RANGKAIAN
PENGATUR NADA
TUJUAN PEMBELAJARAN
41
2
D
i setiap peralatan elektronika yang melibatkan
sinyal audio dibutuhkan suatu sistem pengatur
nada (tone control). Pengatur nada pada sistem
audio terdiri dari pengatur nada rendah (bass) dan nada tinggi
(treble) secara terpisah. Pada sistem pengatur nada merupakan
penerapan dari perinsip-perinsip elektronika dasar dalam
pengaturan filter frekuensi. Perinsip tersebut antara lain adalah
filter low pass, high pass, dan juga penguat tegangan.
41
4
Dasar Teori
A
S
inyal audio akan dirasa nyaman di pendengaran jika
sesuai dengan karakteristik telinga manusia.
Tanggapan telinga manusia terhadap frekuensi ini
dikenal sebagai kurva isofonik. Kurva isofonik adalah grafik
yang penting untuk membantu kita memahami bagaimana
telinga manusia merespon terhadap frekuensi yang berbeda.
Kurva ini bisa ditemukan dengan cara memroses data
statistik. Suatu subset populasi dipapar terhadap serangkaian
suara yang dihasilkan dalam ruangan anechoic. Ruangan
anechoic dirancang untuk mengurangi pantulan sebanyak
mungkin agar suara yang didengar hanyalah suara langsung.
Kurva ini mengindikasikan bagaimana telinga manusia
bereaksi berbeda terhadap frekuensi yang berbeda. Hal ini
terkait dengan intensitas dari suara yang dipersepsi.
5
Gambar 5.1. Bentuk tanggapan frekuensi pendengaran menurut kurva isofonik
Sumber : h ps://kursusaudio.wordpress.com/tag/telinga-manusia/page/1/ 23 nov 2019
6
Gambar 5.2. Pengatur suara dengan Loadness
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
7
Pada frekuensi 1000Hz ke atas kapasitor C1 akan
bertahanan rendah. Tegangan jatuh di X akan menjadi kecil,
di Y menjadi besar. Dengan demikian tegangan keluaran Uo
akan lebih besar. Pada frekuensi 1000Hz ke bawah kapasitor
C2 akan bertahanan tinggi, dan tegangan jatuh di Y akan
menjadi besar. Dengan demikian tegangan keluaran Uo juga
menjadi besar.
Kapasitor C1 mengakibatkan pengangkatan tegangan
keluaran pada frekuensi rendah. Frekuensi rendah dan tinggi
direproduksi lebih kuat daripada frekuensi tengah. Sifat untuk
jaringan ini dapat dilihat dalam grafik pada gambar 5.3.
Gambar 5.4. Hasil tanggapan frekuensi rangkaian pengatur suara dengan Loudness
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
8
Arsitektur rangkaian pengatur nada
B
1 Penempatan Rangkaian Pengatur Nada pada Sistem Audio
9
atur Nada
10
frekuensi tinggi, namun sinyal output pada frekuensi rendah
diperkecil.
Gambar 5.5. Tanggapan tegangan pada frekuensi filter LPF dan HPF
c. Penguat tegangan berfungsi sebagai driver atau pendorong
hasil pengaturan oleh pengatur nada.
(I) dan tegangan (V) listrik dari inputnya menjadi arus listrik
sebagai berikut.
11
Keterangan
Pout : Daya output
Pin : Daya input
G : penguatan dalam decible (db)
13
Penjelasan cara kerja rangkaian Gambar 5.7 adalah
sebagai berikut. Sinyal input melalui kapasitor C1 frekuensi
tinggi sampai pada potensiometer T (Potensiometer pengatur
treeble). Besarnya nilai hambatan pada potensiometer T adalah
hambatan yang menghubungkan nada tinggi ke Ground. Namun
untuk nada rendah C3 adalah hambatan yang besar sehinggga
nada bass tidak ikut di Ground.
Untuk sinyal frekuensi tinggi dapat melewati C2 tanpa
rintangan. Lain halnya sinyal frekuensi rendah akan melewati
potensiometer B (Potensiometer pengatur Bass/nada rendah),
dikarenakan C2 adalah hambatan yang besar untuk sinyal
frekuensi rendah.
Dengan demikian, sinyal yang dilanjutkan pada TR2
bergantung seting pada potensio meter T dan potensio meter B.
Kekurangan rangkaian pengatur nada ini adalah pengaturan
nada rendah dan nada tinggi saling mempengaruhi dan
menyebabkan kuatnya suara berubah.
Untuk mengatasi kekurangan rangkaian pada
Gambar 5.7 di buatlah rangkaian 5.8 dengan skematik
sebagai berikut.
Gambar 5.9. Diagram blokpengatur nada pasif (kiri) dan aktif (kanan)
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
16
Rangkaian aktiv tone kontrol yang dibahas berikut ini
menggunakan transistor sebagai komponen aktif. Untuk
gambar skema dari rangkaian ini adalah sebagai berikut.
17
Transistor pertama difungsikan sebagai common
collector (Kolektor bersama). Dimana akan menjadi rangkaian
penyesuai impedansi antara sinyal input dan rangkaian
pengatur nada. Transistor ke 3 berfungsi sebagai penguat
penyesuai karena keluaran penguat akan dihubungkan ke
umpan balik yang didalamnya berupa rangkaian pengatur nada
yang memiliki impedansi rendah. Transistor TR2 dan TR3
disambung secara arus. Pembahasan lengkap rangkaian diatas
disajikan sebagai berikut :
18
Rangkaian pengatur pada Gambar 5.11 dipilah menjadi
3 yaitu :
a. Penguat penyesuai masukan I
19
Transistor TR2 adalah rangkaian emitor bersama
dimana rangkaian ini mempunyai penguatan yang besar.
Sedang transistor TR3 adalah rangkaian kolektor bersama.
Alasan penggunaan rangkaian transistor TR1 sebagai
common kolektor adalah:
1. Rangkaian kolektor bersama mempunyai tahanan
20
Untuk lebih detailnya dibahas sebagai berikut:
a. Rangkaian Penyesuai Masukan.
Transistor TR1 disusun dalam rangkaian kolekor
bersama (commoncolector) untuk memisahkan (decoupling)
tingkat pengatur nada TR2. Masukan dari rangkaian ini
mempunyai impedansi input yang cukup tinggi dan impedansi
output yang rendah sehingga rangkaian pengatur nada tidak
membebani penguat tingkat sebelumnya.
21
Maka penguat dengan umpan balik negatif dalam (“
B “) dapat disederhanakan seperti gambar 5.12 berikut ini.
22
21
Gambar 5.13. Penyederhanaan penguat pengatur nada
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
23
21
Penguatan dengan umpan balik luar dari rangkaian gambar
5.14 :
Karena impedansi masukan penguat sangat besar maka
Gambar 5.16. Pengatur nada pada rangkaian pengatur nada rendah (saat
sinyal berfrekuensi tinggi)
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
25
Pada uraian terlihat bahwa rangkaian pengatur nada
tinggi hampir tidak punya pengaruh pada pengaturan nada
rendah, karena pada frekuensi rendah C6 dan C7 mempunyai
hambatan Xc yang sangat besar sehingga rangkaian nada
rendah dapat diabaikan.
27
22
21
3.2) Pengaturan Nada Tinggi
Kapasistor C3 dan C4 mempunyai hambatan AC yang
besar untuk frekuensi tengah ke bawah. Sehingga pengaturan
nada tinggi tidak mempengaruhi tanggapan frekuensi pada
daerah tengah ke bawah. Dengan naiknya frekuensi menjadi
lebih besar dari 1kHz maka C6 dan C7 berhambatan rendah.
Pada kondisi ini penguatan tegangan terpengaruh oleh
kedudukan pengaturan P2.
26
28
29
C
LEMBAR PRAKTIKUM
P
elajari uraian materi pada kegiatan belajar ini,
lakukan percobaan atau tugas yang diberikan. Dalam
melakukan percobaan diharapkan:
Ø Memperhatikan dan membaca buku petunjuk penggunaan
peralatan yangdigunakan.
Ø Gunakan perlengkapan dan peralatan keamanan, sehingga
pertanyaan/soal.
1. Osiloskop 2 kanal
2. Func on Generator
3. DC Power Supply
30
31
32
D.
Cakrawala
T ahukah anda
Sound
system untuk home
theater memiliki banyak
channel. Yang paling
umum adalah sistem 5.1
yaitu speaker depan di kiri dan kanan (front) serta tengah
(center), speaker samping di kiri dan kanan (surround) dan
speaker sub-woofer. Ada juga sistem 7.1 dengan tambahan
speaker belakang di kiri da n kanan (back surround).
Baik DVD player maupun Blu-ray player, juga media
player ada yang memiliki keluaran audio analog 5.1 ataupun
7.1. Untuk komputer umumnya memiliki sound card dengan
keluaran audio 6 channel (5.1) ataupun 8 channel (7.1).
33
Untuk membuat sound system Home Theater sederhana
diperlukan pre-amp dengan volume control dan amplifier
banyak channel. Idealnya ada master volume control yang
mengatur level semua channel, namun hal ini akan menambah
kerumitan karena diperlukan digital volume control. Untuk
sistem sederhana ini, tidak dibuat master volume control.
U
ntuk menambah wawasan tentang tone control
anda dapat mengunjungi link di bawah ini atau
kode QR di samping. Materi yang disajikan link
di bawah ini merupakan video membuat tone control aktiv
tanpa pcb. h p://gg.gg/membua onekontrolak v
F.
Rangkuman
S
ebuah tone control terdiri dari pengatur kuat suara
dan pengatur nada. Pengatur nada terdapat 2 jenis,
yaitu pengatur nada aktif dan pasif. Secara rangkaian
penguat yang digunakan pada pengatur nada mirip dengan
yang digunakan pada penguat depan. Pada penguat yang
digunakan ditambah dengan penguat penyesuai impedansi
(common collector), karena adanya jaringan pengatur nada.
Pada bagian pengatur kuat suara (volume), terdapat
dua macam. Pengatur kuat suara yang sederhana dan berupa
pembagi tegangan dan pengatur kuat suara yang
memperhatikan psikologis pendengaran manusia (pengatur
kuat suara dengan loudness).Prinsip kerja dari pengatur nada
pasif dengan jalan pengaturan level sinyal pada frekuensi
tertentu. Sedang pengatur nada aktif, mengatur nada dengan
mengatur umpanbalik penguatan rangkaian penguat.
Kelebihan pengatur nada aktif dibanding dengan
pengatur nada pasif, saat pengaturan nada minimum, desis
juga ikut ditekan. Sebagai contoh, sebuah pengatur nada
mampu menguatkan nada rendah ±24dB, artinya penguat
tersebut menguatkan nada rendah (BASS) dengan +24dB
(15x) dan meredam nada rendah dengan -24dB (0,06X).
G.
Refleksi
S
etelah mempelajari bab ini, anda tentu menjadi lebih
paham mengenai sistem tone control, dari semua
materi yang sudah dijelaskan pada bab ini, mana
yang menurut anda paling sulit dipahami coba Anda
diskusikan dengan teman maupun guru. Hal ini dikarenakan
memahami bab ini kalian akan sangat terbantu dalam
memahami materi-materi berikutnya.