Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................i
KATA PENGANTAR ………………..….………………………………………...............ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..….....................iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………...1
Bab II Pembahasan
2.1. Konsep nilai ..............................……………………………………….…..2
a) Pengertian
b) Macam-macam nilai
c) Fungsi nilai
d) Sistem nilai
e) Orientasi nilai budaya
f) Nilai budaya dan pelayanan kesehatan
2.2. Konsep moral...........................................................................3
a) Pengertian
b) Jenis moral
c) Fungsi moral
d) Moral dan pelayanan kesehatan
2.3. Konsep hukum.........................................................................4
a) Pengertian
b) Jenis hukum
c) Fungsi hukum
d) Hukum kesehatan

Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan ……………………………………………………….……...........5


3.2. Saran …………………………………………………………………............….6
Daftar Pustaka ...………………………………………………………………............7
Bab II Pembahasan
2.1 Konsep Nilai
a. Pengertian
Theodorson dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu
yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak
dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut
Theodorson relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai
dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sudah dirmuskan oleh
beberapa ahli seperti :

Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari


konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga
masyarakat mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada
dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena
itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan
alternatif, cara – cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.

Clyde Kluckhohn dlam Pelly

Clyde Kluckhohn dalam Pelly (1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai


konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan
tentang hal – hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan
hubungan orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sumaatmadja dalam Marpaung

Sementara itu Sumaatmadja dalam Marpaung (2000) mengatakan bahwa pada


perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang
pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan,
serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa
setiap individu dalam melaksanakan aktifitas vsosialnya selalu berdasarkan serta
berpedoman kepada nilai – nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam
masyarakat itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan
dan perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut
Suatu nilai apabila sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan
dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari – hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain
– lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang dalam
mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum
yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut
atau tidak patut.
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa
oleh seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum)
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang
kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang
berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang (simon,1973).
Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau
keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974).

a. Macam-macam nilai
Berikut ini macam-macam nilai menurut kriteria di antaranya yaitu:
1. Nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan perbuatan baik dan perbuatan
buruk yang menjadi landasan dasar kehidupan manusia dan bermasyarakat.
2. Nilai Budaya adalah nilai yang berhubungan dengan kebiasaan, pemikiran serta
hasil karya cipta manusia.
3. Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengna cara manusia dalam meraih
sebuah kemenangan.
4. Nilai agama adalah nilai yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan yang
sudah ditetapkan oleh Allah (Tuhan) dan utusan-utusannya.
b. Fungsi nilai
Masyarakat bisa melakukan sesuatu sekehandak hatinya, tanpa memikirkan orang
lain. Itulah yang terjadi jika tidak ada nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Nilai sosial
berfungsi sebgai acuan, alas an, atau motivasi dalam segala tingkah laku, dan perbuatan
manusia dalam kehidupan. Nilai tersebut mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
pandangan hidup seseorang dalam masyarakat. Dari uraian tersebut, fungsi nilai sosial
dapat diklasifikasikan sebgai berikut :
Petunjuk Arah
Pola pikir dan tingkah laku masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang
berlaku di masyarakat tersebut.
Pemersatu
Nilai sosial juga berfungsi sebgai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak
dalam kesatuan atau kelompok tertentu, dengan kata lain, nilai sosial menciptakan
dan meningkatkan solidaritas antar manusia.
Benteng Perlindungan
Benteng perlindungan berarti sesuatu yang berdiri kokoh, yang dijadikan tempat
perlindungan terhadap rongrongan yang berasal dari luar.
Pendorong
Nilai sosial juga berfungsi sebgai alat pendorong dan sekaligus menuntun manusia
untuk berbuat baik. Apabila nilai sosial dijunjung tinggi oleh sebagian besar
masyarakat maka akan terbentuk masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai
keadilan, kedisiplinan, kejujuran dan sebagainya.

a. Sistem Nilai
Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari
kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya
dalam konsep yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek
penyampaian pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman
tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks
pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk
menyampaikan sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai
masyarakat yang bersangkutan.
Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit atau
implisit, menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang
diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, tujuan-
tujuan perbuatan yang tersedia. Orientasi nilai budaya adalah konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,
kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal
yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antar orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang
hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi
juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai
budaya ini menjado pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang
memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya
termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir

dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu
masyarakat.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai
yang dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam
memecahkan 6 masalah pokok kehidupan.
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa
oleh seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum).
2. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang
kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang
berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan
seseorang (simon,1973).
3. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau
keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusus (Znowski, 1974).
Pancasila merupakan sumber utama nilai-nilai di Indonesia. Adapun nilai nilai yang
terkandung pada pancasila antara lain:
a. Nilai ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa artinya aanya pengakuan terhadap adanya tuhan
sebagai pencipta alam semesta. Dengan adanya ini bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang religious bukan Negara Atheis . nilai ketuhanan juga memiliki arti adanya
pengakuan dan kebebasan memilih dan memeluk agama sesuai dengan keyakinannya
masing masing serta tidak berlaku diskriminatif terhadap kepercayaaan agama lain.
Namun pada faktanya , saat Pemilihan umum di Jakarta banyak sekali dijumpai ketidak
pahaman akan nilai ketuhanan. Mmisalnya adanya penyebaran isu SARA yang
menyerang salah satu calon pasangan gubernur.
Mereka beranggapan pemimpin yang tidak seiman akan memberikan mudharat
daripada manfaat.Dengan cara tersebut pasangan cagub yang menyerang tersebut
agar mampu memenangkan pilkada Jakarta tersebut. Cara yang demikian ini sangat
bertentengan dengan nilai ketuhanan pancasila yang sangat menghargai keberagaman
agama. Semoga kita tidak seperti contoh diatas.

b. Nilai kemanusiaan
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradap memiliki arti bahwa setiap manusia memiliki
kelebihan dan kekuangan dari orang lain. Nilai ini mengajarkan bagaimana kita
bersikap dengan orang lain, menjaga perasaan orang lain, dll
c. Nilai persatuan
Nilai persatuan Indonesia mengandung makna usaha kearah bersatu dan kebullatan
rakyat membina rasa nasionalisme dalam Negara kesatuan republic Indonesia .
persatuan juga merupakan penghargaan terhadap keberagaman kebudayaan , sesuai
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Namun saat ini , nilai persatuan tersebut semakin
berkurang. Yang paling teranyar adalah bentrokan mahasiswa satu kampus di
Makassar beberapa waktu lalu. Hanya karena masalah sepele namun menggunakan
otot bukan otak. Bahkan ada yang tak segan membunuh temannya sendiri. Miris jika
kita melihatnya. Seharusnya sebagai generasi muda kita bersatu untuk berkarya dan
menciptakan sesuatu yang berguna bagi masyarakat inndonesia, bukan malah tawuran
dan saling membunuh.
d. Nilai kerakyatan
Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perrwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari,,oleh dan untuk rakyat.
Nilai kerakyatan ini sangat erat dengan proses demokrasi yang ada di Indonesia yang
insyaAllah Akan Kami terbitkan pada kesempatan yang akan datang.
e. Nilai keadilan
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara
lahiriyah dan batiniyah. Namun kenyataannya di Indonesia sangat sulit sekali dijumpai
sebuah keadilan. Misanya pembangunan.
Nampak jelas pembangunan hanya dipusatkan pada pulau jawa saja, namun untuk
daerah atau pulau lainnya jaarang sekali terjamah, lihat saja di Kalimantan. Jarag sekali
dijumpai jalan beraspal sehingga transportasi disana sangat sulit. Bandingkan dengan
di jawa yang sangat mudah untuk transportasi. Nilai nilai tersebut bersifat abstrak dan
normatif , karena sifatnya itu maka isinya belum bias dioperasionalkan.

Agar mampu mengoperasionalkan nilai tersebut dijabarkan dalam suatu undang


undang dasar (UUD 1945) dan peraturan perundang undangan lainnya.
Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
1. Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang.
2. Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten.
3. Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang.
4. Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang
secara intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan
mempertahan kannya.
Metode mempelajari nilai-nilai: Menurut teori klasifikasai nilai-nilai, keyakinan
atau sikap dapat menjadi suatu nilai apabila keyakinan tersebut memenuhi tujuh
kriteria sebagai berikut:
1. Menjunjung dan menghargai keyakkina dan rilaku seseorang.
2. Menegaskan didepan umum , apabila cocok.
3. Memilih dari berbagai alyernatif.
4. Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya.
5. Memilih secara bebas.
6. Bertindak.
7. Bertindak denngan pola konsisten.
e. Orientasi Nilai Budaya
Orientasi adalah awal atau pengenalan dari sebuah cerita atau peristiwa sejarah.
Jadi orientasi nilai budaya adalah pengenalan nilai-nilai dalam kebudayaan yang ada.
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan
sebuah konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem
nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku
seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku
seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi
pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan

orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah
sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut
merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa
sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat
ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah
pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,
(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia
yang universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap
masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan
kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas
untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik –
titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan
nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka
menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni,
mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan
kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di
Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.

Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan
disamping untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok
etnik di Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu
memiliki system orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan
pembangunan nasional.
A. Hakikat Hidup
a. Hidup itu buruk.
b. Hidup itu baik.
c. Hidup bisa buruk bisa baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikhtiar agar
hidup bisa menjadi baik.
d. Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
B. Hakikat Karya
a. Karya itu untuk menafkahi hidup.
Ada beberapa yang menganggap kerja adalah sesuatu yang harus dilakukan
untuk bertahan dalam kehidupan (survival). Dan saya termasuk dalam beberapa
orang tersebut. Saya setuju bahwa kerja merupakan salah satu cara untuk
menafkahi hidup. Meskipun sebenarnya rezeki kita sudah diatur oleh Yang Maha
Esa. Tapi kalau kita hanya diam diri tidak bekerja, rezeki itu tidak akan datang
kepada kita.
Dengan bekerja juga selain mendapat rezeki, bonusnya kita juga dapat
kehormatan jika ditempat kerja kita sudah mendapat jabatan yang disegani. Jadi
intinya, menurut saya kerja atau karya itu untuk menafkahi hidup, kehormatan
hanya sebagai bonus. Karena kehormatan selalu tidak dapat menolong kita dalam
bertahan hidup.
b. Karya itu untuk kehormatan.
Ada juga yang berpendapat bahwa bekerja itu untuk mendapatkan pangkat,
jabatan, bahkan ada yang berpikir bekerja untuk meninggikan prestasi. Bukan
harta yang dicari, namun status sosial yang dimiliki setiap individu.

C. Persepsi Manusia Terhadap Waktu


a. Berorientasi hanya kepada masa kini
“Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus
karena seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja
semaksimal mungkin untuk hari-harinya.”
Membahas masa kini, pandangan saya mengenai masa sekarang adalah saya harus
menjalani masa ini dengan sangat maksimal sesuai dengan isi teori di atas.
Meskipun ungkapan saya itu hanya kata-kata saja. Karena dikehidupan nyata saya
tidak seambisius itu, saya menjalani hidup saya saat ini dengan santai saja.
Padahal kalo melihat dari tujuan hidup saya harusnya saya bekerja keras untuk
mewujudkan itu bukan? Tapi memang harapan itu kadang tidak sesuai dengan
kenyataannya. Hidup memang seperti itu. Jadi ya jalani saja hidup kita didunia ini
dengan sesantai dan sebahagia mungkin. Tapi jangan terlalu santai, karena ingat
kita punya tujuan hidup yang harus kita capai.
b. Orientasi masa lalu
“Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri
mengenai apa yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.”
Membahas mengenai masa lalu, sebenarnya sih saya bukan termasuk
orang yang terlalu memikirkan masa lalu. Saya menganggap bahwa masa lalu
hanya bagian dari hidup saya yang tidak perlu saya pikirkan dan sesali.
Masa lalu saya jadikan sebagai pembelajaran dalam menghadapi berbagai
masalah dimasa sekarang maupun masa depan supaya saya tidak mengulangi
kesalahan saya di masa lalu.
c. Orientasi masa depan
“Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan yang lainnya,
pikirannya terbentang jauh ke depan dan mempunyai pemikiran yang lebih
matang mengenai langkah-langkah yang harus dilakukannya.”
Saya sangat suka dengan teori di atas. Manusia itu memang seharusnya
berorientasi ke masa depan. Kenapa harus berorientasi ke depan? Supaya di masa
depan kita tidak mengalami penyesalan dalam kehidupan kita dimasa depan dan

supaya kehidupan kita juga tertata rapih dan sesuai dengan keinginan kita,
meskipun tidak akan 100% sesuai dengan keinginan kita
D. Pandangan Manusia Terhadap Alam
a. Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
Masalah ini menyangkut kepercayaan bahwa alam itu dahsyat dan mengenai
kehidupan manusia.
b. Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
Ada kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam
c. Manusia berusaha menguasai alam
Ada juga yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk
dikuasai manusia.
E. Hubungan Manusia Terhadap Manusia Lain
a. Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya.
Manusia itu makhluk sosial, sebagai makhluk sosial memang sudah
menjadi suatu kodratnya untuk hidup berdampingan (interaksi) bersama orang
lain atau masyarakat karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Itulah yang mendorong manusia untuk menjadi makhluk sosial. Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat
manusia adalah selalu ingin berhubungan dan ketergantungan dengan manusia
lain. Contohnya dikehidupan saya menjadi mahasiswi, saya sangat bergantung
pada teman-teman sekelas saya terutama teman perempuan, saya memerlukan
mereka untuk sekedar curhat masalah pribadi, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dosen dan masih banyak lagi.
b. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai
otoriter untuk memerintah dan memimpin
Dalam kehidupan organisasi pasti terdapat rasa ketergantungan terhadap tokoh-
tokoh yang memimpin organisasi tersebut. Karena dalam kehidupan organisasi itu
pasti kita dipimpin oleh seorang pemimpin, tugas seorang pemimpin adalah
mengatur dan memerintah supaya organisasi tersebut berjalan dengan sehat.

Apa jadinya apabila disuatu organisasi tidak ada seorang pemimpin? Pasti
organisasi itu tidak akan berjalan lancar.
c. Nilai budaya dan pelayanan kesehatan

2.1 Konsep Moral


a. Pengertian

Moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan, tabiat atau
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah, dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan
bertingdak benar secara moral.

Hielden (1977) dan richard (1971) merumuskan pengertian moral sebagai


kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain
yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya, Atkinson
(1969) mengemukakan moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik atau
buruk, benar dan salah, apa yang dapa dan tidak dapat dilakukan. Selain itu, moral juga
merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan
karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya dilakukan manusia.

Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, tetapi kata
moralitas mengandung makna segala hal yang berkaitan dengan moral. Moralitas
adalah sistem nilai tentang bagaimana seorang seharusnya hidup secara baik sebagai
manusia. Moralitas ini terkandung dalam aturan hidup bermasyarakat dalam bentuk
petuah, wejangan, nasihat, peraturan, perintah, dan semacamnya yang diwariskan
secara turun temurun melalui agama atau kebudayan tertentu. Jika sebaliknyayang
terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral
dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian moral , menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-buruknya


seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara.
Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia
bermoral dan manusiawi. Sedangkan manurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah
prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun
moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang
berwujud aturan. Moral dan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk.
Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang
memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan.

b. Jenis Moral

Anda mungkin juga menyukai