Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Posted by' Haryanto, S.Pd onMarch 11, 2010

89

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat
yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat
(1990: 23) adalah:

masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula
orang dewasa yang telah matang.

Pengertian Remaja
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi
Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-
remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun,
dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192)

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

Read more: Pengertian Remaja Menurut Para Ahli

Lem Aica aibon merupakan NAPZA yang sangat mudah didapat karena keberadaannya legal
(sebagai lem). Hal ini yang menyebabkan penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat cepat
perkembangannya terutama di dunia anak jalanan. Jika kita sering melihat anak-anak
jalanan yang sedang memasukkan salah satu tangannya ke dalam baju, serta
mendekatkannya ke hidung, berarti anak tersebut sedang menghirup lem Aica aibon.
Keberadaan anak-anak yang sedang teler akibat lem ini dapat kita jumpai di bawah jembatan,
pojokan-pojokan perempatan lampu merah. Anak-anak yang cenderung tidak tahu akibat
negatif dari lem ini, merasa senang setelah menggunakannya. Sesaat setelah pemakaian
mereka akan merasa “fly”, happy, bebas dari masalah mereka. (Yesi & Wely) USD

NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui
mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat
mengubah pikiran suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus
akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau psikologis. Resiko yang pasti terjadi adalah
kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ penting lainnya seperti jantung, paru-paru, dan
hati.
Istilah teler biasa disematkan bagi mereka yang lagi mabuk. Tapi anak jalanan menyebutnya
ngelem, karena sarana teler mereka adalah lem aica aibon. Untuk kawannya yang keranjingan
mabuk, akan disapa dengan mabal, beler, atau giteng, yang berarti minuman keras. Kalau
telernya karena ganja, disebut dengan cimeng atau nggelek.
Anak jalanan meniti nasib berdasarkan dua nilai yaitu kebebasan dan pengakuan. Tapi
kebanyakan masyarakat dan pemerintah melihatnya dari sisi yang terlalu naif. Bahwa kehadiran
“bunga-bunga trotoar” itu merusak keindahan kota dan menebarkan kejahatan di lampu-lampu
merah. Rasanya, hanya sedikit saja yang mau mengerti bahwa mereka juga rindu diakui
eksistensinya.
Karena keberadaan mereka yang cenderung diremehkan, mereka harus berusaha untuk mencari
kekuasaan sendiri, serta merebut kebebasan mereka yang telah dibatasi kemiskinan mereka.
Untuk menjaga keeksistensian mereka di dunia jalanan, mereka harus mengeikuti peraturan yang
beredar dijalanan, dimana yang kuat yang berkuasa, jika ingin aman lebih baik mengikuti aturan
penguasa jalanan. Karena kehidupan yang miskin ini menyebabkan anak-anak jalanan memilih
lem Aica aibon sebagai penghilang ke-stres-an mereka. Bagi anak-anak yang ingin menolak
memakai pun cenderung akan ikut-ikutan karena tertekan oleh yang diatas mereka, atau karena
tidak mau terlihat “lemah” di mata teman-teman sesama anak jalanan.
Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai penyebab penyalahgunaan NAPZA
antara lain :
1. keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai
akibatnya.
2. keinginan untuk bersenang-senang.
3. keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
4. keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok.
5. lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup.
6. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan.
7. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan NAPZA.
8. tidak dapat berkata tidakterhadap NAPZA.
Inhalansia adalah zat yang dihirup. Salah satu contohnya lem Aica aibon yang banyak dipakai
anak dan remaja karena harganya murah dan memabukkan. Zat yang ada dalam lem Aica aibon
adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit
bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem Aica aibon adalah Lysergic
Acid Diethyilamide (LSD).
Pertama kali dibuat secara sintetis pada 1940-an untuk menghilangkan hambatan yang
merintangi pada kasus kejiwaan. Halusinogen yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, seperti
kaktus peyote, telah dipakai golongan pribumi Meksiko selama beberapa ratus tahun untuk
kegiatan keagamaan dan hiburan.
Halusinogen juga di kenal sebagai psikedelik, bertindak pada susunan saraf pusat untuk
membuat perubahan yang bermakna dan sering radikal pada keadaan kesadaran pengguna; juga
dapat mengacaukan perasaan kenyataan, waktu dan emosi para pengguna.
Lysergic acid diethylamide (LSD) merupakan zat semisintetik psychedelik dari family ergoline.
LSD sensitif terhadap udara, sinar ultraviolet, dan klorine,terutama dalam bentuk solutio, dimana
zat ini akan bertahan selama 1 tahan jika dijauhkan dari cahaya dan dijaga agar suhunya tetap
berada dibawah temperature. Alam bentuk aslinya warna, bau, sangat khas. LSD dapat
didistribusi ke dalam tubuh secara intramuskular atau injeksi intravena. Dosis yang dapat
menyebabkan efek psikoaktif pada manusia yaitu 20-30 mg (mikrogram). LSD dapat digunakan
sebagai agen therapeutik yang menjanjikan.
Lysergic acid diethylamide (LSD) adalah halusinigen yang paling terkenal. Ini adalah narkoba
sintetis yang di sarikan dari jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang tumbuh pada rumput
gandum. Proses pembuatan LSD dari bahan baku membutuhkan pengetahuan dan keahlian
tehnik yang tinggi.
LSD mempengaruhi sejumlah besar reseptor pasangan protein-G, termasuk semua reseptor
dopamin, semua subtipe adrenoreseptor sama seperti lainnya. Ikatan LSD pada sebagian besar
subtipe reseptor serotonin kecuali 5-HT3 dan 5-HT4. bagaimanapun juga, hampir semua reseptor
mempengaruhi pada afinitas rendah menjadi aktif pada otak dengan konsentrasi 10-20 nm.
LSD adalah cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering di serap ke dalam
zat apa saja yang cocok seperti kertas pengisap dan gula blok, atau dapat dipadukan dalam tablet,
kapsul atau kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap
yang terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan cara ditelan.
Halusinogen lain termasuk meskalin (tanaman alami yang berasal dari kaktus peyote), pala,
jamur-jamur tertentu (yang mengandung zat psilosin dan psilosibin), dimetiltriptamin (DPT),
fensiklidin (PCP) dan ketamin hidroklorid.
Tak serupa dengan narkoba lain, pengguna LSD mendapat sedikit gagasan apa yang mereka
pakai dan efeknya dapat berubah-ubah dari orang ke orang, dari peristiwa ke peristiwa dan dari
dosis ke dosis. Efeknya dapat mulai dalam satu jam setelah memakai dosis bertambah antara 2-8
jam dan berangsur hilang secara perlahan-lahan setelah kurang lebih 12 jam.
Untuk penggunaan LSD efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan
mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara,
penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi,
disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang
dapat mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik.
Pengguna jangka panjang dapat mengakibatkan sorot balik pada efek halusinogenik, yang dapat
terjadi berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah memakai LSD.
Tidak ada bukti atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada gejala putus zat yang telah
diamati bahkan setelah dipakai secara berkesinambungan. Namun, ketergantungan kejiwaan
dapat terjadi.
Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah menggunakan, tergantung pada dosis, toleransi, berat
badan dan umur. Keberadaan LSD tidak lebih lama keberadaannya daripad obat-obat dengan
level signifikan di dalam darah.
Oleh karena itu cara termudah mencegah kematian akibat penggunaan NAPZA (khususnya
dalam hal ini lem Aica aibon) adalah tidak mulai menggunakannya sama sekali. Sekali pemakai
kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan fisik dan psikologis (yang bisa berlangsung seumur
hidup).
Keberadaan anak-anak jalanan ini tidak dapat kita hindari, tapi kita bisa menguranginya dengan
mengadakan pendekatan holistik. Akan tetapi pendekatan ini tidak akan berhasil untuk jangka
panjang, jika dari pihak pemerintah masih memandang cuek terhadap permasalahan anak-anak
jalanan ini. Semakin hari, maka semakin rusak juga intelegensi, serta moral anak bangsa…entah
berapa tahun lagi bangsa kita akan hancur, tapi jika kondisi bangsa kita terus seperti ini, maka
tidak usah diragukan lagi bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang dari segala sisi, dan
generasi Anda akan termasuk salah satunya…terima kasih pemerintahku…

Sumber :

http://hermansaksono.com/2007/12/anak-ngelem.html
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/11/21/0032.html

http://en.wikipedia.org/wiki/LSD

http://www.yakita.or.id/halusinogen.htm

pa itu “Ngelem”???
“Ngelem”? Mungkin dibayangan kita adalah memakai lem untuk menempelkan sesuatu?
Bukan!!!!!, “ngelem” yang dimaksud disini adalah menghirup uap lem, zat pelarut (thinner cat)
atau zat lain sejenisnya dengan maksud untuk mendapatkan sensasi ‘high’ atau mabuk.

Jenis-jenis inhalan
Inhalen (yang sering disebut anak jalanan “ngelem”) merupakan senyawa organic berupa gas dan
pelarut yang mudah menguap. Inhalen banyak terdapat di produk-produk seperti bensin, pernis,
aseton untuk pembersih warna kuku, lem, pengencer cat, tip-ex, semprotan, freon dan lem aica
aibon (lem aica aibon merupakan inhalen yang sering dipakai anak jalanan untuk ngelem).
Berbeda dengan jenis narkoba lain, lem sangat mudah didapatkan serta dapat didapat dengan
harga yang cukup murah.

Cara penggunaan inhalan ada beberapa cara, antara lain:


• Dihirup ( sniffing ) atau snorting dari uap / asap inhalan tersebut
• Menyemprotkan langsung kehidung atau mulut, efeknya lebih kuat.
• Bagging, menghirup atau menghisap uap/asap dari zat yang telah
• disemprotkan atau ditampung kedalam kantung plastik atau kantung kertas
• Huffing, menghisap melalui bahan kain yang telah direndam kedalam zat inhalan
• Menghisap dari balon yang telah diisi oksida nitrit

Apakah tanda-tanda pemakaian inhalen?


• Mata merah, berkaca-kaca atau berair.
• Pengucapan kata-kata yang lambat, bergumam kental dan tidak jelas.
• Terdapat noda cat pada tangan atau sekitar mulut.
• Terlihat seperti orang mabuk.
• Bau bahan kimia di dalam ruangan.
• Bau mulut yang tidak biasa

Gambaran klinis
Efek yang ditimbulkan dari menghirup uap lem itu sendiri hampir mirip dengan jenis narkoba
yang lain yakni menyebabkan halusinasi, sensasi melayang-layang serta rasa tenang sesaat meski
kadang efeknya bisa bertahan hingga 5 jam sesudahnya. Efek lain yang bisa ditimbulkan dari
kegiatan “ngelem” ini sendiri antara lain adalah tidak merasakan lapar meskipun sudah waktunya
makan karena ada penekanan sensor lapar di susunan saraf di otak.

Inhalen mengandung bahan-bahan kimia yang bertindak sebagai depresan. Depresan


memperlambat sistem syaraf pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan anggota badan dan
konsentrasi pikiran. Inhalen mempengaruhi otak dengan kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih
besar dari zat lain, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan mental yang tidak dapat
disembuhkan.

Sama halnya dengan depresan lainnya, inhalen ini juga menyebabkan penggunanya dalam
kondisi kecanduan. Ketika pemakaian inhalen berlanjut selama beberapa waktu, si pemakai akan
mengalami reaksi toleransi terhadap inhalen. Hal ini berarti, si pemakai akan membutuhkan
pemakaian inhalen yang semakin sering dan dengan jumlah yang lebih besar untuk mencapai
efek yang diinginkan. Selain membahayakan diri sendiri, pengguna inhalen juga bisa
membahayakan orang lain. Karena zat depresan ini, bisa menyebabkan seseorang bersifat agresif
dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain.

Dalam dosis awal yang kecil inhalen dapat menginhibisi serta menyebabkan perasaan euphoria,
kegembiraan, dan sensasi yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat
berupa rasa ketakutan , ilusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual dan distorsi ukuran tubuh.
Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang tidak tak jelas (menggumam, penurunan kecepatan
bicara dan ataksia).

Salah satu komponen dalam inhalan yang berbahaya adalah pelarut solvent, yakni cairan yang
dalam suhu ruangan mudah sekali menguap. Dalam hal ini yang terdapat dalam lem adalah
benzil alkohol yang sifatnya sangat mudah menguap. Ketika terhirup, uap pelarut (solven) ini
hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk mencapai kadar toksik atau beracun. Sistem
organ yang diserang adalah otak dan saraf, khususnya yang berhubungan dengan jantung dan
pernapasan.

Efek dari “Ngelem”


Efek jangka pendek yang dirasakan saat menghirup uap solven meliputi gejala-gejala sebagai
berikut:
1) Denyut jantung meningkat
2) Mual-muntah
3) Halusinasi
4) Mati rasa atau hilang kesadaran
5) Susah bicara atau cadel
6) Kehilangan koordinasi gerak tubuh
Karena uap solven tersebut bisa terakumulasi di jaringan tubuh, dalam jangka panjang jika
terhirup terus menerus bisa memberikan efek jangka panjang. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Kerusakan otak (bervariasi, mulai dari cepat pikun, parkinson dan kesulitan mempelajari
sesuatu)
2) Otot melemah
3) Depresi
4) Sakit kepala dan mimisan
5) Kerusakan saraf yang memicu hilangnya kemampuan mencium bau dan mendengar suara.

Meski hanya dihirup sekali, efeknya juga bisa fatal jika telah melewati ambang batas yang bisa
ditoleransi oleh tubuh. Uap lem dan thinner bisa membunuh dalam seketika dengan mekanisme
sebagai berikut :

1. Sudden Sniffing Death


Kematian mendadak saat menghirup uap pelarut umumnya disebabkan oleh sabotase fungsi
jantung. Gejala awalnya adalah denyut nadi meningkat dan tidak teratur, lalu tak lama kemudian
berhenti untuk selamanya.
2. Asphyxia
Uap solven juga bisa mengikat oksigen di sistem pernapasan dan memicu asphyxia atau
kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
3. Sesak napas
Di kalangan anak jalanan, aktivitas ngelem sering dilakukan dengan kepala ditutup tas plastik
agar uap tidak menyebar ke mana-mana. Ketika tubuh sudah terpengaruh uap pelarut, si anak
jalanan tidak bisa melepas sendiri plastik penutup tersebut dan akan mati lemas jika tidak ada
temannya yang menolong.
4. Bunuh diri
Depresi dan halusinasi merupakan dampak serius dari uap solven. Dampak ini bisa membunuh
seseorang jika orang itu kemudian tergerak untuk melakukan bunuh diri dalam kondisi kejiwaan
yang sedang kacau.

Kesimpulan
Jadi udah tau donk bahaya “ngelem” itu. Selain merusak otak bisa menyebabkan kematian.
Sudah tau berbahaya tapi masih aja orang yang melakukannya. Kita sebagai orang-orang
terpelajar harus menghindari perbuatan yang satu ini, tidak cukup hanya menghindarinya tetapi
mengajak korban yang sudah terjerumus untuk berhenti “ngelem”. Tidak hanya “ngelem” tetapi
seluruh kegiatan berhubungan dengan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat
Adiktif) yang disalahgunakan wajib kita “perangi”. Hidup sehat diawali dari kebiasaan positif
dari diri sendiri. GBU

Pustaka :
Anonim, 20110, Kebiasaan Ngelem Bisa Bikin Mati Mendadak,
http://health.detik.com/read/2011/01/14/120359/1546435/763/kebiasaan-ngelem-bisa-bikin-mati-
mendadak?ld991103763, diakses tanggal 9 April 2011.

Ellenhorn, 1997, Medical Toxicology, Baltimore:Williams and Wilkins


risma, 2009, http://rismakhairunisa.blogspot.com/2009/02/say-no-to-inhalant-abuse.html, diakses
tanggal 29 maret 2010
http://www.usdoj.gov/dea/concern/inhalants.html
Website NIDA (National Institute of Drug Abuse) http://www.nida.nih.gov/

http://archives.drugabuse.gov/inhalantsalert/index.html

http://www.rozy.web.id/informasi/ngelem-potret-anak-jalanan/

http://buser.liputan6.com/berita/201103/322572/Dua_Remaja_Ditangkap_Saat_Ngelem

Pengasuhan Anak

Keluhan Anak

Imunisasi

ASI

Review

Seputar Kesehatan Anak

Seputar Kesehatan Anak

10 September 2013

Overview adolescent health problems and services

Objektif

1. Memahami epidemiologi dan definisi remaja


2. Memahami masalah yang dihadapi remaja
3. Memahami peran orang tua dan lingkungan dalam menghadapi masalah remaja

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan
ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang
membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-
tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun
akibat perubahan lingkungan.1

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan
pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui,
dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas
perkembangan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan
menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Beberapa perubahan yang dialami remaja adalah perubahan fisik, psikis, dan sosial.2

Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia tahun 2006, remaja
Indonesia (usia 10-19 tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk.3
Pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia diperikirakan sudah mencapai 62 juta jiwa.4 Di
Propinsi Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 jumlah remaja (usia 10-19
tahun) sebanyak 8.145.616 jiwa yang terdiri dari 51,8% laki-laki dan 48,2% perempuan.5

Remaja sering dianggap sebagai periode yang paling sehat dalam siklus kehidupan. Akan tetapi
pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi pola tingkah
laku dan jenis penyakit golongan usia remaja seperti kecelakaan, kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang yang
semuanya akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah bagi keluarga
maupun bangsa dan negara di masa yang akan datang.6
Masalah yang dihadapi remaja terutama yang berumur antara 12 - 18 tahun, dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan adalah seringkali mereka dibuat bingung karena dianggap anak sudah lewat
sehingga tidak dapat dilayani di bagian anak tetapi sebagai orang dewasa belum sampai.
Pelayanan kesehatan terhadap remaja sangat penting karena mereka harus dipersiapkan untuk
menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris bangsa.

Definisi Remaja

Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial. Untuk tercapainya tumbuh kembang remaja yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi
faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang
berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja.7,8

Masih terdapat berbagai pendapat tentang umur kronologis berapa seorang anak dikatakan
remaja. Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut
Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang
belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak
dianggap remaja bila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal sendiri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap
remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19
tahun untuk anak laki-laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila
sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.7,8

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.1 Monks, dkk
(2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.9 Menurut Stanley Hall usia remaja
berada pada rentang 12-23 tahun.10 Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa
dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi.
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yaitu masa remaja awal (10-14 tahun), menengah
(15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun). Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan cepat
pertumbuhan dan pematangan fisik. Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya
pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan
pengenalan terhadap datangnya masa dewasa, dan keinginan untuk memapankan jarak emosional
dan psikologis dengan orangtua. Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran
sebagai orang dewasa, termasuk klarifikasi tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai
pribadi.7

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah dikemukakan jauh
pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.10

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat
status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/confusion, moratorium, foreclosure, dan
identity achieved. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini
juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.9,10

Masalah-masalah Remaja

Timbulnya masalah pada remaja disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Secara
garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:11

1. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang
akan memberikan dorongan tertentu yang sangat kompleks.
2. Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu
karena ketidaktahuannya.
3. Perbaikan gizi yang menyebabkan menars menjadi lebih dini. Kejadian kawin muda masih
banyak terutama di pedesaan. Sebaliknya, di perkotaan kesempatan untuk bersekolah dan
bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita sehingga usia kawin bertambah. Kesenjangan antara
menars dan usia kawin yang makin panjang dan disertai pergaulan yang makin bebas tidak
jarang menimbulkan masalah.
4. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi sehingga sulit
melakukan seleksi terhadap informasi dari luar.
5. Pembangunan ke arah industrialisasi disertai pertambahan penduduk yang menyebabkan
peningkatan urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadi perubahan tata nilai.
Ketimpangan sosial dan individualisme sering memicu terjadinya konflik perorangan maupun
kelompok. Lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan dampak yang kurang baik
sehingga remaja menderita frustrasi dan depresi yang menyebabkan mereka mengambil jalan
pintas dengan melakukan tindakan negatif.
6. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya
penyaluran sebagai substitusi yang positif ke arah pengembangan keterampilan yang
mengandung unsur kecepatan dan kekuatan misalnya olahraga.
          Secara garis besar, masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu
masalah kesehatan fisis dan masalah perilaku yang menimbulkan kelainan fisis.6

Masalah Kesehatan Fisis

Penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada remaja tetap merupakan masalah yang harus
mendapat perhatian, sebab bila tidak ditanggulangi akan menurunkan kualitas remaja sebagai
sumber daya manusia. Beberapa penyakit yang sering dijumpai antara lain:

Akne

Merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan ditemukan pada sekitar 80%
remaja. Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar pilosebaseus yang ditandai dengan
sumbatan dan peradangan folikel. Akne berkaitan dengan masalah kebersihan kulit, pola makan,
hormonal, psikologis, dan infeksi bakteri.6

Akne paling sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada awal pubertas. Insiden akne pada
remaja bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada
perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki.12 Di poli kosmetik bagian ilmu penyakit kulit dan
kelamin RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2008, pasien baru yang berobat karena masalah
akne sebanyak 123 remaja laki-laki dan 432 remaja perempuan.13

Gangguan Pada Mata

Miop dan cedera pada mata merupakan gangguan mata yang sering ditemukan pada remaja.
Kebanyakan cedera pada mata terjadi pada remaja laki-laki. Olah raga yang sering menimbulkan
cedera pada mata adalah bulu tangkis, tenis, dan sepak bola. Kejadian tertinggi miop terdapat
pada usia 11-13 tahun, sedangkan kejadian hipermiop lebih jarang.4 Dari hasil survei pada 1219
remaja SLTP dan SLTA di Bandung tahun 1998 didapat 23,4% remaja menderita gangguan
penglihatan. Dari 4498 remaja yang datang berobat ke RS Mata Cicendo Bandung pada tahun
1998 terdapat 6,8% yang menderita gangguan penglihatan dan 49,3% di antaranya menderita
miop. Dari hasil penelitian remaja anak jalanan di Bandung tahun 1998 didapatkan 3,4%
menderita gangguan penglihatan.4

Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran merupakan gangguan kronik yang paling sering ditemukan pada remaja,
meliputi 16/100 remaja. Pada tahun 1998 di bagian THT RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
terdapat 2,5% remaja yang mengalami gangguan pendengaran dengan penyebab tertinggi adalah
otitis media perforata yang terjadi pada masa kanak-kanak. Dari hasil penelitian anak remaja
jalanan di Bandung tahun 1998 terdapat 5,7% remaja jalanan yang mengalami gangguan
pendengaran. Dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 masalah telinga
banyak pula dijumpai, gangguan telinga luar didapatkan 192/1000 kasus sedangkan otitis media
didapatkan 35/1000 kasus.4

Karies Dentis
Menurut penelitian, remaja usia sekitar 13 tahun sangat memperhatikan kesehatan giginya.
Laporan SKRT tahun 1995, kebiasaan menggosok gigi merupakan bagian pola hidup sehat.
Sebanyak 15,6% penduduk berumur 1 tahun ke atas tidak mempunyai kebiasaan menggosok
gigi, di pedesaan sebanyak 17,8% sedangkan di perkotaan 7,9%. Dari survei yang dilakukan
pada remaja SLTP dan SLTA di Bandung pada tahun 1998 ditemukan bahwa kurang lebih 30%
responden memiliki karies dentis.4

Masalah Gizi

Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat misalnya
penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, dan penurunan kesegaran
jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita banyak
masalah gizi antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT) kurang dari normal (kurus).
Prevalensi anemia pada remaja berkisar 40-88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT
kurus berkisar 30-40%. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab masalah ini. Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut akan membantu
upaya penanggulangannya.14

Masalah Perilaku

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:11

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.


2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang
dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-
perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja
bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada
pada diri remaja.15

Lebih jauh ditegaskan, proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses
pematangan psikososial. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah
merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan
bantuan, dukungan, serta perlindungan orang tua. Orang tua sering tidak mengetahui atau tidak
memahami perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara
keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan agresifitas yang
dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi. Dalam abad ke-20 lingkungan telah banyak
merubah perilaku para remaja dan banyak yang menjurus ke perilaku risiko tinggi (risk-taking
behaviour) dengan segala konsekuensi akibat dari perilaku tersebut.

Sebanyak 75% kematian pada remaja terjadi akibat faktor perilaku. Penyakit-penyakit atau
kelainan fisis yang timbul karena masalah perilaku remaja antara lain ialah: luka atau
kecelakaan, kehamilan remaja, penyakit seksual yang ditularkan, gangguan makan,
penyalahgunaan obat dan alkohol, merokok, masalah emosi, dan sebagainya; yang akan
mempengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang

Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan.
Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba
ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza
yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang
dewasa.

Survei Badan Narkotik Nasional (BNN) tahun 2003 memperkirakan mereka yang pernah
memakai NAZA di kelompok pelajar dan mahasiswa sekitar 5,8%, sedangkan yang pernah
memakai dalam setahun terakhir sebesar 3,9%. Prevalensi pada laki-laki sebanyak 4,6%, jauh
lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebanyak 0,4%. Prevalensi penyalahgunaan NAZA lebih
tinggi pada pendidikan SLTA ke atas dibandingkan pendidikan yang lebih rendah.16

Data survei dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat tahun 1997 menemukan bahwa usia
pengenalan NAZA semakin muda yaitu menghisap rokok 6 tahun, menghisap ganja pada usia 7
tahun, minum minuman beralkohol usia 9 tahun, pil-pil psikotropika usia 10 tahun, dan
pemakaian opium usia 13 tahun. Data di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya
diperkirakan 30-40% anak-anak jalanan memakai zat-zat yang mempengaruhi kerja otak seperti
lem, pil-pil psikotropika, alkohol, dan ganja. Alkohol merupakan substansi utama yang paling
banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor yang
merupakan penyebab utama kematian remaja. Pada tahun 1991-1995 prevalensi pemakaian
alkohol dan obat-obatan oleh remaja meningkat dua kali yaitu dari 11% menjadi 21%.6

Centers for Disease Control and Prevention pada tahun 1995 memperkirakan sekitar 5 juta
orang berusia kurang dari 17 tahun meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan
rokok.17 Jumlah perokok dari kalangan remaja Indonesia akhir-akhir ini mengalami peningkatan.
BPS mencatat pada tahun 2004 perokok aktif dari kalangan anak-anak ada pada kisaran usia 13-
15 tahun dengan jumlah 26,8 % dan pada kisaran 5-9 tahun sebanyak 2,8 %. Komnas
Perlindungan Anak mendapatkan data tentang faktor penyebab daya tarik remaja terhadap rokok.
Diperoleh data, 99,7 % remaja terpengaruh untuk merokok setelah melihat iklan rokok di
televisi; 87,7 % setelah melihat iklan rokok di luar ruang; 76,2 % setelah melihat iklan rokok di
koran dan majalah, dan 81 % setelah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.18
Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu
karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan
lingkungan, maupun untuk kompensasi.10

 Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan y ydari orang tua, supervisi,
kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan
perpisahan orang tua.
 Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol ydan obat-obatan sebagai
simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan
kepuasan hedonis, dll.
 Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, yagresif, orang yang
memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
 Cinta dan Hubungan Heteroseksual
 Permasalahan Seksual
 Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
 Permasalahan moral, nilai, dan agama

Lain halnya dengan pendapat Smith & Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan
perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku
berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan
narkoba.15

Tipe Usia (tahun) Karakteristik Dampak


Memperhatikan
Masa pubertas, tahapan fisik dan
Remaja dini 10-13 hubungan dengan seksual, rasa tanggung
teman, kognisi konkret jawab, interaksi dengan
alat verbal dan visual
Muncul dorongan Menarik lawan jenis
seksual, perubahan kebebasan bertambah,
Remaja pertengahan 14-16
perilaku, kebebasan, sikap ambivalen, ego
kognisi abstrak belum stabil
Hubungan individual,
lebih terbuka,
Kematangan fisik,
memahami tanggung
saling berbagi rasa,
Remaja Akhir 17-21 jawab, memahami
edealis, emandipasi
tanggung jawab, paham
mantap
tujuan hidup, paham
kesehatan.

Kecelakaan

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang timbul akibat kesengajaan (intentional injury) maupun
ketidaksengajaan (unintentional injury), dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan usaha
pencegahan atau pengendaliannya. Di negara berkembang kematian remaja karena kecelakaan
telah menjadi saingan utama kematian akibat penyakit infeksi.19

Di Indonesia berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional tahun 2001, kecelakaan menempati
urutan keenam dari 10 penyakit penyebab kematian berbagai usia. Insiden kecelakaan pada anak
dan remaja meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1986 terdapat 3.197 kecelakaan di jalan
raya dan 1.078 kecelakaan rumah tangga. Tahun 1987 meningkat menjadi 17.741 kecelakaan di
jalan raya dan 6.219 kecelakaan rumah tangga. Tahun 1989 terjadi peningkatan angka kejadian
sebanyak dua kali lipat yaitu 41.778 kecelakaan di jalan raya dan 13.618 kecelakaan rumah
tangga yang disebabkan oleh terjatuh, keracunan, tertelan benda asing dan tenggelam. Penelitian
oleh Soetjiningsih (1996) di unit emergensi RS Sanglah Bali selama periode satu tahun mulai 1
Januari sampai 31 Desember 1996 terdapat 14.881 kasus kecelakaan; 4.801 kasus (32,3%)
ditemukan pada usia kurang dari 18 tahun.6 Dari laporan Polda Jabar, pelanggaran lalu lintas
termasuk kebut-kebutan yang dilakukan remaja dengan rentang usia 11-21 tahun mencapai
17,8%, sedangkan remaja yang mengalami kecelakaan lalu lintas mencapai 22,6% dari seluruh
korban kecelakaan di Jabar tahun 1998.

Dari semua jenis perilaku yang bersifat merusak pada remaja, bunuh diri merupakan yang paling
tragis. Gangguan perilaku biasanya muncul akibat frustasi, timbul rasa bersalah, dan kemarahan
yang tidak tersalurkan.

Hubungan Seksual Pra Nikah

Salah satu bentuk perilaku risiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah masa remaja adalah
perilaku yang berkaitan dengan seks pra nikah. Angka statistik tentang deviasi (penyimpangan)
perilaku seks pra nikah anak remaja dari tahun ke tahun semakin besar. Era tahun 1970,
penelitian mengenai perilaku seks pra nikah menunjukkan angka 7-9%. Dekade tahun 1980,
angka tersebut meningkat menjadi 12-15%. Berikutnya tahun 1990 meningkat lagi menjadi
20%.20

Di era sekarang ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta
menemukan 26,35% dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual pra nikah
dimana 50% nya menyebabkan kehamilan. Di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan pantauan
Dinas Kesehatan tahun 2006, sekitar 44% calon pengantin baru yang melakukan tes kehamilan
telah diketahui positif hamil.20

Data nasional survei keluarga tahun 1982 sebanyak 65% perempuan muda menggunakan
kontrasepsi yang tidak efektif atau tanpa kontrasepsi sewaktu melakukan hubungan seks
pertama, kejadian tersebut menurun menjadi 41% pada tahun 1988.6 Penelitian oleh Pusat
Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI tahun 1990 terhadap siswa-siswa
SMA di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja
untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film
(54,3% di Jakarta dan 49,2% di Yogyakarta). Adapun motivasi utama melakukan senggama
adalah suka sama suka (76% di Jakarta dan 75,6% di Yogyakarta), pengaruh teman, kebutuhan
biologis 14-18% dan merasa kurang taat pada nilai agama sebanyak 20-26%.6,20
Kawin Muda

Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar risiko yang dihadapi ibu dan anak.
Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah angka kematian ibu. Angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi. Laporan UNICEF tahun 2001 menyebutkan angka kematian ibu rata-rata
dari tahun 1980-1999 adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil SKRT 1995
menunjukkan penurunan angka kematian ibu sampai 373 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa
penyebab utama kematian tersebut adalah tidak tersedianya perawatan ibu dengan baik, jarak
kelahiran yang terlalu berdekatan, dan pernikahan dini.6

Sebuah survei tahun 1995 mendapatkan 21,5% perempuan Indonesia yang perkawinan
pertamanya dilakukan pada usia 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan
melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase
terbesar kawin muda terdapat di propinsi Jawa Timur 40,3%, Jawa Barat 39,6%, dan Kalimantan
Selatan 37,5%.6

Aborsi

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai saat ini. Data
tentang kejadian aborsi dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh karena menurut
Undang-Undang No.23 tentang kesehatan pasal 15, tindakan aborsi tanpa indikasi medis
merupakan tindakan ilegal dengan ancaman denda dan hukuman penjara bagi pelakunya. Survei
Depkes tahun 1995/1996 pada remaja belum menikah berusia 13-19 tahun sebanyak 1189 orang
di Jawa Barat dan 922 orang di Bali menemukan 7% remaja perempuan di Jawa Barat dan 5% di
Bali mengakui pernah terlambat haid atau hamil. Dan 10.981 pengunjung klinik KB di
Yogyakarta, menurut data sekunder tahun 1996-1997 terdapat 19,3% yang datang dengan
kehamilan tak dikehendaki dan telah melakukan tindakan pengguguran kandungan dengan
sengaja secara tidak aman sekitar 2% berusia <22 tahun.21

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika
dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan
seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya
mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja.20,22

Infeksi Menular Seksual

Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap berbagai ancaman
risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi termasuk
peningkatan ancaman HIV/AIDS. Depkes RI menunjukkan bahwa sampai Maret 2008 pengidap
HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja.4 Sampai dengan tahun 2004 kasus AIDS di
Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%),
umur 5-14 tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%).
Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup
berarti, dari 14 kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005.23
Data penyakit infeksi menular seksual (IMS) remaja yang berobat ke RSHS tahun 1998 adalah
19 kasus pria, dan 20 kasus perempuan dari total kunjungan pasien baru 483 orang.6 Pada remaja
pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore dan pada perempuan adalah bakterial vaginosis.3 Di
RS Pirngadi Medan selama 2 tahun (1993-1994) untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat
35,4% pada kelompok usia 20-24 tahun. Di RS Dr. Kariadi Semarang selama 4 tahun (1990-
1994) tercatat 3.803 kasus IMS pada unit rawat jalan, 1325 kasus (38,8%) diderita oleh remaja
berusia 15-24 tahun. Di RSUP Sanglah Denpasar tercatat 59,1% penderita IMS pada tahun 1995-
1997 adalah kelompok remaja.24

Peningkatan kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang
IMS dan kurangnya kesadaran remaja untuk menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Remaja percaya bahwa IMS dapat dicegah
dengan cara meningkatkan stamina dan meminum antibiotik sebelum berhubungan seks.

Pelayanan Kesehatan Remaja

Dalam keadaan sehat maupun sakit para remaja perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif. Pelayanan kesehatan bagi remaja sebaiknya terpisah dengan pelayanan lainnya.
Pelayanan tersebut memerlukan keterlibatan yang penuh dari para remaja sendiri, orang tua,
petugas kesehatan yang profesional dan masyarakat.8 Selama ini perhatian masyarakat hanya
tertuju pada upaya peningkatan kesehatan fisik remaja semata tapi kurang memperhatikan faktor
non-fisik. Kurangnya perhatian pada faktor non-fisik dapat menyebabkan seorang remaja hanya
sehat fisiknya saja, namun secara psikologis rentan terhadap stres (tekanan hidup).

Pada hakekatnya inti pelayanan kesehatan kepada remaja meliputi: 1) bimbingan yang berlanjut
untuk mencegah terjadinya morbiditas baru 2) melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau
kesehatan mereka, 3) menilai dan memantau proses biologis pubertas remaja dengan berbagai
keluhan yang mungkin timbul. Klinik kesehatan juga berfungsi sebagai sarana deteksi dini dan
mengatasi masalah perilaku beriko tinggi remaja yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Hal yang perlu diperhatikan dari klinik remaja adalah tersedianya petugas kesehatan yang
menaruh perhatian penuh untuk membantu remaja yang mempunyai masalah kesehatan jiwa dan
raga. Di Klinik Kesehatan dapat dilakukan skrining masalah remaja tentang kehidupan di rumah,
tingkat pendidikan, masalah seksualitas), penyalahgunaan narkoba, pelayanan kesehatan raga
dan penyuluhan. Petugas kesehatan dalam melakukan pendekatan kepada remaja harus bersikap
empati, menghindari sikap curiga, sehingga mampu memberikan jaminan kerahasiaan seperti
remaja yang memiliki kasus kekerasan seksual dan upaya bunuhdiri.25 Saat ini masih sedikit
klinik khusus kesehatan remaja, sehingga para remaja yang memiliki masalah psikososial
diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater terdekat.

Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di masyarakat bisa dikembangkan untuk
mempunyai divisi khusus yang menangani permasalahan remaja. Pembentukan klinik kesehatan
remaja agaknya bisa menjadi solusi mengatasi makin tingginya remaja yang terkena penyakit
infeksi seksual menular dan penyakit lain akibat penyalahgunaan narkoba. Melalui klinik khusus
tersebut, remaja bisa mengungkapkan persoalannya tanpa takut-takut guna dicarikan solusi atas
masalahnya tersebut.8
Peran Orang Tua dan Llingkungan

Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu
pihak dapat merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yang terus
menerus dapat membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu
cara pendekatan yang komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru, maupun masyarakat
sekitar agar memahami perkembangan jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat
tertanggulangi.

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan
dibahas diatas terdapat pula masalah-masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan
remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu
mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi
bangsa. Ditangan remaja-lah masa depan bangsa ini digantungkan.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin
meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain:26

Peran Orangtua

 Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
 Membekali anak dengan dasar moral dan agama
 Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua–anak
 Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
 Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam yhal menjaga lingkungan
yang sehat
 Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
 Hindarkan anak dari NAPZA

Peran Sebagai Pendidik

Orang tua hendaknya menyadari banyak tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan
dialami remaja. Untuk itu orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak.
Nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan
benteng mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Agar kelak remaja dapat
membentuk rencana hidup mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab, orang tua perlu
menanamkan arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di
sekolah, di luar sekolah, serta di dalam keluarga.

Peran Sebagai Pendorong

Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari orang
tua. Terutama saat mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka. Pada saat
itu, orang tua perlu menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi
masalah, serta tidak gampang menyerah dari kesulitan.

Peran Sebagai Panutan


Remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orang tua perlu memberikan contoh dan
teladan, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat.
Peran orang tua yang baik akan mempengaruhi kepribadian remaja.

Peran Sebagai Pengawas

Menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku remaja agar
tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam kenakalan remaja dan
tindakan yang merugikan diri sendiri. Namun demikian hendaknya dilakukan dengan bersahabat
dan lemah lembut. Sikap penuh curiga, justru akan menciptakan jarak antara anak dan orang tua,
serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan anak dan remaja.

Peran Sebagai Teman

Menghadapi remaja yang telah memasuki masa akil balig, orang tua perlu lebih sabar dan mau
mengerti tentang perubahan pada remaja. Perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh
dari ketegangan atau ucapan yang disertai cercaan. Hanya bila remaja merasa aman dan
terlindung, orang tua dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak bicara atau
bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah mereka.

Peran Sebagai Konselor

Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit
dalam mengambil keputusan bagi dirinya. Orang tua dapat memberikan gambaran dan
pertimbangan nilai yang positif dan negatif , sehingga mereka mampu belajar mengambil
keputusan tebaik. Selain itu orang tua juga perlu memiliki kesabaran tinggi serta kesiapan mental
yang kuat menghadapi segala tingkah laku mereka, terlebih lagi seandainya remaja sudah
melakukan hal yang tidak diinginkan. Sebagai konselor, orang tua dituntut untuk tidak
menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja yang bermasalah tersebut.

Peran Sebagai Komunikator.

Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan remaja, dapat menciptakan
komunikasi yang baik. Orang tua perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi arif.
Menciptakan rasa aman dan telindung untuk memberanikan anak dalam menerima uluran tangan
orang tua secara terbuka dan membicarakan masalahnya. Artinya tidak menghardik anak.

Peran Guru

 Bersahabat dengan siswa


 Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
 Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada y ykegiatan ekstrakurikuler
 Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
 Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
 Meningkatkan disiplin sekolah dan sanksi yang tegas
 Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru, dan sekolah lain
 Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
 Mewaspadai adanya provokator
 Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
 Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang ysecara sehat adalah hal
fisik, mental, spiritual dan sosial
 Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA

Peran Pemerintah dan masyarakat

 Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti


 Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas yanak melalui olahraga dan
bermain
 Menegakkan hukum, sanksi, dan disiplin yang tegas
 Memberikan keteladanan
 Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya ysecara tegas
 Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan

Peran Media

Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia)
Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk
remaja

Kesimpulan

Situasi masalah kesehatan remaja di tiap negara berbeda-beda dan terdapat kesulitan dalam
mengumpulkan data tentang masalah remaja termasuk di Indonesia. Survei data dasar mengenai
keadaan kesehatan remaja umumnya diperoleh melalui informasi yang tidak langsung misalnya
melalui wawancara terhadap orangtua. Adanya keterbatasan jumlah populasi remaja yang
disurvei kurang bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Belum didapat kesepakatan
yang jelas antara semua instansi mengenai batasan usia remaja sehingga diperoleh data yang
berbeda dengan penggolongan usia yang berbeda-beda pula. Survei atau penelitian masalah
remaja yang dilakukan secara nasional masih belum ada atau masih sedikit sekali dibandingkan
dengan negara maju.

Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena
pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan pelayanan
medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan
psikologik, menghindari terjadinya perbedaan pendapat antar para profesional yang terlibat,
mempermudah dalam memeriksa kesehatan remaja secara komprehensif dan akan
menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada. Tim spesialis
yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan
gangguan makan, tim penyalahgunaan obat terlarang dan tim untuk menyelesaikan masalah stres
dan bunuh diri.

Daftar Pustaka
1. Widianti E. Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok, penyimpangan seks pada remaja,
dan bahaya penyalahgunaan minuman keras/narkoba. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran; 2007. Hurlock EB. 
2. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh
Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Penerbit Erlangga; 1991.
3. Redaksi Sinar Baru Indonesia. Lebih 1,2 juta remaja Indonesia sudah lakukan seks pra nikah.
2008. [diunduh 7 April 2009]. Tersedia dari: http://hariansib.com
4. Jamela AR. Remaja Indonesia masih sangat membutuhkan informasi kesehatan reproduksi.
2008. [diunduh 7 April 2009]. Tersedia dari: http://www.kesrepro.info
5. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Jawa Barat dalam angka; 2008.
6. Soelaryo TS, Tanuwidjaya S, Sukartini R. Epidemiologi masalah remaja. Dalam: Narendra MB,
Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh ING, Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang
anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002. h. 171-9.
7. Pardede N. Masa remaja. Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh ING,
Wiradisuria S, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002. h.
138-70.
8. Soetjiningsih. Pertumbuhan somatik pada remaja. Dalam: Soetjiningsih, 8. penyunting. Tumbuh
kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h 1-38.
9. Mongks FJ, Knoers AMP, Haditono SR. 9. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya. 2000. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
10. Santrok JW. 10. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2003.
11. Gunarsa SD. 11. Psikologi perkembangan: anak dan remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia; 1989.
12. Pindha IS. Akne vulgaris. Dalam: Soetjiningsih, penyunting. Tumbuh 12. kembang remaja dan
permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h 107-18.
13. Catatan Rekam Medis Poli Kosmetik Bagian Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 13. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung. 2008.
14. Permaisih. Status gizi remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi. 2003. [diunduh 14. 14
Maret 2009]. Tersedia dari: http://digilib.litbang.depkes.go.id
15. Fagan R. Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other 15. Substance Use
Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families.
Vol.14. No.4.326-333. [diunduh 30 Mei 2009]. Tersedia dari:
http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 pada 18 April 2008
16. Badan Narkotik Nasional Republik Indonesia. Kumpulan hasil-hasil 16. penelitian
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tahun 2003-2006. Puslitbang & Info
Lakhar BNN; 2007.
17. Holland C, Brown RT. Adolescent medicine secrets. Philadelphia: Hanley & 17. Belfus; 2002.
18. Harian Umum Pelita. Perlukah rokok diharamkan. [diunduh 31 Maret 2009]. 18. Tersedia dari:
http://www.rokokpelita.com
19. Dhamayanti M. Kecelakaan pada remaja. Dalam: Soetjiningsih, penyunting. 19. Tumbuh
kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h 267-75.
20. Mardiya. Menangani persoalan remaja. [diunduh 14 Maret 2009]. Tersedia 20. dari:
http://www.kulonprogokab.go.id
21. Azhari. Masalah abortus dan kesehatan reproduksi perempuan. [diunduh 21. 14 Maret 2009].
Tersedia dari: http://obgyn_unsri.org
22. Situmorang A. Adolescent reproductive health in Indonesia. [diunduh 14 22. Maret 2009].
Tersedia dari: http://starh.usaid.or.id
23. Wirawan DS, Sadjimin T, Machfud S. Pola perkembangan seksual sekunder 23. siswa laki-laki
sekolah dasar di Kotamadya Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran. 2002;34:155-6.
24. Duarsa NW. Remaja dan infeksi menular seksual. Dalam: Soetjiningsih, 24. penyunting. Tumbuh
kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h. 147-53.
25. Suara Karya 1 Agustus 2005 halaman 15. Perlunya dibentuk klinik kesehatan 25. remaja.
26. Peran orang tua dalam pembinaan remaja. [diunduh tanggal 1 Juni 2009] 26. Tersedia dari:
http://prov.bkkbn.go.id/jabar/article_detail.php?aid=8

Anda mungkin juga menyukai