Anda di halaman 1dari 38

BAB V

RANGKAIAN
PENGATUR NADA
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Peserta didik dapat menemukan pengertian rangkaian


pengatur nada dengan baik.
2. Peserta didik dapat menentukan jenis-jenis rangkaian
pengatur nada dengan benar.
3. Peserta didik dapat merencanakan prinsip kerja
rangkaian pengatur nada dengan benar.
4. Peserta didik dapat menerapkan langkah-langkah
pengujian rangkaian pengatur nada dengan bena.

41
2
D
i setiap peralatan elektronika yang melibatkan
sinyal audio dibutuhkan suatu sistem pengatur
nada (tone control). Pengatur nada pada sistem
audio terdiri dari pengatur nada rendah (bass) dan nada tinggi
(treble) secara terpisah. Pada sistem pengatur nada merupakan
penerapan dari perinsip-perinsip elektronika dasar dalam
pengaturan filter frekuensi. Perinsip tersebut antara lain adalah
filter low pass, high pass, dan juga penguat tegangan.

41
4
Dasar Teori
A

S
inyal audio akan dirasa nyaman di pendengaran jika
sesuai dengan karakteristik telinga manusia.
Tanggapan telinga manusia terhadap frekuensi ini
dikenal sebagai kurva isofonik. Kurva isofonik adalah grafik
yang penting untuk membantu kita memahami bagaimana
telinga manusia merespon terhadap frekuensi yang berbeda.
Kurva ini bisa ditemukan dengan cara memroses data
statistik. Suatu subset populasi dipapar terhadap serangkaian
suara yang dihasilkan dalam ruangan anechoic. Ruangan
anechoic dirancang untuk mengurangi pantulan sebanyak
mungkin agar suara yang didengar hanyalah suara langsung.
Kurva ini mengindikasikan bagaimana telinga manusia
bereaksi berbeda terhadap frekuensi yang berbeda. Hal ini
terkait dengan intensitas dari suara yang dipersepsi.

5
Gambar 5.1. Bentuk tanggapan frekuensi pendengaran menurut kurva isofonik
Sumber : h ps://kursusaudio.wordpress.com/tag/telinga-manusia/page/1/ 23 nov 2019

Dari kurva di atas diketahui bahwa pendengaran


manusia tidak mempunyai fungsi yang linier. Untuk
mendapatkan efek fungsi yang linier, sebuah sumber bunyi
harus lebih kuat pada frekuensi rendah dan tinggi.
Salah satu upaya dalam mengkondisikan agar sinyal
yang diterima linier dibuatlah suatu skema pengatur nada.
Selanjutnya dikenal sebagi pengatur loadnes sebagai berikut.

6
Gambar 5.2. Pengatur suara dengan Loadness
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

Perinsip kerja dari rangkaian diatas lebih dijelaskan melalui


gambar di bawah ini

Gambar 5.3. rangkaian pengganti dari rangkaian pengatur suara dengan


Loudness
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

7
Pada frekuensi 1000Hz ke atas kapasitor C1 akan
bertahanan rendah. Tegangan jatuh di X akan menjadi kecil,
di Y menjadi besar. Dengan demikian tegangan keluaran Uo
akan lebih besar. Pada frekuensi 1000Hz ke bawah kapasitor
C2 akan bertahanan tinggi, dan tegangan jatuh di Y akan
menjadi besar. Dengan demikian tegangan keluaran Uo juga
menjadi besar.
Kapasitor C1 mengakibatkan pengangkatan tegangan
keluaran pada frekuensi rendah. Frekuensi rendah dan tinggi
direproduksi lebih kuat daripada frekuensi tengah. Sifat untuk
jaringan ini dapat dilihat dalam grafik pada gambar 5.3.

Gambar 5.4. Hasil tanggapan frekuensi rangkaian pengatur suara dengan Loudness
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

8
Arsitektur rangkaian pengatur nada
B
1 Penempatan Rangkaian Pengatur Nada pada Sistem Audio

Dalam sistem audio, bagian pengatur nada tone control terletak


diantara bagian pre- amplifier (penguat depan) dan final
amplifier (penguat akhir). Diantara blok rangkaian penguat
depan dengan penguat akhir terdapat blok penguat pengatur.
Dalam penguat pengatur ini terdapat pengaturan kuat suara,
pengaturan nada dan pengatur kesetimbangan kanal untuk
sistem stereo. Pengatur kuat suara berfungsi menyesuaiakan
kuat suara sekeliling dengan kebiasaan mendengar. Sedang
pengatur nada untuk menyesuaikan dengan akustik ruangan.

Gambar 5.5. Posisi rangkaian pengatur nada pada sistem audio


Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

9
atur Nada

2. Bagian – bangian rangkaian pengatur nada

Rangkaian pengatur nada ( tone control) merupakan


salah satu jenis pengatur suara atau nada aktif pada sistem
audio. Pada dasarnya tone control atau pengatur nada
berdasarkan fungsi terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
a. Pengatur nada bass berfungsi mengatur sinyal audio pada
frekuensi rendah
Pengatur nada bass adalah sebuath sebuah filter tapis
lolos bawah atau biasa dikenal dengan LPF (Low Pass Filter).
Low Pass Filter merupakan rangkaian RC yang meloloskan
frekuensi rendah, namun sinyal output pada frekuensi tinggi
diperkecil.
b. Pengatur nada treeble berfungsi mengatur sinyal audio
pada frekuensi tinggi
Pengatur nada treeble adalah sebuath sebuah filter tapis
lolos atas atau biasa dikenal dengan HPF ( High Pass Filter ).
High Pass Filter merupakan rangkaian RC yang meloloskan

10
frekuensi tinggi, namun sinyal output pada frekuensi rendah
diperkecil.
Gambar 5.5. Tanggapan tegangan pada frekuensi filter LPF dan HPF
c. Penguat tegangan berfungsi sebagai driver atau pendorong
hasil pengaturan oleh pengatur nada.

Penguat atau amplifier merupakan rangkaian komponen

elektronika yang dipakai untuk menguatkan daya listrik.

Penguat ini menguatkan signal suara yang berupa signal arus

(I) dan tegangan (V) listrik dari inputnya menjadi arus listrik

dan tegangan yang lebih besar (daya lebih besar) di bagian

outputnya. Besarnya penguatan ini sering dikenal dengan

istilah gain (G). Perumusan gain sebuah penguat adalah

sebagai berikut.

11
Keterangan
Pout : Daya output
Pin : Daya input
G : penguatan dalam decible (db)

3. Pembahasan Skematik Fungsi Rangkaian Pengatur Nada

Pengatur nada (tone control) dapat dibuat


menggunakan dua cara. Cara yang pertama yaitu dengan
memasang penguat terletak di depan rangkaian penguat. Cara
kedua, terletak di bagian fedback rangkaian penguat. Untuk
cara pertama lebih dikenal dengan pasif tone control dan cara
ke dua disebut aktiv tone control.
a. Pasif Tone Control
Pada pasif tone control dapat di gambarkan sebagai
berikut :
12
Pengaturan frekuensi pada pasif tone control pada
dasarnya memperlemah sinyal input. Penguat penyangga
berfungsi menaikkan level sinyal yang diredam pengatur nada.
Namun penguatan penyangga/ buffer menimbulkan faktor
harmonis dan cacat intermodulasi yang merupakan keburukan
pengatur nada pasif ini.

Gambar 5.7. Pengatur nada sederhana melalui peredam tegangan sinyal


frekuensi tinggi dan rendah
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

13
Penjelasan cara kerja rangkaian Gambar 5.7 adalah
sebagai berikut. Sinyal input melalui kapasitor C1 frekuensi
tinggi sampai pada potensiometer T (Potensiometer pengatur
treeble). Besarnya nilai hambatan pada potensiometer T adalah
hambatan yang menghubungkan nada tinggi ke Ground. Namun
untuk nada rendah C3 adalah hambatan yang besar sehinggga
nada bass tidak ikut di Ground.
Untuk sinyal frekuensi tinggi dapat melewati C2 tanpa
rintangan. Lain halnya sinyal frekuensi rendah akan melewati
potensiometer B (Potensiometer pengatur Bass/nada rendah),
dikarenakan C2 adalah hambatan yang besar untuk sinyal
frekuensi rendah.
Dengan demikian, sinyal yang dilanjutkan pada TR2
bergantung seting pada potensio meter T dan potensio meter B.
Kekurangan rangkaian pengatur nada ini adalah pengaturan
nada rendah dan nada tinggi saling mempengaruhi dan
menyebabkan kuatnya suara berubah.
Untuk mengatasi kekurangan rangkaian pada
Gambar 5.7 di buatlah rangkaian 5.8 dengan skematik
sebagai berikut.

Gambar 5.8. Gambar rangkaian pengatur nada


Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK
Transistor TR1 merupakan rangkaiaan common
collector yang berfungsi sebagai rangkaian penyesuai
impdansi sebelum masuk ke rangkaian pengatur nada.
Pada rangkaian pengatur nada, frekuensi rendah dan
tinggi dikuatkan atau diredam terpisah tanpa terpengaruh oleh
pengaturan satu sama lain. Pada saat posisi penggeser
potensiometer berada ditengah-tengah menghasilkan
tanggapan frekuensi yang datar dengan redaman
dasar sebesar 20 dB. 14
Redaman ini disesuaikan dengan penguat antara TR2.
Sehingga secara keseluruhan jaringan pengatur nada
mempunyai redaman 0dB ketika potensiometer berada pada
posisi tengah.
b. Aktiv Tone Control
Aktiv tone control merupakan solusi untuk mengatasi
kekurangan dari pasif tone control. Pada aktiv tone control ini,
pengatur nada terletak dalam rangkaian umpan balik penguat.
Gambar 5.9 memperlihatkan diagram blok penguat pengatur
nada aktif.

Gambar 5.9. Diagram blokpengatur nada pasif (kiri) dan aktif (kanan)
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

16
Rangkaian aktiv tone kontrol yang dibahas berikut ini
menggunakan transistor sebagai komponen aktif. Untuk
gambar skema dari rangkaian ini adalah sebagai berikut.

17
Transistor pertama difungsikan sebagai common
collector (Kolektor bersama). Dimana akan menjadi rangkaian
penyesuai impedansi antara sinyal input dan rangkaian
pengatur nada. Transistor ke 3 berfungsi sebagai penguat
penyesuai karena keluaran penguat akan dihubungkan ke
umpan balik yang didalamnya berupa rangkaian pengatur nada
yang memiliki impedansi rendah. Transistor TR2 dan TR3
disambung secara arus. Pembahasan lengkap rangkaian diatas
disajikan sebagai berikut :

Gambar 5.11.Gambar pemilahan bagian rangkaian pengatur nada


Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

18
Rangkaian pengatur pada Gambar 5.11 dipilah menjadi
3 yaitu :
a. Penguat penyesuai masukan I

b. Penguat pengatur nada II

c. Pengatur kuat suara (volume) III

Sedang pada bagian II, penguat pengatur nada dapat


dibagi lagimenjadi beberapa bagian yaitu:
a. Rangkaian penguat. A
b. Rangkaian umpan balik negatif dalam. B
c. Rangkaian umpan balik negatif luar. C
Rangkaian penguat dengan umpan balik negatif dalam
secara prinsip dapat dipersamakan dengan penguat depan.
Sedangkan rangkaian penguat berbeda dengan rangkaian
penguat depan. Perbedaan itu terletak pada rangkaian
transistor TR1 ,TR2 dan TR3. Transistor TR1 adalah
rangkaian kolektor bersama dengan masukan bootstrap.

19
Transistor TR2 adalah rangkaian emitor bersama
dimana rangkaian ini mempunyai penguatan yang besar.
Sedang transistor TR3 adalah rangkaian kolektor bersama.
Alasan penggunaan rangkaian transistor TR1 sebagai
common kolektor adalah:
1. Rangkaian kolektor bersama mempunyai tahanan

keluaran yang rendah untuk penyesuaian dengan tingkat


berikutnya.
2. Untuk memisahkan jaringan pengatur nada dengan tingkat
berikutnya sehingga tingkat berikutnya tidak
mempengaruhi kerja pengatur nada.
3. angkaian kotektor bersama dengan bootstrap pada
transistor TR1 untuk menaikkan impedansi input sehingga
rangkaian pengatur nada tidak membebani tingkat
sebelumnya.

20
Untuk lebih detailnya dibahas sebagai berikut:
a. Rangkaian Penyesuai Masukan.
Transistor TR1 disusun dalam rangkaian kolekor
bersama (commoncolector) untuk memisahkan (decoupling)
tingkat pengatur nada TR2. Masukan dari rangkaian ini
mempunyai impedansi input yang cukup tinggi dan impedansi
output yang rendah sehingga rangkaian pengatur nada tidak
membebani penguat tingkat sebelumnya.

b. Penguat Pengatur Nada

1) Penguatan beban kosong VUO


Perhitungan untuk penguatan beban kosong (open loop
gain / VUO) dimana penguat TR2 diperhitungkan saat hanya
terpasang umpan balik negatif dalam (B). Untuk transistor TR2
pada datasheet memiliki IC 260 μA diperoleh :

21
Maka penguat dengan umpan balik negatif dalam (“
B “) dapat disederhanakan seperti gambar 5.12 berikut ini.

Gambar 5.12. Penyederhanaan rangkaian penguat beban terbuka


untuk penguat pengatur nada
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

2) Penguat dengan jaringan umpan balik luar.


Rangkaian penguat pengatur nada pada Gambar 5.11
dapat disederhanakan seperti berikut (“bagian pengatur
nada“):

22
21
Gambar 5.13. Penyederhanaan penguat pengatur nada
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

Dari Gambar 5.13 terlihat bahwa rangkaian pengatur


nada berada dalam untaian umpan balik negatif. Dari keluaran
penguat dikembalikan ke masukan (-) melalui rangkaian
pengatur nada. Sehingga dapat di sederhanakan lagi menjadi
berikut ini :

23
21
Penguatan dengan umpan balik luar dari rangkaian gambar
5.14 :
Karena impedansi masukan penguat sangat besar maka

Umpan balik negatif bekerja dengan Z1 dan Z2, dari rumus di


atas, penguatan dengan umpan balik negatif ditentukan oleh
umpan balik Z1 dan Z2.
3) Proses pengaturan Nada

3.1 Pengaturan Nada Rendah


Rangkaian pengatur nada rendah dapat di sederhanakan
menjadi berikut ini.
Gambar 5.15. Pengatur nada
pada rangkaian pengatur nada
rendah
Sumber : Perekayasaan sistem
audio DITPSMK
Penguatan dan pelemahan nada rendah (frekuensi bas)
dilakukan dengan menggeser potensiometer P1. Pada frekuensi
tengah ke atas (1 kHz ke atas) kapasitor C4 dan C5
mempunyai tahanan arus bolak-balik yang kecil dibanding
tahanan P1. Kapasitor C4 dan C5 akan menghubung singkat
P1. Maka rangkaian penggantinya adalah sebagai berikut :

Gambar 5.16. Pengatur nada pada rangkaian pengatur nada rendah (saat
sinyal berfrekuensi tinggi)
Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

Impedansi Z1=Z2 maka VU =1= 0dB untuk frekuensi


tengah ke atas tidak terpengaruh oleh kedudukan
potensiometer P1. Untuk frekuensi rendah penguatan tegangan
akan tergantung dari pengaturan P1.

25
Pada uraian terlihat bahwa rangkaian pengatur nada
tinggi hampir tidak punya pengaruh pada pengaturan nada
rendah, karena pada frekuensi rendah C6 dan C7 mempunyai
hambatan Xc yang sangat besar sehingga rangkaian nada
rendah dapat diabaikan.

27
22
21
3.2) Pengaturan Nada Tinggi
Kapasistor C3 dan C4 mempunyai hambatan AC yang
besar untuk frekuensi tengah ke bawah. Sehingga pengaturan
nada tinggi tidak mempengaruhi tanggapan frekuensi pada
daerah tengah ke bawah. Dengan naiknya frekuensi menjadi
lebih besar dari 1kHz maka C6 dan C7 berhambatan rendah.
Pada kondisi ini penguatan tegangan terpengaruh oleh
kedudukan pengaturan P2.

Gambar 5.17. Pengatur nada pada jaringan pengatur nada tinggi

Sumber : Perekayasaan sistem audio DITPSMK

26
28
29
C
LEMBAR PRAKTIKUM

P
elajari uraian materi pada kegiatan belajar ini,
lakukan percobaan atau tugas yang diberikan. Dalam
melakukan percobaan diharapkan:
Ø Memperhatikan dan membaca buku petunjuk penggunaan

peralatan yangdigunakan.
Ø Gunakan perlengkapan dan peralatan keamanan, sehingga

aman bagi diri dan peralatan yang digunakan.


Ø Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada bagian

pertanyaan/soal.

v Tugas 1. Pengukuran Tegangan


Siapkan peralatan yang diperlukan
Alat :

1. Osiloskop 2 kanal

2. Func on Generator

3. DC Power Supply

4. Penguat Pengatur Nada

30
31
32
D.
Cakrawala

T ahukah anda
Sound
system untuk home
theater memiliki banyak
channel. Yang paling
umum adalah sistem 5.1
yaitu speaker depan di kiri dan kanan (front) serta tengah
(center), speaker samping di kiri dan kanan (surround) dan
speaker sub-woofer. Ada juga sistem 7.1 dengan tambahan
speaker belakang di kiri da n kanan (back surround).
Baik DVD player maupun Blu-ray player, juga media
player ada yang memiliki keluaran audio analog 5.1 ataupun
7.1. Untuk komputer umumnya memiliki sound card dengan
keluaran audio 6 channel (5.1) ataupun 8 channel (7.1).

33
Untuk membuat sound system Home Theater sederhana
diperlukan pre-amp dengan volume control dan amplifier
banyak channel. Idealnya ada master volume control yang
mengatur level semua channel, namun hal ini akan menambah
kerumitan karena diperlukan digital volume control. Untuk
sistem sederhana ini, tidak dibuat master volume control.

Untuk channel front, surround, maupun back surround


potensiometer P1 memakai potensiometer stereo. Sedangkan
untuk channel center dan sub-woofer potensiometer P1 diganti
dengan 2 buah memakai potensiometer mono. Untuk tipe op-
amp bebas, asalkan slew rate-nya sama atau lebih besar dari
6V/µS.
Sumber : h ps://anistardi.wordpress.com/2015/01/29/merancang-
sound-system-sederhana-untuk-home-theater-bagian-i/
E.
Jelajah Internet

U
ntuk menambah wawasan tentang tone control
anda dapat mengunjungi link di bawah ini atau
kode QR di samping. Materi yang disajikan link
di bawah ini merupakan video membuat tone control aktiv
tanpa pcb. h p://gg.gg/membua onekontrolak v
F.
Rangkuman

S
ebuah tone control terdiri dari pengatur kuat suara
dan pengatur nada. Pengatur nada terdapat 2 jenis,
yaitu pengatur nada aktif dan pasif. Secara rangkaian
penguat yang digunakan pada pengatur nada mirip dengan
yang digunakan pada penguat depan. Pada penguat yang
digunakan ditambah dengan penguat penyesuai impedansi
(common collector), karena adanya jaringan pengatur nada.
Pada bagian pengatur kuat suara (volume), terdapat
dua macam. Pengatur kuat suara yang sederhana dan berupa
pembagi tegangan dan pengatur kuat suara yang
memperhatikan psikologis pendengaran manusia (pengatur
kuat suara dengan loudness).Prinsip kerja dari pengatur nada
pasif dengan jalan pengaturan level sinyal pada frekuensi
tertentu. Sedang pengatur nada aktif, mengatur nada dengan
mengatur umpanbalik penguatan rangkaian penguat.
Kelebihan pengatur nada aktif dibanding dengan
pengatur nada pasif, saat pengaturan nada minimum, desis
juga ikut ditekan. Sebagai contoh, sebuah pengatur nada
mampu menguatkan nada rendah ±24dB, artinya penguat
tersebut menguatkan nada rendah (BASS) dengan +24dB
(15x) dan meredam nada rendah dengan -24dB (0,06X).

G.
Refleksi

S
etelah mempelajari bab ini, anda tentu menjadi lebih
paham mengenai sistem tone control, dari semua
materi yang sudah dijelaskan pada bab ini, mana
yang menurut anda paling sulit dipahami coba Anda
diskusikan dengan teman maupun guru. Hal ini dikarenakan
memahami bab ini kalian akan sangat terbantu dalam
memahami materi-materi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai