Lapres Protein
Lapres Protein
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI :
PROTEIN
OLEH :
1. KEVIN AULIA ARDIAN 21030114130124
2. RAFIDHA HAPSARI 2103011312
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISA 2103011314
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
MATERI :
PROTEIN
OLEH :
1. KEVIN AULIA ARDIAN 21030114130124
2. RAFIDHA HAPSARI 210301131
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISA 210301131
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
LEMBAR PENGESAHAN
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
KATA PENGANTAR
Pertama – tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
karena dengan berkat dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul “Protein”. Laporan resmi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan mata kuliah Praktikum Dasar Teknik Kimia II tahun
2014
Terselesaikannya laporan resmi ini tidak lepas dari bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terimakasih kepada :
1. Penanggung jawab Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro, Ir. C. Sri Budiyarti, M.T.
2. Asisten Pembimbing, Laboratorium Dasar Teknik Kimia II yang dengan
sabar membimbing kami dalam menyelesaikan laporan protein, Yosia
Nico Wijaya
3. Orang tua kami yang mendukung kami dengan doa dan kasih.
4. Teman – teman Dedikatif yang selalu membantu dan berdedikasi.
5. Laboran Laboratorium Dasar Teknik Kimia, Bapak Rustam dan Ibu Dini
yang sudah membantu kami selama praktikum.
Laporan resmi ini kami buat dengan sebaik-baiknya dan dengan segenap
hati agar laporan kami dapat bermanfaat dan dapat memberi dampak yang positif
bagi para pembaca. Laporan ini tidak jauh dari kekurangan yang ada, oleh sebab
itu kritik dan saran akan sangat membangun kami dalam menulis laporan kami
yang berikutnya.
.
Penulis
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
INTISARI
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
SUMMARY
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
DAFTAR ISI
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
1
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
PROTEIN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Konversi Kandungan Nitrogen dari Berbagai Bahan Pangan ... 5
Tabel 4.1 Tabel Kadar Nitrogen, Protein, dan Air .............................................. 13
PROTEIN
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Protein merupakan salah satu komponen utama yang terdapat pada bahan
pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O , N , S dan P dalam ikatan kimianya.
Fungsiutama protein dalammakhluk hidup adalah sebagai zat pembentuk
sel atau jaringan baru dan mempertahankan sel atau jaringan yang sudah ada
agar tidak mudah rusak. Makhluk hidup membutuhkan protein dari bahan pangan
yang bisa diperoleh dari biji-bijian, daging, ikan maupun sayuran. Kandungan
protein dalam bahan pangan tersebut pada umumnya diwakili oleh dan atau
dinyatakan sebagai unsur nitrogennya. Semakin besar kandungan nitrogennya,
menunjukkan semakin banyak kandungan protein dalam bahan. Analisis protein
dalam bahan pangan maupun analisa nitrogen dalam sampel selain bahan pangan
(pupuk, limbah, tanah) dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein dapat dilakukan antara lain dengan
metode Kjeldahl, Lowry, Biuret, Bradford, turbidimetri dan titrasi formol.
Analisia yang akan digunakan adalah metode Kjeldahl. Metode ini paling
banyak digunakan karena penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak terlalu
besar. Protein yang diperoleh dengan cara ini biasanya dinyatakan sebagai total
Nitrogen (N, mg/kg bahan). Prinsip dari metode Kjeldahl adalah destruksi bahan
pangan maupun non pangan dengan menggunakan asam sulfat dan katalis.
Prosentase kandungan protein dalam bahan dapat dinyatakan berdasar basis
keringangin (born dry basis) maupun basis kering oven (oven dry basis).
Kami memakai ikan tenggiri sebagai sampel karena kadar protein yang
terkandung dalam ikan tenggiri tinggi, yaitu sebesar 27,097 %. Dengan kadar nya
yang tinggi, maka analisa protein bisa dilakukan dengan menggunakan ikan
tenggiri
PROTEIN
2
PROTEIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
PROTEIN
Metode Kjeldahl
Metode ini (AOAC,2000) paling banyak digunakan karena
penggunaannya mudah dan kesalahannya tidak terlalu besar. Metode ini tidak
dapat langsung digunakan untuk mengetahui banyaknya protein atau asam
amino suatu zat, karena hasilnya dinyatakan sebagai nitrogen . Untuk
mengetahui kadar proteinnya biasanya kadar nitrogen yang telah diperoleh dari
analisa Kjeldhal dikalikan faktor konversi. Faktor ini berbeda pada berbagai zat
namun diambil rata-ratanya.Untuk berbagai jenis bahan makanan, faktor
konversi N ke protein sebesar 6,25 (jones factor). Umumnya kandungan
Nitrogen dalam protein sekitar 16%., sedang kadar protein dari berbagai biji-
bijian (padi, jagung, sorgum, gandum, lamtoro, kacang kedele, kacang tanah,
kacang hijau) berkisar antara 9,8-42,9% basis kering.Beberapa faktor konversi
kandungan N ke bahan pangan (specific jones factor) dapat dilihat pada tabel
berikut:
BahanPangan Faktor
1. Telur 6,25
2. Daging 6,25
3. Susu 6,38
4. Gandum 5,83
5. Beras 5,95
6. Kacang Tanah 5,71
7. Kedelai 5,46
Sumber: Merril& Watt, 1973.
Analisa kadar N dengan metoda Kjeldahl dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Destruksi
Sampeldidestruksi dengan H2SO4 di dalam labu Kjeldahl dengan menjaga
agar tidak banyak uap yang keluar dari labu. Mula-mula cairan dalam labu
menjadi hitam yaitu sewaktu zat-zat terurai menghasilkan karbon.Ketika
larutan akan menjadi jernih yang berarti destruksi telah selesai.
2
PROTEIN
NH3+ O
R – CH – C – H + H2SO4 + H2O → R – CH2 – COOH + NH4HSO4
O
2) Destilasi
3) Titrasi
Amonium borat yang terbentuk dititrasi dengan HCl. Kebutuhan HCl setara
dengan amonium borat yang ada dalam larutan. Kandungan nitrogen dapat
dihitung berdasar kesetaraan ini.Untuk mengetahui kandungan proteinnya ,
maka nilai nitrogennya dikalikan dengan faktornya dari jenis bahannya.
(NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3
2
PROTEIN
Fungsi Reagen
1. H2SO4 Pekat : Bersifat oksidatif kuat dan akan mendestruksi sampel
menjadi unsur-unsurnya.
2. Na2SO4 anhidrid : Sebagai katalisatoragar titik didih asam sulfat tinggi
sehingga destruksi berjalan cepat
3. Cu2SO4.5H2O : Sebagai katalisator untuk mempercepat oksidasi
serbuk Zn agar selama destilasi tidak terjadi bumping
atau muncul gelembung yang besar
4. NaOH : Untuk memberikan suasaan basa, karena reaksi yang
terjadi adalah reaksi netralisasi.
5. H3BO3 Jenuh : Untuk menangkap anomia yang dilepaskan saat
proses.
6. Indikator MO : Sebagai indikator saat titrasi dalam kondidi asam (
pH3,1 -4,4 )
7. Zn : Mencegah terjadinya percikan atau bumping ketika
proses destilasi.
8. HCL : Sebagai titrat dalam tahap titrasi uji protein metode
Kjedahl yang akan mendenaturasikan protein sehingga
membentuk endapan
9. Aquadest : Pelarut
2
PROTEIN
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2
PROTEIN
Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. LabuKjeldahl
4. Komporlistrik
Keterangan :
1. Klem
2. Statif
3. LabuDestilasi
4. Komporlistrik
5. CorongPemisah
6. PendinginLeibig
7. Adaptor
8. Erlenmeyer
Gambar 3.2. Gambar Rangkaian Alat Destilasi
Keterangan :
1.Klem
2.Statif
3.Buret
4.Erlenmeyer
2
PROTEIN
2
PROTEIN
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
=
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100%
2
PROTEIN
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.2. PEMBAHASAN
1V.2.1. Kadar Protein yang Ditemukan Lebih Kecil dari Kadar Teoritis
A. Denaturasi Protein
Adanya protein yang terdenaturasi selama proses destruksi mengakibatkan
kadar yang ditemukan lebih kecil. Denaturasi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu suhu, ph, dan adanya logam berat. (Annisa,2009). Denaturasi akibat
panas menyebabkan molekul-molekul yang menyusun protein bergerak cepat dan
memutus ikatan hidrogen di dalamnya. Hal ini mengacaukan ikatan yang ada dan
membuat protein berdenaturasi.
Menurut refernsi yang didapat, suhu protein dapat berdenaturasi sekitar 70-
75 ͦ C. (Annisa,2009). Sedangkan pada percobaan kami menggunakan suhudiatas
dari suhu tersebut sehingga protein terdenaturasi pada suhu tersebut.
2
PROTEIN
selama 4-8 jam sampai larutan jernih yang menunjukkan bahwa semua partikel
padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel yang larut tanpa ada
partikel yang tersisa.
Dalam Percobaan yang telah kami lakukan, hasil destruksi dari ikan tenggiri
selama dua jam belum menghasilkan larutan jernih. Hal ini menandkan bahwa
proses destruksi belum berlangsung secara sempurna. Dengan demikian, masih
terdapat partikel NH4+ yang belum larut dan belum terurai menjadi unsur-unsur
C,H,O,N,P, dan S yang membuat kadar yang kami temukan lebih kecil dari kadar
teoritis. (D.D.R Ningsih, 2011)
IV.2.2. Kadar Air yang Ditemukan Lebih Besar dari Kadar Teoritis
Pada percobaan uji kadar air pada ikan tenggiri yang kami lakukan, kadar
air yang ditemukan lebih besar dari kadar teoritis, hal ini dikarenakan akibat
adanya galat selama proses pembakaran. Galat selain dari penghilangan seluruh
air atau elektrolit-elektrolit pada ikan tenggiri yang mudah menguap dapat terjadi
selama pembakaran. Galat-galat pada proses pembakaran diakibatkan dari
absorpsi kembali air atau karbondioksida pada saat proses pendinginan di dalam
desikator. Sehingga ikan tenggiri yang telah selesai dalam proses pendinginan
2
PROTEIN
akan membawa kandungan air atau karbondioksida ketika ditimbang. Hal inilah
yang menyebabkan kadar air yang kami temukan lebih besar dari kadar teoritis.
(R.A.Day,JR dan A.L. Underwood, 2002)
2
PROTEIN
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Kadar nitrogen praktis sebesar 1,32804 %.
2. Kadar protein praktis sebesar 8,30025 %.
3. Kadar air praktis sebesar 43, 3807 %.
V.2. Saran
1. Penetesan NaOH pada saat destilasi diusahakan sebanding dengan laju
penguapan destilat bawah agar memperoleh kadar protein yang sesuai dengan
kadar teoritisnya.
2. Berhati-hati dalam melakukan proses destilasi, usahakan tidak ada celah
antara labu destilasi, pendingin leibig, dan adaptor agar destilat yang
diperoleh maksimal.
3. proses destruksi seharusnya dilakukan sampai larutan benar-benar jernih, agar
semua senyawa NH4+ terdestruksi sempurna.
4. Usahakan desikator tertutup rapat saat pendinginan sampel pada uji kadar air.
5.Sebelum dan sesudah praktikum, hendaknya praktikan memeriksa
kelengkapan alat praktikum untuk menjaga keselematan kerja praktikum.
2
PROTEIN
DAFTAR PUSTAKA
2
PROTEIN
MATERI : Protein
2
PROTEIN
2
PROTEIN
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
=
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100%
2
PROTEIN
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
=
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100%
= 43, 3807 %
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN
2
LEMBAR PERHITUNGAN
= 1,32804 %
Kadar Protein = 1,32804 % . 6,25
= 8,30025 %
= 1, 27092 %
Kadar Protein = 1, 27092 % . 6,25
= 7, 94325 %
= 1,38516 %
Kadar Protein = 1,38516 % . 6,25
= 8, 65725 %
1,32804+1,27092+1,38516
Kadar nitrogen rata-rata : = 1,32804 %
3
8,30025+7,94325+8,65715
Kadar Protein rata-rata : = 8,30025 %
3
Uji Kadar Air
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)− (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
Kadar air, % = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)− (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
. 100%
35,25−33,723
= x 100%
35,25−31,73
= 43,3807 %
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
2. NaOH 5 N 100 ml
N = M . Valensi
5 =M.1
M =5
𝑛
M =
𝑣
𝑛
5 =
0,1
n = 0,5 mol
𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
n =
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,5 =
𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
40
M NaOH = 20 gram
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM KE :5
MATERI : PROTEIN
HARI/TANGGAL : SENIN / 13 APRIL
KELOMPOK : VII RABU SIANG
NAMA : 1. KEVIN AULIA ARDIAN
2. RAFIDHA HAPSARI
3. RIZKI NOORANJAS SEPTIANISA
ASISTEN : YOSIA NICO WIJAYA
KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1. Na2SO4 anhidris 10 gr
2. H2SO4 pekat 25 ml
3. HCl 0,01N 100 ml
4. NaOH 5 N 100 ml
5. CuSO4 . 5H2O 5 gr
6. Aquadest 100 ml
7. MO @ 3 tetes
8. Zn 4gr
9. H3BO3 jenuh (8-9 gram) 150 ml
10. Sampel (ikan tenggiri)
TUGAS TAMBAHAN :
Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksil-aldehid atau polihidroksil-keton. Bentuk
molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana
yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak
karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang, disebut dengan
polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan
polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan
oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida). Selama perlakuan panas,
seperti blanching, pendidihan, atau pengalengan bahan makanan, kandungan
karbohidrat dengan berat molekul rendah (yaitu mono dan disakarida) di
dalamnya akan menurun, seperti juga mikronutrien (Fox dkk., 2008).
4.1.2 Penetapan Kadar Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1991).
Sampel yang dipergunakan dalam analisa kadar protein adalah Produk
kerupuk udang yang banyak beredar di pasaran. Dan metode yang dipakai untuk
analisa protein ini berdasarkan pada SNI 01-2891-1992 yaitu semimikro kjeldahl.
Dari namanya dapat diketahui bahwa metode semimikro kjeldahl dalam
analisanya menggunakan sampel yang cukup kecil, yaitu 0,51 g. Metode
semimikro kjeldahl adalah penentuan jumlah protein melalui penentuan jumlah N,
sehingga total hasilnya disebut jumlah protein kasar atau Crude Protein
1. Tahap Dekstruksi
Sampel yang telah ditimbang saat pengujian adalah kode A 0,5029 g dan
kode B 0,05003. Setelah itu dimasukan dalam labu kjeldahl 100 mL. dan
ditambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat, dan dipanaskan.
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga
terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N,
S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein
dalam suatu bahan. 0.51 gram sampel yaitu kerupuk udang ditambah dengan
katalisator N 0,5-1 gram dibungkus dengan kertas saring untuk memudahkan
dalam memasukkan ke dalam tabung reaksi besar, karena jika tidak sampel dan
katalisator akan tercecer. Selain itu kertas saring juga berfungsi untuk menyaring
filtrat dengan residu. Katalisator berfungsi untuk mempercepat proses destruksi
dengan menaikkan titik didih asam sulfat saat dilakukan penambahan H2SO4
pekat serta mempercepat kenaikan suhu asam sulfat, sehingga destruksi berjalan
lebih cepat. Katalisator N terdiri dari campuran K2SO4 dan HgO dengan
perbandingan 20 : 1. Tiap 1 gram K2SO4 dapat menaikkan titik didih 30C
(Sudarmadji, dkk., 1996). Karena titik didih tinggi maka asam sulfat akan
membutuhkan waktu yang lama untuk menguap. Karena hal ini kontak asam
sulfat dengan sampel akan lebih lama sehingga proses destruksi akan berjalan
lebih efektif. Selain itu juga dibuat blanko dalam tabung reaksi besar yang berisi
katalisator N dan 3 ml H2SO4 agar analisa lebih tepat. Blanko ini berfungsi
sebagai faktor koreksi dari adanya senyawa N yang berasal dari reagensia yang
digunakan.
Setelah ditambah katalisator N, sampel dimasukkan dalam tabung reaksi
besar kemudian ditambah dengan 3 ml H2SO4 pekat. H2SO4 pekat yang
dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan dari adanya bahan protein. Asam
sulfat yang bersifat oksidator kuat akan mendestruksi sampel menjadi
unsurunsurnya. Untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam
sulfat. Penambahan asam sulfat dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari S
yang berada di dalam protein terurai menjadi SO2 yang sangat berbahaya. Setelah
penambahan asam sulfat larutan menjadi keruh.
Tabung reaksi besar yang berisi sampel kemudian ditempatkan dalam alat
destruksi (destruktor) dan ditutup. Setelah siap alat di-ON-kan sehingga terjadi
pemanasan yang mengakibatkan reaksi berjalan lebih cepat. Sampel didestruksi
hingga larutan berwarna jernih yang mengindikasikan bahwa proses destruksi
telah selesai. Selama destruksi, akan terjadi reaksi sebagai berikut :
HgO + H2SO4 HgSO4 + H2O
2 HgSO4 Hg2SO4 + SO2 + 2 O2
Hg2SO4 + 2 H2SO4 2 HgSO4 + 2 H2O + SO2
(CHON) + O2 + H2SO4 CO2 + H2O + (NH4)2SO4
(Sudarmadji, 1996)
Penelitian tentang zat besi sebagai mikronutrien yang penting bagi manusia
telah banyak dilakukan. Metode penelitian yang sangat penting digunakan untuk
analisa kuantitatif besi adalah Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Metode ini
cukup peka untuk analisis logam besi dalam jumlah renik, pelaksanaannya relatif
praktis, cepat dan dapat digunakan untuk berbagai mac am bentuk cuplikan, baik
itu cuplikan cair maupun material biologis. Kelebihan lain SSA adalah spesifik
untuk analisis besi dalam campuran dengan unsur logam lain tanpa diperlukan
pemisahan pendahuluan.
Preparasi cuplikan sangat menentukan keberhasilan analisis SSA. Preparasi
cuplikan dapat dilakukan dengan destruksi kering dan destruksi basah. Pada
destruksi kering suhu pengabuan harus diperhatikan karena banyak elemen abu
yang dapat menguap pada suhu tinggi, selain itu suhu pengabuan juga dapat
menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu. Oleh karena itu suhu pengabuan
untuk setiap bahan berbeda-beda bergantung komponen yang ada dalam bahan
tersebut (Anderson, Richard, 1991). Menurut Christian, G.D (1994), destruksi
kering secara umum dilakukan pada suhu antara 400-550 ° C selama 4 sampai 8
jam untuk mendestruksi senyawa organik dan bahan lain yang ada dalam cuplikan
sehingga kadar logam yang akan dianalisis dapat ditetapkan dengan cara SSA
setelah cuplikan dilarutkan dengan asam kuat. Menurut ASTM (1994) dan Elmer
(1982) penentuan Fe dilakukan dengan pengabuan pada suhu 500°C. Menurut
Lee, K (1980) pengabuan dilakukan pada suhu 525°C selama 12-24 jam untuk
penentuan Fe.
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN