Anda di halaman 1dari 45

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Judul


“PUSAT KESENIAN SASANDO DI KUPANG”.
Dengan Pendekatan Desain Arsitektur Metafora.
2.1.1 Pengertian Judul
1. Pusat Kesenian :
a. Suatu wadah yang menjadi pokok untuk menampung segala
aktifitas masyarakat dimana terjadi penciptaan karya ataupun
pertunjukan keahlian yang menunjukan kekhasan atau
memperlihatkan ciri khas tersendiri; (Sumber : W. J. S. Poerwadarmita;

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988).

b. Tempat berkumpulnya para seniman untuk mengapresiasikan


bakat seni; (Sumber : Dally Armis; Kamus Populer Indonesia, penerbit Aneka

Ilmu, Semarang, 1992).

c. Lingkungan yang berfungsi sebagai tempat pembelajaran dan


pelatihan untuk mempertunjukan seni baik seni modern, maupun
seni tradisional yang asli. (Sumber : http://Wikipedia education. id, date

download; 24 September 2011, at 17:15 pm.).

2. Sasando :
a. Sasandu ( bahasa Rote ) sasando ( bahasa Kupang ) adalah alat
musik berdawai yang dimainkan dengan cara memetik dengan
jari-jemari tangan.
(Sumber : Hasil Interview dengan Carol David Edon, sebagai penerus Maestro
Sasando Elektrik di Kupang, pada tanggal 31 Juli 2011).

b. Alat musik tradisional dari kebudayaan Rote yang bentuknya


sederhana bagian utamanya berbentuk tabung panjang dari
bambu, bagian tengah melingkar dari atas ke bawah diberi
penyangga ( bahasa Rote : senda ). Penyangga ini memberikan
nada yang berbeda-beda pada setiap petikan dawai, lalu tabung
sasando diberi sebuah wadah yang terbuat dari anyaman daun
lontar ( haik ). Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.

16
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya seperti


gitar, biola, dan kecapi.
c. Secara harafiah nama sasando menurut asal katanya dalam
bahasa Rote “Sasandu” yang artinya alat yang bergetar atau
berbunyi. Konon Sasando digunakan di kalangan masyarakat
Rote sejak abad ke-7.

3. Metafora :
a. Pemindahan makna yang dikandungnya kepada objek atau
konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada objek
yang dikenakan baik perbandingan langsung maupun analogi.
(Sumber : Architecture, in other words, is a form of communication, and this
communication is conditioned to take place without common rules because it takes
place with the other. Karatani, 1995: 127).

b. Unsur alternative, untuk beralih rupa kebentuk lain. Metafora


selalu berarti “adalah seperti” dan “adalah bukan”, pada
dasarnya dalam rangka memahami dirinya dan alam, bagai
cermin untuk memahami realitas, metaphor ini adalah termasuk
transformasi tradisional.
(Sumber : Dikutip dari Ignatius Herliyatno : Konsep Metaphor (Sugiharto, 1999),
Jurnal Teknik Arsitektur Unwira Kupang, Januari 2011, Volume I / nomor 01, hal 4).

2.1.2 Interpretasi Judul


“Pusat Kesenian Sasando di Kupang dengan pendekatan desain
arsitektur Metafora” adalah suatu wadah yang dapat menjadi tempat
pembelajaran dan pelatihan, serta menampung semua aktifitas dan
kegiatan, kreatifitas seni, keahlian membuat karya bermutu yang
memiliki kekhasan seni dan budaya masyarakat Rote, dan berfungsi
untuk mengembangkan, melestarikan, mempopulerkan karya-karya
tersebut kepada masyarakat luas, juga mempertunjukan atau
mementaskan karya seni dan budaya masyarakat NTT dalam lingkungan
yang bernuansa khas lokal menggunakan media alat musik tradisional
khas Rote yakni Sasando dengan bentuk fasade yang dimetaforakan dari
bentuk geometri murni sebagai penekanan terhadap fungsi dan makna
dari bangunan tersebut.

17
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2.1.3 Pembanding Judul Sejenis


Sesuai dengan judul yang dipaparkan yaitu Pusat Kesenian
Sasando maka studi kasus yang diambil sebagai pembanding judul
perencanaan di atas adalah bangunan kesenian Saung Angklung Mang
Udjo di Bandung dan Bali Art Center.

2.2 Pemahaman Tentang Objek Perencanaan Dan Perancangan


2.2.1 Pemahaman Tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya)
Kekayaan seni budaya Nusa Tenggara Timur merupakan
kebanggaan tersendiri. Suku-suku bangsa dengan latar belakang yang
berbeda-beda menghasilkan seni budaya yang sangat bervariasi, tiap-tiap
suku bangsa memiliki berbagai bentuk kesenian diantaranya seni tari dan
suara atau seni musik dengan tema yang sangat kaya. Berikut bagan
penjabaran seni dan kebudayaan :
Arsitektur
Bagan 2.1 Penjabaran Seni dan Kebudayaan
Seni Industri
Seni Kriya
Keagamaan Seni Kerajinan
Organisasi Seni Grafis
Masyarakat Seni Rupa

Seni Patung
Ilmu
Pengetahuan 3 Dimensi
Seni Keramik
Kebudayaan Seni Murni
Bahasa
Seni Ukir
2 Dimensi
Kesenian Seni Lukis

Mata Seni Grafis


Pencaharian

Teknologi
Seni Tari Vokal
Peralatan

Seni Pertunjukan Seni Suara/musik Instrumen

Seni Drama Teater Klasik

Teater Rakyat

Teater Transisi

Teater Modern
Sumber: Makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA. 1994/1995 “Pusat
Seni di Kupang”, oleh Petrus Jermias Giri.

18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

1. Pengertian Seni Budaya


Kata seni diduga berasal dari bahasa Sansekerta, yakni San yang
bermakna persembahan dalam upacara keagamaan, yaitu persembahan
untuk dewa-dewi dengan melakukan sesaji mempersembahkan sesuatu
sebagai sarana pemujaan dalam Hinduisme, San ini dapat berwujud tari,
nyanian dan sesaji.
Kegiatan San ini mendapat sebutan seni, akhirnya menjadi
dalam bahasa asing lazim disebut ART. Kata ART berasal dari Itali yaitu
ARTI. ARTI adalah persatuan tukang yang tumbuh pesat pada zaman
Renaisance. Dalam bahasa Latin, pada abad pertengahan, terdapat istilah
ars, artes, dan artisa.
Ars adalah teknik, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam
mengerjakan sesuatu.
Artes adalah kelompok orang yang memiliki ketrampilan,
ketangkasan dan kemahiran.
Artisa adalah anggota yang ada dalam kelompok itu, disini
artisa adalah orangnya, atau orang yang memiliki ars.
Kesenian mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli,
antara lain :
a. Ki Hajar Dewantara (1889 – 1959)
Kesenian adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup
perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan
jiwa perasaan manusia.

b. Akhidiat Kartamiharja
Kesenian adalah kegiatan manusia yang tersembul dari
rohaninya yang merefleksi realitas dalam suatu karya, yang
berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk
membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani si
penerimanya.

(Sumber : Poin-poin pemahaman tentang Kesenian Daerah (Seni Budaya) ini, dikutip dari
makalah Seminar Arsitektur Unwira, TA. 1994/1995 “Pusat Seni Di Kupang”, oleh Petrus
Jermias Giri.).

19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

c. Popo Iskandar (Sarjana Seni Rupa)


Kesenian adalah suatu batin si pencipta, dalam hal ini
manusia, dalam kesadarannya hidup berkelompok.

d. Prof. Dr. Kuncaraningrat (Budayawan)


Kesenian adalah segala ekspresi keindahan yang berasal dari
kebudayaan suku-suku bangsa yang memenuhi syarat estetis
yang matang dan yang memenuhi syarat teknis.

Dari pengertian-pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa


kesenian adalah :
a. Kekuatan untuk menyatakan kegiatan-kegiatan tertentu khususnya
kegiatan yang diperoleh dari pengalaman atau studi maupun
pengamatan;
b. Ketrampilan dan kemahiran;
c. Suatu pekerjaan atau kesibukan yang memerlukan ketrampilan;
d. Pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan dan yang telah direncanakan.

Seni memiliki pengertian yang sangat luas dan memiliki


pengertian yang berbeda pada tempat dan saat yang berbeda tergantung
ruang dan waktu. Akan tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
a. Seni mayor,
Seni mayor, meliputi : seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater.
b. Seni minor,
Seni minor, meliputi ; seni kerajinan, seni perabot, dan lain
sebagainya.
(Sumber : Wikipedia art education, www.google.com, date download: 4 Oktober 2011, at 08:35
am).

Dalam perencanaan pusat kesenian sasando ini, pemahaman


objek perancangan akan diprioritaskan pada sub bagian seni musik, seni
kriya, seni teater (pertunjukan) opera yaitu orkestras dan juga seni

20
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

minornya berupa galeri dan museum. Secara substansinya adalah sebagai


berikut :
1) Seni Musik
a) Pengertian Musik
Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu dan
berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang.
Musik menurut Aristoteles mempunyai keamampuan
mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme.
Menurut Wikipedia, penciptaan musik harus memenuhi
kaidah-kaidah tertentu antara lain harmonisasi, ritme, melodi dan
aturan lain. Penggolongan jenis music berdasarkan teori dan tata
cara penyusunan komposisi nada atau suara adalah:
i. Musik Pentatonis
Jenis musik yang menganut lima aturan nada sebagai skala.
Contohnya adalah pada alat musik sasando Gong.
ii. Musik Diatonis
Jenis musik yang menganut aturan 7 nada sebagai skalaya.
Contohnya adalah pada alat musik sasando Biola.
Berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini, musik
jenis diatonis lebih banyak dianut oleh sebagian besar musisi yang
berkarya sekarang. Hal itu diketahui dengan lebih banyaknya
musik yang lain. Hal ini disebabkan sifatnya yang universal dan
dapat diterima oleh setiap Negara di dunia. Meskipun demikian
pentatonispun perlu memiliki wadah untuk perkembangannya.

b) Pementasan Musik
Bentuk pementasan musik yang sering digunakan
beragam, tergantung tujuan dan materi yang dipentaskan.
Pementasan musik tradisional (pentatonis) mempunyai lebih
banyak tata cara baku yang mengikat dibandingkan untuk
pementasan diatonis.

21
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

i. Sistem Pementasan Musik Diatonis


Beberapa jenis pementasan yang biasa digunakan untuk
pementasan musik diatonis adalah:
- Pementasan Sistem Ensambel
Yaitu kelompok orang-orang yang menyanyi dengan
atau tanpa iringan musik atau kelompok musik dengan
atau tanpa nyanyian.
- Pementasan Sistem Symphoni Orchestra
Orchestra mempunyai arti suatu tempat untuk
penempatan susunan alat musik pada suatu pementasan
musik.
- Pementasan Sistem Concert Band
Pementasan yang menggunakan alat musik baku maupun
yang telah dimodifikasi dan ditujukan untuk penonton
dalam jumlah yang besar.

Untuk dapat memainkan musik diperlukan suatu keahlian


dalam memainkan alat musik yang didapatkan melalui belajar
sendiri atau melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan musik. Dilihat dari banyaknya
musisi profesional yang hadal pada masa sekarang, keahlian alami
saja masih kurang untuk profesi di bidang musik, akan lebih baik
jika dilatarbelakangi pendidikan khusus musik.

ii. Sistem Tempat Pementasan Musik Diatonis


Sarana pementasan yang diperlukan adalah tempat
pementasan. Jenis tempat pementasan yang baisa digunakan
untuk pementasan musik diatonis dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu:
- Out Door;
- In Door.

22
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2) Seni Kriya
a) Pengertian Seni Kriya
Seni kriya adalah cabang seni rupa yang membentuk
karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan
dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep
garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan
dengan acuan estetika.
b) Menurut Wikipedia, jenis-jenis seni kriya terbagi atas:
- Kriya tekstil;
- Kriya kayu;
- Kriya keramik;
- Kriya rotan.

Seni kriya yang dimaksudkan adalah kriya timba (haik) dan


kriya bambu sebagai cendramata atau souvenir bagi pengunjung.
(Sumber : “Seni Budaya”, hal 57, Penerbit Erlangga, 2007).

3) Seni Teater Opera


a) Pengertian Opera
Opera adalah drama panggung yang sebagian atau
seluruhnya dinyanyikan dalam iringan orkes atau instrumental.
Musik yang dilantunkan bisa dimainkan secara solo, ansambel,
paduan suara, atau bahkan sebuah grup instrumentalis.
Seni teater (pertunjukan) opera ini adalah bagian dari seni
teater dramatik. Merujuk pada objek perencanaan dan
perancangan pusat kesenian sasando akan difokuskan pada
amphiteater, sehingga terjadi kolaborasi seni instrument sasando
dengan beberapa ansambel musik daerah lainnya.

4) Seni Minor
Seni minor berhubungan dengan hasil karya yang berupa
benda-benda, seperti seni kerajinan, yakni: tembikar, perabot, dan
lain sebagainya.
Seni seperti ini membutuhkan suatu ruang untuk :

23
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

1) Bengkel Kerja
Sebuah ruang kerja untuk memberi contoh bagaimana
membuat suatu hasil kerajinan.
2) Galeri
Sebuah ruang yang dimanfaatkan untuk
mempertunjukkan hasil karya dari seni kerajinan.

2. Fungsi Kesenian
Menurut Petrus Jermias Giri dalam makalah seminar arsitektur
Unwira Kupang, yang berjudul “Pusat Seni di Kupang”, 1995:20,
menjelaskan bahwa setiap kegiatan kesenian paling tidak ada dua pihak
yang terlibat di dalamnya yaitu seniman : pihak yang memberi dan
masyarakat penikmat yaitu : pihak yang menerima, seni sebagai suara dan
alat komunikasi yang harus membawa pesan, dengan demikian seni itu
mempunyai fungsi :
a. Sebagai alat ekspresi;
b. Sebagai sumber mata pencaharian;
c. Sebagai sarana hiburan;
d. Sebagai alat pendidikan.
Secara substansi mengenai fungsi kesenian daerah menurut
Jakob Sumardjo, 1992: 17 adalah sebagai berikut :
a. Pemanggil kekuatan gaib;
b. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat
diselenggarakannya pertunjukan;
c. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat;
d. Peringatan kepada nenek moyang, dengan mempertontonkan
kegagahan dan kepahlawanan;
e. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat
hidup seseorang;
f. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam situs tertentu.

24
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2.2.2 Perkembangan Kesenian Daerah


Kesenian daerah di Indonesia pada umumnya berangkat dari
suatu keadaaan dimana ia tumbuh dalam lingkungan-lingkungan ethnik
yang berbeda satu sama lain. Dalam lingkungan ethnik ini alat atau
kesepakatan bersama yang turun temurun mengenai perilaku,
mempunyai wewenang yang amat besar untuk menentukan rebah
bangkitnya kesenian, seni pertunjukan dan pertunjukan. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa semi pertunjukan yang berasal dari
lingkungan ethnik itu kebanyakan mendapatkan perkembangan di kota-
kota suatu tempat kedudukan yang mempunyai sekelompok ciri umum
yang selalu terdapat dimana-mana, yaitu untuk menyebut hal-hal yang
berhubungan dengan kesenian saja, berupa :
1. Adanya tempat yang tetap untuk menggelarkan kesenian;
2. Adanya sistem imbalan jasa berupa uang untuk seniman yang
menggelarkan kesenian;
3. Adanya dasar kecenderungan pengkhususan dalam memilih bidang
kegiatan, sehingga kesenimanan cenderung untuk dikejar sebagai
profesi.
Perkembangan kesenian daerah di pulau-pulau di kawasan Nusa
Tenggara Timur khususnya kesenian daerah ( seni budaya ) merupakan
karya seni yang turun temurun terkenal sejak zaman dahulu. Kesenian
daerah pada mulanya dibuat sebagai objek pemujaan yang tertinggi yaitu
dewa langit. Selain itu karena keberhasilan pertanian dan pembuatan
alat-alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tiap kerajaan khususnya kelompok suku, wilayah dan pulau
menciptakan sejumlah keseniannya sendiri-sendiri yang kemudian
diturunkan dengan mengajarkan kepada anak cucu mereka demi
kelestarian daerah tersebut. Ada beberapa kesenian daerah memiliki arti
magis sesuai kepercayaan dan latar belakangnya, pandangan-pandangan
hidup kelompok masyarakat yang bersangkutan dengan demikian buah
pikir, cita-cita, simbol, tokoh penting dalam masyarakat hidup dalam
bentuk lebih nyata melalui media kesenian tradisional.
Kekuatan dari kesenian tradisional terletak pada unsur bobot
filsafat, kepercayaan yang dikombinasikan dengan karya seni yang
25
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

diakui oleh suatu kelompok suku atau masyarakat suatu daerah sebagai
miliknya.
Kegiatan kesenian tertentu merupakan ciri khas kebudayaan
suatu suku, daerah atau kawasan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi dimana produksi hasil
karya seni secara besar-besaran telah mengambil minat masyarakat
modern untuk memiliki dan menikmatinya dengan tidak mengurangi
keinginan masyarakat tertentu untuk tetap menggalakkan kesenian
daerah, walaupun dalam persaingan yang memberatkan sebelah pihak,
untuk lebih dapat menarik minat, kemudian telah dikembangkan seni
kontemporer dengan karya-karya yang lebih modis.
(Sumber : Resume Makalah Seminar Arsitektur UNWIRA TA. 1994/1995 “PUSAT SENI DI
KUPANG” oleh Petrus Jermias Giri).

2.2.3 Fungsi Kesenian Daerah di Nusa Tenggara Timur


Pada hakekatnya fungsi dari kesenian dalam masyarakat
tradisional setiap daerah atau suku di Nusa Tenggara Timur kurang lebih
adalah sama.
Beberapa fungsi kesenian di Nusa Tenggara Timur adalah :
1. Sebagai alat ekspresi;
2. Sebagai sumber mata pencaharian ( ekonomi, sebagai alat tukar );
3. Sebagai sarana hiburan;
4. Sebagai alat pendidikan;
5. Sebagai perwujudan daripada dorongan untuk meningkatkan
keindahan semata;
6. Sebagai perlengkapan upacara sehubungan dengan saat tertentu
dalam perputaran waktu;
7. Peringatan kepada nenek moyang dengan menirukan kegagahan
atau kesigapannya;
8. Pemanggil kekuatan gaib.

Sedangkan fungsi seni budaya sasando dalam tatanan hidup


masyarakat NTT adalah :
a. Sebagai media hiburan masyarakat Rote saat berada di ladang;

26
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

b. Pemersatu antar muda-mudi kampung;


c. Menghibur orang bangsawan;
d. Pelengkap upacara adat;
e. Pengiring tarian muda-mudi.
(Sumber : Hasil wawancara dengan Bapak Caro Habel Edon, pada tanggal 31 Juli 2011 di
Kupang).

2.2.4 Tinjauan Fasilitas Pusat Kesenian


1. Tinjauan Pelatihan Seni (Sanggar Seni Budaya)
Sanggar seni memiliki peran yang penting dalam
pengembangan kesenian. Terlepas dari bakat, tentu saja proses
pendidikan dan latihan sangat diperlukan.
Tempat pelatihan yang diharapkan dapat menjadi tempat
untuk mendapatkan pengetahuan dan pelatihan tentang kesenan
sesuai dengan kegiatan kesenian yang diwadahinya. Kegiatan yang
ditampung dalam sanggar seni disesuaikan dengan budaya dan
kesenian yang berkembang dalam suatu wilayah, sehingga benar-
benar dapat menampung bidang-bidang kesenian yang berkembang
dalam masyarakat.
Jenis-jenis kesenian yang diwadahi dalam sanggar seni antara
lain:
a. Sanggar Musik;
b. Sanggar Tari;
c. Sanggar Teater;
d. Sanggar Seni Rupa;
e. Sanggar Kerajinan Tangan.

Sistem Pelatihan
i. Sistem Pengajaran
Pemberian materi yang terdiri atas dua macam, yaitu:
a) Materi Teori
- Berfungsi menunjang latihan praktek;
- Diberikan satu kali setiap minggu.

27
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

b) Materi Praktek
- Berupa latihan untuk meningkatkan ketrampilan;
- Diberikan dua kali tiap minggu.
ii. Evaluasi
Evaluasi di sini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa dan penguasaan siswa terhadap materi
yang diberikan. Evaluasi berupa ujian materi dan ujian
praktek, yang diselenggarakan setiap satu paket materi
selesai.
iii. Pementasan
a) Pementasan akbar, satu kali setahun pada ulang tahun
Pusat Pendidikan Seni Terpadu;
b) Pementasan rutin tiap satu paket materi selesai;
c) Pementasan insidental karena beberapa hal, misalnya
penyambutan tamu, undangan dari instansi lain,
perombaan dan lain sabagainya.
iv. Pelatihan
Pelatih terdiri dari pelatih untuk anak-anak dan
dewasa. Untuk kelas anak-anak maupun ddewasa masih
dibagi menurut jumlah siswa yang ada. Maksimal dalam satu
kelas terdiri dari 20 siswa, tiap-tiap kelas memiliki tiga
pealtih. Dan tiap-tiap sanggar memiliki coordinator pelatih
dan struktur organisasi sendiri.
(Sumber : Tinjauan Fasilitas Pusat Kesenian dikutip dari laporan desain “Pusat Seni
Aceh” oleh Irene Sysphiatin, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2009. Download. http
Blogger; Irene.com).

2. Tinjauan Pagelaran Seni (Pentas Seni Budaya)


a. Pagelaran Seni
Pagelaran seni bertujuan untuk mementaskan apa yang
telah didapatkan siswa selama belajar di sekolah dan sanggar
seni yang terdapat si suatu daerah. Pagelaran berupa tempat
pementasan dan galeri. Tempat pementasan dengan
memperhatikan masing-masing kegiatan dan mewujudkannya
dalam desain arsitektur sehingga pemain dan penonton merasa
28
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

nyaman dan dapat menikmati apa yang dipentaskan. Demikian


pula dengan galeri, pertimbangan utama adalah estetika namun
ditunjang pula dengan lighting dan sistem akustik yang baik.

b. Fasilitas Pendukung Seni


i. Pasar Seni
a) Pengertian Pasar Seni (Art Shop)
Merupakan tempat berkarya, pementasan,
tempat pameran, dan tempat berjualan benda-benda dan
kegaitan kesenian.
Pasar seni memiliki beberapa kios (retail) yang
menggelar aneka barang hasil seni dari yagn tradisional
sampai kontemporer, kerajinan dan souvenir. Selain itu
di tengah pasar seni terdapat arena terbuka yang
dilengkapi dengan plaza dan panggung kesenian, yang
memancarkan dinamika seni.

b) Maksud dan Tujuan Pasar Seni


- memberikan tempat bagi pengusaha kecil,
pengrajin dan seniman untuk memasarkan dan
mempromosikan hasil karya seni dan kerasi
mereka;
- Memperkenalkan dan mempromosikan karya seni;
- Meningkatkan mutu seni.

c) Fungsi dan Peran Pasar Seni


Fungsi utama dari pasar seni adalah sebagai
tempat untuk menjual karya seni yang di dalamnya
termasuk promosi, informasi, produksi dan pemasaran
karya seni. Sedangkan peran pasar seni ditinjau dari
beberapa segi (pemakai) adalah sebagai berikut:
1) Peran Pasar Sni bagi Seniman dan Pengrajin
- Sebagai wadah untuk memasarkan karya seni
dan keratin;
29
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

- Sebagai wadah untuk memproduksi karya seni


dan kerajinan tangan;
- Sebagai sarana pengembangan kreativitas
seniman dan pengrajin.

2) Peran Pasar Seni bagi Konsumen


- Sebagai sarana belanja karya seni dan kerajinan
yang lengakp, serta tempat untuk mengenal
budaya setempat;
- Tempat untuk melihat atraksi pembuatan dan
pementasan karya seni dan keratin.

3) Peran Pasar Seni bagi Pemerintah Daerah


- Sebagai sarana pendukung objek wisata utama;
- Sebagai sarana untuk memperkenalkan dan
mempromosi kebudayaan daerah.

ii. Museum Seni dan Budaya


a) Pengertian Museum
Berdasarkan definisi yang diberikan
International Council of Museums, adalah institusi
permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset,
mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan,
dan kesenagan. Karena itu museum bisa menjadi bahan
studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan
masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan
pemikiran imajinatif di masa depan.

b) Fungsi, Peranan dan Tugas Museum


Fungsi Museum, antara lain:
- Pengumpulan dan pengamanan warisan budaya;
30
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

- Dokumentasi dan penelitian ilmiah;


- Konservasi dan preservasi;
- Penyebaran ilmu untuk umum;
- Pengenalan kebudayaan antar daerah dan antar
bangsa;
- Visualisasi warisan budaya;
- Pengenalan dan penghayatan kesenian.

Peranan Museum, adalah sebagi berikut:


- Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah;
- Pusat penyaluran ilmu untuk umum;
- Pusat peningkatan apresiasi budaya;
- Pusat perkenalan kebudayaan dantar daerah dan
antar bangsa;
- Objek pariwisata;
- Media pembinaan pendidikan sejarah, ilmu
pengetahuan dan budaya;
- Suaka alam dan suaka budaya;
- Cermin sejarah dan kebudayaan.

Tugas Museum, di Indonesia yang menyangkut


pelayanan terhadap masyarakat luas adalah sebagai
berikut:
- Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya;
- Memajukan dari kesenian dan keratin rakyat;
- Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan
kepada masyarakat;
- Memberikan metodik dan didaktik sekolah dengan
cara kerjasama yang bermanfaat dengan kunjungan
pelajar;
- Memberikan kesempatan dan bantuan penyelidikan
ilmiah;
- Memberikan kesempatan bagi penikmat seni;
- Memajukan bidang pariwisata.
31
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

c) Pengelolaan Museum

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA DAN


PERPUSTAKAAN

KURATOR KONSERVATOR PREPARATOR EDUKATOR

Bagan 2.2 Pengelola Museum


Sumber : www.wikpedia, Pusat Museum Seni Aceh.com, date download 05 September
2011, 08:15 am. Dalam laporan ilmiah Irene Sysphiatin.

Pengelolaan museum merupakan tugas pokok


seorang kepala museum, akan tetapi dalam
melaksanakan penyelenggaraan dan pengelolaannya
berbeda-beda tergantung dari jenis dan ukuran museum.
Perbedaan dalam hal ruang lingkup dan jaringan
komunikasi di dalam organisasinya maupun komunikasi
dengan pihak yang ada di luar.

i. Perpustakaan Seni
Perpustakaan seni adalah sebuah koleksi buku dan
majalah yang berhubungan dengan koleksi seni. Walaupun
dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi
besar yang dibiayai dan diopersikan oleh sebuah kota atau
institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata
tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya
sendiri.

32
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2.2.5 Kesenian Sasando sebagai Objek Perencanaan


1. Pengertian Sasando
Sasandu (bahasa Rote) sasando (bahasa Kupang) adalah alat
musik berdawai yang dimainkan dengan cara memetik dengan jari-
jemari tangan. Sasando merupakan alat musik tradisional dari
kebudayaan Rote, Nusa Tenggara Timur yakni pulau paling selatan
dalam gugusan kepulauan Indonesia.

Gambar 2.1 Alat Musik Sasando

Alat musik Sasando bentuknya sederhana, bagian utamanya


berbentuk tabung panjang dari bambu, bagian tengah melingkar dari
atas ke bawah diberi penyangga (bahasa rote : senda) dimana dawai-
dawai atau senar yang direntangkan di tabung bambu dari atas ke
bawah bertumpu. Penyangga ini memberikan nada yang berbeda-
beda pada setiap petikan dawai, lalu tabung sasando diberi sebuah
wadah yang terbuat dari anyaman daun lontar (haik). Wadah ini
merupakan tempat resonansi sasando. Bentuk sasando mirip dengan
instrumen petik lainnya seperti gitar, biola, kecapi dan valiha dari
Madagaskar.

Bahan-bahan dasar untuk membuat sasando, antara lain :


kayu, paku, penyangga, dan masih ada yang lainnya, seperti senar
string, daun lontar dan juga bambu.
(Sumber : disarikan dari Edon C. D. Habel : Brosur Program Hi-link Undana, Kupang
2010).

33
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Gambar 2.2 Bahan dasar membuat sasando


Bagi masyarakat Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, tempat
asal usul musik sasando, musik tersebut sangat dikenal sebagai
musik keseharian. Di Pulau Rote, pohon lontar pada saat ini bukan
saja dijadikan sumber kehidupan karena menghasilkan tuak, kopi,
gula lempeng, gula semut, wadah pembungkus tembakau/rokok,
tikar, haik, sandal, topi, atap rumah, dan balok bahan bangunan,
melainkan lebih dari itu dianggap punya nilai lebih karena daun
pohon lontar makin sering dijadikan resonator musik yang dikenal
dengan sebutan sasandu atau sasando.

2. Sejarah Alat Musik Sasando


Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam
bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi.
Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak
abad ke-7.
Ada 2 macam versi cerita rakyat yang pertama, awal
mulanya Sasando ditemukan oleh seorang anak muda bernama
Sangguana, yang terdampar di Pulau Ndana. Kemudian ia di bawa ke
hadapan raja Takalaa yang berdiam di istana Nusaklain. Kebiasaan di
istana pada malam hari sering diadakan permainan kebak (kebalai)
yaitu tarian masal muda-mudi dengan cara bergandengan tangan
membentuk sebuah lingkaran dengan seorang yang berperan sebagai
manahelo (pemimpin syair) yang berada di tengah lingkaran. Syair-

34
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

syair ini menceritakan silsilah keturunan mereka. Dalam permainan


ini Sangguana yang menjadi tumpuan perhatian karena ia
mempunyai bakat seni, tanpa disadari putri raja jatuh hati pada
Sangguana dan bertemu dengan putri raja, Sangguana diminta untuk
menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Apabila berhasil
berhak mempersunting putri raja. Suatu malam Sangguana bermimpi
sedang memainkan satu alat musik yang indah bentuk dan suaranya.
Kemudian Sangguana berhasil menciptakan alat musik ini diberi
nama Sandu (artinya yang berani bergetar). Putri raja menamai alat
ini sesuai dengan bahasanya sya, yaitu hitu (tujuh), karena alat
tersebut terdapat tujuh dawai dan lagu yang dimainkan dinamai depo
hitu yang artinya sekali dimainkan ketujuh dawai bergetar. Dawai ini
terbuat dari akar pohon beringin kemudian diganti dengan usus
hewan yang telah dikeringkan.
Cerita rakyat versi kedua berawal dari kisah dua orang
sahabat yaitu Lunggi Lain dan Balok Ama Sina. Kedua sahabat ini
sehari-harinya bekerja sebagai gembala domba dan penyadap tuak.
Ide membuat alat musik sasando ketika mereka sedang membuat
haik (wadah penampung air tuak) yang terbuat dari daun lontar
diantara jari-jari dari daun lontar terdapat semacam benang (bahasa
rote fifik) tanpa disengaja fifik atau benang itu dikencangkan
kemudian dipetik menimbulkan bunyi yang berbeda, namun benang
atau fifik ini mudah putus. Awal kejadian ini mendorong Lunggi
Lain dan Balok Ama Sina untuk mengembangkannya, mereka ingin
adanya alat musik yang dapat menirukan nada-nada yang ada pada
gong. Akhirnya berhasil menciptakan bunyi-bunyian atau nada-nada
yang ada pada gong yaitu dengan mencungkil tulang-tulang dari
lembaran daun lontar yang kemudian diganjal dengan batang kayu.
Karena nada-nada yang dihasilkan selalu berubah-ubah dan suaranya
sangat kecil kemudian lembaran daun lontar diganti dengan bambu
yaitu dengan cara mencungkil kulit bambu sebanyak nada yang ada
pada gong yang kemudian diganjal dengan batangan kayu. Ide ini
berlanjut terus kemudian dawai-dawainya diganti dari dari serat
pelepa daun lontar dan ruang resonansinya dari haik.
35
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

3. Jenis-jenis Sasando
Ada beberapa jenis sasando yaitu Sasando Gong dan
Sasando Biola.
Sasando gong biasanya dimainkan dengan irama gong dan
dinyanyikan dalam bentuk syair untuk mengiring tari, menghibur
keluarga yang berduka dan yang sedang mengadakan pesta. Bunyi
sasando gong nadanya pentatonik. Sasando gong berdawai tujuh
kemudian berkembang menjadi sebelas dawai. Sasando gong lebih
berkembang di Pulau Rote sejak abad ke 7.
Diperkirakan akhir abad ke 18 sasando mengalami
perkembangan, kemudian berkembanglah Sasando Biola. Sasando
biola lebih berkembang di Kupang. Sasando biola nadanya diatonis
dan bentuknya mirip dengan sasando gong tetapi bentuk bambu
diameternya lebih besar dari sasando gong dan jumlah dawai pada
sasando biola lebih banyak berjumlah 30, 32, dan 36 dawai.
Sasando biola ada 2 bentuk yaitu sasando dengan bentuk ruang
resonansinya terbuat dari daun lontar dan sasando biola dengan
bentuk ruang resonansinnya terbuat dari (kotak atau peti dari papan).
Kenapa dikatakan sasando biola?, karena sasando ini memakai
putaran dawai (senar) atau sekrup dawai yang terbuat dari kayu yang
dibentuk seperti biola. Sasando biola yang terbuat dari kotak kurang
mengalami perkembangan karena dianggap kurang praktis. Pada saat
pengeteman nada mengalami kesukaran, sekrup kayu harus diputar
dan diketok untuk bisa mendapatkan nada-nada yang pas.
Terjadi perkembangan dengan masuknya sekrup besi maka
putaran dawai di ganti dengan sekerup besi yang lebih mudah di
putar dengan memakai kunci sasando pada saat pengeteman nada.
Sasando biola memakai daun lontar lebih berkembang dari pada
sasando biola memakai kotak/peti kayu. Karena sasando biola
dengan memakai daun lontar terkesan lebih unik dan natural.
Sehingga orang mengenal dengan nama sasando tradisional. Sasando
biola yang terbuat dari daun lontar mempunyai ciri khas diatas
kepala sasando ada hiasan mahkota daun lontar ada 7 mahkota, yang

36
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

bermula dari sasando gong yang mempunyai 7 dawai. Sasando biola


ini lebih berkembang di Kupang.
Sumber : Resume Interview dengan C.D.Habel Edon, pada tanggal 31 Juli 2011, di
Kupang

Sasando Tradisional pakai haik (daun


lontar)

Sasando Biola dibuat tahun 2010

Gambar 2.3 Jenis Alat Musik Sasando

Caro David Habel edon sebagai penerus


Sasando Elektrik di Kota Kupang.

Sasando Elektrik dibuat tahun 2010

37
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

4. Perkembangan Kesenian Sasando


Dalam seni musik dan seni suara, bila dahulu keduanya hanya
dimainkan dan diperdengarkan pada upacara-upacara adat tertentu,
maka sekarang tidak demikian lagi. Seni musik dan seni suara sudah
dapat dimainkan dan diperdengarkan diluar waktu pelaksanaan
upacara adat. Bahkan dewasa ini juga demikian pesatnya musik etnik
populer yang diciptakan tidak semata untuk menghibur tetapi juga
untuk tujuan ekonomis atau untuk meningkatkan pendapatan
masyarakatnya.
Peralatan musik yang digunakan juga mengalami
perkembangan, khususnya sasando. Bila awalnya sasando seluruh
komponenya terbuat dari bahan lokal (daun lontar, bambu, dan
dawainya dari akar beringin), maka sekarang dawainya ada yang
terbuat dari tali sling kendaraan bermotor, dan juga menggunakan
senar gitar pada umumnya. Tidak itu saja, sasando juga sudah dapat
dimainkan secara elektronik (sasando elektrik) dan juga telah
berhasil dimainkan dengan kolabarasi menggunakan alat musik
lainnya seperti organ, gitar, biola, drum, layaknya sebuah pentas
musik orkestra atau semacamnya.

Sasando listrik (elektrik)


Sasando biola mengalami perkembangan dari sasando
tradisional menjadi sasando modern atau yang dikenal sasando listrik
atau sasando elektrik. Sasando elektrik ini diciptakan oleh Arnoldus
Edon, sasando elektrik termasuk dalam salah satu jenis Sasando
biola yang mengalami perkembangan teknologi. Sasando tradisional
mempunyai beberapa kekurangan dan kelemahan antara lain, daun
lontar mudah pecah dan pada saat musim hujan sering timbul jamur
diatas permukaan daun, dan daunnya juga mengalami kelembaban
dan lembek sehingga dapat mempengaruhi perubahan suara dan
ketika dipetik suaranya sangat kecil.
(Sumber : gambar dan tulisan disarikan dari Caro D. Habel Edon, yakni seorang Maestro
Sasando Elektrik di Kupang).

38
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Sasando elektrik yang diciptakan ini tidak menggunakan


wadah dari daun lontar peti kayu/kotak/dari papan/box, karena tidak
membutuhkan ruang resonansi yang berfungsi sebagai wadah
penampung suara. Bunyi langsung dapat di perbesar lewat alat
pengeras suara (sound system / speaker aktif).
Ide pembuatan sasando elektrik, berawal dari peristiwa
kerusakan sasando biola yang terbuat dari peti kayu/kotak milik ibu
mertua dari Arnoldus Edon pada tahun 1958, sasando yang rusak itu
di perbaikinya dan menjadi baik. Dari situlah awal mulanya
Arnoldus Edon mendapatkan ide dan mulai bereksperimen membuat
sasando elektrik. Ia berpikir kalau memetik sasando yang posisi
sasandonya tertutup dengan daun lontar yang lebar dan bunyinya
hanya bisa didengar oleh segelintir orang saja yang ada disekitarnya
dan petikan serta kelentikan jari-jemari tidak dapat dinikmati atau
dilihat oleh orang lain karena tertutup daun lontar. Alangkah
indahnya apabila sasando itu dipetik dan di dengar dengan suara
yang besar, dinikmati oleh banyak orang dari kejauhan dan petikan
jari-jemari yang lemah gemulai dapat dilihat keindahannya, karena
sasando dipetik dengan menggunakan 7 sampai 8 jari.
Tahun 1958 diciptakanlah Sasando listrik/elektrik,
eksperimen demi eksperimen dilakukannya untuk mendapatkan
bunyi yang sempurna yang sama dengan bunyi asli dari sasando.
Tahun 1959 Arnoldus Edon hijrah ke Nusa Tenggara Barat
(Mataram) sebagai seorang Kepala Sekolah di Mataram. Berbekal
ilmu pengetahuan sebagai seorang guru IPA/Fisika, maka pada tahun
1960 Sasando Elektrik ini berhasil dirampungkan dan mendapatkan
bunyi yang sempurna sama dengan suara aslinya. Bentuk sasando
elektrik ini dibuat sebanyak 30 dawai. Inilah awalnya Arnoldus
Edon membuat sasando listrik yang hasilnya pertamanya langsung di
bawah ke Jakarta. Jadi Sasando elektrik di buat pertama kali pada
waktu Arnoldus Edon masih berada di Mataram.
Pembuatan Sasando Elektrik dibuat lebih modern dari
Sasando tradisional ada perbedaan dalam cara pembuatannya.
Komponen sasando elektrik lebih ruwet, sebab banyak unsur yang
39
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

menentukan kualitas suara yang dihasilkan pada alat musik tersebut.


Selain badan sasando dan dawai. Alat yang paling penting pada
sasando elektrik adalah spul yang merupakan sebuah transducer yang
akan mengubah getar dawai menjadi energi listrik, lalu diteruskan
melalui kabel dan masuk kedalam amplifier.

Gambar 2.4 Sasando dan Perkembangannya

40
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2.2.6 Studi Banding Objek Sejenis


1. Saung Angklung Mang Udjo Bandung
Saung Angklung Udjo memiliki suasana taman belakang yang
menyenangkan. Dikelilingi oleh tanaman khas Sunda, suasana serta
angin yang alami serta sebagai rumah bagi beragam jenis burung liar.
Dengan luas area sekitar 1000 meter persegi yang terdiri dari rumput
yang hijau, pengunjung dapat melakukan beragam aktivitas hingga
menampung lebih dari 150 orang.

Peta Lokasi Saung Angklung Udjo Keterangan:

1. Pintu Masuk Utama Jl. padasuka


2. Guest House Angklung
3. Tempat Parkir
4. Guest House Arumba
5. Toko Cinderamata
6. Kantor
7. Pusat Produksi Angklung
8. Bale Karesmen
9. Tepas Udjo
10. Warung Hawu
11. Buruan Sari Asih
12. Kantor
13. Studio Musik
14. Perpustakaan
15. Sentra Penyuluhan Kehutanan

Gambar 2.5 Peta Lokasi Saung Angklung Udjo


Bale Karesemen

Bale Karesemen – Sebuah


bangunan gaya klasik dengan
struktur atap Sunda dan ampiteater
di dalamnya. Dengan ukuran 225
meter persegi terdapat kursi kayu
yang disusun pada tiga sisi, serta
terdapat panggung untuk Pangrawit (Karawitan) yang menemani
pengunjung disaat pertunjukan tiba. Bale Karesemen ini diperkirakan
dapat menampung hingga 400 orang.

(Sumber : Gambar dan tulisan diambil dari http://SaungMangUdjo.id.com, date download 30


September 2011, at 07:35 am).

41
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Pusat Produksi Angklung

Diakui sebagai pusat produksi


Angklung terbaik di Indonesia,
Saung Angklung Udjo akan
memperbolehkan pengunjung
untuk melihat keseluruhan dari
proses pembuatan Angklung
tersebut. Bagaimana mengubah sebatang bambu menjadi sebuah tabung
yang dapat menghasilkan suara yang luar biasa.

SEJARAH Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan


sebuah tujuan wisata budaya yang lengkap,
karena SAU memiliki arena pertunjukan, pusat
kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik
bambu. Disamping itu, kehadiran SAU di
Bandung menjadi lebih bermakna karena
kepeduliannya untuk terus melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan Sunda – khususnya Angklung – kepada masyarakat melalui
sarana pendidikan dan pelatihan.

Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena beserta istrinya


Uum Sumiati mendirikan sebuah sanggar
kesenian Sunda, yang kita kenal dengan SAU.
SAU dibangun di atas sebuah landasan yang kuat
dan dedikasi yang tinggi untuk melestarikan
kebudayaan dan kesenian Sunda.

Gambar 2.6 Pusat Produksi Angklung Udjo

(Sumber : Gambar dan tulisan diambil dari http://SaungMangUdjo.id.com, date download 30


September 2011, at 07:35 am).

42
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Dengan atmosfer segar Tatar


Parahyangan di kawasan Bandung
Timur, SAU menjadi tempat yang tepat
untuk menikmati keunikan dari
dominasi bambu, dimulai dari elemen
interior dan lansekap sampai dekorasi
dan gemerincingnya suara alat musik
bambu.

SAU memberikan gambaran yang


cantik tentang keharmonisan diantara
alam dan budaya, karenanya, tidaklah
mengherankan apabila SAU kini
berkembang menjadi sebuah tujuan pengalaman wisata budaya yang
lengkap – tempat untuk bisa merasakan kebudayaan Sunda sebagai
bagian dari kekayaan warisan budaya dunia.

Tabel 2.1 Analisa Studi Banding Saung Mang Udjo Bandung

NO FASILITAS KETERANGAN
1.  Perpustakaan Merupakan fasilitas penunjang sebagai
sarana edukasi yang menyediakan fungsi
perpustakaan dan studio musik sebagai
tempat untuk menggali informasi tentang
kebudayaan sunda

2.  Sanggar Seni Merupakan fasilitas edukasi yang beguna


untuk melestarikan seni dan budaya sunda,
baik lewat seni gerak, musik, maupun
pertunjukan lainnya.

43
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

3.  Studio Musik Merupakan fasilitas penunjang yang


berguna untuk melestarikan seni dan
budaya sunda, khusunya seni musik
angklung.

4.  Pusat Produksi Angklung Diakui sebagai pusat produksi Angklung


terbaik di Indonesia, yang merupakan
sentra pelatihan sekaligus pembuatan
kerajinan alat musik bambu yakni
angklung.

5.  Teater Pementasan Dengan ukuran 225 meter persegi terdapat


kursi kayu yang disusun pada tiga sisi,
serta terdapat panggung untuk Pangrawit
(Karawitan). Bale Karesemen ini
diperkirakan dapat menampung hingga 400
orang

6.  Toko Souvenir Merupakan tempat penjualan pernak -


pernik khas saung udjo, dan juga beberapa
kerajinan serta alat musik dari bambu.
Desain tempat ini secara keseluruhan
menggunakan material dari alam, baik itu
sebagai struktur atau rangka
bangunan,atap,juga display yang
menggunakan material kayu dan bambu.

44
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

7.  Resto & Cafe


Merupakan fasilitas penunjang berupa
restorant dan cafe, yang terbuka bagi
pengunjung saung udjo maupun untuk
umum.

8.  Serbaguna
Dikenal dengan nama Buruan Sari Asih
merupakan area terbuka hijau, yang
berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi para
pengunjung yang ingin menikmati suasana
alam khas sunda, dan juga untuk kegiatan
penunjang, seperti resepsi pernikahan.
9.  Akomodasi Seniman
Merupakan fasilitas penunjang berupa
hunian non komersil yang disediakan bagi
para seniman dan pengrajin yang berkarya
di saung mang udjo.

10.  Sarana Ibadah


Merupakan fasilitas penunjang berupa
sarana ibadah yakni mushola, yang
diperuntukan bagi para pengunjung
maupun pengelola di saung mang udjo.

( Sumber : analisa penulis, berdasarkan data http://www.angklung-udjo.co.id/fasilitas/arsitektur.


2011)

45
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2. Bali Art Centre


Art Center atau
Taman Budaya adalah
bangunan yang didirikan
dengan tujuan untuk
pementasan seni serta
pengembangan seni Bali
khusunya. Lokasi Art Center
ini terletak di tengah tengah
Gambar. 2.7 Bali Art Center.
kota Denpasar, tepatnya di
jalan Nusa Indah dengan luas lebih kurang kira-kira 5 hektar. Bila kita
menggunakan kendaraan bermotor, jarak tempuh menuju Art Center ini
memerlukan waktu kira-kira 60 menit, dan lebih kurang 15 km
perjalanan dari Bandara Ngurah Rai Bali.
Art Center/Taman Budaya adalah komplek bangunan yang luas
dengan gaya terbaik arsitektur tradisional Bali lay out bangunan-
bangunannya, baik amphitheater dan tempat ruang pertunjukan maupun
bangunan tambahan melambangan cerita Pemutaran Gunung Mandara
Giri di lautan susu dimana memercik “amerta” air suci untuk kehidupan
abadi sesuai dengan sifat budaya yang dinamis dan terus hidup
sepanjang masa.
Bentuk susunan komplek bangunan yang ada di Art Centre Bali
ini terdiri dari:

1. Komplek bangunan suci meliputi: Pura Taman Beji, Bale Selonding,


Bale Pepaosan, dll.
2. Komplek bangunan tenang meliputi: Perpustakaan Widya Kusuma,
dimana ditempat ini tersimpan buku buku tentang sejarah Bali.
3. Komplek bangunan setengah ramai meliputi: Gedung Pameran
Mahudara, Gedung Kriya, Studio Patung, Wisma Seni dan Wantilan
tempat ini merupakan aula tempat pameran seni Bali.

(Sumber : Gambar dan tulisan diambil dari http://wisata.dewata.id.com, date download at


08 Oktober 2011, 08:35 am).

46
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

4. Komplek bangunan ramai meliputi: Panggung Terbuka Ardha


Candra dan Panggung tertutup Ksirarnawa (keduanya berada di
selatan Sungai).

Di amphitheater
yang berada di Art Centre
ini, bisa menampung
kapasitas penonton kira-
kira sampai dengan 6.000
orang, baik itu untuk
pertunjukan kolosal,
Gambar. 2.8 Ampphiteater Bali Art Center.
tardisional maupun
modern. Biasanya pentas kesenian Bali ini digelar pada bulan Juni
sampai dengan July, pentas seni ini diadakan 1 bulan penuh, sehingga
bagi pengunjung yang menyaksikan benar-benar terpesona dengan adat
kebudayaan Bali yang tetap lestari sampai saat ini.

Tabel 2.2 Analisa Studi Banding Taman Kesenian Budaya Bali

NO FASILITAS KETERANGAN
1.  Pintu Gerbang Berfungsi sebagai main entrance atau
akses masuk utama ke dalam kawasan
Taman Kesenian Budaya Bali. Tersedia
juga beberapa akses masuk lain menuju
lokasi ini, berdasarkan zona dan
pencapaian masing-masing.
2.  Gedung Perpustakaan Gedung yang luasnya 300 m2 in
Widya Kusuma merupakan sarana education yakni
perpustakaan yang mengoleksi buku-buku
kesenian dan kebudayaan Indonesia
umumnya. Tujuan perpustakaan ini adalah
untuk memberikan informasi seni budaya
kepada seluruh masyarakat.

47
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

3.  Serbaguna / Panggung Gedung ini berfungsi sebagai tempat


Tertutup Ksirarnawa pertunjukan, unutk seminar-seminar,
konferensi serta pertemuan lainnya.
Gedung ini terdiri atas 2 lantai bangunan
dengan kapasitas penonton 525 orang. Di
tengah- tengah bangunan terdapat sebuah
kolam sebagai dekorasi ruangan bangunan.

4.  Panggung Terbuka Panggung ini dapat menampung penonton


Ardhacandra + 7.000 orang. Dengan fungsi sebagai
tempat pertunjukan terbuka seperti :
sendratar, drama gong, musik serta
pameran terbuka.

5.  Pura Taman Beji Pura dalam kawasan Bali Art Centre ini
mempunyai luas + 100 m2 merupakan
tempat persembahyangan bagi karyawan /
karyawati Taman Budaya Propinsi Bali
dan Masyarakat sekitarnya.

6.  Wisma Seniman Mempunyai luas bangunan + 120 m2,


dilengkapi dengan beberapa kamar tidur,
kamar tamu, kamar mandi dan garase.
Wisma ini berfugnsi untuk penginapan
para seniman atau seniwati dan para
pejabat lainnya.
7.  Wantilan Wantilan merupakan sebuah bangunan
yang bersifat semi permanen dengan luas
300 m2, berfungsi sebagai tempat
pertunjukan-pertunjukan kecil, seperti :
kegiatan tari kecak, yang dapat
menampung 300 orang, dilengkapi dengan

48
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

ruang rias, kamar kecil yang sederhana.


8.  Studio Melukis/Bale Gedung ini memiliki luas 200 m 2,
Panjang berfungsi sebagai tempat untuk
mendemonstrasikan kegiatan melukis dan
digunakan untuk pameran seni lukis.

( Sumber : analisa penulis, 2011, berdasarkan bahan informasi UPT. Taman Budaya Bali “Bali Art
Centre” Kabag. Dokim : Nimade Sukartini)

Tabel 2.3
Kesimpulan Studi Banding Pusat Kebudayaan
OBJEK
NO FUNGSI FASILITAS SAUNG MANG BALI ART
UDJO CENTRE
 Perpustakaan √ √
1. Edukasi  Sanggar Seni √ √
 Laboratorium _ _
2. Kebudayaan  PusatProduksi Seni
dan Budaya √ √
 Teater Pementasan √ √
3. Pameran dan  Museum _ √
Pertunjukan  Galeri _ √
 Pengelola √ √
4. Penunjang  Toko Souvenir √ √
 Resto & Cafe √ √
 Serbaguna _ √
 Quest House √ _
 Akomodasi
Seniman √ √
 Mess Petugas √ √
 Sarana Ibadah √ √

( Sumber : analisa penulis, 2011)


49
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

2.3 Pemahaman Tema


2.3.1 Pendekatan Desain Arsitektur Metafora ( Dengan ungkapan
Bentuk )
Metafora berasal dari bahasa yunani metapherein, berasal dari
kata „meta‟ yang berarti memindahkan atau menurunkan, dan „pherein‟
yang berarti mengandung atau memuat. jadi secara etimologi, metafora
dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada
obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek
yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi.
penggunaan metafora ini pada umumnya terdapat dalam suatu tata
bahasa atau kiasan yang di hasilkan setelah kata-kata di rangkaikan , di
mana kemudian suatu kalimat tertentu jika dimaknai secara denotatif
maka akan terlihat mengandung makna yang tidak sesuai tetapi jika
dipahami secara konotatif akan menyampaikan makna lain yang sesuai
dengan konteks yang sedang dibicarakan. namun tentu saja, tanpa
konteks terkait, kalimat yang sama tetap dapat dipahami sebagai sesuatu
yang bermakna denotatif. namun dengan demikian, ia tidak memegang
peranan sebagai sebuah metafora.
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda, dimana
hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta
mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. dengan metafora seorang
perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa
sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring
dengan timbulnya interpretasi baru. karya –karya arsitektur dari arsitek
terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora, hasil karyanya
cenderung mempunyai langgam postmodern.
Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of
Architecture”, Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut
sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman
yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain
menerangkan suatu obyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat
suatu subyek sebagai suatu yang lain.
50
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam


“Introduction of Architecture”, Metafora mengidentifikasikan pola-
pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan
melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara
literal.
Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post
Modern Architecture”, Metafora sebagai kode yang ditangkap pada
suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek
lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain
karena adanya kemiripan.
Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in
Architecture”, Transforming : figure of speech in which a name of
description term is transferred to some object different from. Dan juga
menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu
metoda kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.

Seperti yang dinyatakan Karatani, Kojin. (1995). Architecture as


Metaphor. Cambridge: MIT Press, arsitektur dapat dipahami sebagai
suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar
dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi, arsitektur sering dikaitkan
dengan suatu sistem bahasa. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering
sekali dipahami sebagai suatu sistem bahasa yang menyampaikan
makna tertentu, maka metafora juga menjadi suatu hal yang sering
dipakai sebagai pendekatan mendisain arsitektur, terutama dalam proses
menemukan bentuk geometrinya. ( sumber : Architecture, in other
words, is a form of communication, and this communication is
conditioned to take place without common rules because it takes place
with the other.” (Karatani, 1995: 127).

(Sumber : Reinold Edon : Laporan Seminar Arsitektur “Pendekatan Simbolik dalam Arsitektur”
Unwira Kupang, 2010).

51
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Pendekatan metafora dalam mendisain dilakukan dengan


analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang
kita akan menggunakan analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan
ke dalam bentuk-bentuk arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah
memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur,
sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari
karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu
makna tertentu yang akan „dibawa‟ oleh suatu bentuk arsitektur.
Seringkali kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan
makna yang dikenakan padanya tersebut.

Dalam perancangan, seringkali ada yang mengambil suatu


obyek tertentu untuk dijadikan dasar dalam pencarian dan pengolahan
bentuk arsitektural. Obyek tersebut direfleksikan karakternya ke dalam
bentuk arsitektur yang akan dihasilkan nantinya. Misalnya bunga dengan
karakternya yang sedang mekar (blossoming) dan lalu hal itu
diterjemahkan ke dalam sebuah bentuk geometri dengan menampilkan
geometri yang seolah-olah menggambarkan setangkai bunga yang
mekar, atau karakter perempuan yang anggun diterjemahkan ke dalam
bentuk yang meliuk-liuk yang dianggap elegan dan menggambarkan
karakter feminin. Metafora seperti inilah yang kemudian sering disebut
ekspresi dalam arsitektur. Bentuk-bentuk arsitektur tertentu
mengekspresikan suatu makna yang sengaja dilekatkan padanya melalui
analogi dengan obyek lain.

Seringkali, dalam menghasilkan bentuk arsitektur, metafora


juga digunakan secara literal. Ini menyebabkan arsitektur yang
dihasilkan tidak lagi sebuah „ekspresi‟, tetapi benar-benar penggambaran
dari obyek yang dianalogikan dengannya. Jika melihat dalam konteks
bahasa, suatu kalimat yang bermakna metaforikal biasanya akan
membuka kemungkinan terhadap interpretasi dan pengekpresian lainnya
di samping jika ia dicoba untuk dipahami secara denotatif (literal).
Misalnya jika sebuah kalimat menyatakan „kakek tua itu banyak makan
garam‟, tentu saja ia dapat bermakna baik secara literal maupun

52
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

metaforikal. Secara literal, ia dipahami sebagaimana kalimat itu hadir,


seorang kakek tua benar-benar mengkonsumsi garam dalam jumlah
banyak, namun secara metaforikal, ia akan dipahami sebagai suatu
ekspresi yang menyatakan bahwa kakek tua yang dimaksud memiliki
banyak pengalaman hidup („banyak makan garam‟).

Secara umum Metafora terbagi atas 2 bagian yaitu:

1. Metafora tidak Langsung


Pada metafora tidak langsung masyarakat dapat mempunyai
pandangan tertentu terhadap bentuk bangunan yang dilihat dan
diamatinya, entah terhadap bentuk keseluruhan bangunan atau
terhadap bagian bentuk bangunan.
Pandangan yang timbul tergantung dari latar belakang
masyarakatnya, yaitu tingkat kecerdasan dan pengalamannya sebab
mereka cenderung untuk selalu membandingkan bangunan yang
diamatinya dengan bangunan atau benda lain.
Contoh :
Gambar 2.6 Guggenheim
Museum, Bilbao
seperti pada bangunan
guggenheim Museum,
Bilbao, yang dirancang
oleh arsitek Frank Gehry. Gambar 2.9 Guggenheim Museum, Bilbao.
http://wikipedia.org/Guggenheim Museum Bilbao
Bangunan ini sering
diinterprestasikan sebagai seekor ikan, walaupun ia tidak secara
eksplisit tergambar seperti itu. Namun konteks kota Bilbao yang
berada di antara dua sungai dan tapak Guggenheim sendiri yang
berada di tepi air menjadi salah satu faktor yang mengundang orang-
orang untuk berinterprestasi mengenai gambatan „ikan‟ tersebut.

2. Metafora langsung
Pada metafora langsung bangunannya menampilkan suatu bentuk
yang secara langsung mempunyai hubungan terhadap sesuatu yang
ingin disampaikan kepada masyarakat.
53
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Contoh bangunan metafora langsung adalah seperti pada gedung


Piano Cina, yang dibangun di provinsi An Hui, selain itu terlihat ada
pula bagian berbentuk
biola yang merupakan
eskalator gedung. Gedung
ini dibangun sebagi upaya
untuk mengembagnkan
potensi wisata di daerah
tersebut.
Gambar 2.10 Gedung Piano, Cina, (Sumber : http://archebook.blogspot.com |
www.koleksi gedung nyeleneh metaphor.tk), date download at 08 Oktober 2011,
08.35 am.
Gedung Keranjang (Amerika Serikat) adalah salah satu contoh
bangunan metafora langsung. Idenya berasal dari Dave Longaberger,
yang merupakan pendiri The Longaberger Company, yang akhirnya
diwujudkan dalam bentuk keranjang raksasa dan digunakan sebagai
kantor dari perusahaan tersebut. Menurut Dave ini merupakan ide
terbaiknya dan percaya dengan hadirnya bangunan ini kinerja
perusahaan akan
semakin baik.
„Keranjang‟ ini mulai
digunakan pada 17
Desember 1997 sebagai
Home Office dari The
Longaberger Company.
Gambar 2.11 Home Office „Gedung Keranjang‟. Amerika
Serikat. Sumber gambar : http://wikipedia.org/home
office.com

2.3.2 Metafora Tidak Terlepas Dari Teknik Olah Geometri


Geometri dapat diperankan sebagai bentuk dasar, bentuk
primer, bentuk akhir, ataupun yang dalam wujudnya sebagi bangunan
matematika. Geometri juga memerankan fungsinya sebagai awal
dalam mengelola ruang atau bentuk bentuk dalam arsitektur.
(Sumber : Gambar dan tulisan “Teknik Olah Geometri” dikutip dari Laporan Seminar Arsitektur
: Simbolik dalam Arsitektur, ditulis oleh Reinold Edon, Unwira Kupang 2010.)

54
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Adapun catatan penting mengenai geometri, yakni :


1. Geometri tidak harus berperan sebagai bentuk dasar, karena
geometri dapat saja diperankan sebagai dasar bentuk.
2. Sebagai bentuk dasar,geometri berperan sebagai bentuk awal yang
akan mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga menjadi bentuk
akhir.
3. Geometri selamanya tidak menjadi bentuk akhir, tetapi geometri
juga dapat diperlukan sebagai suatu keharusan bagai perancang
yang rasional serta ilmiah yang dihadirkan sebagai hasil pemikiran,
bukan ilusi atau subjektif.
4. Sebagai bentuk dasar, geometri menjadi pedoman kerangka dan
semacam modul dimana penggarapan terhadap bentuk dan ruang
arsitektur dapat diselenggarakan.
Dilihat dari peranan Geometri sebagai bentuk dasar dan sebagai
dasar bentuk, maka geometri dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
1. Geometri Rupa.
Merupakan karakter pokok dari sebuah bidang. Hal ini ditentukan
oleh garis-garis yang membentuk sisi bidang tersebut. Tetapi oleh
karena persepsi kita yang dipengaruhi oleh hukum-hukum
perspektif maka kita dapat melihat bentuk suatu bidang yang
sebenarnya jika kita melihat dari depan saja.
Sketsa :

2. Geometri Kerangka.
Merupakan panjang, lebar dan tinggi. Dimensi ini menentukan
proporsinya, adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran
relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain disekelilingnya.
Sketsa :

55
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Dilihat dari kematraan geometri (Francis D. K. Ching, 1996 :


54) terdapat dua macam, yaitu :
1. Geometri Planar (lingkaran, bujur sangkar dan segi tiga);
merupakan bentuk dasar yang belum dikembangkan seperti pada
contoh berikut.
a. Lingkaran, yaitu sederetan titik–titik yang disusun dengan jarak
sama dan seimbang terhadap sebuah titik.
Sketsa :

b. Segi Tiga, yaitu sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga
buah sisi dan mempunyai tiga buah sudut.
Sketsa :

c. Bujur Sangkar, yaitu sebuah bidang yang mempunyai empat


buah sisi yang sama panjang dan empat buah sudut yang sama,
yaitu 900.
Sketsa :

2. Tidak termasuk Geometri (Francis D. K. Ching, 1996:62) tetapi


dapat menjadi bentuk dasar adalah organic form (bentuk organik).
a. Bentuk-bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang saling
berhubungan satu dengan lainnya tersusun dan konsisten. Pada
umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris
terhadap suatu sumbu atau lebih.
Sketsa :

56
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

b. Bentuk-bentuk tidak beraturan adalah bentuk-bentuk yang


bagian-bagiannya tidak sama atau tidak serupa dan antara
bagian-bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk-
bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan
bentuk-bentuk beraturan.
Sketsa :

Ada beberapa teknik olah bentuk, yaitu;


a. Teknik Rotasi (perputaran);
Sketsa :

b. Teknik Kombinasi (gabungan)


Sketsa :

c. Teknik Pengubahan;
Additive Form (penambahan bentuk)
Terjadi penambahan bentuk lain kepada volume yang ada.
Kemungkinan-kemungkinan dasar pada dua bentuk yang
tergabung bersama adalah :
b. Adanya tarikan antara ruang atau kedua bentuk relatif
berdekatan satu dengan yang lain (memiliki kesamaan
visual seperti : wujud, bahan material atau warna).
Sketsa :

57
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

c. Pertemuan antara sisi, dua buah bentuk memiliki satu sisi


bersama dan dapat berporos pada sisi tersebut.
Sketsa :

d. Pertemuan permukaan, adanya bidang-bidang datar pada


bentuk tersebut yang terletak sejajar satu sama lain.
Sketsa :

e. Volume ruang berkaitan, kedua bentuk saling menembus


ke dalam masing-masing ruang. Bentuk-bentuk ini tidak
memiliki kesamaan visual
Sketsa :

Bentuk – bentuk dengan penambahan menurut sifat alamiah pada


hubungan yang muncul diantara komponen-komponennya maupun
konfigurasi keseluruhan adalah :
a. Bentuk Terpusat (Francis D. K. Ching, 1996: 74);
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari bentuk
dominan yang berada di tengah-tengah.

Sketsa :

58
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

b. Bentuk Linear (Francis D. K. Ching, 1996: 76);


Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur dalam satu deret dan
berulang.
Sketsa :

c. Bentuk Radial (Francis D. K. Ching, 1996: 80);


Komposisi dan bentuk linier yang berkembang keluar dan
bentuk-bentuk berpusat searah dengan jari-jarinya.
Sketsa :

d. Bentuk Cluster (Francis D. K. Ching, 1996: 82);


Bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-sama
menerima kesamaan visual.
Sketsa :

e. Bentuk Grid (Francis D. K. Ching, 1996: 87);


Bentuk-bentuk modular dimana hubungannya satu sama lain di
atur oleh grid-grid tiga dimensi.
Sketsa :

Subtractive Form ( Penggunaan Bentuk )


a. Bentuk-bentuk beraturan yang sebagian hilang dari
volume bentuk-bentuk terpotong, bentuk-bentuk tersebut
dapat mempertahankan identitas sebenarnya jika kita
menganggapnya seakan bentuk-bentuk tersebut utuh dan
lengkap.
59
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA-TUGAS AKHIR “PUSAT KESENIAN SASANDO di KUPANG”

Sketsa :

b. Bentuk-bentuk platonic solid dapat menerima secara


langsung adanya perlakuan pengurangan. Bentuk-bentuk
ini akan tetap mempertahankan identitas aslinya jika
sebagian volumenya dihilangkan tanpa merusak sisi atau
sudut serta profil secara keseluruhan.
Sketsa :

c. Keraguan atas identitas bentuk asli akan timbul jika


sabagian bentuk tersebut dihilangkan dari volume dasar
dengan merusak sisinya dan secara drastis merubah
profilnya.
Sketsa :

d. Dibawah ini contoh-contoh bentuk bujur sangkar dengan


salah satu sudutnya dihilangkan, ini berubah menjadi
sebuah konfigurasi „L‟.
Sketsa :

60

Anda mungkin juga menyukai