatomi Kayu. Bogor. IPB Press
46
48
Lampiran 1 (lanjutan)
1 60,5 55,4 19,2675 17,6433 2 53474,562
2 55,4 50,6 17,6433 16,1146 2 44729,299
3 50,6 48,2 16,1146 15,3503 2 38859,236
4 4 48,2 42,2 15,3503 13,4395 2 32532,484 249621,113 0,46 114,826 62,57 71,846
5 42,2 36,7 13,4395 11,6879 2 24781,887
6 36,7 39,8 11,6879 12,6752 2 23297,174
7 39,8 37,3 12,6752 11,8790 2,7 31946,471
1 70,8 64,2 22,5478 20,4459 2 72551,752
2 64,2 60,9 20,4459 19,3949 2 62300,995
3 60,9 49,9 19,3949 15,8917 2 48871,975
4 49,9 47,2 15,8917 15,0318 2 37533,479
5 292807,193 0,46 134,691 58,11 78,269
5 47,2 36,8 15,0318 11,7197 2 28089,172
6 36,8 34,2 11,7197 10,8917 2 20067,675
7 34,2 22,1 10,8917 7,0382 2 12618,193
8 22,1 17,8 7,0382 5,6688 3,4 10773,953
1 79,8 73,5 25,4140 23,4076 2 93554,498
2 73,5 66,4 23,4076 21,1465 2 77914,053
3 66,4 59 21,1465 18,7898 2 62600,159
4 59 60,3 18,7898 19,2038 2 56658,002
6 427596,959 0,53 226,626 63,42 143,726
5 60,3 51,2 19,2038 16,3057 2 49491,441
6 51,2 40,5 16,3057 12,8981 2 33474,881
7 40,5 35,2 12,8981 11,2102 2 22812,460
49
8 35,2 33,6 11,2102 10,7006 3,3 31091,465
Lampiran 1 (lanjutan)
1 91,6 85,6 29,1720 27,2611 2 124999,363
2 85,6 85,1 27,2611 27,1019 2 115997,174
3 85,1 54,2 27,1019 17,2611 2 77247,174
7 4 54,2 44 17,2611 14,0127 2 38388,694 417239,747 0,55 229,482 63,24 145,124
5 44 41,7 14,0127 13,2803 2 29237,619
6 41,7 22,6 13,2803 7,1975 2 16458,957
7 22,6 16,5 7,1975 5,2548 4,9 14910,766
1 101,6 90,6 32,3567 28,8535 2 147057,484
2 90,6 95,1 28,8535 30,2866 2 137279,021
3 95,1 64,6 30,2866 20,5732 2 101529,021
4 64,6 54,7 20,5732 17,4204 2 56658,002
8 5 54,7 48,1 17,4204 15,3185 2 42069,427 549956,818 0,47 258,4797 63,55 164,26385
6 48,1 41,5 15,3185 13,2166 2 31959,236
7 41,5 29,5 13,2166 9,3949 2 20067,675
8 29,5 17,4 9,3949 5,5414 2 8756,409
9 17,4 12,7 5,5414 4,0446 2,54 4580,544
50
Lampiran 2 Perhitungan Biomassa dan Massa Karbon Cabang
Diameter Batang Panjang
Keliling Cabang Volume Cabang
Utama Cabang
Berat Massa
No, Keliling Keliling Diameter Diameter C karbon
No Panjang BJ Cabang Cabang
Cabang Pangkal Ujung Pangkal Ujung Volume Volume (%)
Sekmen (kg) (kg)
Cabang Cabang Cabang Cabang (cm³) Total (cm³)
(m)
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 0 0 0 0,00 0
2 0 0 0 0,00 0
3 1 15,8 13,4 5,0318 4,2675 1,49 2528,729 2528,729 0,32 0,809 50,30 0,407
4 1 19 10,3 6,0510 3,2803 1,55 2648,606 2648,606 0,42 1,112 48,99 0,545
1 35,6 31,2 11,3376 9,9363 1,96 17408,420
2 21,4 13,5 6,8153 4,2994 5,74 13915,958
3 26,9 14,6 8,5669 4,6497 6,34 21733,808
4 18 12,3 5,7325 3,9172 2,63 4806,084
5 70980,569 0,40 28,392 52,25 14,835
5 16,4 13,7 5,2229 4,3631 1,29 2326,339
6 18,2 11,6 5,7962 3,6943 1,83 3234,700
7 16,6 12 5,2866 3,8217 2,3 3744,642
8 22 20,7 7,0064 6,5924 1,05 3810,618
1 37 13 11,7834 4,1401 2,91 14480,494
2 17 14 5,4140 4,4586 3,73 7134,813
6 27787,024 0,46 12,782 48,18 6,158
3 17,2 11,3 5,4777 3,5987 2,25 3637,664
4 18,3 15,4 5,8280 4,9045 1,121 2534,054
51
Lampiran 2 (lanjutan)
1 16,7 10,3 5,3185 3,2803 2,5 3627,588
2 18,8 8 5,9873 2,5478 3,53 5046,551
3 16,4 10,5 5,2229 3,3439 1,92 2765,389
7 4 27,8 12 8,8535 3,8217 4,1 12927,078 46438,393 0,54 25,077 49,00 12,288
5 19,1 9,5 6,0828 3,0255 2,82 4591,256
6 24,9 10,6 7,9299 3,3758 3,82 9582,315
7 23,4 9,8 7,4522 3,1210 3,6 7898,217
1 28,6 12 9,1083 3,8217 4,56 14961,229
8 2 25,2 10,5 8,0255 3,3439 4,5 11415,615 29855,969 0,42 12,540 54,00 6,771
3 20,6 8,6 6,5605 2,7389 2,05 3479,124
52
53