Anda di halaman 1dari 14

PENINGKATAN NILAI KOMODITAS LOKAL

EDAMAME

MAKALAH KOMODITI LOKAL

Kelompok 8:
Siska Sri Wahyuni (161810301064)
Moch. Syehfu A.G (151810301043)
Trilaksono (161810301012)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai (Glycine max Merr) bukan tanaman baru bagi masyarakat Indonesia,
walaupun budi daya kedelai pertama dilakukan di Cina sejak tahun 2800 SM, atau
4800 tahun yang lalu. Pada zaman penjajahan, Rhumphius pada tahun 1750
melaporkan bahwa kedelai sudah mulai dikenal di Indonesia sebagai tanaman
bahan makanan dan pupuk hijau. Hingga sekarang kedelai merupakan salah satu
sumber protein penting di Indonesia, baik sebagai bahan pangan yang diolah secara
sederhana seperti direbus, digoreng, dan disayur untuk dimakan sehari-hari,
maupun sebagai bahan baku industri pangan, susu, kecap, pakan ternak, dan lain-
lain. Penggunaan kedelai terbesar di Indonesia adalah untuk industri pangan: (tahu,
tempe, kecap, tauco) dan pakan ternak (Sudaryanto 1996). Peng-gunaan kedelai
segar sebagai sayuran dan kudapan kurang 5% dari total hasil panen.
Varietas edamame yang pernah diadaptasikan di Indonesia oleh PT Mitratani
Dua Tujuh adalah Ryokkoh, Taiso, Tsurunoko, dan Tsurumidori. Dalam
perkembangannya, varietas yang cocok dan diterima pembeli adalah Ryokkoh,
dengan kode R 305 dari Jepang. Karena mahalnya harga benih Ryokkoh asal
Jepang, maka mulai tahun 1998 dimasukkan benih varietas Ryokkoh dari Taiwan
dengan kode R 75, dan dikembangkan sampai tahun 2006. Varietas R 305 maupun
R 75 telah dilepas oleh Menteri Pertanian RI. Mulai tahun 2002 diadaptasikan
varietas Chamame yang beraroma pandan asal Taiwan. Varietas ini ditanam sesuai
dengan permintaan konsumen, dan ekspor dalam setahun baru 3- 4 container (satu
container 21 ton). Saat ini PT Mitratani Dua Tujuh di Jember Jawa Timur telah
melakukan persilangan dan introduksi varietas/galur dari Jepang dan Taiwan,
dalam upaya mendapatkan varietas edamame khas Indonesia.
Edamame adalah kedelai sayur (vegetable soybean) yang biasa dikonsumsi
dalam bentuk kedelai segar. Jenis kedelai ini dipanen pada tahap pertumbuhan
reproduktif tanaman mencapai R6, yaitu ketika polong sudah berkembang penuh
namun belum masak dan masih berwarna hijau, biji mengisi 80-90% lebar polong.
Secara morfologi, perbedaan edamame dengan kedelai biasa yang utama adalah
pada ukurannya, dimana edamame relatif lebih besar dibandingkan dengan kedelai
biasa selain itu edamame memiliki kandungan gizi yang berbeda (Santana et al.,
2012).
Edamame mengandung kadar protein tinggi (Kavithamani et al., 2010),
sukrosa, phytoestrogen, steroid, ascorbic acid, β-catotene, vitamin B1 dan B12, dan
serat. Edamame lebih populer di kalangan orang - orang yang mencari gaya hidup
sehat terutama di negara-negara maju. Konsumsi kedelai segar di Indonesia sangat
rendah jika dibandingkan dengan kedelai kering. Masyarakat Indonesia pada
umumnya mengkonsumsi kedelai dalam bentuk olahan seperti tahu, tempe, kecap,
susu kedelai dan hanya sebagian kecil masyarakat yang mengkonsumsi kedelai
segar. Hal ini berbeda dengan masyarakat Jepang yang menyukai kedelai segar,
sehingga Jepang 1 2 merupakan negara pengimpor kedelai segar dalam jumlah
besar. Benziger dan Shanmugasundaram (1995) melaporkan bahwa Jepang
merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk segar maupun
beku. Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara 150.000-
160.000 ton/tahun.
Edamame memiliki beberapa manfaat baik dalam bidang penenlitian maupun
bidang ekonomi, seperti halnya pemanfaatan limbah kulit edamame sebagai bahan
biogas yang ramah lingkungan. Indonesia sekarang juga membutuhkan energy
ramah lingkungan seperti biogas terutama dari limbah untuk mengurangi sampah.
Pemanfaatan edamame juga sebagai bioplastik atau plastik biodegradable
merupakan jenis plastik yang terbuat dari biopolimer. Biopolimer adalah polimer
yang tersusun atas biomassa yang dapat diperbaharui . Selain penyusunnya,
perbedaan antara plastik biodegradable dengan plastik biasa adalah biodegrability
atau tingkat penguraian plastik biodegradable yang dapat terdegradasi dengan lebih
mudah daripada plastik biasa. Hal tersebut menyebabkan plastik biodegradable
merupakan plastic alternatif yang ramah lingkungan. Edamame dikatakan memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan. Edamame mengandung isoflavon yang dapat
berperan sebagai anti-kanker. Edamame dalam bidang ekonomi atau kewirausahaan
dapat diolah menjadi makan yang sehat seperti olahan edamame menjadi jus,
yougurt, maupun olahan tepung edamame menjadi kue yang sehat untuk tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah kali iniadalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manfaat dari kedelai sayur edamame bagi bidang penelitian?
2. Apakah manfaat dari kedelai sayur edamame dalam bidang kesehatan?
3. Apakah manfaat dari kedelai sayur edamame dalam bidang perekonomian?

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu memanfaatkan kedelai sayur edamame dalam bidang penelitian.
2.Mampu memanfaatkan kedelai sayur edamame dalam bidang kesehatan.
3.Mampu memanfaatkan kedelai sayur edamame dalam bidang perekonomian

1.4 Batasan Masalah


1. Kedelai edamame yang digunakan berasal dari kabupaten Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Edamame di Indonesia


Kedelai Jepang Edamame (mao dou dalam bahasa China) tercatat sebagai
tanaman yang dibudidayakan di China pada tahun 200 sebelum masehi, sebagai
tanaman obat bahkan saat ini masih popular sebagai tanaman obat. Meskipun
kedelai Jepang Edamame dikenalkan di China sejak dahulu, kedelai Jepang
Edamame baru dipasarkan di Jepang (dikenal sebagai anomame) di Engishiki
pada tahun 972 sesudah masehi (Pambudi, 2013)
Kedelai Jepang Edamame adalah tanaman tropis yang merupakan salah
satu jenis sayuran (green soybean vegetable). Kedelai Jepang Edamame berasal
dari bahasa Jepang. Eda berarti cabang dan mame berarti kacang, dapat diartikan
sebagai buah yang tumbuh di bawah cabang (branched bean). Kedelai Jepang
Edamamedi Negara Cina dikenal dengan sebutan mao dou (hairy bean) atau
kacang berambut (Miles, 2000).
Tanaman edamame ini merupakan tanaman berupa semak rendah, tubuh
tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara
30 cm sampai lebih dari 50 cm, dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung
kultivar lingkungan hidupnya. Edamame dapat didefinisikan sebagai kedelai
berbiji sangat besar (>30g/100 biji) yang dipanen muda dalam bentuk polong
segar pada stadia R-6 (berbiji penuh), dan dipasarkan dalam bentuk segar (fresh
edamame) atau dalam keadaan beku (frozen edamame) (Samsu,2001).
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine sojadan
Soja max.Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung protein 30,20 g, kalori
286 kal, lemak 15,6 g, kalsium 196 mg, fosfor 506 mg, besi 6,90 mg, vitamin A
95 SI, vitamin B1 0,93 mg, karbohidrat 30,1 g dan air 20 g(Samsu, 2001).
Perbedaan Edamame dengan kedelai biasa, pertama edamame lebih mudah
dicerna daripada kedelai biasa, karena edamame memiliki kadar TrypisinInhibitor
yang lebih rendah dan lebih menyehatkan. Edamame di panen saat umur
tanaman masih muda. Kedua, Edamame sarat dengan nutrisi dan kaya akan
kalsium. Kandungan proteinnya 16%, hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
kandungan protein pada kacang buncis.Ketiga, Edamame bijinya lebih
besar.Dikonsumsi sebagai camilan sehat sehari-hari. Di Jepang, tingkat kebutuhan
Edamame sangat tinggi, saat musim panas. Edamame sebagai pasangan minum
sake (bir) dan ini sudah menjadi tradisi di negeri Sakura.Tanaman Edamame dapat
tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis, seperti Amerika yaitu di Negara
Brazil dan Chile, serta Asia yaitu China, Thailand, Taiwan, Vietnam termasuk di
Indonesia. (Pambudi, 2013)
2.2 Deskripsi dan Kandungan Gizi Edamame
Edamame merupakan sebutan yang digunakan untuk jenis kedelai
hijau yang dapat dikonsumsi. Edamame merupakan tanaman kacangkacangan yang
penting di Asia. Jenis kacang-kacangan ini dipanen dan
dikonsumsi saat masih belum matang sepenuhnya (Coolong, 2009).
Edamame merupakan kedelai hijau yang dipanen saat puncak kematangan
tetapi sebelum mencapai tahap pengerasan (“hardening”) (Samsu, 2001).
Menurut Asadi (2009), edamame adalah jenis kedelai yang dipanen saat
polongnya masih muda dan berwarna hijau, yaitu saat stadium R6 (pengisian
biji 80 – 90% pengisian)
Edamame dan kedelai kuning merupakan spesies yang sama, yaitu
Glycine max (L.) Merrill, tetapi edamame memiliki rasa yang lebih manis,
aroma kacang-kacangan yang lebih kuat, tekstur yang lebih lembut, dan biji
yang berukuran lebih besar daripada kedelai kuning, serta nutrisi yang
terkandung dalam edamame lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan
kedelai kuning (Rackis, 1978). Edamame atau yang sering disebut ‘kedelai
sayur’ (vegetable soybean) juga mengandung lebih sedikit pati penghasil gas
(Born, 2006). Edamame dikatakan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Edamame mengandung isoflavon yang dapat berperan sebagai anti-kanker
(Coolong, 2009).
Menurut Johnson dkk. (1999) serta Nguyen (2001), edamame
mengandung 100 mg/100 g vitamin A atau karotin, 0,27 mg/100 g vitamin
B1, 0,14 mg/100 g vitamin B2, 1 mg/100 g vitamin B3, dan 27% vitamin C.
Menurut Johnson dkk. (1999), kandungan gizi edamame Jepang yang diuji
melalui analisis proksimat ditunjukkan pada Tabel 1. Menurut Soyfoods
Association of North America (2005), perbandingan kandungan gizi edamame
dengan kedelai matang dan kacang kedelai per setengah gelas bahan matang
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1. Hasil Analisi Proksimat Edamame Jepang ( Sumber: Jhonson,dkk., 2009)
Komposisi Jumlah
Energi (kkal/100g) 582,0
Air (g/100g) 71,1
Protein (g/100g) 11,4
Lipid (g/100g) 6,6
Karbohidrat (g/100g) 7,4
Serat (g/100g) 1,9
Serat Pangan (g/100g) 15,6
Abu (g/100g) 1,6
Kalsium (mg/100g) 70,0
Fosfor (mg/100g) 140,0
Besi (mg/100g) 1,7
Natrium (mg/100g) 1,0
Kalium (mg/100g) 140,0
Karoten (mg/100g) 100,0
Vitamin B1 (mg/100g) 0,27
Vitamin B2 (mg/100g) 0,14
Niasin (mg/100g) 1,0
Asam Askorbat (mg/100g) 27,0

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Gizi Edamame dengan Kedelai Kuning dan


Kacang Kedelai per setangah gelas (80gram) bahan matang ( Sumber : Soyfoods
Association of North America, 2005)
Komposisi edamae % Kedelai % Kacang %
kebutuhan kuning kebutuhan kedelai kebutuhan
1⁄ harian 1⁄ harian 1⁄ harian
2 2 2
gelas gelas gelas
sudah sudah sudah
masak masak masak
Kalori 127 - 148 - 194 -
Lemak 6g 9 8g 12 9g 14
total
Lemak 0,5 g 3 0g 0 1g 5
jenuh
Total 10g 3 8g 2 14 g 5
karbohidrat
Protein 11g 22 14 g 28 17 g 34
Kolesterol 0 mg 0 0 mg 0 0g 0
Natrium 13 mg 1 0 mg 0 1 mg 0
Serat 4g 16 6g 24 4 mg 16
pangan
Kalsium 130 mg 13 88 mg 8 60 mg 6
Kalium 485 mg 14 442 mg 12 587 mg 17
Fosfor 142 mg 14 210 mg 22 279 mg 28
Folat 100 25 46 mcg 12 88 mcg 22
mcg
Rerata 49 mg - 24 mg - 55 mg -
total
isoflavon
Menurut Sciarappa (2004), edamame tidak hanya mudah ditanam dan
dipanen, serta enak dikonsumsi, tetapi juga menyehatkan. Edamame tidak
mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Kandungan gizi edamame
kemungkinan merupakan yang tertinggi dibandingkan tanaman pangan lain
yang ada di dunia. Kandungan proteinnya rata-rata lebih dari 40%, termasuk
semua asam amino penting yang tidak dimiliki oleh tanaman pangan lain.
Satu gelas edamame mengandung 22 gram protein. Pada edamame, vitamin
A, B, zat besi, dan serat pangan juga terkandung dalam jumlah tinggi.
Edamame juga mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi, sehingga
dapat memperkuat tulang, gigi, dan mencegah resiko osteoporosis.
Fitoestrogen yang terdapat dalam edamame juga dapat menurunkan
kolesterol, mengurangi resiko sakit jantung, dan mengurangi rasa sakit bagi
wanita usia post-menopausal (Sciarappa, 2004).

2.3 Pemanfaatan edamame untuk peningkatan mutu dan kualitas


a. Potensi Bioaktivitas Pangan Fungsional dari Edamame (Glycine max L.)
Analisa proksimat susu edamame dan kurma didapatkan hasil kadar air
71,4152%; kadar lemak 2,8309%; kadar protein 8,3542%; kadar karbohidrat
16,0425%; serta kadar abu 1,3572%. Uji aktivitas antioksidan dengan metode
spektrofotometri DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) menunjukkan prosentase
peredaman terhadap DPPH adalah 16,06%. Upaya peningkatan kualitas asupan gizi
bagi kelompok 1000 HPK dapat dilakukan dengan konsumsi bahan pangan
fungsional dari edamame (Glycine max L.)
Edamame atau kedelai sayur (vegetable soybean) termasuk kelompok
makanan sehat (healty food) karena mengandung komponen gizi yang kompleks.
yaitu zat besi 3,5 mg/100g; asam folat 482 mcg/100g (121% AKG); protein 16.9
g/100g (34-45% AKG), lemak 18-32%, karbohidrat 12-30% (Grieshop et al.,
2003). Edamame juga mengandung senyawa isoflavon yang dapat berfungsi
sebagai antioksidan, yang melindungi tubuh dari radikal bebas. Ponnusha et al.,
2011 menunjukkan potensi antioksidan dan antibakteri edamame. Grieshop et al.,
2003 membahas kandungan mineral penting seperti zinc yang baik untuk anak-anak
yang menderita diare serta kandungan asam folat, zat besi, dan protein yang
memberikan keuntungan kesehatan bagi ibu hamil, ibu menyusui dan anak di
bawah 2 tahun. Mateo-Aparicio et al., 2008 membahas tentang pengaruh konsumsi
kedelai bagi kesehatan serta kemampuan bioaktivitasnya dalam mencegah penyakit
degeneratif seperti diabetes, kolesterol, jantung, kanker payudara, kanker prostat,
kanker kolon, dan osteoporosis.
b. Jus Anti Kanker Edamame
Isoflavon yang banyak terdapat di edamame terbukti mengurangi resiko
kanker prostat dan kanker payudara, mencegah penyakit jantung, menurunkan
tekanan darah dan mencegah penuaan dini. Profesor Deddy Muchtadi, Ahli Ilmu
Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor mengatakan bahwa edamame juga
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh terhadap timbulnya
kanker sebab menetralkan radikal bebas, yang berasal dari lingkungan terpolusi.
Kanker sendiri adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel
khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali.Di
Indonesia, kanker menjadi penyumbang kematian ketiga terbesar setelah penyakit
jantung. Penyebab utama kanker di negara tersebut adalah pola hidup yang tidak
sehat, seperti kurang olahraga, merokok, dan pola makan yang tak sehat.Jadi, sudah
menjadi kewajiban kita untuk mencegahnya sejak dini
c. Analisis Produksi Hidrogen dalam pengolahan limbah kacang edamame
Industri tempe dan tahu selama proses pengolahan kacang edamame juga
menghasilkan limbah yang jumlahnya melimpah serta biasanya dibuang ke sungai
dan mencemari lingkungan. Sampah atau limbah organik seperti limbah industri
makanan dapat digunakan sebagai bahan biomassa. Gas hidrogen merupakan salah
satu hasil pengolahan biomassa yang memiliki banyak keuntungan, diantaranya
memiliki nilai kalor yang tinggi dan ramah lingkungan. Pada penelitian yang
dilakukan, jenis produksi yang telah digunakan adalah fermentasi menggunakan
mikroorganisme secara non-fotosintetik atau fermentasi gelap. Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui potensi produksi biogas yang dihasilkan dan komposisi
gas hidrogen yang terkandung dari hasil fermentasi anaerob menggunakan substrat
limbah kulit ari dan cair kacang edamame.
d. Pembuatan biogas dari sampah sayuran edamame
Bahan dasar biogas dapat berasal dari limbah pertanian, kotoran hewan dan
manusia, serta limbah organik lainnya (Abdulkareem, A.S. 2005). Penelitian
pengembangan biogas yang telah dilakukan sampai saat ini antara lain
menggunakan kotoran sapi (Dewi, M. Herlina, dkk. 2010), kotoran kuda (Widodo,
T.W. dan Asari. 2009) dan kotoran hewan lainnya (Nurjahya. 2005). Sementara itu
penelitian tentang bahan organik lain yang berpotensi sebagai bahan baku biogas
seperti masih terus dilakukan, salah satunya menggunakan bahan baku sampah
sayuran. Sampah sayuran yang berasal dari pasar tradisional mendominasi
penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) di beberapa kota besar di
Indonesia. Data survei menunjukkan bahwa 48% dari 204.128 kg sampah yang
menumpuk setiap hari di TPA Mojosongo Surakarta berupa sampah sayuran
(Muktiani, A. dkk. 2007). Sampah sayuran mengandung bahan-bahan organik
sehingga termasuk biomassa yang dapat diubah menjadi biogas. Biogas sendiri
dapat dijadikan sumber energi alternatif untuk menggantikan sumber energi fosil
yang jumlahnya semakin sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat biogas
mengetahui konsentrasi dan komposisi optimum dari sampah sayuran dan kotoran
sapi. Hal ini dapat membantu mengurangi masalah lingkungan dengan cara
memanfaatkan sampah sayuran khususnya edamame sebagai bahan baku biogas
sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan bahan bakar sehari-hari yang murah dan
ramah lingkungan.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Edamame atau kedelai sayur (vegetable soybean) termasuk kelompok makanan
sehat (healty food) karena mengandung komponen gizi yang kompleks.
Edamame juga mengandung senyawa isoflavon yang dapat berfungsi sebagai
antioksidan. Kandungan tersebut membuat edamame dijadikansebagai salah satu
tanaman olahan obat dalam masyarakat
2. Pemanfaatan Edamame banyak diterapkan untuk penelitian dan kewirausahaan.
Bidang penelitian dan kewirausahaan saling berhubungan dengan
memanfaatkan kandungan gizi dan vitamin dalam edamame untuk diteliti dan
menghasilkan produk untuk dijual dengan memiliki nilai tambah.
3. Edamame berpotensi tinggi untuk dijadikan produk olahan, selain bahan baku
yang banyak di daerah Jember, edamame juga memiliki banyak kandungan gizi
didalamnya
DAFTAR PUSTAKA

Samsu, H. S. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame


(vegetable soybean). Jember : Graha Ilmu dan Florentina
Pambudi, Singgih. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame Camilan Sehat
dan Lezat Multi Manfaat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru
Miles, Carol A, dkk. 2000. “Edamame”, (Online),
(http://cru.cahe.wsu.edu/CEPublications/pnw525/pnw0525.pdf, diakses pada 30
April 2018 pkl 21.47 WIB).
Coolong, T. 2009. Edamame. College of Agriculture. University of Kentucky,.
Kentucky
Asadi. 2009. Karakterisasi Plasma Nutfahuntuk Perbaikan Varietas Kedelai
Sayur (Edamame). Buletin PlasmaNutfah. 15(2):59-69.
Born, H. 2006. Edamame: Vegetable Soybean. https://attra.ncat.org/attra-
pub/viewhtml.php?id=28. 29 April 2018
Nguyen, V.Q. 2001. Edamame (Vegetable Green Soybean). In: The Rural
Industrial, pp. 49 – 56. http://attar.ncut.org/attar-pub/edamame.html.
Johnson, D., Wang, S., dan Suzuki, A. 1999. Edamame Vegetable Soybean for
Colorado. In: Janick, J. (eds.). Perspective on New Crops and New Uses,
pp. 379 – 388. ASHS Press, Alexandria.
Rackis, J.J. 1978. Biochemical Changes in Soybeans: Maturation, Post-Harvest
Storage and Processing, and Germination. In: Hultin, H.O. and Milner,
M. (eds.). Post-Harvest Biology and Technology. Food and Nutrition,
Westport.
Sciarappa, W.J. 2004. Edamame: The Vegetable Soybean. Rutgers Cooperative
Research & Extension, New Jersey. halaman 3.
Soyfoods Association of North America. 2005. Whole Soybean.
http://www.soyfoods.org/wp-content/uploads/2006/12/whole_soybean.
Sudaryanto T, Swastika DKS. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam:
Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H.editor. Kdelai: 106
Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Bdan Penelitian dan
pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 1-27.
Benziger dan Shanmugasundaram . 1995. Perbedaan Kualitas dan Pertumbuhan
Benih Edamame Varietas Ryoko yang Diproduksi di Ketinggian Tempat
yang Berbeda di Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13 (1) : 8 -
12.
Kavithamani et al., 2010. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Kedelai.
Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 2 (1) : 66 – 72.

Anda mungkin juga menyukai