Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS TUTUR DALAM VIDEO VLOG DENGAN TEORI

“SPEAKING” DELL HYMES

OLEH :

1. KRISTANTI PURNAMI 1600025017


2. NISA NUR FADHILA 16000250
3. WIJAYANTI DWI LESTARI 1600025027

SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA, BUDAYA, DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Suatu kenyataan bahwa manusia
mempergunakan bahasa sebagai alat vital dalam kehidupan. Bahasa adalah salah satu ciri
pembeda utama manusia dengan makhluk lainnya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerjasama,
berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993 : 1).
Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa
pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun emosi secara langsung. Maka, dalam setiap
proses komunikasi ini terjadilah apa yang disebut peristiwa tutur (speech event). perlu
diketahui bahwa peristiwa tutur dan tindak tutur dipakai dalam masyarakat tutur.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah peristiwa tutur itu?
2. Bagaimanakah peristiwa tutur dalam dalam video vlog “Makanan Legendaris Solo
#2”?

C. Tujuan
Mengetahui secara garis besar mengenai peristiwa tutur.
Mengetahui bagaimana proses terjadinya peristiwa percakapan dalam sebuah video
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peristiwa Tutur


Secara etimologi, peristiwa tutur adalah proses terjadinya atau berlangsungnya interaksi
linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur
dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, didalam tempat, waktu dan situasi tertentu
yang diorganisasi secara sistematis untuk menyampaikan gagasan atau untuk mencapai
tujuan. (Abdul Chaer2007: 67).
Sebuah percakapan dapat disebut sebagai peristiwa tutur jika memenuhi syarat seperti
yang disebutkan diatas. Sebuah peristiwa tutur terdiri atas 16 komponen tutur, Dell
Hymes mengklasifikasikan 16 komponen itu menjadi 8 komponen besar yang
dirangkaikan menjadi akronim “SPEAKING”. Kedelapan komponen itu adalah :
S : Setting and Scene
P : Participant
E : End (purpose and goal)
A : Act Scene
K : Key (Tone or Spirit of Act)
I : Instrumentalities
N : Norms of interaction and interpretation
G : Genre
1. Setting and Scene
Setting adalah hal yang berkaitan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung.
Sedangkan Scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis
pembicaraan. Perbedaan variasi bahasa dalam tuturan disebabkan oleh waktu, tempat,
dan situasi tuturan yang berbeda.
2. Participants
Participants adalah pihak yang terlibat dalam tuturan, seperti pembicara dan
pendengar, atau penyapa dengan pesapa. Status sosial participants sangat menentukan
ragam bahasa yang digunakan.
3. Ends
Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Misalnya peristiwa tutur yang
terjadi di ruang kuliah, dosen berusaha menjelaskan kepada mahasiswanya, namun
terdapat mahasiswa yang datang hanya sekadar untuk memenuhi presensi kehadiran
saja.
4. Act Sequence
Mengacu pada bentuk dan isi ujaran. Bentuk ujaran mengacu pada kata-kata yang
digunakan, bagaimana penggunaan dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan
topik pembicaraan.
5. Key
Key mengacu pada nada, cara, dan semangat suatu pesan disampaikan, misal dengan
senang hati, dengan serius, atau dengan sombong. Hal ini dapat juga ditunjukkan
dengan gerak tubuh atau isyarat.
6. Instrumentalities
Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan atau
tertulis. Instrumentalities juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti
bahasa, dialek, atau fragam.
7. Norm of Interaction and Interpretation
Norm of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam
berinteraksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan
sebagainya. Selain itu juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari
lawan bicara.
8. Genre
Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaiannya, seperti narasi, puisi, pepatah,
doa, dan sebagaimya.

B. Transkrip video “Makanan Legendaris Solo #2”


Ria : Huwah, pagi. aku tuh semalam nggak bisa tidur tau nggak sih kayaknya baru
bisa tidur jam tiga gitu, tapi untungnya aku bisa bangun pagi, aku hari ini pake
yang mana ya ? ini atau ini? Pake yang ini ya, hehe. Seneng banget deh. E, Solo?
bagus banget kalo pagi, udah terang banget gitu loh, nih, tuh.
Abin : Rey, kesiangan bangun
Ria : Setelah makanan legendaris Semarang, Jakarta, sekarang makanan legendaris
Solo. Setelah ada gapura, kalo kalian liat gapura, itu langsung masuk kesini,
kedainya ada di dalem sana, jalan lurus aja dan kemudian… aduh ada ini lagi

Abin : Salah fokus terus

Ria : Pak aku mau dong, berhubung tengkleng yang aku mau belom buka jadi ya aku
ngemil wedang ronde aja dulu, hehehe. Jan aku suka kacangnya, ini pagi-pagi
kalo lagi sakit perut em makan ginian kayaknya sembuh deh, soalnya jahe, kita
belek ya. Ini sebenernya bisa panas bisa dingin tapi aku panas karna kalo jahe
lebih enak panas deh, ini sayang kalo nggak diabisin, cheerrss, dah, makasih pak
atas traktirannya, hahaha, makasih pak. Oke ini patokannya ya, dari yang tadi
gapura ini kalian kan masuk, ni ada gang ini kalian masuk jalan kucluk kucluk
kucluk kucluk ini yang tadi aku makan wedang ronde, ini dia taraaaa. Aku mulai
dari tengkleng bu Edi yang udah ada dari tahun 1971, karena dalam waktu dua
jam udah abis jadi lebih baik kalian tu dateng lebih cepat buat antri, pas udah
sampai kalian ke pedagangnya untuk minta nomer antrian, nanti mereka bakal
panggil sesuai nomer antriannya tinggal samperin mbaknya dan bilang kalian
maunya apa, bahaya… kalo ngiler jauh di Solo. Wah pedes men.

Abin : Cabe bukannya gula

Ria : Tadi aku mau ati ampela tapi kosong, jjan… woah… gila lembutnya parah sih,
ini tu awalnya mereka tu jualannya jalan kaki gendong-gendong terus di keliling
pasar klewer tapi kalo sekarang dia mendiam gitu, capek men jalan kaki, ehehe.
Ada lidahnya, gede banget ya, gila enak banget men, ya..Tuhan. Seriusan aku
nggak paham lagi sama rasanya ini tu terlalu nikmat dijelasin pake kata-kata asli.
Tipsnya kalo makan ini jangan pake baju putih, soalnya kalo kena nggak ilang, ya
Tuhan ini surganya Solo sih, ini yang paling favorit, aku bisa melihat kalian dari
sini. Karna ini Cuma ada di Solo, nambah lagi wajarlah, alesan, jjan…aduh, kalo
kalian ke Solo jangan lupa nyobain yang ini ya. Liat deh lima belas menit
kemudian tengklengnya cuma tinggal segini, bayangin. Selanjutnya, karena udah
kenyang jadi sekarang ngemil dulu ya, ehehe… ngemil surabi. Padahal ini tadi
lagi panas banget loh, medadak ujan masak, ya tapi ini tinggal gerimisnya sih.
Makanan legendaris yang nomor dua ini ada di daerah mohammad yamin,
taraaa… itu dia sebelah kanan. Mereka cuma ada dua kursi panjang untuk makan
di tempat, karena kebanyakan konsumen tuh dibawa pulang, surabi ini udah jadi
favorit selama empat generasi waw… selain itu mereka juga jual cemilan tapi ya
aku udah pasti mau coba surabinya lah, untuk harga preeees, kalian bisa catet
sendiri ya. Cuma ada rasa original sama rasa coklat aku mau coba yang original
dulu, jjan… eum… berasa banget, bedanya sama aku yang aku makan waktu itu,
kalo yang ini lebih tipis dan lebih lembut sih dan santennya berasa banget sih, fix
aku mau bawa pulang buat oleh-oleh. Ini cuma bertahan 24 jam, jadi kalian lebih
baik beli dihari terakhir. Waaa… coklatnya, jjan… surga dunia ini, surga dunia
dan racun dunia ehehe.. ini bikin nagih sih asli. Coklatnya tuh nggak terlalu
manis, santennya masih tetep berasa gitu, ini santen kan ?

Abin : Terigu, kelapa, santen sama jahe

Ria : Ckck.. jangan bikin-bikin bodoh orang dong, ayok kita ketempat yang ketiga.

Curut : Hole, aku mau makan enak

Ria : Makanan legendaris yang ketiga ada di daerah Solo baru, semalem tuh aku
nggak bisa tidur gara-gara ngebayangin makanan ini, dari yang aku makan surabi
itu kalian bisa naik becak, tapi kasian abangnya soalnya lumayan rada jauh, bisa
juga jalan kaki kayak aku, eh ahaha, enggak deh naik mobil. Warung makan yu
Sani buka jam setengah lima sore. Ini aku dateng persis di jam buka, biar nggak
kena antri, ini isinya ada labu, suwiran ayam dan teman-temannya, dan yang
paling menarik tampilan cabenya ini loh, tetep ya fokusnya ke cabe. Sebenernya
tadi ada ceker, kepala ayam, em terus ada tahu tempe bacem, tapi aku pake usus,
ini ada labunya, ayamnya, sama ini ada.. ??? ibu ini apasih bu?

Penjual : Itu Namanya areh

Ria : Areh?

Penjual : Santen
Ria : Santen! A… aku mau coba ususnya sama santennya, kita coba rawitnya

Curut : Whaat

Ria : Aku suka rawitnya, gak pedes, e pedes tapi gak terlalu pedes

Curut : Maksudnya apa? Apa? Apa?

Ria : Kita coba ya labu sama ayamnya, woah… ini bahkan labunya aja enak si, ini
Curut biar kamu cepet gede, ini dia berani banget sih main santennya, banyak
banget, berasa banget santennya dan ayamnya digodognya selama lima jaman itu,
lima jam- an bukan lima jaman ya, cie.. yang gagal ngecengin, ihi. Ini satu sendok
kesederhanaan tapi pehuh kebahagiaan, ini rawit yang udah direbus, ini juga usus
yang udah direbus nggak digoreng, asli aku bakal kangen sama Solo. Ibu aku mau
satu lagi ya, makan sini, sama kayak tadi.

Abin : Emang banyak dia bu, dia makannya, enak banget?

Ria : Heem, banget. Jadi sepanjang jalan ini, dari sini kesana sama kesana itu
semuanya jualan batik, jadi disini tu kalian bisa nyari batik yang kalian mau
kayak gimana, terus bisa belajar batik juga kalo kalian mau, e untuk biaya tiap
tokonya beda-beda sih, jadi aku nggak bisa sebutin patokannya berapa harganya,
mumpung lagi di Solo aku mau belajar membatik.

Pelayan : Belajar batik ada di belakang kak, kalo dewasa 50000 ribu, kalo anak-anak
25000 ribu

Abin : Berarti lo 25 Rey

Ria : Eeh, gue dewasa ya

Abin : Bahkan lo 15 ribu, lo bayi, aduh kaget gue

Ria : Ini ruang kerja mereka, jenis batik ada yang tulis dan batik cap, ada juga batik
klasik dengan motif pakem, sebelum belajar aku tuh dikasih semacem celemek
biar baju aku nggak kotor, abis itu ibu kasih beberapa contoh gambar, karna
pemula ya aku pilih yang gampang ya dan aku mulai polanya sesuai contoh tapi
aku motif dikit-dikit lah, setelah itu aku diajarin pake canting.
Pelatih : Ambil langsung gini, jangan gini terus nanti cepet abis

Ria : Siap! Jadi ini ambilnya dikit aja, terus tinggal ikutin garis pola yang dibikin
tadi, serius ini nggak semudah yang terlihat. Berhubung ini bisa dibawa pulang,
jadi aku tulis nama aku buat dikirim ke GD, hahaha. Becanda, tahap selanjutnya
mewarnai, aku Cuma dikasih tiga warna merah, biru, sama kuning. Tips, jangan
ada warna putih di kanvasnya ya, abis itu kasih ke ibunya, dan ini tahap terakhir,
kanvasnya akan dicelupin ke sir dan di diemin sebentar, setelah itu kanvasnya
dicuci terus disiram pake air panas, ini tu supaya canting warna emas yang aku
lukis-lukis tadi itu tu ilang, nah warna emasnya itulah yang akan jadi warna putih,
itulah kenapa kanvasnya harus diwarnai semua, abis itu dicuci lagi untuk terakhir
kalinya, taraaa… bagus nggak.

C. Analisis Transkrip Menggunakan Teori Dell Hymes


1. S (Setting and Scene)
Setting tempat yang digunakan dalam pertuturan tersebut adalah di pasar Klewer,
warung makan tengkleng Bu Edi, Toko surabi Notosuman daerah Ahmad Yani
Surakarta, warung nasi liwet yu Sani dan Kampung wisata batik Solo. Setting suasana
yang terdapat dalam pembuatan video tersebut adalah keceriaan dan penuh semangat,
sedang setting waktu yang digunakan adalah pagi dan siang hari.
2. P (Participant)
Participant atau pendengar yang terlibat di dalam video tersebut adalah :
a. Abin : “Rey, kesiangan bangun!”;
“Salah fokus terus”;
“Cabe bukannya gula!”;
“Terigu, kelapa, santen sama jahe”;
“Emang banyak dia bu, dia makannya, enak banget?”;
“Berarti lo 25 Rey”;
“Bahkan lo 15 ribu, lo bayi, aduh kaget gue”.
b. Curut : “Hole, aku mau makan enak”;
“Whaaat?”;
“Maksudnya apa? Apa? Apa?”.
c. Penjual tengkleng : “Itu Namanya areh", “Santen”.
d. Pelayan toko batik: “Belajar batik ada di belakang kak, kalo dewasa 50000 ribu,
kalo anak-anak 25000 ribu”
e. Pelatih membatik : “Ambil langsung gini, jangang gini terus nanti cepet abis”
Dalam berbicara kepada participant, pesapa tidak menggunakan bahasa khusus.
Pesapa hanya menggunakan bahasa Indonesia yang biasa digunakan sehari-hari,
bukan bahasa Indonesia resmi.
3. E (End : purpose and goal)
Tujuan yang ingin disampaikan dari pertuturan tersebut antara lain adalah adanya
komunikasi verbal untuk megeksplor kuliner yang ada di Solo, dari makanan
pembuka, makanan utama dan juga makanan penutup. Selain megeksplor makanan,
dieksplor pula hal yang menjadi ciri khas dari kota Solo, yaitu batik.
4. A (Act Sequence) dalam vlog "makanan legendaris solo" ada berupa lokusi,
perlokusi, dan ilokusi.

-Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut
sebagai The Act of Saying Something. Contoh : Itu namanya Areh? Areh? Iya, Santen. Santen!
A… aku mau coba ususnya sama santennya, kita coba rawitnya.

Kalimat diatas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan


sesuatu. Informasi yang diutarakannya adalah arti kata Areh dalam bahasa Indonesia yaitu
Santen .

-Perlokusi adalah sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya
pengaruh, atau efek bagi yang mendengarkannya. Contoh : Ambil langsung gini, jangan gini terus
nanti cepet abis.

Kalimat diatas bila diutarakan oleh seseorang yang menyuruh untuk mengambil dengan
sedikit demi sedikit agar tidak cepat abis. Kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk memohon
maaf dan perlokusinya (efek) yang diharapkan adalah orang yang menggunakannya tidak
berlaku boros.
-Ilokusi yaitu tindak tutur selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh : Tipsnya kalo makan ini
jangan pake baju putih, soalnya kalo kena nggak ilang.

Kalimat diatas bila diucapkan seorang laki-laki kepada pacarnya mungkin berfungsi
untuk menyatakan kekhawatiran. Akan tetapi, bila diutarakan oleh seorang ibu kepada anaknya
dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintahkan anak memakai baju yang lain selain warna
putih.

5. K (Key : Tone or Spirit of Act)


Intonasi yang digunakan pada pertuturan diatas berupa nada ceria dan penuh
semangat yang menggambarkan antusias penutur terhadap makanan khas Solo.
Penutur menyapa participant dengan bahasa keseharian atau bahasa informal. Hal
tersebut dilakukan karena setting lokasi berada di pasar sehingga tidak diperlukan
penggunaan komunikasi formal.
6. I (Instrumentalities)
Secara instrumentalities, komunikasi pada tuturan diatas berupa lisan komunikasi atau
komunikasi verbal.
7. N (Norms of interaction and interpretation)
Norma yang terdapat dalam tuturan diatas merupakan norma sosial. Etika dalam
norma sosial sangat diperlukan. Tatacara berbicara kepada lawan tutur diperhatikan
oleh penutur, saat ia berbicara kepada lawan tutur kedua yaitu Abin, intonasi akan
berbeda ketika penutur berbicara kepada lawan tutur asing seperti penjual tengkleng,
nasi liwet atau pelatih batik.
8. G (Genre)
Bentuk komunikasi ujaran yang disampaikan petutur dan lawan tutur adalah
berbentuk deskripsi. Genre, penutur dalam vlog ini yaitu makanan turun temurun
khas Solo.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa :

Anda mungkin juga menyukai