Anda di halaman 1dari 6

SOSIOLINGUISTIK BAHASA DALAM PELAWAK LUDRUK

Nama kelompok :
Karima Ayutara 16020114042
M. Yusuf Pebriansyah 16020114043
M. Abdul Ghofur 16020114053
Mar’atus Sayyidah 16020114061

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
2018

Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
sosiolinguitik bahasa sehari-hari dalam profesi kuli bangunan dan manfaatnya untuk
masyarakat. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sosiolinguitik
bahasa sehari-hari dalam profesi dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan
pengetahuan terhadap pembaca.

Surabaya, 25 September 2018


    
                                                                         
                     Penyusun
Tujuan:
1. Mengetahui perbedaan bahasa sehari-hari antara profesi kuli bangunan dengan profesi
lainnya.
2. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah sosiolinguistik
3. Mengetahui teori sosiolinguistik dalam bahasa profesi kuli bangunan

Konsep teori dan metode


Sosiolinguistik merupakan pondasi linguistik pendidikan yang terdiri atas variasi
bahasa, interaksi dengan menggunakan berbagai bahasa, adanya gender, etnisitas, dan
jaringan sosial sebagai dasar penggunaan bahasa yang beragam, masyarakat multilingual dan
munculnya kontak bahasa (Spolsky, 2008:66-76). Selain itu sosiolinguistik menelaah bahasa
yang dipengaruhi oleh masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Spolsky
(1998: 1) yang menyebutkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang yang mempelajari
hubungan antara bahasa dan masyarakat sosial, antara penggunaan bahasa dan struktur sosial
di mana pengguna bahasa hidup. Dittmar (1976: 128; Chaer dan Agustina, 2010: 5)
mengemukakan  tujuh dimensi sosiolinguistik yang telah dirumuskan pada tahun 1964, di
University of California, Los Angeles sebagai masalah yang dibicarakan dalam
sosiolinguistik. Berikut uraian dari ketujuh dimensi tersebut.
1. Identitas sosial dari penutur.
Penutur adalah pelawak-pelawak yang ada diludruk atau seni drama tradisional yang
menjadi ciri khas dari Jawa Timur. Dikehidupan sosial, para pelawak umumnya dikenal
sebagai sosok yang ramah, periang, mudha bergaul serta tidak canggung dalam
berinteraksi dengan orang lain. Hingga tidak aneh jika mereka berprofesi sebagai
pelawak ludruk.
2. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi.
Dalam prosesnya, para pendengar mayoritas dipenuhi oleh masyarakat menengah
kebawah yang secara akademis dapat dikatakan kurang.
3. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi.
Lingkungan tempat terjadinya peristiwa terjadi diacara pentas ludruk yang biasanya
digelar didaerah arek atau Surabaya dan sekitarnya.
4. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial.
Analisis sinkronik pada topik kali ini adalah sinkronisasi antara topik dengan situasi
dan kondisi disekitar tempat kejadian peristiwa.
Analisis diakronik pada topik kali ini adalah penghubungan sebab akibat terjadinya
peristiwa berdasarkan kejadian dimasa lalu.
5. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran.
Penilaian sosial yang berbeda disebabkan karena masyarakat sendiri bersifat
heterogen. Jadi akan timbul berbagai asumsi-asumsi atau komentar-komentar dari
masyarakat.
6. Tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan
Tingkat variasi dinilai dari berapa banyak variasi kosa kata yang terdapat dalam
percakapan yang digunakan oleh
7. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Dalam penerapannya nanti, akan dilakukan sebuah klasifikasi atau penggolongan
untuk khasanah ilmu yang lebih bermanfaat untuk para akademisi.
Variasi bahasa adalah ragam bahasa. Dimensi variasi bahasa ada 4, yaitu dialek (daerah/letak
geografis), sosiolek (kelompok sosial), fungsiolek (situasi berbahasa/tingkat formalitas), dan
kronolek (perkembangan waktu). Cabang linguistik yang mengkaji bahasa yang berbeda
(membandingkan) disebut linguistik historis/diakronik (dimensi waktu/sejarah) dan linguistik
kontrastif (cara dan sukar mudahnya belajar bahasa dengan latar belakang bahasa lain).
Data:

Dibawah ini akan disuguhkan beberapa data dari salah satu pelawak ludruk yang bernama
Cak Liwon dari Mojokerto dalam sebuah pementasan Ludruk Karya Budaya:
1. Surabaya pasar kembang
Dudu landa rambute abang
Dikira bekne peranakan jepang
Tibakne jaran kepang
2. Merga dinane iki aku rada kecelik rek
3. Celana biru bedhah kesake
Tiwas kadhung jamu wong wedok wayahe
4. Rotasi jaman dulur iki jaman transparan
Mulane wong cilik dikeki kebebasan
Nyampekna aspirasi dulur sing secara gedhen-gedhenan
Sarate aja sampik keblablasen
5. Berbeda pendapat dadi hal kebiasaan
Sing penting lewat jalur lan perundang-undangan
6. Merga nek sampik dulur nimbulna kekerasan
Akire berbuntut neng kerusuhan
7. Tapi sakniki dulur wis enak-enakan
Kepingin nyandhang apik mesthi keturutan
Merga akeh bangunan sistim perindhustrian
Kanca-kanca sing kerja wis nrima bayaran
8. Luwih-luwih nek tanggal siji rek wayahe gajian
Aduh senenge kanca nom-noman
Nek jam pitu sore gopuh metu tolek hiburan
Perlu kanggo ngilangna setrese pikiran
9. Dadi wong tuwa ning, pancen abot sanggane
Merga momong anak wedok katik wis gedhe
Ibarat diculna ndhase ayok digecoki buntute
Supaya slamet momong ragane
10. Merga aku biyen dulur, tau ngalami
Kenal arek ayu, potongane seksi
Taktakoni jenenge, arek ngakune Vivi
Bareng takterna mulih tibakna jenenge Ngatemi
11. My darling don’t forget me
Because my love only for you
When the day is the morning
Is open the window
12. Nek takpikir kok cek ramene
Ngrasakna ndonya cek senenge
Sing dadi peranan golongan kaum ABG
Areke ayu-ayu pancen ganok tandhingane
13. Nek takpikir kok cek kemenyeke
Merga ngalor ngidul mesthi gawanane hape
Ngekeki kartu nama lengkap sanomere
Gopuh-gopuh nyandhak hape kleru gorengan tempe
14. Kepengin pinter aku takewangi eles
Merga uripku pancen rada sukses
Merga kepengin nggondhol gelar de-er-es
Urung dadi dokterandes aku malih kaya wong setres
15. Sukur koen dadi wong setres
Pokoke jok sampek dadi bakul es
Masi biyen tau dadi juragan es
Merga potonganmu persis koyok bedhes.
Analisis :
Pada data yang tercatat diatas, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
sesuai bentuk dan isi dari kalimat yang diutarakan, yakni:
1. Seperti yang telah ditandai dengan nomor satu merupakan sebuah ujaran yang
menjadi ciri khas ludruk. Dimana ujaran tersebut berbentuk pantun yang terdiri dari
empat baris dan dapat diklasifikasikan menjadi dua sampiran dan dua isi.
 Surabaya pasar kembang
Dudu landa rambute abang Sampiran
Dikira bekne peranakan jepang
Tibakne jaran kepang Isi
2. Seperti yang telah ditandai dengan nomor satu sampai nomor lima belas adalah
sebuah pernyataan pelawak yang secara sosiolinguistik termasuk sebuah pernyataan
denotatif atau tanpa direkayasa.
3. Seperti yang telah ditandai dengan nomor satu sampai nomor lima belas adalah
sebuah pernyataan pelawak yang mengandung unsur dialek. Jadi, bahasa yang
digunakan didalamnya merupakan bahasa sehari-hari masyarakat sekitar daerah
Mojokerto.
 Sampik (pada nomor 4, 6)
Sampik atau nganti yang berarti sampai.
 Tolek (pada nomor 8)
Tolek atau golek yang artinya mencari.
 Gecoki (pada nomor 9)
Gecoki atau goceki yang artinya pegangi.
 Cek (pada nomor 12)
Cek atau ben yan artinya biar.
4. Seperti yang telah ditandai dengan nomor satu sampai nomor lima belas kecuali
nomor dua dan sebelas adalah sebuah pernyataan pelawak yang berbentuk persajakan
atau dalam Bahasa Jawa disebut purwakanthi.
5. Seperti yang telah ditandai dengan nomor sebelas adalah sebuah pernyataan pelawak
yang menggunakan Bahasa Inggris menandakan bahwa pernyataan pelawak tidak
hanya terbatas pada Bahasa Jawa berdialek jawatimuran.
6. Seperti yang telah ditandai dengan nomor satu sampai nomor lima belas adalah
sebuah pernyataan pelawak yang bersifat merakyat dan berisi tentang candaan.

DAFTAR PUSTAKA
https://dianamayasaristkipjb.wordpress.com/2014/01/18/aplikasi-sosiolinguistik-dalam-
pengajaran-bahasa/
https://www.youtube.com/watch?v=OgBswA87zps

Anda mungkin juga menyukai