Mapel :PPKn
Kelas/Semester :VIII/I
Tahun Pembelajaran:2018/2019
Undang-Undang Dasar atau konstitusi memiliki dua sifat, yaitu konstitusi itu dapat
diubah atau tidak dapat diubah. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
konstitusi atau hukum dasar tertinggi bangsa Indonesia adalah konstitusi yang dapat
digolongkan sebagai konstitusi yang dapat diubah. Hal ini terlihat dalam Pasal 37 UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mensyaratkan bahwa untuk mengubah UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 2/3 anggota MPR harus hadir dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
Sejak tahun 1999, MPR telah mengadakan perubahan (amandemen) terhadap UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebanyak 4 kali.
Dalam melakukan perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ada
kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kesepakatan dasar itu terdiri atas lima butir, yaitu:
Pelaksanaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukan hanya dilakukan
dengan tidak mengubah Pembukaan, tetapi yang tidak kalah penting adalah
melaksanakan pasal-pasal UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap lembaga negara, lembaga masyarakat,
dan setiap warga negara wajib melaksanakan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 diubah maka
dengan sendirinya, kesepakatan awal berdirinya Negara Indonesia merdeka akan hilang.
Dengan hilangnya kesepakatan awal tersebut, sama saja dengan membubarkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini tentunya harus dihindari oleh seluruh bangsa
Indonesia dengan cara tetap menghayati, mendukung dan mengamalkan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang didalamnya terdapat dasar Negara
Indonesia yaitu Pancasila.