Anda di halaman 1dari 4

1.

Perusahaan Dagang (Rumah Tangga Produsen)


Setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya, akan melakukan kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi berbeda-
beda. Keluarga kalian setiap hari makan, berarti mereka telah melakukan kegiatan
konsumsi (berperan sebagai konsumen). Namun berbeda ketika keluarga kalian
bekerja.Apakah mereka dinamakan pelaku konsumsi? Orang yang bekerja berarti
mereka telah melakukan kegiatan produksi. Dengan demikian dinamakan pelaku
produksi. Bagaimana dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi
lainnya? Sama seperti keluarga kalian, mereka juga melakukan kegiatan ekonomi,
namun aktivitas yang mereka lakukan berbeda.
Pelaku ekonomi merupakan pihak-pihak yang melakukan kegiatan ekonomi.
Secara garis besar, pelaku ekonomi dapat dikelompokkan menjadi lima pelaku, yaitu
rumah tangga, perusahaan, koperasi, masyarakat, dan negara. Setiap pelaku ekonomi
ada yang berperan sebagai produsen, konsumen, atau distributor.
Perusahaan dagang adalah organisasi yang dikembangkan oleh seseorang atau
sekumpulan orang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat. Kegiatan ekonomi yang dilakukan rumah tangga
perusahaan meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi.
Perusahaan adalah tempat berlangsungnya proses produksi. Dengan demikian,
kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan adalah kegiatan produksi
(menghasilkan barang). Hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa perusahaan adalah
pelaku ekonomi yang berperan sebagai produsen.
Ekonomi perusahaan adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari
perilaku ekonomi di dalam rumah tangga perusahaan. Ekonomi perusahaan seolah-
olah meneropong rumah tangga produsen dengan kaca pembesar. Oleh karena itu, bisa
juga disebutkan, bahwa ekonomi perusahaan adalah penajaman fokus penglihatan
pada bagian perilaku produsen dari ekonomi mikro.
Berdasarkan lapangan usahanya, perusahaan yang ada dalam perekonomian
dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu industri primer, industri sekunder, dan
industri tersier.
a. Industri Primer
Industri primer adalah perusahaan yang mengolah kekayaan alam dan
memanfaatkan faktor-faktor produksi yang disediakan oleh alam. Contohnya,
pertanian, pertambangan, perikanan, kehutanan, peternakan.

b. Industri Sekunder
Industri sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang
industri atau perusahaan-perusahaan yang mengolah barang setengah jadi menjadi
barang jadi dan siap untuk dikonsumsi masyarakat. Contohnya: perusahaan mobil,
sepatu, pakaian, dan lainlain.
c. Industri Tersier
Industri tersier adalah industri yang menghasilkan jasa-jasa perusahaan yang
menyediakan pengangkutan (transportasi), menjalankan perdagangan, memberi
pinjaman, dan menyewakan bangunan.
Selain berperan sebagai produsen, perusahaan juga sebagai pelaku konsumsi.
Perusahaan akan membutuhkan berbagai bentuk faktor produksi seperti bahan baku,
bahan penolong, tenaga kerja, mesin, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh
dengan cara membeli dari rumah tangga keluarga atau rumah tangga pemerintah
(negara). Misalnya, perusahaan roti, akan membutuhkan telur, tepung terigu, gula
pasir, bahan pengembang, tenaga kerja, oven, dan sebagainya. Barang-barang tersebut
dikonsumsi perusahaan untuk memperlancar proses produksi.
Perusahaan juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan tersebut dapat dilihat
pada aktivitas perusahaan dalam menyalurkan hasil produksinya ke konsumen. Setelah
proses produksi berakhir, perusahaan akan menghasilkan barang. Barang-barang
tersebut dapat sampai ke konsumen dengan melakukan penyaluran (distribusi) barang
ke toko-toko atau agen-agen penyalur, sehingga konsumen lebih mudah mendapatkan
barang tersebut.
Ekonomi perusahaan adalah bagian dari ilmu ekonomi. Oleh karena itu, kalau
kita ingin mengetahui apa isi dari ekonomi perusahaan, pertama-tama kita harus
mengetahui ilmu ekonomi pada umumnya bergulat dengan masalah apa. Secara sangat
singkat dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi mempelajari perilaku ekonomi dari
manusia.

2. Pelaku rumah tangga Perusahaan


Perilaku ekonomi berhubungan erat dengan kenyataan bahwa barang-barang
dan jasa yang dimiliki oleh manusia selalu lebih sedikit daripada yang dibutuhkan
untuk memenuhi segala keinginannya. Kebutuhan manusia akan barang dan jasa
melebihi barang dan jasa yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Karena itu, naluri kemanusiaannya (yang dibekali dengan kepandaian) selalu berusaha
agar dengan barang dan jasa yang dimilikinya, dia akan selalu dapat sebanyak
mungkin memenuhi kebutuhannya. Barang dan jasa yang dimilikinya pada awalnya
masih dalam bentuk alat-alat atau faktor-faktor produksi dalam bentuk bahan mentah.
Maka alat-alat ini masih bisa dibentuk untuk menjadi berbagai macam barang dan jasa
yang bisa dipakainya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Maka alat-alat yang masih
dalam bentuk bahan baku ini selalu diupayakan pemakaiannya sedemikian rupa,
sehingga kepuasan yang diperoleh daripadanya se maksimal mungkin. Perilaku yang
selalu memilih yang terbaik baginya dari sekian banyak kemungkinan ini, disebut
perilaku ekonomi. Perilaku ini menjadi obyek dari studi ilmu ekonomi.
Yang paling mencolok dalam kehidupan kita sehari-hari, perilaku ekonomi kita
jumpai dalam rumah tangga keluarga. Di sana pendapatan rupiah tertentu setiap
bulannya harus dibagi-bagi kedalam berbagai macam pengeluaran, yang dapat
memenuhi berbagai macam kebutuhan dari keluarga yang bersangkutan. Jelas bahwa
pada umumnya orang tidak cukup mempunyai pendapatan uang yang bisa memenuhi
kebutuhannya akan barang dan jasa apa saja yang dikehendakinya. Karena itu, dia
harus membagi pendapatannya untuk berbagai macam tujuannya, dan membaginya ini
selalu dengan memilih-milih dan dengan memilah-milah yang sedemikian rupa,
sehingga secara keseluruhan, kepuasan yang diperoleh daripadanya adalah yang
sebesar-besarnya.
Kalau di dalam rumah tangga keluarga adalah keluarga yang dengan
pendapatan tertentu harus mengatur pengeluaran dari pendapatan ini, ada rumah
tangga lainnya lagi di dalam ekonomi. Rumah tangga ini adalah rumah tangga
perusahaan. Di dalam rumah tangga perusahaan inilah pendapatan keluarga diperoleh.
Rumah tangga perusahaan ini untuk selanjutnya disebut perusahaan. Perilaku ekonomi
di dalam perusahaan sama saja dengan yang berlaku di rumah tangga keluarga. Setiap
kali pimpinan perusahaan dihadapkan pada persoalan bagaimana caranya memakai
alat-alat produksinya yang terbatas itu sedemikian rupa, sehingga hasil akhirnya yang
paling menguntungkan bagi perusahaannya. Dalam perusahaan kita biasa mengatakan,
bagaimana caranya supaya kita memperoleh laba yang sebesar-besarnya.
Karena perilaku ekonomi adalah selalu memilih dari berbagai macam
alternatif, kita akan selalu berhadapan dengan masalah memilih dalam mengendalikan
dan memimpin perusahaan.

3. Tugas Rumah Tangga Ekonomi Perusahaan


Tugas rumah tangga utama ekonomi perusahaan adalah menjelaskan mengenai
kegiatan-kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam perusahaan. Ekonomi Perusahaan
harus bisa menganalisa faktor-faktor apa yang penting, dan bagaimana hubungan
antara faktor-faktor tersebut. Maka ekonomi perusahaan antara lain menyelidiki
hubungan antara perubahan hasil penjualan dalam rupiah dengan perubahan biayanya.
Mengingat bahwa laba dibentuk oleh hasil penjualan yang dikurangi dengan biayanya,
maka pola-pola penentuan laba juga menjadi pusat perhatian ekonomi perusahaan.
Apabila ekonomi perusahaan memang bisa menjelaskan segala-galanya ini, dia
akan mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai cara bekerjanya perusahaan.
Untuk pimpinan perusahaan, pengetahuan dan gambaran semacam ini adalah alat yang
sangat penting untuk bisa mengendalikan dan memimpin perusahaan sebagaimana
mestinya.

4. Ruang Lingkup Rumah Tangga Ekonomi Perusahaan


Seperti telah kita kenali, ekonomi perusahaan mempelajari perilaku yang
melakukan pilihan-pilihan di dalam mengurus perusahaan.
Kita mulai dengan perusahaan yang masih belum ada, dan karena itu masih
harus didirikan. Kita akan dihadapkan pada permasalahan yang banyak dan rumit
sifatnya, seperti:
· Barang atau jasa apakah yang sebaiknya diproduksi oleh perusahaan ini, kalau kita
memperhatikan kemungkinan-kemungkinan pemasaran dan biayanya?
· Dimanakah tempat yang paling baik untuk perusahaan tersebut?
· Berapa besar sebaiknya kapasitas produksi dari perusahaan tersebut?
· Metode produksi apa yang akan kita terapkan?
· Bentuk hukum apa yang paling baik dan bagaimana cara pendanaannya?
· Bagaimana cara membangun struktur organisasinya dan cara menangani penarikan
dan penempatan tenaga manusianya?
Dari setiap pertanyaan tersebut di atas disusun berbagai alternatifnya.
Kombinasi dari berbagai alternatif ini lalu menjadi gambaran dari berbagai macam
proyek. Proyek semacam ini kita sebut juga sebagai proyek investasi, karena pada
pendiriannya sejumlah uang harus diinvestasikan ke dalam faktor-faktor produksi
yang diperlukan bagi bekerjanya perusahaan yang bersangkutan, yakni : tanah,
gedung, mesin, bahan mentah dan sebagainya.
Para pendiri harus melakukan pilihan terhadap berbagai macam kemungkinan
atau alternatif investasi. Dengan kata lain, mereka dihadapkan pada persoalan yang
rumit untuk melakukan seleksi dari berbagai macam proyek-proyek investasi.
Dalam tahun-tahun selanjutnya setelah perusahaan didirikan, pimpinan
perusahaan akan terus menerus dihadapkan pada permasalahan sebagai berikut:
· Apakah perusahaan harus diperluas?
· Pendanaan yang bagaimanakah yang terbaik?
· Apakah barang-barang yang kita produksi masih menguntungkan, ataukah kita
sudah harus beralih pada produksi barang-barang lain?
· Apakah kita tidak lebih baik bekerja sama dengan perusahaan lain?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut juga banyak pilihan.


Dengan mengambil keputusan melakukan pilihan-pilihan tertentu, pimpinan
perusahaan telah menentukan kearah mana perusahaan akan dikemudikan olehnya.
Penentuan kebijaksanaan untuk lebih dari satu tahun mendatang disebut perencanaan
jangka panjang. Dalam praktek, perencanaan jangka panjang mencakup jangka waktu
3 sampai 5 tahun; tetapi dalam beberapa perusahaan jangka waktunya lebih lama lagi.
Semakin lama jangka waktu yang diambil, sifat perencanaannya semakin dalam
bentuk garis-garis besarnya saja. Sudah dengan sendirinya bahwa perencanaan jangka
panjang harus selalu ditinjau kembali berdasarkan harapan-harapan yang berubah-
ubah.
Dalam menentukan rencana jangka panjang, sekaligus juga sudah ditentukan
besarnya kapasitas produksi dan struktur yang akan dimiliki oleh perusahaan untuk
tahun-tahun mendatang. Dengan demikian, kemungkinan dan batasan dari
produksinya telah juga ditentukan. Pertanyaan yang berlainan sama sekali adalah
bagaimana cara memanfaatkan perusahaan sebaik-baiknya dalam jangka pendeknya,
atau dalam bulan-bulan mendatang. Pertanyaan ini adalah masalah perencanaan
jangka pendek. Kalau permasalahan perencanaan jangka panjang tadi adalah berapa
besar kapasitas produksi dan struktur dari perusahaan yang akan kita bangun, dalam
perencanaan jangka pendek soal kapasitas dan struktur adalah ketentuan yang sudah
tidak dapat dirubah-rubah lagi. Masalah perencanaan jangka pendek adalah bagaimana
memanfaatkan kapasitas dan struktur yang sudah ada se efisien mungkin.
Perencanaan jangka pendek dibuat dalam kerangka perencanaan jangka
panjang.
Pada perencanaan jangka pendek biasanya dikaitkan penugasan kepada mereka
yang harus melaksanakan rencana tersebut. Dalam penganggaran (anggaran yang
mengandung penugasan) penugasan-penugasan kepada para fungsionaris diperinci
lebih lanjut.
Kelanjutan dari perencanaan yang sekaligus juga merupakan pelengkapnya
adalah penentuan rugi/laba. Setelah berlangsungnya jangka waktu tertentu, pemilik
atau pimpinan perusahaan ingin mengetahui apakah rencananya terealisasikan, dan
apakah hasil yang ditargetkan memang tercapai. Untuk itu dibutuhkan penentuan
rugi/laba secara berkala.
Namun penentuan rugi/laba berkala ini bukan hanya berguna untuk
mengetahui rugi/laba perusahaan secara keseluruhan. Yang tidak kalah pentingnya
adalah informasi mengenai tingkat rugi/laba untuk berbagai macam produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Juga perlu diteliti sampai di mana berbagai bagian atau
divisi dari perusahaan telah bekerja sesuai dengan rencana. Kalau rugi/laba setiap
bagian kita ketahui, kita juga dapat menentukan tangggung jawab dari setiap kepala
bagian, sampai seberapa jauh mereka masing-masing telah memenuhi penugasan yang
diberikan kepadanya. Karena itu, pada setiap penentuan rugi/laba melekat juga analisa
dari rugi/laba yang bersangkutan.

Sumber :
Herlambang, Tedy dkk. Ekonomi Makro: Teori, Ekonomi dan Kebijakan. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta : 2001

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai