Anda di halaman 1dari 66

Administrasi Proyek

{ Posted on Dec 31 2011 by admin }

TAGS : ADMINISTRASI PENGAWASA PROYEK, ARSITEK BALI, JADWAL KONSTRUKSI, KONTRAKTOR BALI,OPNAME
PROYEK
CATEGORIES : MANAJEMEN-KONSTRUKSI

Administrasi proyek merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan proyek. Salah satu di
antaranya adalah pembuatan laporan berkala. Laporan berkala merupakan alat komunikasi
resmi untuk menyatakan menyampaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelengaraan proyek. Tujuan dari pembuatan laporan berkala adalah membantu semua pihak
dalam upaya memantau dan mengendalikan secara terus menerus dan berkesinambungan atas
berbagai aspek penyelenggaraan proyek sampai dengan saat pelaporan. Laporan berkala dibuat
oleh kontraktor, disetujui oleh konsultan pengawas atau MK. Laporan berkala dipakai pihak
kontraktor sebagai bahan utama dalam rapat intern kontraktor maupun rapat koordinasi dengan
semua pihak yang terlibat dalam proyek

A. BUKU HARIAN
Penyedia jasa wajib membuat buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan berupa
rencana dan realisasi pekerjaan. Buku Harian harus disetujui oleh Direksi pekerjaan dan
Konsultan Pengawas (bila ada) Laporan Harian berisi :

 Kuantitas dan macam bahan yang ada

 Penempatan tenaga kerja, jumlah, jenis, dan kondisi peralatan


 Keadaan cuaca

 Catatan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan

Format buku harian :

1. Gunakan buku yang dijilid

2. Halaman diberi nomor dengan tinta secara berurutan dan tidak ada nomor yang dilewati

3. Sebaiknya tidak ada kata, huruf atau tanda yang dihapus. Bila terjadi kesalahan lebih baik
dibuat tanda silang pada data yang salah dan tuliskan data yang benar di sebelahnya.

4. Tidak ada halaman yang disobek dari buku tersebut, jika ada halaman yang kosong, diberi
tanda silang dan diberi tulisan “kosong”.

5. Setiap hari sebaiknya dilaporkan, setiap tanggal kalender sebaiknya dijelaskan.

Jika tidak ada pekerjaan yang dilakukan pada tanggal tertentu, tanggal tersebut sebaiknya tetap
dimasukkan dengan menuliskan “tidak ada pekerjaan” atau kata lain yang serupa. Catat kondisi
pekerjaan saat “tidak ada pekerjaan” , alasan dijelaskan, untuk menghindari tuntutan terhadap
jumlah yang diperhitungkan sebagai ganti rugi jika kontrak tidak dipenuhi.

Isi buku harian proyek :

1. Catatan telepon masuk dan keluar, garis besar pembicaraan, setiap pernyataan atau janji yang
dibuat, tuliskan siapa pihak yang dihubungi.

2. Catatan tentang setiap pekerjaan atau material di tempat yang tidak sesuai dengan gambar
atau spesifikasi, beserta tindakan yang diambil.

3. Catatan tentang waktu dan nama orang yang menerima perintah lapangan, dan jenis dari isi
perintah lapangan tersebut.

4. Catatan mengenai kondisi tidak terduga yang diamati pengawas yang dapat menyebabkan
keterlambatan proyek.

5. Mencatat isi dari seluruh percakapan riil yang berhubungan dengan pekerjaan yang terjadi di
lapangan, seperti setiap tukar tambah rencana atau perjanjian yang dibuat setiap pihak.

6. Catatan mengenai seluruh kesalahan pekerjaan yang dibuat setiap pihak di lapangan.
Membuat perincian dan menunjukkan akibat yang berhubungan.

7. Menunjukkan nama pekerjaan pada setiap kepala halaman.

8. Menandatangani setiap data catatan harian yang dibuat dan menunjukkan judul pekerjaan
segera di bawah baris terakhir dari data masuk, sehingga akan menghalangi tuntutan dimana
ada kata tambahan yang kemudian dituliskan.
B. LAPORAN MINGGUAN DAN LAPORAN BULANAN
Laporan Mingguan merupakan rangkuman laporan harian dan berisi kemajuan fisik pekerjaan
dalam periode satu minggu beserta hal hal yang perlu disampaikan. Laporan bulanan
merupakan rangkuman laporan mingguan dalam periode satu bulan, yaitu berisi kumpulan dari
laporan harian dan mingguan yang dijilid dalam satu periode bulanan yang bersangkutan
Isilaporan bulanan :

 Kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik dibandingkan dengan jadual induk

 Kendala-kendala yang dihadapi

 Pembahasan dan usulan yang diajukan

dilengkapi grafik, tabel, dan data visual berupa foto-foto

Laporan Kemajuan menyajikan informasi tentang bagaimana sumber daya dipakai untuk
mencapai sasaran proyek, pelaporan status (menggambarkan dimana proyek itu sekarang
berdiri) dan pelaporan kinerja (menguraikan apa yang diselesaikan proyek).

Metode Pelaksanaan Proyek


{ Posted on Mar 25 2012 by admin }
TAGS : KONTRAKTOR BALI, METODE PELAKSANAAN, PEMBORONG BALI, PROYEK BALI
CATEGORIES : MANAJEMEN-KONSTRUKSI
Pekerjaan yang dimaksud dalam metode pelaksanaan pekerjaan ini adalah meliputi:

1. Pekerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Tanah

3. Pekerjaan Beton

4. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

5. Pekerjaan Lantai / Keramik

6. Pekerjaan Rangka dan Penutup Plafond

7. Pekerjaan Alluminium, Kaca dan Penggantung

8. Pekerjaan Pengecatan

9. Pekerjaan Sanitair

10. Pekerjaan Instalasi Listrik

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Penggunaan metode yang
tepat, praktis,cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu
proyek konstrksi. Sehngga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana d tetapkan dapat
tercapai.

Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan.
Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa yang
berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan
ekonomis di lapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Metode
pelaksanaan proyek untuk setiap jenis bangunan berbeda-beda. Garis besar metode
pelaksanaan konstruksi bangunan, meliputi:

1. Metode pelaksanaan pekeraan persiapan.


Adapun pekerjaan yang akan di persiapkan dalam pelaksanaan proyek Pembangunan meliputi:

 Perencanaan site plan

 Perhitungan kebutuhan sumber daya

 Mobilisasi peralatan

 Pelaksanaan di lapangan

Perencanaan site plan


Perencanaan site plan adalah perencanaan tata letak atau ley out dari fasilitas-fasilitas yang di
perlukan selama masa pelaksanaan berlangsung, fasilitas-fasilitas yang di perlukan selama
masa Pembangunan meliputi:

 Direksi Keet
Kantor peroyek di bangun sebagai tempat bekerja bagi para staf baik staf dari kontraktor,
pengawas, maupun pemilik proyek di lapangan. Pembuatan direksi keet Pembangunan tidak di
bangun secara permanen karena hanya bersifat sementara, namun tetap mengutamakan
kenyaman yang mengacu pada spesifikasi teknis dokumen pelelangan yakni Direksi keet
dilengkapi dengan ketentuan dalam dokumen kontrak.

 Gudang Material dan peralatan


Pembuatan Gudang Material dan peralatan bertujuan untuk melindung material maupun alat dari
pengaruh cuaca.

 Los kerja Besi dan Kayu


Los kerja besi merupakan tempat untuk memotong maupun membengkokkam besi beton sesuai
gambar kerja. Los kerja kayu di gunakan sebagai tempat pembuatan begesting

 Pagar peroyek
Kosnstruksi Pagar peroyek di buat dengan menggunakan dinding seng dan diperkuat dengan
menggunakan tiang –taing besi atau kayu dan di ikat dengan paku/baut pengikat pada jarak
tertentu, sehingga kosnstruksinya kuat dan sesuai dengan fungsi yakni untuk menjamin
keamanan pekerja dalam lingkunngan proyek.

 Jalan kerja
Jalan kerja berfungsi untuk jalur lalu lintas kendaraan peroek, dan di perhitungkan sehingga
stagnasi dan kemacetan dapat terhindarkan, jalan kerja di buat dengan menggunakan
perkerasan sirtu (jika diperlukan) karena mempertimbangkan stabilitas tanah di lingkungan
proyek.

Perhitungan kebutuhan sumber daya


Perhitungan sumber daya dalam hal ini adalah menyangkut kebutuhan listik peroyekdan air
kerja.

 Perhitungan listrik kerja


Listrik yang dimaksud adalah jumlah daya yang di perlukan untuk pengoprasian alat-alat yang di
butuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

ü Mesin potong kramik

ü Bor listrik
ü Pompa air

ü Penerangan

ü Dan alat-alat yang membutuhkan tenaga listrik di lapanan

 Kebutuhan air kerja


Kebutuhan air kerja yang di butuhkan untuk keperluan proyek , dan bisa di peroleh dari sumur
atau PDAM .Air kerja di perlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan;

ü Batchting Plan untuk pembuatan Mortar (Beton Molen)


ü Pengetean peralatan mekanikal

ü Perawatan Pelesteran Dinding Tembok

ü Perawatan Beton

ü Dll

 Mobilisasi Peralatan
Peralatan yang dimobilisasi pda tahap awal, adalah peralatan yang di buthkan untuk
membangun fasilitas-fasilitas peroyek, seperti : Direks Keet, Gudang,Pagar peroyek. Peralatan
yang di gunakan masih terbatas pada peralatan ringan seperti alat-alat untuk pengukuran.

 Pelaksanaan di lapangan
Dimulai dengan melakukan pengukuran dan pembuatan patok ukur tetap yang akan menjadi
pedoman bagi pengukuran-pengukuran selanjutnya. Patok tetap ini dibuat diluar garis bangunan
yang akan dibangun agar tidak hilang selama pelaksanaan

ok sekian dulu dah malam ngantuk…ZZZZZZ besok ane lanjutin lagi tentang Metode
Pelaksanaan

 Pekerjaan Tanah

 Pekerjaan Beton

 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

 Pekerjaan Lantai / Keramik

 Pekerjaan Rangka dan Penutup Plafond

 Pekerjaan Alluminium, Kaca dan Penggantung

 Pekerjaan Pengecatan

 Pekerjaan Sanitair
 Pekerjaan Instalasi Listrik

Pondasi Untuk Bangunan Rumah


Sebelum kita memulai membangun sebuah rumah kita perlu mempelajari bagaimana sebenarnya
perencanaan dan pelaksanaan yang benar dalam membangun. Pada artikel ini kita akan
membicarakan bagaimana tentang pondasi bangunan dan pemeliharaannya.

Banyak jenis pondasi yang digunakan untuk rumah , perencanaan type pondasi yang cocok
digunakan untuk bangunan rumah tergantung banyak faktor , perencanaan pondasi selalu
akan diperhitungkan berdasarkan jenis tanah , berat/ beban bangunan, jumlah lantai yang akan
dibangun dan ketinggian bangunan yang akan dibangun .

Jenis pondasi yang ada saat ini adalah pondasi umpak, pondasi menerus , pondasi tapak , dan tiang
pancang. Untuk pemakaian pondasi umpak biasanya digunakan untuk pondasi untuk rumah type
kayu berbentuk panggung dimana tiang kayu didudukkan di atasnya. Untuk pondasi menerus
umumnya digunakan untuk bangunan rumah 1 lantai, sedangkan untuk pondasi tapak biasanya
digunakan untuk rumah bertingkat dan pengggunaan tiang pancang umumnya dipergunakan untuk
gedung gedung besar.

Bahan untuk pondasi menerus bisa menggunakan batu belah, cor beton ataupun bata. Dan untuk
pondasi tapak biasanya menggunakan beton bertulang. Penggunaan pondasi tapak dengan bahan
beton bertulang sebagai dasar bangunan harus betul diperhatikan, dimana jenis dan ukuran harus
benar benar sesuai dengan daya dukung terhadap rumah yang akan dibangun.
Dibawah ini adalah elemen-elemen yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan pondasi :

A. Pemeriksaan Tanah (Soil Test).

Tujuan pemeriksaan tanah adalah

1. Untuk mengetahui stratigigrafi atau sitim pelapisan tanah


2. Untuk mengetahui kekuatan tanah pada setiap kedalaman tanah keras. Untuk mendapatkannya diperoleh
dengan melalui pengujian Cone Penetration Test (sondir Test) di lapangan.
3. Mengetahui kedalaman muka air tanah (ground water level) yang diperoleh dari hasil boring
4. Mengambil sampel tanah (undisturbed sample) dari lokasi untuk diuji dilaboratorium, sample tanah
diperoleh dari hasil boring
5. Menentukan sifat fisis dan mekanis lapisan tanah berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel
tanah yang terganggu (disturbed soil) dan sample tanah tidak terganggu (undisturbed soil).

Dari hasil pengujian dengan sondir dapat dilakukan analisis :

1. Menentukan daya dukung pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation)
berdasarkan parameter kuat geser tanah atau in situ test.
2. Mengevaluasi besarnya penurunan tanah akibat beban kerja baik penurunan segera (immediately
settlement), penurunan konsolidasi (consolidation settlement) dan penurunan setempat (differential
settlement) berdasarkan konsolidasi atau in situ test.

Dari hasil pengujian tersebut maka akan didapatkan data-data yang akan diserahkan ke tim
engineering untuk menentukan jenis dan ukuran pondasi yang dipergunakan untuk bangunan yang
direncanakan.

B. Perencanaan Pondasi.

Tim engineering perencana akan membaca hasil dari pengujian tanah dan akan
menspesifikasikan kelas pondasi yang dibutuhkan. Tim engineer akan mengeluarkan suatu report
yang menjadi dasar pelaksanaan yang terdiri atas :

1. Ukuran dan penempatan titik pondasi untuk bangunan.


2. Kekuatan beton diperhitungkan oleh engineer dimana komposisi semen, pasir dan kerikil akan dihitung
berdasarkan mix design, dan juga ukuran dan jumlah besi yang dipergunakan.
3. Enginer juga harus merencanakan sistim drainase yang berada disekitar pondasi atau juga bentuk
pondasi untuk topografi tanah yang berbentu bertangga.
4. Ukuran dan titik penempatan slope yang diperlukan.
5. Untuk kondisi tanah tertentu, engineer akan menentukan apakah perlu tidaknya dibuat tiang pancang/ bor
pile dibawah pondasi untuk mendukung bangunan.
6. Memberikan rekomendasi teknis pelaksanaan untuk kondisi kondisi tertentu.
C. Inspeksi

Sebelum pekerjaan pondasi dimulai, pelaksana harus melihat langsung kondisi lapangan dimana
pekerjaan akan dilaksanakan untuk memastikan apa yang tertuang dalam perencaan yang dibuat
oleh engineer, Maksudnya disini bilamana ditemukan kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan
perencanaan, misalnya lokasi bangunan tergenang oleh air atau kemungkinan banyaknya mata air
yang ada disekitar lokasi akan menyulitkan pelaksanaan dan juga mempengaruhi kekuatan beton .
Bila hal tersebut dijumpai di lapangan maka pelaksana harus melaporkan ke tim engineer perencana
untuk mengambil keputusan yang paling bagus.

D. Tahap Pengecoran Pondasi

Pihak pemilik rumah bilamana kurang mengerti tentang teknis pekerjaan beton, dianjurkan
menempatkan seorang pengawas untuk mengawasi peleksanaannya. Pengawas harus memastikan
pondasi sudah sesuai dari segi ukuran, posisi dan juga bahan material yang dipergunakan baik besi,
pasir, semen dan kerikil. Pengawas berhak meminta/ atau menolak pekerjaan dilanjutkan bilamana
ada sesuatu yang kurang sesuai dengan perencanaan. Jika mempergunakan beton jenis ready mix,
maka ketika truk pembawa beton sampai di lokasi , pelaksana dan pengawas harus mengumpulkan
semua dokumen yang dibawa supir truk tersebut untuk memastikan beton sudah sesuai dengan yang
dipesankan. Bila menggunakan beton yang diolah di lokasi (site mix), maka pengawas harus
memperhatikan tahap tahap pengadukan beton mulai dari kebersihan, komposisi campuran dan juga
saat penuangan.

E. Pengawetan (Curing Time)

Setelah pengecoran selesai dilaksanakan, dibutuhkan masa u pengawetan (curing time ) untuk
beton tersebut. Hal ini dilakukan untuk pelambatan hidrasi (pengeringan) terhadap beton .
Tujuannya adalah untuk mengurangi retakan retakan rambut pada permukaan beton dan juga hal ini
untuk menjaga kekuatan beton. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah ketika beton sudah
mulai mengering permukaan beton ditutupi dengan karung yang sudah dibasahi, dan kemudian
dilakukan penyemprotan air secara berkala sampai pondasi layak untuk dibebani. Jika pondasi
tersebut adalah pondasi dalam, dimana sebelumnya ada galian tanah, maka tanah kembali diurug
dengan jenis tanah yang bagus. Saat pengurugan kembali disaranakan penggunaan stamper untuk
proses pemadatan tanahnya.
F. Pemeliharaan

. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, kita tidak bisa langsung melihat kondisi pondasi seakan
akan tidak terjadi apa apa, oleh kondisi yang tertutup atau tertanam didalam tanah padahal sesuatu
kerusakan telah terjadi pada pondasi bangunan kita, misalnya telah terjadi penurunan pondasi. Untuk
itu kita harus memperhatikan kondisi rumah kita bila ada kelihatan retakan retakan di dinding
bangunan rumah kita. Untuk itu penting diperhatikan oleh pemilik rumah melakukan pemeliharaan
pondasi rumah. Hal yang perlu dilakukan adalah :

1. Makukan pengecekan secara berkala , bilaman ditemukan hal hal yang merusak pondasi segera dilakukan
perbaikan.
2. Menjaga ketinggian permukaan tanah di sekitar pondasi , dimana ketinggian permukaan tanah harus tetap
konstan.
3. Hindari penempatan sistim drainage yang berdekatan dengan pondasi, hal ini untuk menjaga kondisi tanah
disekitar pondasi tetap padat.
4. Dianjurkan tidak menanam pohon dengan jenis akar yang besar dekat dengan pondasi beton, hal ini akan
merusak beton bilamana akar semakin membesar
5. Khususnya untuk pondasi yang berada di daerah bentuk lerengan, dianjurkan pembuatan dinding penahan
tanah , bilamana terjadi gerusan air akan menimbulkan tanah disekitar pondasi akan terbawa, sangat
dikhawatirkan bilamana tanah sampai tergerus sampai level terbawah pondasi. Hal ini akan
membahayakan bagi bangunan rumah itu sendiri.

Plastik cor dibawah plat lantai di atas tanah


{ Posted on Apr 13 2012 by admin }
TAGS : ARSITEK BALI, COR BETON, COR PELAT LANTAI, KONTRAKTOR BALI, PEMBORONG BALI, PLASTIK COR
CATEGORIES : MANAJEMEN-KONSTRUKSI, STRUKTUR-KONSTRUKSI

Plastik cor memiliki kegunaan yang penting


untuk aplikasi pelat lantai di atas tanah / slab on ground. Plastik cor dapat dibeli di toko
bangunan, upayakan platik memiliki ketebalan yang cukup, sekitar 0.05 – 0.1mm agar tidak
mudah robek bila terinjak-injak pada saat memasang tulangan pelat ataupun wiremesh.
Fungsi plastik adalah untuk menjaga agar permukaan dasar beton tidak langsung berhubungan
dengan tanah yang memiliki kelembaban. Sehingga kemungkinan air / uap air masuk ke dalam
pori-pori beton menjadi lebih kecil, dan tulangan terhindar dari karat / korosi. Korosi selain
merusak tulangan juga akan memberikan warna karat pada permukaan beton. Pada pelat beton
di atas tanah, biasanya tulangan hanya diletakkan di bagian atas dengan tebal selimut beton
atas sekitar 30mm. Plastik cor diletakkan di atas permukaan tanah yang telah siap (telah
dipadatkan) dan lapisan pasir 50mm (atau bisa juga beton K0 / lean concrete / beton mutu
rendah) sebagai dasar.
Fungsi plastik yang kedua adalah melepaskan gesekan antara permukaan bawah pelat beton
dengan permukaan tanah. Sehingga pada saat beton mengalami susut tidak tertahan, dan retak
dapat terjadi pada daerah joint yang telah direncanakan. Untuk fungsi ini, plastik akan lebih baik
apabila dipasang double (2 lembar) sehingga gesekan yang terjadi akan lebih sedikit

Pengecoran beton
{ Posted on Apr 15 2012 by admin }
TAGS : ARSITEK BALI, BETON, COR BETON, KONTRAKTOR BALI, PEMBORONG BALI
CATEGORIES : STRUKTUR-KONSTRUKSI
Apa saja yang harus diperhatikan pada saat pengecoran beton agar didapat hasil yang bagus?
Bila kita membeli beton readymix, pada saat beton mentah keluar dari truck mixer / molen,
sebaiknya dilakukan test slump terlebih dahulu untuk melihat apakah beton memiliki workability /
mudah untuk dituang dan diratakan dalam cetakan bekisting / formwork. Tidak terlalu encer juga
tidak terlalu alot. Test slump dilakukan dengan menuang beton mentah ke dalam cetakan besi
berbentuk kerucut terpancung (kira-kira tinggi 40cm). Beton dimasukkan kemudian ditusuk-tusuk
agar beton rata dan padat. Kemudian setelah penuh, cetakan kerucut diangkat perlahan-lahan,
beton akan runtuh sebagian, ketinggian runtuh itu yang disebut nilai slump. Nilai rata-rata yang
baik kira-kira sekitar 10 – 15 cm.

Selain itu setting time beton perlu diperhatikan, yaitu waktu yang diperlukan sejak pertama
adukan beton ditambah air sampai reaksi semen air mulai mengeras. Biasanya sekitar 90 menit.
Jangan mau apabila hendak ditambahkan air di truck mixer dengan alasan agar beton yang
sudah mulai agak keras menjadi lebih encer karena akan mengurangi kekuatannya, bila perlu
tolak / reject. Jangan pertaruhkan struktur anda. Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan
sebelum menuang beton adalah kebersihan formwok, jangan sampai ada kotoran, sisa gergajian
kayu cetakan. Bila memungkinkan gunakan compressor udara untuk membersihkan.
Pada saat menuang beton, tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 1.5m, hal ini agar tidak terjadi
segregasi atau pemisahan partikel dengan berat jenis lebih berat (kerikil) yang jatuh lebih dahulu
dengan partikel pasir dan semen yang lebih ringan. Hal ini menyebabkan kekuatan beton jauh
berkurang. Apabila memang susah terjangkau, dapat digunakan tremi atau pipa untuk
menyalurkan beton
Beton yang sudah dalam cetakan / formwork harus digetar menggunakan alat vibrator agar
partikel2 dalam beton merata dan lebih padat, Seluruh area harus dilakukan penggetaran.
Setelah itu permukaan di siar agar rata dan halus.
Beton sudah selesai dicor, tapi pekerjaan belum selesai. Hal yang harus dilakukan adalah
proses perawatan / curing beton. Proses ini diperlukan untuk menjaga suhu beton agar tidak
terlalu drastis berubah dan menghindari penguapan yang terlalu cepat dan berlebihan. Beton
mentah menimbulkan panas karena reaksi semen dengan air. Proses curing ini bisa dilakukan
dengan menyiram dan merendam dengan air, dijaga agar permukaan selalu basah. Bisa juga
dilakukan dengan menaruh korung goni basah di atas pelat beton yang baru di cor agar
penguapan yang terjadi lebih kecil, siram air lagi bila karung goni mulai kering. Boleh juga
menggunakan bahan kimia yang disebu curing compound, pengaplikasian jangka waktu nya
ditetapkan dalam spesifikasi produk

Penyambungan Tulangan
{ Posted on Apr 12 2012 by admin }
TAGS : ARSITEK BALI, KONTAKTOR BALI, PEMBESIAAN KOLOM, PEMBORONG BALI, SAMBUNGAN TULANGAN
CATEGORIES : MANAJEMEN-KONSTRUKSI, STRUKTUR-KONSTRUKSI

Panjang baja tulangan yang ada di pasaran biasanya 12m ditekuk menjadi 2. Struktur beton
bertulang yang akan kita cor tentunya memiliki ukuran yang bervariasi sehingga panjang
tulangan pun tidak bisa sama, dan penyambungan tulangan pasti diperlukan. Tetapi
penyambungan tulangan harus memperhatikan dimana kita sebaiknya menyambung dan berapa
panjang penyambungannya agar struktur sesuai dengan yang kita harapkan. Pada intinya
penyambungan tulangan diupayakan diletakkan di daerah yang memiliki tegangan tarik yang
lebih rendah.

Pelat lantai biasanya terdiri dari tulangan atas dan tulangan bawah dan dipasang saling silang / 2
arah. Untuk penyambungan tulangan bawah sebaiknya dilakukan di daerah sekitar balok atau
tepi pelat, karena pada daerah ini bagin bawah pelat dalam keadaan tertekan, sedangkan yang
dalam keadaan tertarik yang lebih membutuhkan tulangan adalah bagian atas pelat, sebaliknya
untuk tulangan atas penyambungan dilakukan di daerah sekitar tengah pelat karena di tengah
pelat bagian atas dalam keadaan tertekan.
Penyambungan antara batang tulangan satu dan berikutnya sebaiknya diupayakan tidak dalam
satu garis yang sama sehingga perlemahan tidak terjadi pada satu garis.
Demikian juga untuk balok, penyambungan tulangan longitudinal bawah dilakukan didekat
daerah kolom penyangga, sedangkan untuk tulangan longitudinal atas dilakukan di tengah
bentang balok. Khusus untuk detail tahan gempa, penyambungan tulangan atas dan bawah
dilakukan di daerah sejarak 2 x tinggi balok dari muka kolom, karena gaya gempa bersifat bolak-
balik.
Unuk penyembungan kolom penyangga, sebaiknya dilakukan di tengah bentang kolom, bukan di
daerah dekat pelat lantai, karena di tengah bentang momen yang terjadi biasanya relatif kecil.
Panjang sambungan pun harus diperhatikan, sehingga gaya tarik yang terjadi dapat di transfer
dengan baik ke tulangan berikutnya. Sambungan diikat dengan kawat bendrad sedemikan rupa
sehingga tidak lepas sewaktu dilakukan pengecoran. Panjang sambungan sebenarnya diatur
dalam code / Standar Nasional Indonesia SNI untuk beton. Untuk keperluan praktis, biasanya
diambil panjang penyaluran / sambungan / overlap sebesar 40 x diameter untuk tulangan ulir
dengan mutu baja 400MPa . Jadi apabila kita hendak menyambung tulangan diameter 13, maka
kita membutuhkan panjang sambungan minimal 40 x 13 = 520 mm.
Pengangkuran / penekukan tulangan juga penting didaerah ujung-ujung pelat, balok dan kolom.
Karena tanpa pengangkuran yang baik, gaya tarik yang terjadi pada tulangan tidak ada yang
menahan. Dengan ditekuk maka terjadi ikatan yang kuat dengan beton. Bayangkan menarik
tulangan yang telah dibengkokkan didalam beton, pasti lebih sulit daripada menarik tulangan
lurus dalam beton

Memasang Keramik Dinding


.
{ Posted on May 09 2012 by admin }

TAGS : DINDING KERAMIK


CATEGORIES : ARSITEKTUR-INTERIOR
Selain wall cover, tripleks, dan papan, keramik pun bisa jadi pelapis dinding. Bukan hanya
untuk kamar mandi, juga untuk dinding kamar tidur, ruang keluarga, dan ruang lain.
Keramik dinding tidak lagi polos seperti yang sering kita jumpai di kamar mandi. Selain yang
polos itu, kini ada keramik dinding bermotif kayu, bambu, bunga, atau guratan plester semen.
Keramik-keramik dinding ini dapat dipakai untuk melapis dinding ruang selain kamar mandi.

Proses pemasangan keramik untuk kamar mandi dan ruang lain sebetulnya sama saja. Yang
paling perlu diperhatikan adalah daya rekat keramik ke dinding. Keramik harus merekat kuat
agar tak mudah jatuh. Untuk itu ada trik khusus. Simak uraian berikut!

Alat dan Bahan

 Keramik dinding motif kayu, semen, pasir, dan air.

 Waterjet, palu kayu, rubber float, ember, dan spons.


Langkah Pemasangan
1. Periksa kerataan permukaan dinding. Segera rapikan jika muka dinding tak rata. Setelah rata,
bersihkan permukaan dinding dengan waterjet untuk merontokkan berbagai macam kotoran
yang mungkin mengurangi daya rekat keramik ke dinding.

2. Rendam keramik dalam air bersih, minimal 30 menit. Tiriskan dengan posisi berdiri.

3. Lapis tipis permukaan dinding dengan campuran semen dan pasir. Tebal lapisan 0,5-1cm.
Gunakan adukan semen pasir dengan komposisi semen-pasir 1:2. Tambahkan adhesive jika
perlu. Biarkan selama 1 hari hingga lapisan mengeras.
4. Untuk pemasangan keramik, screed perlu dibasahi dengan air. Upaya ini untuk meminimalkan
penyusutan saat proses pengeringan.
5. Pasang keramik ke dinding. Lapiskan adukan semen pasir ke bagian belakang keramik.
Setelah itu pasang keramik pada dinding satu per satu, dimulai dari bawah ke atas.

6. Ketok keramik dengan palu, agar bagian bawahnya menempel baik ke dinding. Gunakan palu
untuk mengatur level permukaan antar keramik, sehingga rata.

7. Setelah terpasang tiga jam, bersihkan permukaan keramik menggunakan spons basah.

8. Setelah keramik terpasang (minimal 24 jam), lakukan pengisian nat. Gunakan adukan semen-
pasir halus dengan komposisi 2:1. Gunakan rubber float untuk mendapatkan permukaan yang
datar dan rapi.

9. Terakhir, bersihkan sisa-sisa pengisian nat dengan spons atau handuk, kemudian lap kembali
seluruh permukaan keramik hingga kotoran tidak bersisa.

Pemasangan Paving block


{ Posted on Apr 13 2012 by admin }
TAGS : ARSITEK BALI, KONTRAKTOR BALI, PEMBORONG BALI, TEKNIS PAVING BLOK
CATEGORIES : ARSITEKTUR-INTERIOR

Paving block sering kali turun sehingga


permukaan tidak rata. Biasanya terjadi pada paving block yang sering dilalui kendaraan.
Bagaimana agar tidak sampai terjadi hal seperti ini?
Sebelum paving block kita pasang, lahan harus kita persiapkan terlebih dahulu, bersihkan dan
buang lapisan tanah atas yang lunak, kemudian dipadatkan dengan stamper atau untuk area
yang luas bisa menggunakan roller. Untuk pemadatan yang baik tanah jangan terlalu kering, tapi
juga jangan terlampau basah, istilah tekniknya mendekati optimum moisture content. Setelah
dipadatkan, beri lapisan pasir dengan tebal minimum 50 mm.
Setelah lahan siap, barulah paving dipasang secara rapat. Pada tepi-tepi area paving, berikan
ban-banan bisa terbuat dari pasangan bata yang di plester, lebih bagus lagi dengan balok beton
kecil dengan tulangan memanjang untuk mencegah retak. Fungsinya untuk menjaga agar paving
tidak bergeser. Berikutnya taburkan dan ratakan butiran pasir yang halus untuk mengisi /
interlock permukaan samping paving block satu dan lainnya sehingga mencegah adanya
pergerakan.

Komponen “Rumah Tropis”


Posted by beterworld on July 13, 2009

Rate This

Anda mungkin salah satu masyarakat awam, namun senang dengan melihat, membaca dan

mengunjungi bangunan-bangunan yang Indah, termasuk juga bangunan rumah baik di Indonesia

ataupun di mancanegara. setelah Anda melakukan tersebut, secara sepintas anda akan dapat melihat

perbedaan yang kuat terhadap tipologi rumah di benua Epora, Asia, Amerika dll.

Namun saya tidak akan berdiskusi masalah keberagaman tersebut, saya disini ingin berdiskusi tipologi

rumah di negara kita Indonesia yang notabene berada di Asia Tenggara. Yaitu negara kepulauan,

dengan dua musim (kemarau, hujan), khatulistiwa, matahari terik kira-kira 12 jam dalam sehari dll.

Apakah ini semua berdampak terhadap tipologi bentuk hunian di Indonesia, jawabannya tentu iya.

Arsitektur rumah daerah tertentu misalnya Joglo, bentuk tersebut dapat mewakili dari segi budaya,

sejarah, cara hidup, tipologi, filosofi terhadap masyarakat jawa.

Nah, sekarang apa tipologi kongkrit mengenai “rumah tropis”. dengan potensi Indonesia yang

sedemikian ada beberapa tinjauan untuk kenyamanan rumah tinggal “ala indonesia. dari bentuk cukup

nyata bahwa rumah tropis adalah ada 3 komponen:


komponen rumah tropis

-Atap Miring untuk mengalirkan air hujan dengan baik, dan oversteak + 1meter (tritisan),

-Bukaan (ventilasi ideal) unruk memasukkan cahaya matahari dan udara ke ruang-ruang dengan baik

untuk kenyamanan,

-Panggung untuk antisipasi adanya banjir yang mungkin terjadi ketika musim penghujan.

Dengan mengacu pada tiga komponen tersebut, perkembangan saat ini bentuk-bentuk arsitektur rumah

tropis kian beragam, dari tipe paling sederhana sampai tipe mewah dan besar. Atap bangunan rumah

juga kian beragam, bahan dan bentuknya, namun sebaiknya pilih material yang baik dan sesuai dengan

konsep rumah Anda, kemiringan atap untuk bahan Genteng sebaiknya 30 derajat atau lebih. untuk

bahan Asbes bisa kurang dari 30 derajat, dan jangan lupa untuk penyelesaian tritisan, jangan sampai

air hujan masuk ke dalam ruangan. Menjadi perhatian penting disini adalah arah ventilasi pada ruang

tersebut, misalnya lebih baik di hadapkan ke matahari pagi hari karena sinarnya baik untuk ruangan,

dan hindari bukaan pada arah datangnya sinar matahari sore, jika terpaksa sebaiknya di beri “sun

shading” berupa kisi-kisi atau “double shading”.


rumah sangat

sederhana sehat

Peran panggung saat ini cukup penting karena kondisi daerah-daerah kita sering dilanda banjir sekian

tahun terakhir ini, maka sebaiknya rumah tinggal Anda lantai dasarnya dinaikkan kira-kira 1 meter atau

tergantung dengan tipologi tanah dan kemungkinan tinggi air ketika banjir daerah Anda. Sekian

maturnuwun..
PELAKSANAAN SMK3 KONSTRUKSI
BANGUNAN
A. Latar Belakang Permasalahan

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam


pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan
konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu
Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan
memperhatikan standar dan ketentuan K3L yang
berlaku.

B. Adapun Karakteristik Kegiatan Proyek Konstruksi


yaitu :

-Memiliki masa kerja terbatas


-Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar
-Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang
berpendidikan relatif rendah
-Memiliki intensitas kerja yang tinggi
-Bersifat multidisiplin dan multi crafts
-Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis,
teknologi, kapasitas dan kondisinya
-Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan,
material dan tenaga kerja)

C. Dasar Hukum:
UU No. 13/2003 : Ketenagakerjaan
UU No. 1/1970 : Keselamatan Kerja
UU No. 18/1999 : Jasa Konstruksi
SKB Menaker & PU No.174/104/86-K3 Konstruksi
Permenaker No. 5/1996 – SMK3
Inst Menaker No 01/1992 Ttg Pemeriksaan Unit
Organisasi K3

D. Jenis Bahaya Konstruksi

Physical Hazards
Chemical Hazards
Electrical Hazards
Mechanical Hazards
Physiological Hazards
Biological Hazards
Ergonomic
Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi

E. K3 dalam Proyek Konstruksi

meliputi safety engineering>construction


safety>personl safety
**Pencegahan Kecelakaan KonstruksiI**
Sebab Kecelakaan Konstruksi :
1. Faktor Manusia / . Human Factors
Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda,
Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
Pencegahan Faktor Manusia
Pemilihan Tenaga Kerja
Pelatihan sebelum mulai kerja
Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan
berlangsung

2. Faktor Teknis / Technical Factors

Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti


penggunaan peralatan dan alat berat, penggalian,
pembangunan, pengangkutan dsb.
Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang
tidak memenuhi standar keselamatan (substandards
condition)
Pencegahan Faktor Teknis :
Perencanaan Kerja yang baik.
Pemeliharaan dan perawatan peralatan
Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang
aman
Penerapan Sistim Manajemen Mutu

3. Materials
Material dalam kondisi tertentu bisa membahayakan
pekerja. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik.
Meliputi mobilisasi bahan dan cara penyimpanan
material.

4. Peralatan kerja / Equipments


Penempatan peralatan kerja yang tidak diatur dengan
baik bisa menimbulkan kecelakaan kerja sehingga
produktifitas kerja terganggu.

F. Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi

1. Identification
Mengidentifikasi permasalahan di lingkungan kerja
secara dini.

2. Evaluasi
Tahapan CSMS
Risk Assessment
Bertujuan untuk mengetahui tingkat resiko suatu
pekerjaan yang akan diserahkan kepada kontraktor.
Untuk menyesuaikan potensi bahaya dengan
kemampuan kontraktor menjalankan pekerjaan
dengan Setiap proyek memiliki karakteristik berbeda,
misalnya proyek bangunan bertingkat, pembangunan
bendungan, pabrik dsb.
Lakukan identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan
konstruksi yang akan dilaksanakan.
Buat mapping potensi bahaya menurut area atau
bidang kegiatan masing-masing.

3. Develop the Plan


Adakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk
menentukan skala prioritas berdasarkan Hazards
Rating.
Susun Risk Rating dari semua kegiatan konstruksi
yang akan dilakukan
Berdasarkan hasil Identifikasi dan Evaluasi susun
rencana pengendalian dan pencegahan kecelakaan
Terapkan konsep Manajemen Keselamatan Kerja
yang baku

4. Implementation
Susun Program Implementasi dan program-program
K3 yang akan dilakukan (buat dalam bentuk elemen
kegiatan)
Implementasi K3 dalam Kegiatan Proyek
Dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai
aspek antara lain :
- Skala Proyek
- Jumlah Tenaga Kerja
- Lokasi Kegiatan
- Potensi dan Resiko Bahaya
- Peraturan dan standar yang berlaku
- Teknologi proyek yang digunakan
Rencana kerja yang telah disusun implementasikan
dengan baik.
Sediakan sumberdaya yang diperlukan untuk
menjalankan program K3
Susun Kebijakan K3 terpadu.

5. Monitoring
Buat program untuk memonitor pelaksanaan K3
dalam perusahaan.
Susun sistim audit dan inspeksi yang baik sesuai
dengan kondisi perusahaan.
G. Elemen Program K3 Proyek

1. Kebijakan K3
Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek
Memuat komitment dan dukungan manajemen
puncak terhadap pelaksanaan K3 dalam proyek
Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan
digunakan sebagai landasan kebijakan proyek
lainnya.

2. Administratif dan Prosedur


Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam
proyek
Menetapkan personal dan petugas yang menangani
K3 dalam proyek
Menetapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama
proyek berlangsung termasuk tugas dan wewenang
semua unsur terkait
Organisasi dan SDM
Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani
K3 yang besarnya sesuai dengan kebutuhan dan
lingkup kegiatan.
Organisasi K3 harus memiliki asses kepada
penanggung jawab projek.
Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang
bertanggung jawab mengelola kegiatan K3 dalam
perusahaan yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yang
cakap dan kompeten dalam menangani setiap jenis
pekerjaan serta mengetahui sistim cara kerja aman
untuk masing-masing kegiatan.
Administratif dan Prosedur
Kontraktor harus memiliki kelengkapan dokumen
kerja dan perijinan yang berlaku.
Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja
sebagai dasar kebijakan K3 dalam perusahaan.
Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman
sesuai dengan jenis pekerjaan dalam kontrak yang
akan dikerjakannya.

3. Identifikasi Bahaya
Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan
Identifikasi Bahaya guna mengetahui potensi bahaya
dalam setiap pekerjaan.
Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas
pekerjaan dan Safety Departement.
Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah
baku seperti Check List, What If, Hazops, dsb.
Semua hasil identifikasi Bahaya harus
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Identifikasi Bahaya harus dilakukan pada setiap


tahapan proyek yang meliputi :
Design Phase
Procurement
Konstruksi
Commisioning dan Start-up
Penyerahan kepada pemilik

4. Project Safety Review


Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3
yang mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan
pelaksanaan pembangunannya.
Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa
proyek dibangun dengan sstandar keselamatan yang
baik sesuai dengan persyaratan

5. Pembinaan dan Pelatihan


Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja
dari level terendah sampai level tertinggi.
Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan
secara berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan :
Kebijakan K3 proyek
Cara melakukan pekerjaan dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat

6. Safety Committee (Panitia Pembina K3)


Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyangga
keberhasilan K3 dalam perusahaan.
Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk
membina keterlibatan dan kepedulian semua unsur
terhadap K3
Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3
atau Komite K3 (Safety Committee).
Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing
fungsi yang ada dalam kegiatan kerja.
Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam
perusahaan serta memberikan masukan dan
pertimbangan kepada manajemen untuk peningkatan
K3 dalam perusahaan.

7. Promosi K3
Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan
program-program Promosi K3
Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan
awareness para pekerja proyek.
Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin,
lomba K3 dsb
Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja

8. Safe Working Practices


Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap
pekerjaan berbahaya dilingkungan proyek misalnya :
Pekerjaan Pengelasan
Scaffolding
Bekerja diketinggian
Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
Bekerja diruangan tertutup
Bekerja diperalatan mekanis dsb.

9. Sistim Ijin Kerja


Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan
berbahaya, perlu dikembangkan sistim ijin kerja.
Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika
telah memiliki ijin kerja yang dikeluarkan oleh fungsi
berwenang (pengawas proyek atau K3)
Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety
precaution dan peralatan keselamatan yang
diperlukan

10. Safety Inspection


Merupakan program penting dalam phase konstruksi
untuk meyakinkan bahwa tidak ada “unsafe act dan
unsafe Condition” dilingkungan proyek.
Inspeksi dilakukan secara berkala.
Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint
Inspection semua unsur dan Sub Kontraktor

11. Equipment Inspection


Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat
dsb) harus diperiksa oleh ahlinya sebelum diijinkan
digunakan dalam proyek.
Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat
penggunaan dilengkapi dengan label khusus.
Pemeriksaan dilakukan secara berkala

12. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)


Harus disusun pedoman Keselamatan
Konstraktor/Sub Kontraktor
Subkontrakktor harus memenuhi standar
keselamatan yang telah ditetapkan
Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3
Pekerja Subkontraktor harus dilatih mengenai K3
secara berkala
Contractor Safety
Latar Belakang
Kontraktor merupakan unsur penting dalam
perusahaan sebagai mitra yang membantu kegiatan
operasi perusahaan
Kontraktor Konstruksi
Latar Belakang
Kontraktor rawan terhadap kecelakaan dalam
menjalankan kegiatannya
Tenaga Kontraktor bersifat sementara
Pekerja kasar dan pendidikan lebih rendah
Tingkat disiplin dalam bekerja kurang
Pemahaman tentang peraturan K3 perusahaan
rendah
Terlibat langsung dalam pelaksanaan pekerjaan
sehingga lebih banyak terpapar bahaya.
Latar Belakang
Kecelakaan yang menimpa kontraktor tinggi.
Kelalaian yang dilakukan kontraktor dapat
menimbulkan bahaya bagi operasi perusahaan dan
berakibat kecelakaan perusahaan.
Kecelakaan yang menimpa kontraktor juga
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Standar PSM
Kegiatan Kontraktor harus dikelola dengan baik untuk
menjamin keselamatan dalam setiap kegiatan kerja
kontraktor yang dapat membahayakan operasi
perusahaan.
Perusahaan harus menerapkan Contractor Safety
Management System (CSMS)
CSMS
CSMS adalah suatu sistim manajemen untuk
mengelola kontraktor yang bekerja di lingkungan
perusahaan.
CSMS merupakan sistim komprehensif dalam
pengelolaan kontraktor sejak tahap perencanaan
sampai pelaksanaan pekerjaan
Tujuan CSMS
Untuk meyakinkan bahwa kontraktor yang bekerja
dilingkungan perusahaan telah memenuhi standar
dan kriteria K3 yang ditetapkan perusahaan.
Sebagai alat untuk menjaga dan meningkatkan
kinerja Keselamatan di lingkungan kontraktor
Untuk mencegah dan menghindarkan kerugian yang
timbul akibat aktivitas kerja kontraktor
Dasar Penerapan CSMS
Undang-undang Keselamatan Kerja No 1 Tahun 1970
Perusahaan bertanggung jawab menjamin
keselamatan setiap orang yang berada ditempat
kerjanya (termasuk kontraktor dan pihak lainnya
yang berada di tempat kerja).
Undang undang Perlindungan Konsumen
Perusahaan wajib melindungi keselamatan konsumen
sebagai akibat kegiatan perusahaan.

Struktur CSMS
CSMS terdiri dari 6 langkah yang terbagi 2 tahapan
sebagai berikut :
1. Tahap Administrasi
Risk Assessment
Prakualifikasi
Seleksi
2. Tahap Implementasi
Pre-Job Activity
Pelaksanaan Pekerjaan
aman

13. Keselamatan Transportasi


Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi
yang tinggi
Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan
didalamn lokasi Proyek
Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan

14. Pengelolaan Lingkungan


Selama proyek berlangsung harus dilakukan
pengelolaan lingkungan dengan baik mengacu
dokumen Amdal/UKL dan UPL
Selama proyek berlangsung dampak negatif harus
ditekan seminimal mungkin untuk menghindarkan
kerusakan terhadap lingkungan

15. Pengelolaan Limbah dan B3


Kegiatan proyek menimbulkan limbah dalam jumlah
besar, dalam berbagai bentuk.
Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan
jenisnya.
Limbah harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek

16. Keadaan Darurat


Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai
dengan kondisi dan sifat bahaya proyek misalnya
bahaya kebakaran, kecelakaan, peledakan dsb.
SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada
semua pekerja

17. Accident Investigation and Reporting System


Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus
diselidiki oleh petugas yang terlatih dengan tujuan
untuk mencari penyebab utama agar kejadian serupa
tidak terulang kembali.
Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat
analisa serta statistik kecelakaan
Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3
Proyek

18. Audit K3
Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan
jangka waktu proyek
Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai
masukan pelaksanaan proyek berikutnya
Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan
K3

Ketentuan administrasi K3
a. Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban
umum bagi perusahaan
Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :

1) Kami berkewajiban untuk mengusahakan agar


tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata
cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga
kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.

2) Kami menjamin bahwa mesin-mesin peralatan,


kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan
atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan
keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang
tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.

3) Kami turut mengadakan pengawasan terhadap


tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat
melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat.

4) Kami menunjuk petugas keselamatan kerja yang


karena jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa,
bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan
yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya
kecelakaan.

5) Kami memberikan pekerjaan yang cocok untuk


tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur, jenis
kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.

6) Sebelum pekerjaan dimulai Kami menjamin bahwa


semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap
bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat
memasang papan- papan pengumuman, papan-
papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan
kecelakaan yang dipandang perlu.

7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas


pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja,
peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja
yang aman.

8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam


rangka penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan
kerja menjadi tanggung jawab Kami

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Kami menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga


K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga
K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus
bekerja secara penuh (full- time) untuk mengurus
dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.

2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola


pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja dengan
jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat
proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk
unit pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
tersebut ini merupakan unit struktural dari organisasi
penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau
penyedia jasa.

4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut


bersama-sama dengan panitia pembina keselamatan
kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi
pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung
jawab kepada pemimpin proyek.

5) Kami akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan


kesehatan kerja fasilitas- fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.

b) Berkonsultasi dengan panitia pembina


keselamatan dan kesehatan kerja dalam segala hal
yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.

c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi


efek pada rekomendasi dari panitia pembina
keselamatan dan kesehatan kerja.

6) Jika 2 (dua) atau lebih Kami bergabung dalam


suatu proyek mereka harus bekerja sama
membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja.

c. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan


pencatatan atas kejadian yang terkait dengan K3,
dimana :

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian


yang berbahaya harus dilaporkan kepada Instansi
yang terkait.

2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang


akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap


kegiatan kerja, pekerja masing- masing dan

b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan


dan sebab-sebabnya.
d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan


pertama pada kecelakaan harus dibuat sebelumnya
untuk setiap proyek yang meliputi seluruh
pegawai/petugas pertolongan pertama pada
kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan
alat-alat lain serta jalur transportasi, dimana :

1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :


a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki
masa kerja pertama kali.

b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang


ada pada pekerjaan tersebut.

2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan


harus dicatat dan disimpan untuk referensi.

3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau


penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh Dokter,
Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang
memadai, harus disediakan di tempat kerja dan
dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban
udara dan lain-lain.
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi
paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban,
antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan
ular.

6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak


berisi benda-benda lain selain alat-alat PPPK yang
diperlukan dalam keadaan darurat.

7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi


keterangan- keterangan/instruksi yang mudah dan
jelas sehingga mudah dimengerti.

8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus


diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya
tetap berisi (tidak boleh kosong).

9) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).

10) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk


memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika
diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat
lainnya.

11) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di


tempat yang baik dan strategis yang
memberitahukan antara lain :

a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan,


alat-alat PPPK, ruang PPPK, ambulans, tandu untuk
orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas
K3.

b) Tempat telepon terdekat untuk


menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.

c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit


dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi
dalam keadaan darurat.

e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan


kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini
yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu
pekerjaan konstruksi.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu


item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi
dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Kami
harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan
pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya
yang wajar, oleh karena itu baik Kamidan Pengguna
Jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

Ketentuan Teknis manajemen K3


a. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3
terutama terkait dengan aspek lingkungan, Kami
berusaha mendapatkan persetujuan dari direksi
pekerjaan.

b. Tempat kerja dan peralatan

Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan


pada suatu proyek terkait dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :

1) Pintu masuk dan keluar


a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di
tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara
dengan baik.
2) Lampu / penerangan

a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk


mencegah bahaya, alat- alat penerangan buatan
yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas
bila perlu mencegah bahaya apabila lampu
mati/pecah.
3) Ventilasi

a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat


ventilasi yang sesuai untuk mendapat udara segar.
b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa
menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga
kerja harus disediakan alat pelindung diri
untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan

a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak


diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang
aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan
atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh
dibiarkan bertumpuk di tempat kerja.
d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin
karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu
atau sejenisnya.
e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah
dipakai harus dikembalikan pada tempat
penyimpanan semula.

c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat


pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada
suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :

1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja


dipekerjakan akan kami
sediakan:
a) Alat-alat pemadam kebakaran.

b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang


besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja
telah dilatih untuk menggunakan alat pemadam
kebakaran.

3) Alat pemadam kebakaran, telah diperiksa pada


jangka waktu tertentu oleh orang yang berwenang
dan dipelihara sebagaimana mestinya.

4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air,


alat pemadam kebakaran yang dapat dipindah-pindah
(portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam
kebakaran harus selalu dipelihara.

5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di


tempat yang mudah dilihat dan dicapai.

6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam


kebakaran harus tersedia di tempat-tempat sebagai
berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang
mudah terbakar disimpan. b) di tempat-tempat yang
terdapat alat-alat untuk mengelas.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan
kimia kering harus disediakan :

a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-


benda cair yang mudah terbakar.

b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-


alat pemanas yang menggunakan api.

c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.

9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak


terjadi kerusakan- kerusakan teknis.

11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir,


standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa tersebut
harus :

a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran


pembuangan. b) dibuatkan suatu katup pada setiap
ujungnya.
c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan
Dinas Pemadam
Kebakaran

d. Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk
melindungi pekerja dalam melaksanakan tugasnya
antara lain sebagai berikut :

1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala


dari benturan benda keras selama mengoperasikan
atau memelihara AMP.

2) Safety shoes, yang akan berguna untuk


menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan
sebagainya.

3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan


untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang
banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu
meskipun ruang operator telah tertutup rapat,
masker ini dianjurkan tetap dipakai.

5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu


mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

6) Penutup telinga, diperlukan pada waktu


mengerjakan pekerjaanyang berhubungan dengan
alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan
sebagainya.

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja

Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


a. Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
manajemen puncak untuk mengurangi biaya karena
kecelakaan kerja, antara lain :

1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja


dari semua manajer lapangan.
Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi
terhadapprogram keselamatan kerja yang telah
diterapkan.

2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan


komunikasi tentang keselamatan kerja dengan cara
yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan
rencana penjadualan pekerjaan.

3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada


anggaran perusahaan dan mengalokasikan biaya
kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.

4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang


terperinci sehingga dapat memberikan jaminan
bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.

5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani


latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada
masing masing divisi (bagian) untuk program
keselamatan kerja.

b. Pedoman untuk manajer dan pengawas

Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini


dapat diterapkan untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan
bidang konstruksi :

1) Manajer berkewajiban untuk melindungi


keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar
untuk meningkatkan K3, juga harus mendorong
personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran
terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi
yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai
pekerja untuk tindakan-tindakan aman, serta
menetapkan target yang realistis untuk K3.

2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk


keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai
bagian dari perencanaan pekerjaan dan memberikan
dukungan yang positif.

3) Manajer perlu memberikan perhatian secara


khusus dan mengadakan hubungan yang erat dengan
para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan
dalam proyek konstruksi. Manajer dapat
melakukannya dengan cara

a) Mengarahkan pekerja yang baru pada


pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan
lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang
khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada
hari-harinya yang pertama.

b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja


dengan mandor, karena dengan mengerjakan hal itu,
kita akan dapat memahami mengenai titik sudut
pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai
maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan
pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk
memastikan bahwa pihak pekerja itu telah
diperlakukan secara adil (wajar).

c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap


kemampuan para mandor tetapi juga harus mengakui
suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai
manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor
untuk memilih para pekerjanya sendiri (tetapi tidak
menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk
memberhentikan pekerja).

c. Pedoman untuk mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang
konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara
yang berbeda, misalnya dengan tidak membiarkan
pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung
atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan
pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.

2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya,


misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu
para mandor untuk mengurangi kecelakaan kerja
dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai
tingkat kepentingan dari keselamatan kerja melalui
hubungan mereka yang tidak formal maupun yang
formal dengan para mandor di lapangan.

2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan


kerja dalam rapat pada tataran perusahaan.

d. Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan
dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi
antara lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk
lingkungan
kerja.

2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan


kurang
mendukung.

3) Taat pada aturan yang telah


ditetapkan.

4) Memahami program keselamatan dan kesehatan


kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan

Demikianlah program K3 kami buat sebagai acuan


keselamatan kerja dilapangan, demi menghindari
kecelakaan kerja yang sangat rentan terhadap para
pekerja konstruksi.
Tdak lupa ucapan terimakasih sya ucapkan kepada
rekan rekan yang telah mendukung terciptanya
program K3 ini.Semoga bermanfaat bagi semuanya.
Diposkan oleh MAN IN BLACK di 1/07/2011 07:17:00 PM 0
komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke


Facebook

Link ke posting ini

Reaksi:

Methode Pelaksanaan RSH Palir


Sejahtera PKA-P-22
PENDAHULUAN

Pekerjaan Pembangunan Infrastruktur RSH, Kws


Ngaliyan Perumahan Bumi Palir Sejahtera ini
berlokasi di Perumahan Palir Sejahtera dan
Perumahan Beringin Kota Semarang. Dimana pada
perumahan tersebut dibuat jalan paving dan saluran.
Pada paket pekerjaan ini dilakukan pembuatan jalan
paving dan saluran type MD yang berfungsi sebagai
jalan akses perumahan tersebut diatas. Item
pekerjaan yang akan dikerjakan pada Pembangunan
Infrastruktur RSH, Kws Ngaliyan Perumahan Bumi
Palir Sejahtera adalah sebagai berikut :
URAIAN METODE PELAKSANAAN :

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan


Infrastruktur RSH, Kws Ngaliyan Perumahan Bumi
Palir Sejahtera secara umum dapat dibagi menjadi 3
bagian yaitu :

I. Pekerjaan Persiapan
II. Pekerjaan Konstruksi
III. Pekerjaan Finishing

I. Pekerjaan Persiapan

a. Rencana Mutu Kontrak


Membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK). Setelah
mendapat SPMK maka dibuat RMK untuk
dipresentasikan pada waktu Pra Construction Meeting
(PCM).

b. Sosialisasi
Mengadakan sosialisasi dan izin dengan masyarakat
dan perangkat desa setempat dan juga instansi yang
berwenang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
tersebut. Hasil dari sosialisasi tersebut nantinya akan
dituangkan dalam berita acara.

c. Pengukuran
Mengadakan pengukuran dan pematokan / uitzet
bersama dengan pengawas.
Lingkup Pengukuran :
- pengukuran sebelum pelaksanaan dimulai
- pengukuran selam berlangsungnya pelaksanaan
- pengukuran setelah pelaksanaan konstruksi selesai
Alat pengukuran : theodolit, waterpass, rol meter,
bak ukur dll.
Bahan yang digunakan : patok kayu, cat kayu, cat
semprot.

d. Mutual Check dan Shop Drawing


Membuat MC-0 dan shop drawing / gambar kerja
bersama-sama dengan pengawas berdasarkan hasil
dari pengukuran awal.

e. Kantor Proyek dan Gudang


Kantor Proyek / Direksi Keet ditempatkan pada lokasi
yang strategis dimana dekat dengan lokasi pekerjaan
tersebut sehingga mudah untuk memantau jalan dan
hasil pekerjaan tersebut.
Gudang diperlukan untuk menyimpan material, maka
besarnya disesuaikan dengan kebutuhan material dan
tempatnya harus terlindung dari udara luar dan
dibuat semi permanen.

f. Papan Nama Proyek


Membuat papan nama proyek sesuai jumlah, ukuran
dan format yang ditentukan oleh Direksi.
g. Pengujian material
Sebelum material didatangkan ke lapangan kita
membawa sampel bahan dan material untuk diuji dan
disetujui oleh direksi. Kita juga membuat mix design
untuk beton mutu K175 ke laboratorium untuk
disetujui oleh Direksi. Hasil dari mix design tersebut
sebagai acuan perbandingan untuk pekerjaan
pengecoran.

h. Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan persiapan dimulai dengan mobilisasi
peralatan dan bahan / material. Pelaksanaan
mobilisasi tersebut harus disesuaikan dengan
schedule / jadwal pelaksanan pekerjaan dan
keterkaitan dengan pekerjaan lainnya sehingga
pemakaian alat bisa berkelanjutan tanpa berhenti
begitu juga dengan material jangan sampai terjadi
keterlambatan sehingga mengganggu pelaksanaan
pekerjaan. Mobilisasi alat dan bahan harus
mempertimbangkan jalan masuk ke lokasi berkaitan
dengan batas muatan jalan dan lebar jalan yang
dilalui.

i. Pelaporan dan dokumentasi


Foto dokumentasi dibuat mulai dari 0 % sebelum kita
akan memulai pekerjaan, dan 50 % pada masa
pelaksanaan dan 100% setelah pekerjaan telah
selesai semuanya.. Begitu juga untuk tiap item
pekerjaan diambil gambarnya. Jadi sudut
pengambilan gambar pada saat pengambilan gambar
awal menjadi patokan untuk pengambilan gambar
berikutnya. Setiap hasil cetak foto diberi tanggal
pengambilan dan lokasinya.

j. Biaya umum dan Pelaksanaan K3


Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam
pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan
konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Untuk itu
Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan
memperhatikan standar dan ketentuan K3L yang
berlaku.

II. Pekerjaan Konstruksi

Untuk Pekerjaan Konstruksi, urutan kerjanya adalah


sbb:
a) Pekerjaan bendung sementara / kisdam.
Sebelum melakukan pekerjaan konstruksi, lokasi
pekerjaan dibebaskan dari genangan air. Hal ini
untuk menciptakan lingkungan kerja yang kering
sehingga didapat efisiensi kerja yang maksimal.
Penempatan sanbag untuk kisdam bisa dilakukan
setempat-setempat pada lokasi yang aka dikerjakan.
Untuk lokasi kisdam terlihat seperti gambar berikut :
b) PERUMAHAN PALIR SEJAHTERA
 Saluran MD 40
• Persiapan bahan.
Bahan dipersiapkan sedekat mungkin dengan lokasi
pekerjaan. Untuk semen ditempatkan pada gudang
yang terjaga suhu kelembabanya dan terhiindar dari
air.
• Pembuatan Bouplang.
Untuk acuan galian dan pemasangan batu bouplang
dibuat sesuai dengan gambar rencana. Kedudukan
bouplang dibuat kokoh supaya tidak mudah berubah
posisi.

• Pasangan batu 1pc :4ps


Setelah itu mulai pelaksanaan pasangan batu dengan
perbandingan material 1pc : 4 ps. Bahan pc dan pasir
dicampur menggunakan beton molen ditambah air
secukupnya.waktu mengaduk bahan tsb harus benar
benar tercampur rata atau ± 3 menit putaran
molen.Sebelum batu dipasang pada sudut yang lancip
dititik terlebih dahulu supaya didapatkan permukaan
batu yang rapi.
Batu dipasang sesuai gambar disamping:

• Plesteran 1pc:4ps
Pada bagian dalam pasangan batu diplester dengan
menggunakan campuran 1pc;4ps.ketebalan plesteran
adalah 1.5 cm.

 Plat deker MD40.


Setelah itu dipasang plat deker diatas pasangan. Plat
deker dibuat dengan campuran beton K 275 dengan
tulangan besi polos rangkap. Untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan ini, pengecoran deker
dilakukan diluar saluran dengan jarak tidak terlalu
jauh dengan saluran. Untuk dimensi plat deker
seperti gambar disamping.
 Plat deker 60.
Pemasangan plat deker MD 60 dipasangan pada
saluran MD 60 yang sudah ada sebelumnya.adapun
plat deker ini menggunakan bahan beton K275
dengan tulangan polos rangkap. Dimensi dari plat ini
adalah sebagai berikut.,

 Pekerjaan talud type 2


Pekerjaan talud ini dilakukan di jalan Palir Utama
Raya dengan menggunakan konstruksi pasangan
batu 1pc : 4 ps. Untuk teknik pemasangan batu sama
seperti sal. MD.40 Adapun dimensi dari talud tersebut
adalah seprti gambar disamping.
Permukaan luar talud disiar timbul dengan
perbandingan campuran 1pc:2ps.Sebelum pekerjaan
siaran dimualai nat antar batu dikorek terlebih dahulu
supaya siaran dapat melekat dengan kuat pada
pasangan.

 Pemasangan Kansten 10 x 20 x 50
Pemasangan kanstin dilakukan dari arh belakang
perumahan menuju ke depan. Hal ini untuk
memudahkan mobilisasi material. Pemasangan
kanstin dimulai dari Jl. Palir Utama IX ke Jl. Palir
Utama VIII, kemudian ke jl palir utama VII
setereusnya sampai ke jalan Palir Utama Raya (
untuk jalan palir utama raya menggunakan Kansten
10/12,5 x 30 x 50). Pada sambungan antar kanstin
diplester dengan campuran spesi 1pc:2ps.

 Pemasangan Paving.
Seperti halnya pemasangan kanstin, pemasangan
paving ini dilakukan juga dari belakang perumahan
Palir sejahtera menuju kearah depan perumahan
Untuk Jalan palir utama I – Jl. Palir Utama IX
menggunakan paving tebal 6 cm K225(gb.1).

Sedangkan untuk raya menggunakan paving Tebal 8


cm K300.Untuk Jl palir utama raya menggunakan
penetrasi bawah LPB tellford dengan ketebalan 15 cm
dipadatkan menggunakan vibroroller kap.1ton dan
pasir urug tebal 10 cm untuk lapis bawah paving (
gb.2).

 Setelah pemasangan paving selesai dilanjutkan


dengan pemasangna topi uskup pada pertemuan
paving cedngan kanstin setelah itu mengisi nat
paving menggunakan pasir muntilan. Pengisian
dilakukan secara merata dan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan Stamper paving.

c) PERUMAHAN BERINGIN
 Saluran MD 40
• Persiapan bahan.
Bahan dipersiapkan sedekat mungkin dengan lokasi
pekerjaan. Untuk semen ditempatkan pada gudang
yang terjaga suhu kelembabanya dan terhindar dari
air.
• Pembuatan Bouplang.
Untuk acuan galian dan pemasangan batu bouplang
dibuat sesuai dengan gambar rencana. Kedudukan
bouplang dibuat kokoh supaya tidak mudah berubah
posisi.
• Pasangan batu 1pc :4ps
Setelah itu mulai pelaksanaan pasangan batu dengan
perbandingan material 1pc : 4 ps. Bahan pc dan pasir
dicampur menggunakan beton molen ditambah air
secukupnya.waktu mengaduk bahan tsb harus benar
benar tercampur rata atau ± 3 menit putaran
molen.Sebelum batu dipasang pada sudut yang lancip
dititik terlebih dahulu supaya didapatkan permukaan
batu yang rapi.
Batu dipasang sesuai gambar disamping:
• Plesteran 1pc:4ps
Pada bagian dalam pasangan batu diplester dengan
menggunakan campuran 1pc;4ps.ketebalan plesteran
adalah 1.5 cm.

 Plat deker MD40.


Setelah itu dipasang plat deker diatas pasangan. Plat
deker dibuat dengan campuran beton K 275 dengan
tulangan besi polos rangkap. Untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan ini, pengecoran deker
dilakukan diluar saluran dengan jarak tidak terlalu
jauh dengan saluran. Untuk dimensi plat deker
seperti gambar disamping.

 Pemasangan Kansten 10 x 20 x 50
Pemasangan kanstin dilakukan dari arh belakang
perumahan menuju ke depan. Hal ini untuk
memudahkan mobilisasi material. Pemasangan
kanstin dimulai dari Jl. Palir Utama IX ke Jl. Palir
Utama VIII, kemudian ke jl palir utama VII
setereusnya sampai ke jalan Palir Utama Raya (
untuk jalan palir utama raya menggunakan Kansten
10/12,5 x 30 x 50). Pada sambungan antar kanstin
diplester dengan campuran spesi 1pc:2ps.
 Pemasangan Paving.
Seperti halnya pemasangan kanstin, pemasangan
paving ini dilakukan juga dari belakang perumahan
Palir sejahtera menuju kearah depan perumahan
Untuk Jalan palir utama I – Jl. Palir Utama IX
menggunakan paving tebal 6 cm K225.

 Setelah pemasangan paving selesai dilanjutkan


dengan pemasangna topi uskup pada pertemuan
paving cedngan kanstin setelah itu mengisi nat
paving menggunakan pasir muntilan. Pengisian
dilakukan secara merata dan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan Stamper paving.

III. Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing atau penyempurnaan dikerjakan


setelah seluruhnya pekerjaan telah selesai dikerjakan
dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi / bestek.
Pekerjaan finishing antara lain perapian tanggul,
pembersihan lokasi dari bekas material dan sisa-sisa
bahan, penyempurnaan pada bagian-bagian
pekerjaan agar terlihat lebih baik dan rapi.

Anda mungkin juga menyukai