Sebuah amplifier harus menggunakan rangkaian tone control, sesuai dengan nama nya tone
control yaitu mengatur semua sinyal audio yang akan dikeluarkan melalui speaker . Tone control juga
dapat didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk membuat frekuensi dalam sinyal audio lebih
lembut atau lebih keras. Sebuah rangkaian tone control adalah sebuah sirkuit elektronik yang terdiri dari
jaringan filter yang mengubah sinyal sebelum ditransfer ke speaker, headphone, atau alat perekam. Tone
control memungkinkan pendengar untuk mengatur suara sesuai dengan keinginan. Hal ini juga
memungkinkan mereka untuk mengkompensasi kekurangan redaman gangguan pendengar, akustik
ruangan, atau kekurangan dengan peralatan pemutaran. Tone control juga digunakan untuk menyesuaikan
sinyal audio selama perekaman. Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu
memperkuatkan sinyal pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan
pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin. Range
frekuensi ini juga tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika loudspeaker bekerja pada
frekuensi Full Range (20 Hz – 20 Khz) ini sangat baik sekali, karena akan di dapat nada yang
dinamis pada frekuensi full range. Tapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di
reproduksi oleh loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi
frekuensi tertentu.
Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu
Low Pass Filter (LPF) dan Figh Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum sinyal
dikuatkan oleh rangkaian Power Aplifier, rangkaian tone control bekerja dengan mengatur nada
yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier, sehingga akan di dapatkan nada sesuai
dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan di dapatkan hasil (suara) pada loudspeaker
yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Prinsip kerja dari Rangkaian Tone Control yaitu pada frekuensi rendah atau bass dan frekuensi
tinggi atau treble. Dari pengaturan di atas kemudian di kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir
menggunakan transistor yang sama. Tegangan yang di hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9
volt DC sampai dengan 18 volt DC. Pada bagian pengatur nada Bass, menguatkan sinyal frekuensi
rendah, sedangkan pada bagian nada treble menguatkan sinyal frekuensi tinggi. Kurva penguatan (AV)
terhadap besarnya fekuensi yang dikuatkan dapat digambarkan menggunakan kurva berikut.
Kurva Penguatan Nada Bass Dan Treble
Secara garis besar bagian pengatur nada mempunyai prinsip kerja sebagai berikut. Rangkaian pengatur
nada dipasang sebelum rangkaian penguat.
Penguatan rangkaian ditentukan oleh impedansi umpan balik (Z2), dibagi dengan impedansi input (Z1), dan
dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
AV=Faktor Penguatan
Z1=Impedansi Input
Z2 = impedansi Output
Pada pengaturan nada baik Bass atau Treble pada posisi maksimum maka impedansi input (Z 1) menjadi
minimum, maka penguatan pada posisi tersebut menjadi besar. Perhitungan penguatannya adalah sebagai
berikut :
Pada posisi minimum, perhitungan penguatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jadi prisip kerja tone control pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan
efek pada resistor samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada rangkaian.
Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan
cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada akhir frekuensi tinggi audio kapasitor bertindak seakan
short circuit. Maka penguatan akan di atur oleh potensiometer treble.
Selanjutnya definisi dan fungsi setiap komponen pada rangkaian tone control satu per satu sangat
utama mengingat ini merupakan rangkaian tingkat tinggi. Komponen yang pertama adalah Sumber
tegangan dengan fungsi sebagai pemasok energy listrik dan menjadi sumber arus listrik itu sendiri.
Resistor tentunya akan berperan sebagai pemberi nilai hambatan sebagai filter atau penyaring arus listrik
yang lewat. Kapasitor akan memiliki fungsi sebagai pengatur lalu lintas arus listrik yang lewat agar di
dapat aliran yang stabil. Lalu kita beralih pada potensiometer yang berperan sebagai pengatur sinyal suara
yang dihasilkan. Berikutnya kita memiliki speaker , perangkat ini merupakan alat yang bertindak sebagai
indikator suara.
Rangkaian tone control dibagi menjadi dua yaitu tone control aktif dan tone control pasif.
Gambar 2c Gambar 2d
Gambar 2(a,b,c,d). Contoh Rangkaian Tone Control Pasif
Daftar komponen pada rangkaian tone control pasif diatas:
C1:100n
C2:10n
C3:1n
C4:10n
C5:10uF/10V
R1:10K
R2:1K
R3:10K
Potensio:100K
Semua kapasitor yang digunakan adalah milar kecuali C5. Input disambung dengan jack 3.5mm
sedangkan output disambungkan ke input ampli. Karena jack 3.5mm stereo R dan L digabung supaya
menjadi mono baru disambung ke tone kontrol.
Selain berfungsi utama sebagai pengatur nada, sebuah unit tone control secara keseluruhan juga berfungsi
sebagai penguat tegangan sinyal audio agar mencapai level yang cukup untuk diberikan kepada power-
amplifier (penguat daya). Apabila level tegangan sinyal maksimal yang dipersyaratkan oleh power-
amplifier tidak tercapai, maka power-amplifier pun tidak akan maksimal mengeluarkan daya-nya kepada
speaker.
Berikut ini contoh rangkaian tone control aktif :
OpAmp 4558
Pada gambar skema diatas terdapat gambar segitiga dengan tanda + dan - didalamnya, itu merupakan
simbol OpAmp. IC 4558 terdapat dua buah penguat jadi 2 buah gambar segitiga(penguat) wujudnya
berupa sebuah IC. Dalam gambar skema, setiap penguat(segitiga) memiliki kaki 4 dan 8. Nyatanya pada
gambar ic 4558 diatas hanya terdapat satu buah kaki nomor 4 dan 8. Jadi sebenarnya ada 2 buah kaki
nomor 4 pada skema sebenarnya menunjuk kaki yang sama, begitu pula kaki nomor 8.
Power, maksudnya diberi tegangan sesuai kebutuhan. Tertulis +12 dan -12 berarti dibutuhkan PSU
simetris untuk menghidupkan rangkaian ini.
Kapasitor
Kapasitor milar dan kapasitor elco(electrolic capacitor = kapasitor polar) memiliki simbol yang sama.
hanya bedanya terdapat simbol positif (+) yaitu elco dan tidak yaitu mylar.
Beberapa fungsi pengatur nada :
1. Volume : Berfungsi untuk mengeraskan atau mengecilkan suara yang dari input audio.
2. Balance : Berfungsi sebagai penyeimbang antara R (Right) dan L (Left) khusus untuk
speaker aktif stereo.
3. Bass : Berfungsi untuk mengatur nada rendah antara 20 Hz - 500 Hz.
4. Midle : Berfungsi untuk mengatur nada menengah antara 1 KHz - 5 KHz.
5. Treble : Berfungsi untuk mengatur nada tinggi 10KHz keatas, sehingga speaker tweeter
bias mengeluarkan nada tinggi yang dikehendaki.
Berikut ini contoh rangkaian tone control aktif stereo :
Tone Control ini cocok untuk ampli daya medium - kecil (di bawah 200 Watt), karena pada freq rendah
tidak terus menguat (khususnya pada infrasonik/di bawah 20Hz). Sehingga pergerakan speaker lebih
tertuju pada frek bass yang nendang 60Hz-120Hz, sedangkan pada 20Hz ke bawah dilakukan penurunan
penguatan lagi supaya pergerakan speaker tidak bergerak percuma (pergerakan di bawah 20Hz). Hal ini
cocok untuk speaker 4.5 inch - 8 inch, yang umumnya kurang bagus saat bekerja di bawah 40Hz.
Skema Rangkaian :
C2 bersama input impedance Baxandall Tone Control membentuk High Pass Filter yang berfungsi
membatasi penguatan pada freq infrasonik. Sekaligus berfungsi untuk memblok DC offset dari U1A.
Jika ingin puncak penguatan Bass berada pada freq yang lebih rendah maka naikkan nilai C3 misalnya
menjadi 33nF (misalnya menggunakan Speaker besar di atas 12 inch). Jika ingin puncak penguatan bass
pada freq yang sedikit lebih tinggi maka rubah nilai C3 misalnya menjadi 12nF. Jika menggunakan 18nF
maka puncak penguatan Bassnya berada pada ~50Hz.
C4 digunakan untuk setting penguatan treble, jika dirasa freq penguatan treble kurang pas, silakan diganti
nilai C4. Jika suara treble kurang kasar bisa dicoba dengan menaikkan nilai C4, bila suara treble kurang
halus coba turunkan nilai C4.
R3 dan R4 menentukan besarnya boost maupun cut pada Bass. R6 dan R7 menentukan besarnya boost
maupun cut pada treble.
Cf digunakan untuk membatasi penguatan treble pada frek ultrasonik (di atas 20kHz), jika dirasa tidak
diperlukan silakan abaikan komponen ini (kosongkan).
R8 berfungsi untuk untuk memblok kapasitansi maupun induktansi dari kabel-selubung(shielded) untuk
sinyal output, sehingga dapat mencegah osilasi pada U1B yang mungkin disebabkan karena
penggunaan kabel selubung yang panjang (lebih dari 2 meter).
Tegangan supply harus teregulasi (misalnya oleh IC L7815/L7915 atau LM317/LM337 atau dengan
Zener 15V). Bisa menggunakan tegangan dari ±9V s.d ±15V.
Layout :
Silk screen :
TL074 pinout :
Definisi Dan Prinsip Kerja Pengatur Nada (Tone Control). 2012. http://elektronika-
dasar.web.id/definisi-dan-prinsip-kerja-pengatur-nada-tone-control/ diakses pada 16 November
2017