Dari beberapa literatur yang dihimpun, zat LSD pertama kali dibuat secara sintetis sekitar tahun 1940.Zat
tersebut digunakan untuk menghilangkan hambatan yang merintangi pada kasus kejiwaan.Halusinasi dengan
menghirup ini juga dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, seperti kaktus peyote yang dipakai oleh pribumi
Meksiko selama beberapa ratus tahun dalam kegiatan keagamaan dan hiburan.Halusinasi atau halusinogen
juga dikenal sebagai psikedelik yang dapat membuat susunan saraf pusat pengguna berubah dan sering
radikal.Akibatnya, keadaan kesadaran pengguna juga dapat mengacaukan perasaan kenyataan waktu dan
emosi.Untuk diketahui, LSD sensitif terhadap udara, sinar matahari, dan klorine, terutama dalam bentuk solutio
atau cairan tanpa warna. Zat ini akan bertahan selama satu tahun jika dijauhkan dari cahaya dan dijaga
suhunya tetap berada di bawah temperatur rendah. Penggunaan jangka panjang juga dapat mengakibatkan
sorot balik dan halusinasi yang dapat terjadi berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan.Namun,
dari beberapa literatur belum dijumpai bukti ketergantungan fisik dari gejala putus zat, meski dipakai secara
berkesinambungan.Namun, diduga dapat terjadi ketergantungan kejiwaan bagi penggunanya. Efek dari
penggunaannya sama dengan penggunaan narkoba, seperti hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi,
kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan.
Secara umum zat yang terkandung dalam penyalahgunaan lem Fox dapat merusak kesehatan
penggunanya.Bau lem yang dihirup lewat saluran pernapasan berpengaruh pada bagian pernapasan sebelum
akhirnya sampai ke otak dan menyebabkan halusinasi.
Penyalahgunaan Lem fox untuk berhalusinasi ini sudah tidak asing lagi bagi anak-anak usia sekolah, selain
harganya yang terjangkau (kisaran antara 7 – 10 ribu rupiah) dan juga mudah untuk didapatkan. Cara
melakukannya juga tidak sulit, lem fox tersebut dapat dimasukkan kedalam sebuah plastik es agar uapnya
kedap udara.Setelah itu, mereka (penyalahguna) menghisapnya hingga terasa pada saraf dan efek
berhalusinasi yang sangat kuat. Efek ketergantungan dari lem fox ini pun sangat dinamis yaitu setelah
melakukannya 1 kali, maka akan melakukannya lagi dan lagi.
Penyalahgunaan dari lem fox banyak terjadi pada anak usia sekolah dasar dan menengah. Faktor dominan
penyebab anak melakukan hal tersebut adalah dari teman ke teman menawarkan untuk mencoba menghirup
uap lem fox. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui efek dari ketergantungan tersebut yang dapat
menyebabkan menurunnya daya ingat otak dan ketidakdisiplinan pada diri sendiri akan terjadi.
0
0
Tablet PCC
Foto: Youtube
Selain PCC, beberapa obat lain yang sering disalahgunakan termasuk Tramadol,
Dextromethorpan, dan Triheksifenidil (Hexymer). Khusus untuk Flakka,
digolongkan dalam kelompok narkotika yang memiliki kandungan alpha
polyvinylpyrrolidone (PVP) dan memiliki efek stimulan serupa Amphetamine.
"Harus spesifik mengenai jenis apa yang diminum, kalau Flakka berbeda karena
termasuk golongan New Psychoactive Substances (NPS), membuat
peminumnya aktif dan memiliki energi berlebihan, tidak butuh tidur, hingga
banyak perilaku berisiko lain," kata pria yang menamatkan studi Spesialis
Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.