Anda di halaman 1dari 29

Tugas Modul Profesional : M5 KB1 Penguat Suara.

No. Peserta : 18030384010079


Nama : MILIONO
Kelas : PPG-UNY-2-840-B

Instruksi:
1. Temukan beberapa jenis mikrofon dan loudspeaker yang ada disekitar anda, dan carilah
spesifikasi teknis dari mikrofon dan loudspeaker tersebut.
Penyelesaian:
Spesifikasi Mikrophone
Produk : Projects Unlimited
Produk : Knowles Elektronik.

Spesifikasi Loudspeaker
Produk : Projects Unlimited Audio
Produk : CUI Inc.

2. Temukan beberapa rangkaian tone control dan krossover pasif. Analisislah dari
rangkaianan tersebut sehingga menghasilkan respon frekuensi tone control dan krosofer
pasif tersebut.
Penyelesaian:
Tone Control Pasif
Tone control sebenarnya merupakan salah satu jenis equalizer yang bertujuan mengatur
penguatan atau peredaman pada nada frekuensi dengan bandwidth tertentu. Sebagai versi lebih
sederhana dari sebuah equalizer, rangkaian tone control hanya mengatur nada rendah dan nada
tinggi atau bass dan treble.
Rangkaian tone control pasif disini hanya menggunakan komponen pasif yang dirangkai
menjadi filter high-pass dan low-pass. Pengaturan nada bass dan treble menggunakan dua
potensiometer 100 kOhm. Walaupun hanya dapat melakukan pengaturan peredaman
(attenuasi) saja, namun dengan volume control pada amplifier, sinyal audio dapat diangkat.
Sumber: http://pulangsore.com/elektronika/rangkaian-elektronika/rangkaian-tone-control-
pasif/ Diakses: 10/09/2018 Pukul: 16:15
Crossover pasif
Crossover dalam sistem audio apabila dilihat dari pencatuannya dapat dibagi dalam 2 jenis
yaitu crossover pasif dan crossover aktif. Crossover pada bagian ini adalah jenis crossover
pasif, karena tidak membutuhkan sumber tegangan untuk pengoperasian rangkaian. Rangkaian
crossover pasif ini merupakan cross0ver untuk melewatkan 3 jalur nada audio atau sering
disebut dengan crossover 3 way. Rangkaian crossover 3 nada ini merupakan aplikasi dari
penerapan filter pasif lolos atas (high pass filter), filter lolos bawah (low pass filter) dan filter
lolos pita (band pass filter). 3 nada yang disaring oleh rangkaian ini adalh nada treble (tinggi),
nada midrange (menengah) dan nada bass (rendah). Rangkaian lengkap dari crossover 3 nada
ini dapat dilihat pada gambar rangkaian crossover berikut.

Gambar. Rangkaian Crossover 3 Nada


Dari rangkaian diatas terlihat jelas penerapan filter-filter pasif LC yang dikonfigurasikan dalam
3 bagian (filter lolos atas, filtor lolos pita dan filter lolos bawah) penyaringan sinyal audio
untuk diberikan ke loud speaker tweeter, midrange dan woofer sebagai pengeras suara 3 nada.
Untuk lebih lanjut dapat dibagi dalam 3 bagian uraian dari sistem kerja crossover 3 nada diatas.

1. Crossover Nada Bass


Bagian crossover nada bass (filter nada rendah) merupakan rangkaian filter pasif LC lolos
bawah (Low Pass Filter). Rangkaian filter nada rendah (bass) tersebut merupakan konfigurasi
filter lolos bawah (low pass filter) yang disusun dengan L4 dan C4. Filter nada rendah ini
berfungsi untuk menyaring nada bass untuk diberikan ke loud speaker woofer. Prinsip kerja
filter nada rendah ini adalah akan melewatkan sinyal audio nada rendah saja yaitu hanya
melewatkan sinyal audio dengan frekuensi dibawah frekuensi cut-off (fc) L4 dan C4. Frekuensi
cut-off rangkaian filter nada rendah ini dapat ditentukan dengan formula berikut.
2. Crossover Nada Treble
Untuk filter nada treble menggunakan rangkaian filter pasif L1 dan C1 lolos atas (high pass
filter). Dimana sinyal audio dari bagian filter nada tinggi ini akan diberikan ke loud speaker
tweeter. Prinsip kerja bagian filter lolos atas ini adalah akan melewatkan sinyal audio nada
tinggi yaitu sinyal audio dengan frkuensi diatas frekuensi cut-off (fc) rangkaian. frekuensi cut-
off (fc) nada tinggi (treble) ini dapat ditentukan dengan rumus berikut.

3. Crossover Nada Midrange


Crosover nada menengah berfungsi untuk melewatkan sinyal audi frekuensi menengah
(midrange) untuk diberikan ke loud speaker midrange. Rangkaian yang digunakan untuk
menyaring frekuensi menengah tersebut adalah band pass filter dimana akan melewatkan sinyal
audio pada range frekuensi cut-off (fc) saja. Sebagai filter nada menengah (midrange)
rangkaian filter yangdigunakan adalah filter pasif band pass yang nilai cut-off frekuensi atas
ditentukan oleh C2 dan L3 kemudian nilai cut-off (fc) frekuensi rendah ditentukan oleh L2 dan
C3. Masing-masing frekuensi cut-off rangkaian filter band pass tersebut dapat ditentukan
dengan rumus berikut.

Sumber : https://amplifierlover.blogspot.com/2016/12/rangkaian-crossover-pasif-dan.html
Diakses:10/09/2018 Pukul:16:30 WIB

3. Temukan sebuah peralatan mixer audio dan user manualnya. Pelajarilah prinsip kerja
dari mixer audio tersebut serta kuasailah konfigurasi teknis dari peralatan mixer audio
tersebut sehingga masing-masing anda bisa meng-instalasi peralatan mixer audio serta
memahami troubleshooting sederhana.
Penyelesaian:
Audio mixer biasanya terdiri dari beberapa blok antara lain:

1. KANAL INPUT MONO ( MONO CHANNEL INPUT ) merupakan bagian penguat


sinyal audio yang levelnya sangat rendah seperti microphone atau instrumen musik elekronik
yang levelnya antara sekitar -60 to -20dBu ke level sekitar 0,775V (0 dBu) atau 1,585V rms
(+4 dBV). Tidak hanya itu pada blok ini biasanya dilengkapi dengan perangkat tambahan yang
nanti akan kita bahas lebih mendetail.
0 dBu = 0.775 Volts rms
0 dBV = 1 Volt rms

Gambar. Panel Input Mixer.

2. KANAL INPUT STEREO ( STEREO CHANNEL INPUT ) fungsinya sama seperti


KANAL INPUT mono, bedanya pada KANAL INPUT stereo terdapat 2 rangkaian yang
identik sama dengan tombol-tombol pengatur yang digabungkan dalam 1 knob untuk kegunaan
yang sama. Merupakan penguat 2 kanal seperti stereo HI-Fi yang biasa dipakai dirumah-rumah
denga kepekaan input sekitar -30 to +10dBu
3. Keluaran Utama ( Master Output ) bagian keluaran utama (master) dengan 2 kanal output
Kiri/Left dan Kanan/Right merupakan hasil pencampuran seluruh kanal input yang aktip,
biasanya untuk dihubungkan ke bagian penguat Loudspeaker FOH (Front of House) yang
diperuntukkan ke penonton ( audience ).

Gambar. Panel Output Mixer.


4. Mono Summary Output merupakan penggabungan dari Main Output Left & Right menjadi
1 kanal output mono. Biasanya Mono Summary Output untuk dihubungkan ke penguat
Loudspeaker Sub Woofer FOH atau penguat Fill Side Monitor yang dipasang disisi kanan dan
kiri panggung untuk monitor keseluruhan musisi dipanggung. Sehingga musisi bisa merasakan
seperti apa suara yang didengar penonton dan dapat lebih menikmati permainan musik mereka
secara utuh.

5. Master Aux Output merupakan pengatur level utama hasil pencampuran Auxiliary output
yang datang dari seluruh KANAL INPUT, outputnya untuk dihubungkan ke amplifier
loudspeaker monitor untuk pemain musik dan penyanyi. Umumnya ada lebih dari 4 kanal
master output auxiliary yang dibuat secara terpisah, sehingga penyanyi maupun musisi dapat
memonitor suara sesuai kebutuhan masing2. Karena masing2 personil memiliki kebutuhan
monitor suara yang berbeda-beda.

6. Group Output nyaris sama fungsinya dengan keluaran utama (master output), dengan total
output minimal 4 kanal yang terbagi menjadi 2 kelompok. Group1 dengan 2 kanal output Left
& Right, Group2 dengan 2 kanal output Left & Right. Untuk audio mixer yang memiliki Group
Output, dalam aliran suara terpasang antara KANAL INPUT dengan Master Output, hasil
campuran sinyal suara dari Group Output terhubung ke input Master Output. Penggunaan
Group ini biasanya untuk membagi seluruh sinyal suara yang masuk menjadi beberapa group
yang terpisah, misalnya Group1 untuk sinyal suara musik saja dan Group2 untuk Vocal
penyanyi utama dan penyanyi suara latar. Bila penyanyi yang tampil memiliki power vocal
yang lemah, sedangkan untuk menaikkan level suara penyanyi di audio mixer sudah tidak
mungkin lagi, maka cara aman untuk menyeimbangkan keharmonisan level suara musik
dengan level vocal adalah menurunkan level musik dari pengatur Group yang digunakan untuk
musik. Cukup menurunkan 2 tombol Group saja.

7. PFL (Pre Fade Listen) untuk memonitor semua kanal secara sendiri-sendiri atau beberapa
kanal sekaligus sesuai kebutuhan, dilengkapi dengan penguat suara untuk headphone atau
untuk ke amplifier speaker monitor operator. Dengan menekan tombol PFL dikanal 1 saja, kita
hanya akan memonitor suara yang datang dari kanal1. Sesuai namanya sinyal PFL diambil
sebelum fader di masing2 kanal, dengan demikian naik turunnya fader dikanal yg bersangkutan
tidak mempengaruhi level pada PFL. Dengan kondisi ini memungkinkan kita melakukan
penyesuaian alat yang akan dihidupkan sementara acara tetap berjalan tanpa didengar penonton
dengan cara menutup fader pada kanal yg bersangkutan saat melakukan setting, sehingga ketika
saatnya alat dioperasikan sudah dalam setting yang baik.
Selain PFL ada juga AFL (After Fade Listen) kegunaannya hampir sama seperti PFL tetapi
koneksi diambil setelah Fader kanal atau pengatur level bagian yang akan dimonitor
(AUX/Group/Master).
Gambar. Volume Input.

8. Effect Output fungsinya sama dengan Auxiliary Output, tetapi warna tombolnya dibedakan
dengan Aux Output. Outputnya untuk dihubungkan kealat efek suara (Sound Effect) untuk
menambahkan efek suara dari kanal2 yang diinginkan saja. Misalnya kanal yang digunakan
untuk vocal para penyanyi ingin kita tambahkan dengan gema/reverb, delay, atau chorus.

9. Effect Return, keluaran suara dari alat efek suara dihubungkan kebagian ini dan akan
terhubung ke input Group atau Main bercampur dengan seluruh suara yang masuk ke Group
atau Main. Tetapi banyak sekali yang enggan mengunakan effect return, mereka lebih suka
suara yang keluar dari efek suara dihubungkan ke salah satu KANAL INPUT yang belum
digunakan. Tujuannya agar suara efek bisa diatur nadanya (tone) melalui tone control dibagian
KANAL INPUT, sehingga terdengar lebih enak.

10. Record Output digunakan untuk merekam suara dari Main Output, dibagian ini biasanya
dilengkapi pengatur level suara untuk penyesuaian terhadap alat perekam yang digunakan,
sehingga diperoleh hasil rekaman yang optimal. Tetapi kadang merekam dari Rec Out kurang
baik hasilnya, dikarenakan operator kadang harus mengubah Master output yang berpengaruh
langsung terhadap output di Rec Out, bila Master Output dinaikkan kemungkinan hasil
rekaman menjadi cacat karena overload. Suara cacat dalam rekaman tidak dapat diperbaiki,
sedangkan level suara kurang tinggi bisa diedit untuk menaikannya.

11. Tape Input untuk mendengarkan hasil rekaman suara, output alat perekam dihubungkan
kebagian ini. Disediakan bila input yang lain sudah habis terpakai.
12. Phantom Power, ada beberapa jenis alat yang membutuhkan catu daya untuk bisa
digunakan, seperti Condenser Microphone atau DI Box merk tertentu. Phantom Power untuk
memberi catu daya melalui kabel audio yang digunakan ke Mic atau DI Box tanpa memerlukan
kabel tambahan. Tegangan Phantom Power umumnya sekitar 22 hingga 48 Volt DC, tetapi
yang paling banyak digunakan adalah 48 Volt DC. Hati2 saat akan mengkatifkan Phantom
Power fader pada kanal yang bersangkutan harus dalam keadaan tertutup, termasuk saluran2
output lainnya seperti AUX, Eff dan Group. Karena saat phantom diaktipkan akan
menimbulkan suara ledakan yang kuat diloudspeaker bila semua output tadi disebutkan tidak
ditutup.
Sumber: http://www.tomsoundsystem.com/articles/videosaatpengoperasiansosys
Diakses:10/09/2018 Pukul:16:45 WIB.

4. Temukan sebuah rangkaian penguat daya jenis OT, OTL dan OCL. Analisis rangkaian
penguat daya tersebut, dan tentukan penguatan daya dari masing-masing rangkaian
tersebut.
Penyelesaian:
PENGUAT DAYA OT
Rangkaian penguat daya (amplifier) kelas A dengan menggunakan beban trafo adalah
amplifier yang outputnya menggunakan kopling sebuah transformer antara power
amplifier dengan beban (loud speaker). Beban yang sesungguhnya dari rangkaian penguat daya
(amplifier) ini adalah RL, dimana RL ini misalnya bisa berupa loud speaker. Karena power
amplifier ini bekerja di kelas A dan antara penguat daya (amplifier) dengan RL ini dihubungkan
dengan transformator atau trafo maka power amplifier jenis ini disebut dengan
power amplifier OT (Output Transformer) kelas A. Rangkaian dasar dari amplifier kelas A
dengan output transformator dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar. Rangkaian Dasar Amplifier OT Kelas A


Dengan asusmsi trafo yang digunakan dalam rangkaian penguat ini adalah ideal, sehingga
berlaku rumusan sebagai berikut.

Sehingga diperoleh :

Beban ac yang dirasakan oleh kolektor pada bagian primer trafo adalah RL’. Sedangkan beban
dc yang dirasakan kolektor adalah 0. Karena secara ideal Rdc dari trafo adalah 0 Ohm.
Dengan demikian garis beban dc dan ac dari rangkaian penguat kelas A OT diatas adalah
seperti pada gambar berikut.

Gambar. Garis beban DC dan AC Amplifier Kelas A OT (Output Transformer)


Dari gambar garis beban DC dan AC diatas terlihat bahwa garis beban dc hampir vertikal.
Hal ini disebabkan karena garis beban dc hanya dipengaruhi oleh resistansi RE yang nilainya
sangat kecil. Dengan demikian harga VCEQ hampir sama dengan VCC. Perhitungan daya
untuk penguat daya (amplifier) kelas A dengan beban trafo adalah sebagai berikut. Daya
rata-rata pada beban RL (pada kumparan skunder trafo) yang disebabkan oleh adanya sinyal
ac adalah:

dimana Icm adalah harga puncak atau harga maksimum dari sinyal output ic. Daya pada beban
akan maksimum apabila Icm = ICQ, yaitu:

Pada penguat dengan beban trafo (amplifier OT), bila titik kerja ditengah-tengah garis beban
agar diperoleh ayunan sinyal output maksimum, maka besarnya ICQ adalah (RL’ >> RE):
Sehingga diperoleh :

Sehingga daya rata-rata yang diberikan dari catu daya ke jaringan kolektor amplifier (PCC)
adalah :

Sehingga daya rata-rata (PCC) :

Setelah diketahui harga PL dan PCC, maka dapat ditentukan efesiensi amplifier kelas A OT
(Output Transformer). Efesiensi penguat adalah perbandingan antara daya beban dengan
daya dari catu daya yang digunakanpenguat tersebut, yaitu:

Efesiensi penguat daya akan maksimum apabila sinyal output maksimum yaitu Icm = ICQ
dengan kondisi ICQ terletak ditengah-tengah garis beban. Dengan anggapan RL’ >> RE, maka
efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan trafo (OT) adalah:

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan
Output Transfomer (OT) adalah 0,5 atau 50 %. Efesiensi penguat ini adalah mulai dari 0%
yaitu pada saat tidak ada sinyal output sampai maksimal 50% yaitu pada saat sinyal output
maksimum.
Sumber: http://elektronika-dasar.web.id/amplifier-kelas-a-ot-output-transformer/
Diakses:10/09/2018 Pukul 17:13 WIB.

PENGUAT DAYA OTL


Apa itu sistem power amplifier OTL dan apa juga contoh rangkaiannya? | Pada suatu rangkaian
penguat suara yang biasa disebut dengan Amplifier, kita akan mengenal beberapa istilah
amplifier seperti BTL, OTL dan OCL. Namun khusus peda pembahasan kali ini kita hanya
akan membahas tentang sistem power amplifier OTL.
OTL sendiri merupakan singkatan dari Output Transformator Less. Pada power amplifier ini,
jika dibandingkan dengan power amplifier lainnya seperti jenis OCL atau Output Capacitor
Less dan BTL atau Bridge-Tied Load yang membedakannya hanyalah daya penggunaannya
yakni tidak lebih dari 100 watt. Namun walaupun dayanya relatif kecil, power amplifier OTL
ini lebih sering digunakan pada perangkat elektronik seperti televisi, radio, handphone, laptop
dan lainnya.
Pada power amplifier OTL ini, hal yang menjadi ciri khasnya yakni terdapat pada jenis catu
dayanya (Power Supply). Amplifier OTL ini menggunakan tegangan non simetris yakni kutub
(+) dan (-) pada batrai, atau V(+) dan (0) pada sebuah adaptor. Ciri khas lainnya pada sistem
power amplifier OTL ini terdapat pada ukuran kapasitor yang berada pada bagian output
speakernya yang berkapasitas cukup besar dan biasanya diatas 1000uF. Kapasitor yang
digunakan sendiri merupakan kapasitor jenis elco yang memiliki 2 buah kutub yakni (+) dan (-
).
Tujuan pemberian nilai kapasitor pada bagian output itu sendiri yakni untuk menekan tegangan
DC yang masuk ke speaker, karena salah satu sifat dari kapasitor yakni memblokir arus DC
dan meneruskan arus AC. jika tegangan DC tembus dan masuk ke speaker akan menyebabkan
lilitan kawat email (spull) pada speaker akan cepat panas dan akhirnya rusak akibat terbakar.
Untuk lebih jelas lihat contoh skema rangkaian power amplifier OTL berikut ini:

Gambar. Power Amplifier OTL


Sumber : https://psmk.kemdikbud.go.id/
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya bahwa memang sistem power amplifier ini
menggunkan tegangan non simetris, namun untuk rangkaian diatas tegangan yang digunakan
terbilang cukup besar yakni antar 45 volt hingga 50 volt DC. Selain itu, ciri khas lainnya
terdapat capasitor dengan kapasitas yang cukup besar dibagian outputnya yakni sebesar 2200
uF untuk menekan tegangan DC masuk ke speaker.
Sumber: http://www.bukaelektro.com/2017/05/mengenal-sistem-power-amplifier-otl.html
Diakses: 10/09/2018 Pukul: 17:22 WIB
PENGUAT DAYA OCL
Rangkaian power amplifier pada gambar dibawah memiliki daya output 100 watt RMS untuk
beban 4 Ohm dan 88 watt RMS apabila menggunakan beban 8 Ohm. Transistor power yang
digunakan untuk rangkaian power amplifier 100 watt RMS ini adalah transistor tipe MJ15003
dan MJ15004. Power amplifier ini bekerja pada kelas AB dengan konfigurasi output OCL
(Output Capasitor Less). Sumber tegangan untuk mengoperasikan rangkaian power amplifier
OCL 100 watt RMS ini adalah tegangan DC simetris ± 38 volt dengan arus minimal 3 Ampere.
Berikut adalah skema rangkaian dan daftar komponen untuk membuat atau merakit rangkaian
power amplifier OCL 100 watt RMS.

Gambar. Rangkaian Power Amplifier OCL 100 Watt.

Pada gambar rangkaian power amplifier OCL 100 watt diatas telah dilengkapi dengan gambar
skema rangkaian power supply yang digunakan untuk memberikan sumber tegangan rangkaian
power amplifier 100 watt tersebut. Untuk membuat atau merakit rangkaian power amplifier
OCL 100 watt seperti pada gambar diatas dapat digunakan desain PCB untuk power amplifier
OCL 100 wattsebagai berikut.

Gambar. PCB Rangkaian Power Amplifier OCL 100 Watt


Pada gambar diatas merupakan desain jalur layout PCB untuk rangkaian power amplifier OCL
100 watt dan tata letak komponen untuk menyusun atau merakit rangkaian power amplifier
OCL 100 watt seperti pada gambar rangkaian diatas. Pada desain PCB rangkaian power
amplifier OCL 100 watt RMS diatas, rangkaian power supply untuk power amplifier OCL 100
watt yang terdapat pada gambar rangkaian diatas tidak dibuat dalam 1 PCB dengan bagian
power amplifiernya. Rangkaian power supply untuk amplifier 100 watt pada gambar diatas
cukup sederhana yaitu disusun oleh transformer CT 27 volt dengan arus minimal 3A, dioda
bridge minimal 5A dan 2 buah kapasitor elektrolit (elco) 10000uF/50V. rangkaian power
supply untuk power amplifier 100 watt ini dapat dibuat diluar PCB dan dirakit secara langsung
dengan menghubungkan kaki-kaki komponen yang digunakan pada bagaian power supply.
Sumber: https://amplifierlover.blogspot.com/2016/12/rangkaian-power-amplifier-ocl-100-
watt.html Diakses: 10/09/2018 Pukul: 17:46 WIB.

5. Cari dan dokumentasikanlah sebuah sistem home theater pada sebuah brand (merek)
tertentu. Lengkapilah sistem home theater tersebut dengan user manual dan dokumen
petunjuk peralatan tersebut. Temukanlah beberapa teknologi pada peralatan tersebut
seperti Dolby Pro Logic, Dolby Digital 5.1, DTS Digital, SDDS (Sony Dinamic Digital
Sound), THX. Kemudian jelaskan dengan detail konsep dan prinsip dari teknologi
tersebut.
Penyelesaian:
Dolby Pro Logic II adalah teknologi pendekodean matriks suara yang dikembangkan
oleh DolbyLaboratories yang merubah setiap sumber audio dua channel, seperti misalnya CD
atau siaran radio, dan mengeluarkannya sebagai suara 5.1- channel.

Dolby Digital 5.1 diilustrasikan sebagai berikut:


1-2. Sebuah film soundtrack-nya diproduksi menggunakan format Dolby Digital dengan 6
channel suara.
3-4. Film tersebut akan dikonversi dalam bentuk DVD. Soundtracknya perlu dilakukan
pengkodean dahulu menggunakanDolby Digital Encoder. Baru kemudian dimasukkan
kedalam DVD.
5-6. DVD tersebut ingin kita tonton dengan perangkat home theater kita. Untuk dapat
menikmati suara yang menggunakan format surround Dolby Digital yang ada pada DVD
tersebut, home theater kita harus mampu mengkode ulang (decoding) format Dolby Digital. Ini
berarti home theater kita harus memiliki Dolby Digital decoder dan 6 channel speaker yang
terdiri dari:
 5 channel full bandwidth dengan rentang frekuensi 3 Hz - 20 kHz (depan-kiri, depan-
tengah, depan-kanan, surround belakang-kiri, surround belakang-kanan) dan
 1 channel untuk subwoofer untuk menghasilkan efek frekuensi sangat rendah dengan
rentang frekuensi 3 Hz - 120 Hz.
Karenanya format surround yang menggunakan konfigurasi 5.1 channel dinamakan 5.1
channel surround sound. Format surround sound yang menggunakan konfigurasi 5.1 channel
dalam pengkodean sinyal audionya selain Dolby Digital, ada juga Dolby Pro Logic
II dan DTS.

DTS atau (Digital Theater Sound) adalah standar pengkodean suara digital yang dibuat oleh
Universal. Dibandingkan dengan Dolby Digital Standard, DTSmenggunakan kompresi empat
kali lebih sedikit dan mendigitalkan suara pada 20 bit dan bukan pada 16 bit. Oleh karena itu,
kualitas suara DTS secara teoritis lebih tinggi.

SDDS
Sistem SDDS (Sony Dinamic Digital Sound) dari Sony ini memiliki 6 atau 8 kanal suara (right,
left right center, center, left center, sub woofer, right surround dan left surround). Beberapa
film layar lebar menggunakan format SDDS terutama film-film produksi Sony Entertainment.
Reader dan decoder khusus untuk ini di tambahkan pada proyektor pemutar film. Format SDDS
sampai saat ini secara eksklusif hanya ada untuk film bioskop saja dan belum di adopsi untuk
konsumen rumah. Tentu saja hingga kini SDDS belum di-support oleh banyak pemutar DVD/
home theater.
THX
THX bukanlah suatu standard format rekaman suara, melainkan standard bagaimana sistem
audio video yang baik dapat dihasilkan. THX merupakan lembaga sertifikasi kualitas
performansi audio pada suatu ruangan. Lembaga ini digagas oleh Lucas Films dan nama THX
diambil dari film Lucas pertama yang berjudul 'THX 1138'. Nama Tomlinson Holman yang
kala itu selaku direktur teknik Lucas film, bersama timnya tahun 1980an adalah pionir yang
menetapkan cikal dari standard THX saat ini.
Untuk sistem audio, sertifikasi lebih ditujukan pada desain tata ruang, isolasi, desain akustik,
serta pemilihan dan penempatan sistem audio. Ada dua jenis sertifikasi, yang pertama
dinamakan THX Ultra untuk ruangan sekelas cinepleks atau theater dan yang kedua THX
Select untuk ruangan kecil seperti home theater. Sertifikasi ini tentu akan menambah biaya
produksi dari satu film atau perangkat yang mendapat sertifikat. Namun pinsipnya ada harga
tentu ada kualitas.
Sumber: http://gloriaentertainment.blogspot.com/2011/09/format-audio-surround-dolby-dtx-
dan-thx.html Diakses: 10/09/2018 Pukul: 19:05 WIB.

Lampiran Datasheet Home Theater Polytron Type PHT 175L di bawah ini:

Semoga Bermanfaat, Terima Kasih. 

Anda mungkin juga menyukai